Pengaruh Pemberian Pupuk P dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bengkuang (Pachyrrizus erosus (L.) Urban)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PHOSPAT DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BENGKUANG (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.)
SKRIPSI OLEH : DWI WAHYU PRABOWO 080301092/ BDP - AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PHOSPAT DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BENGKUANG (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.)
SKRIPSI OLEH : DWI WAHYU PRABOWO 080301092/ BDP - AGRONOMI Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Pupuk P dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan

dan Produksi Tanaman Bengkuang (Pachyrrizus erosus (L.) Urban)

Nama

: Dwi Wahyu Prabowo

NIM


: 080301092

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat

: Agronomi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa H. M.Sc.) NIP. 1945 0815 1986 01 1002

(Ir. Jonathan Ginting, MS) NIP. 1959 0201 1986 01 1001

Mengetahui, Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc., Ph.D.) NIP. 1964 062 019980 32001

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK DWI WAHYU PRABOWO : Pengaruh Pemberian Pupuk Phospat dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.).Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. T. CHAIRUN NISSA B., M.Sc. dan Ir. JONATHAN GINTING, MS. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat dan dosis pupuk phospat yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi bengkuang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut pada bulan April sampai Agustus 2012 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pupuk phospat (0g, 5,3g, 10,67g, 16 g/plot) dan jarak tanam (20x15 cm, 20x20 cm, dan 20x25 cm). Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah cabang, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot, lingkar umbi, volume akar, dan indeks panen. Perlakuan pupuk phoshat dan interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman 5, 6 dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6 , dan 7 MST, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot, lingkar umbi, volume akar, dan indeks panen. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata pada panjang tanaman saat 3 dan 4 MST.Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Kata kunci : Bengkuang, pupuk phospat, jarak tanam
i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT DWI WAHYU PRABOWO : The Study of Yam Bean (Pachyrrizus erosus (L.) Urban) Growth and Production Responses on Dosages of Potassium fertilizer and Plant Spacing. Supervised by Prof. Dr. Ir. CHAIRUN NISSA B., M.Sc. and Ir. JONATHAN GINTING, M.S. This research was aimed to get appropriate dosage of potassium fertilizer and plant spacing for growth and production of yam bean, it was conducted in Jl. Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan at an altitude ± 25 meters above sea level since April until August 2012 using a randomized block design with two factors, they were potassium fertilizer dosage (0g, 5,3g, 10,67g, and 16 g/plot) and plant spacing (20x15 cm, 20x20 cm, and 20x25 cm). The parameters measured were plant height, total of branches, weight of tuber per sample, weight of tuber per plot, rings of tuber, volume of roots and harvest index.. The results showed that potassium fertilizer dosage showed non significant on plant height 5,6, and 7 MST, total of branches 5,6,and 7 MST, weight tuber per sample, weight tuber per plot, rings of tuber, volume of roots, and harvest index. Plant spacing showed significantly effects on plant height 3 and 4 MST. Interaction of both treatments showed non significant effect on all parameters. Key words : yam bean, potassium fertilizer, plant spacing
ii
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Dwi Wahyu Prabowo dilahirkan di Medan, pada tanggal 31 Agustus 1990 dari pasangan Bapak Paino N.S dan Ibu Mulyani S.H. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun 19962002 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri No. 4 Kota Palembang; tahun 2002-2005 menempuh pendidikan di SMP Negeri 7 Kota Jambi; tahun 2005-2008 menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Kota Jambi dan tahun 2008 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) dan memilih program studi Agronomi, Fakultas Pertanian. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTP. Nusantara III kebun Dusun Hulu Kabupaten Batu Bara pada bulan Juli sampai Agustus 2011.
iii
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Pupuk Phospat dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.). yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nissa B. M.Sc. dan Bapak Ir. Jonathan Ginting, M.S selaku dosen komisi pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua, kakak-adik dan seluruh keluarga penulis atas kasih sayang, dukungan, dan bimbingannya serta kepada teman-teman MILITAN’08 atas semangat, dukungan dan bantuan selama perkuliahan, penelitian serta penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil bengkuang dan ilmu pengetahuan.
Medan, Maret 2013
Penulis iv
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i

ABSTRACT .......... ..................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3 Hipotesis Penelitian....................................................................................... 3 Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ............................................................................................ 4 Syarat Tumbuh .............................................................................................. 5
Iklim .................................................................................................. 5 Tanah................................................................................................. 6 Phospat .......................................................................................................... 6 Jarak Tanam .................................................................................................. 8
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 12 Bahan dan Alat.............................................................................................. 12
v
Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian ......................................................................................... 12 PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Lahan ............................................................................................ 15 Penanaman .................................................................................................... 15 Pemupukan Dasar.......................................................................................... 15 Apliksi Pupuk Phospat .................................................................................. 15 Pemeliharaan ................................................................................................. 15 Penyiraman.................................................................................................... 15 Penyulaman ................................................................................................... 16 Penjarangan ................................................................................................... 16 Penyiangan .................................................................................................... 16 Pembumbunan............................................................................................... 16 Pemangkasan................................................................................................. 16 Pengendalian Hama dan Penyakit................................................................. 16 Panen ............................................................................................................. 17 Pengamatan Parameter .................................................................................. 17
Panjang Tanaman .............................................................................. 17 Jumlah Cabang .................................................................................. 17 Bobot Umbi Per Sampel.................................................................... 17 Bobot Umbi Per Plot ......................................................................... 17 Lingkar Umbi .................................................................................... 17 Volume Akar..................................................................................... 17 Indeks Panen ..................................................................................... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil .............................................................................................................. 18 Pembahasan................................................................................................... 23

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................... 26 Saran.............................................................................................................. 26


DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

vi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL Hal.
1. Panjang tanaman (cm) bengkuang pada beberapa dosis pupuk Phospat dan jarak tanam pada umur 3, 4, 5, 6 dan 7 MST..............................19
2. Jumlah cabang (cabang) bengkuang pada beberapa dosis kalium dan jarak tanam pada umur 5, 6 dan 7 MST ......................................20
3. Bobot umbi per sampel (g) bengkuang pada beberapa dosis pupuk kalium dan jarak tanam ...................................................................................21
4. Bobot umbi per plot (g) bengkuang pada beberapa dosis pupuk kalium dan jarak tanam ..................................................................................22
5. Lingkar umbi (cm) bengkuang pada beberapa dosis pupuk kalium dan jarak tanam ...............................................................................................23
6. Volume akar bengkuang pada beberapa dosis pupuk kalium dan jarak tanam ......................................................................................................24
7. Indeks panen bengkuang pada beberapa dosis pupuk kalium dan jarak tanam .....................................................................................................24
vii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Hal. 1. Data Pengamatan Panjang Tanaman 3 MST (cm)………………… 32


2 Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 3 MST (cm)……………. 32

3 Data Pengamatan Panjang Tanaman 4 MST (cm)………………… 33

4 Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 4 MST (cm)……………. 33

5 Data Pengamatan Panjang Tanaman 5 MST (cm)………………… 34

6 Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 5 MST (cm)……………. 34

7 Data Pengamatan Panjang Tanaman 6 MST (cm)………………… 35

8 Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 6 MST (cm)……………. 35

9 Data Pengamatan Panjang Tanaman 7 MST (cm)………………… 36

10 Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 7 MST (cm)……………. 36

11 Data Pengamatan Jumlah Cabang 5 MST (cabang)………...


37

12 Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang 5 MST (cabang)………

37

13 Data Pengamatan Jumlah Cabang 6 MST (cabang)………...

38

14 Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang 6 MST (cabang)………

38

15 Data Pengamatan Jumlah Cabang 7 MST (cabang)………...

39

16 Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang 7 MST (cabang)………


39

17 Data Pengamatan Bobot Umbi per Sampel (g)……………………. 40

18 Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi per Sampel (g)………………..… 40

19 Data Pengamatan Bobot Umbi per Plot(g)……………………….. 41

20 Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi per Plot (g)………………..…….. 41

21 Data Pengamatan Lingkar Umbi (cm)……………………………… 42

22 Daftar Sidik Ragam Lingkar Umbi (cm)………………..………….. 42

viii

Universitas Sumatera Utara

23 Data Pengamatan Volume Akar (cm3)……………………………… 43 24 Daftar Sidik Ragam Volume Akar (cm3)………………..………….. 43 25 Data Pengamatan Indeks Panen…………………………………….. 44 26 Daftar Sidik Ragam Indeks Panen………………..………………… 44 27 Bagan Plot Peneliitian………………………………………………. 45 28 Bagan Jarak Tanam Dalam Plot…………………………………….. 46 29 Perhitungan Kebutuhan Pupuk……………………………………... 47 30 Hasil Analisis Tanah………………………………………………... 48 31 Analisis Tekstur Tanah…………………………..…………………. 49 32 Jadwal Kegiatan ………….………………………………………… 50 33 Foto Tanaman Bengkuang………………………………………….. 51

ix
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK DWI WAHYU PRABOWO : Pengaruh Pemberian Pupuk Phospat dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.).Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. T. CHAIRUN NISSA B., M.Sc. dan Ir. JONATHAN GINTING, MS. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat dan dosis pupuk phospat yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi bengkuang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut pada bulan April sampai Agustus 2012 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pupuk phospat (0g, 5,3g, 10,67g, 16 g/plot) dan jarak tanam (20x15 cm, 20x20 cm, dan 20x25 cm). Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah cabang, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot, lingkar umbi, volume akar, dan indeks panen. Perlakuan pupuk phoshat dan interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman 5, 6 dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6 , dan 7 MST, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot, lingkar umbi, volume akar, dan indeks panen. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata pada panjang tanaman saat 3 dan 4 MST.Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Kata kunci : Bengkuang, pupuk phospat, jarak tanam
i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT DWI WAHYU PRABOWO : The Study of Yam Bean (Pachyrrizus erosus (L.) Urban) Growth and Production Responses on Dosages of Potassium fertilizer and Plant Spacing. Supervised by Prof. Dr. Ir. CHAIRUN NISSA B., M.Sc. and Ir. JONATHAN GINTING, M.S. This research was aimed to get appropriate dosage of potassium fertilizer and plant spacing for growth and production of yam bean, it was conducted in Jl. Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan at an altitude ± 25 meters above sea level since April until August 2012 using a randomized block design with two factors, they were potassium fertilizer dosage (0g, 5,3g, 10,67g, and 16 g/plot) and plant spacing (20x15 cm, 20x20 cm, and 20x25 cm). The parameters measured were plant height, total of branches, weight of tuber per sample, weight of tuber per plot, rings of tuber, volume of roots and harvest index.. The results showed that potassium fertilizer dosage showed non significant on plant height 5,6, and 7 MST, total of branches 5,6,and 7 MST, weight tuber per sample, weight tuber per plot, rings of tuber, volume of roots, and harvest index. Plant spacing showed significantly effects on plant height 3 and 4 MST. Interaction of both treatments showed non significant effect on all parameters. Key words : yam bean, potassium fertilizer, plant spacing
ii
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang
Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L) Urban) merupakan spesies tanaman berasal dari Amerika tropis yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman pangan sumber karbohidat sekaligus protein nabati (NRC, 1979; van Hoof and Sørensen, 1989; Sørensen, 1996). Spesies P. erosus dibudidayakan secara luas di Mexico, Afrika, Asia dan Pasifik (Sørensen, 1988; Sørensen, 1996; Estrella et al., 1998). Bengkuang P. erosus diduga diintroduksi ke Filipina pada abad ke-16 dari Mexico oleh bangsa Spanyol, kemudian menyebar ke seluruh kawasan Asia Tenggara (Sørensen, 1996; Grüneberg et al., 1999). Sedangkan spesies bengkuang budidaya lainnya yaitu P. Ahipa dan P. tuberosus dibudidayakan terutama di pegunungan Andes dan lembah Amazon di Amerika Selatan (Sørensen, 1996; Sørensen et al., 1997). Ketiga spesies bengkuang budidaya tersebut adalah tanaman menyerbuk sendiri dengan tingkat penyerbukan silang sebesar 1 % – 3 % (Karuniawan, 2004).
Salah satu daerah sentra produksi bengkuang di Indonesia adalah kota Padang. Tetapi tidak seluruh kecamatan di Padang memiliki lahan bertanam bengkuang. Dari 11 kecamatan, budidaya bengkuang hanya ditemukan di empat kecamatan : Kecamatan Koto Tangah, Nanggalo, Kuranji, dan Pauh. Tahun 2005 areal tanam mencapai 130 hektar dengan rata – rata produksi 192 kuintal per hektar (total produksi 2.765 ton). Tahun 2006, areal seluas 128 hektar dan produksi rata-rata 192 kuintal per hektar (total 2.208 ton) (http://tusrisep.wordpress.com, 2008).
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di desa Namu Ukur, Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat, petani kurang berminat untuk menanam tanaman bengkuang ini karena hasil produksi yang rendah, dan jarang dilakukan penyuluhan tentang tanaman ini. Petani di daerah ini belum dapat menemukan jarak penanaman yang tepat, dalam mendapatkan benih, petani mendapatkan benih dari tanaman sebelumnya, hal lain yang membuat petani bengkuang kurang berminat dalam menanam tanaman ini yaitu disebabkan oleh harga jual yang rendah, sementara modal produksi saat ini semakin tinggi sehinggakan keuntungan yang didapatkan kecil sekali bahkan untuk mengembalikan modal produksi saja cukup sulit.
Tujuan pengaturan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan kemungkinan tanaman untuk tumbuh baik tanpa mengalami persaingan dalam hal pengambilan air, unsur hara dan cahaya matahari, serta memudahkan pemeliharaan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang kurang tepat dapat merangsang pertumbuhan gulma sehingga dapat menurunkan hasil (Rahayu dan Berlian, 1999)
Dengan jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan kerapatan populasi tanaman yang diharapkan mampu meningkatkan produksi per satuan luas lahan. Kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya. Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena koefisien penggunaan cahaya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu (Setyati, 1983).
Universitas Sumatera Utara


Sebagai salah satu unsur hara makro utama bagi tanaman, permasalahan utama phospat adalah ketersediaannya yang rendah bagi tanaman karena adanya fiksasi oleh lansir penyerap p di dalam tanah seperti Al3+, Fe2+ dan Mn2+. Pemupukan yang dilakukan setiap musim tanam menyebabkan timbunan P yang semakin banyak sebagai residu P tanah (Damanik dkk, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk phospat dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bengkuang. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat dan dosis pupuk phospat yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi bengkuang (Pachyrrhizus erosus (L.) Urban.). Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan tanggap pertumbuhan dan produksi bengkuang (Pachyrrhizus erosus (L.) Urban.) akibat pengaturan jarak tanam dan dosis pupuk phospat serta interaksi kedua faktor tersebut. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai bahan informasi bagi petani bengkuang.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio


: Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Genus

: Pachyrrhizus


Spesies

: Pachyrrhizus erosus (L.) Urban.

Bengkuang merupakan tanaman yang memiliki sistem perakaran

tunggang, dimana panjang akar dapat mencapai 2 m. Akar bengkuang memiliki

kemampuan untuk bersimbiosis dengan Rhizobium yang dapat menambat

nitrogen dari udara. Akar bengkuang berkembang menjadi umbi yang berbentuk

bulat atau membulat seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5 kg. Kulit

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

dengan rasa yang manis (Heyne, 1987).

Batang tanaman bengkuang menjalar dan membelit dengan rambut-

rambut halus yang mengarah ke bawah. Tinggi batang dapat mencapai 4-5 m.

Pada praktek budidayanya, batang bengkuang dipangkas untuk mendapatkan umbi

yang besar, pemangkasan dapat dilakukan hingga 5 kali hingga panen

(http://id.wikipedia.org, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Daun merupakan daun trifoliate, dengan bentuk tulang daun menyirip. Panjang tangkai daun berkisar antara 3 sampai 18 cm. Anak daun berbentuk ovate atau kadang-kadang bulat telur melebar dengan ujung runcing berukuran 3 – 18 cm x 4-20 cm (Tindall, 1983).
Bunga yang berwarna putih atau ungu berkembang dalam tandan tegak, menghasilkan polong dengan panjang 7 -14 cm dan lebar 1 – 2 cm. Polong muda dapat dimakan sebagai sayurran rebus, namun polong tua, daun dan bijinya beracun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Buah bengkuang termasuk buah polong, yang berbentuk pipih, dengan panjang 8-13 cm, memiliki rambut halus pada permukaan polongnya. Polong berisi 4-7 butir biji yang dipisahkan oleh sekat. Biji bengkuang berbentuk persegi membundar, biji pipih dan berwarna hijau kecoklatan atau coklat tua kemerahan (Heyne, 1987).
Biji berbentuk agak pipih, kebanyakan bundar, dengan lebar 5 – 10 cm dan berbeda dengan spesies Pachirhizus lain, biji ini tidak pernah berbentuk ginjal. Biasanya diperlukan sekitar 10 bulan untuk menghasilkan biji matang. Kultivar dengan biji berwarna cokelat kehijauan lebih disukai karena lebih produktif ketimbang tanaman berbiji hijau atau cokelat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 0-1750 m dpl. Dewasa ini bengkuang banyak ditanam pada ketinggian 500-900 m dpl. Curah hujan bervariasi antara 250-500 mm dan tidak lebih dari 1500 mm per bulan. Suhu optimal antara siang dan malam hari adalah antara 200-300C. Pada daerah dengan
Universitas Sumatera Utara

siang hari yang lebih panjang, pertumbuhan umbi dapat dilihat setelah 4-6 minggu tetapi pengaruhnya terbatas pada pembentukan umbi. Pada pembungaan, inisiasi pertama ketika panjang hari 12,5 jam (Sorensen, 1998).
Suhu 25oC-30oC dan iklim lembab dibutuhkan untuk pertumbuhan awal vegetatif tapi temperatur malam yang dingin sekitar 18oC-20oC sepanjang hari cerah diperlukan untuk pembesaran dan perkembangan umbi. Bengkuang membutuhkan lama penyinaran yang panjang (14-15 jam) untuk pertumbuhan vegetatif baik, sedangkan hari lebih pendek yang diperlukan untuk pembentukan umbi yang lebih baik (Palaniswami and Peter, 2008).
Beberapa tempat yang curah hujan sedang dan ketinggian 0 sampai 1000 meter umumnya dianggap menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bengkuang (Tindall, 1983) Tanah
Bengkuang bisa tumbuh pada jenis tanah mulai dari tanah liat sampai lempung berpasir, drainase baik, berpasir, tanah aluvial lebih disukai untuk pertumbuhan bengkuang, terutama pada lahan irigasi (Sorensen, 1996).
Tanaman bengkuang dapat tumbuh di dataran rendah dengan kondisi tanah yang baik, yaitu tanah tersebut merupakan tanah yang gembur dan banyak mengandung humus (Liptan, 1996).
Toleran terhadap tanah dan kondisi iklim dengan kisaran yang cukup lebar. Berpasir, tanah berdrainase baik umumnya disukai karena genangan air berakibat buruk pada pertumbuhan (Tindall, 1983).
Bengkuang memerlukan tanah yang subur, berdrainase baik, dan tanah lempung berpasir dengan pH 6.0-7.0. Pertumbuhan lebih baik di tanah
Universitas Sumatera Utara

berlempung dengan drainase yang bagus dan kandungan humus yang memenuhi (Palaniswami and Peter, 2008). Phospat
Sumber fosfat yang berada di dalam tanah sebagai fosfat mineral yaitu batu kapur fosfat,sisa tanaman dan bahan organik lainnya,pupuk buatan. Perubahan fosfor organik menjadi anorganik dilakukan oleh mikroorganisme. Penyerapan fosfor selain dapat dilakukan oleh mikroorganisme dapat juga dilakukan oleh liat dan silikat. Ketersedian fosfor bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, utamanya pH karena derajat keasaman menentukan jenis ikatan fosfor dengan unsur laim. Misalnya pada pH rendah fosfor mudah berikatan dengan besi sehingga membentuk besi fosfat yang sukar larut sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Isnaini,1992). Selanjutnya Hasibuan (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemupukan diantaranya adalah faktor iklim (keadaan musim penghujan dan kemarau). Lebih lanjut Damanik, dkk (2010) menjelaskan bahwa bila dilakukan pemupukan pada saat musim penghujan, pupuk yang diberikan itu sebagian akan hilang tercuci atau tererosi sebelum dapat digunakan oleh tanaman. Sebaliknya, bila pemupukan pada musim kemarau berarti air sedikit di dalam tanah, pupuk yang diberikan tidak dapat larut dan tidak dapat diserap oleh tanaman.
Unsur hara yang akan diserap ditentukan oleh semua faktor yang mempengaruhi ketersediaannya di permukaan akar sehingga pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tanaman optimal. Penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Hasil maskimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak
Universitas Sumatera Utara

terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis, maka hasilnya justru menurun (Agustina, 1990).
Superfosfat Triple (TSP) dibuat melalui pengasaman batuan fosfat dengan H3PO4 dengan peralatan dan proses yang sama dengan pupuk superfosfat biasa. Pupuk ini mempunyai rumusan kimia yang sama dengan pupuk superfosfat rangkap Ca (H2PO4)2, pupuk padat yang berbentuk butiran kasar, berwarna abuabu dan termasuk pupuk yang mudah larut di dalam air. Kandungan hara pupuk ini sekitar 46 – 48% P2O5, tidak bersifat higroskopis dan reaksinya di dalam tanah netral (Damanik, dkk, 2010).
Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam beberapa kegiatan antara lain pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin, pembentukan buah, bunga dan biji, kematangan tanaman, melawan efek nitrogen, merangsang perkembangan akar, meningkatkan hasil kualitas tanaman dan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Damanik, dkk, 2010).
Pemupukan phospat dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Phospat merangsang pertumbuhan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas (Novizan, 2002).
Gejala pertama tanaman yang kekurangan P adalah tanaman menjadi kerdil. Bentuk daun tidak normal dan apabila defisiensio akut maka ada bagian – bagian daun, buah, dan batang yang mati. Defisiensi P juga dapat menyebabkan penundaan kemasakan juga pengisisan biji berkurang. Menurut Palaniswami dan Peter (2008) dosis pupuk N (80 kg/ha), P (40 kg/ha) dan K (80 kg/ha) direkomendasikan untuk mendapatkan hasil optimal. Damanik, dkk, (2010) yang
Universitas Sumatera Utara

menyatakan bahwa kehilangan phosfat akibat tercuci hal ini tergantung pada faktor tanah seperti tekstur tanah, kapasitas tukar kation, pH tanah dan jenis tanah. Jarak Tanam
Jarak tanam adalah jarak antar tanaman dalam satu barisan tanaman maupun antar barisan tanaman. Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat yaitu sebagai benih yang tidak tumbuh atau tanaman muda yang mati dapat terkompensasi,sehingga tanaman tidak terlalu jarang, permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan, jumlah tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula (Lingga, 2004).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kompetisi tanaman adalah dengan pengaturan jarak tanam. Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat dan laju evaporasi juga dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum (Mayadewi, 2007).
Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena penggunaan koefisien penggunaan cahaya. Pada umumnya produksi tiap satuan luas tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Pada akhirnya, penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun karena persaingan untuk cahaya dan faktor pertumbuhan lain. Tanaman memberikan
Universitas Sumatera Utara

respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu (Harjadi, 1994).
Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Jika peningkatan populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan tercapai pada populasi yang lebih padat (Liu, 2004).
Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan hara, air dan cahaya matahari, sehingga apabila tidak diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil tanaman. Jarak tanam rapat mengakibatkan terjadinya kompetisi intra spesies dan antar spesies. Kompetisi yang terjadi utamanya adalah kompetisi dalam memperoleh cahaya, unsur hara dan air. Tanaman yang diusahakan pada musim kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas, oleh karena jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat lebih jauh terjadi peningkatan aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang (Syam, 1992).
Adanya interaksi di antara tanaman yang berdekatan merupakan fungsi dari jarak tanam dan besarnya tanaman bersangkutan. Disamping populasi tanaman, pengaturan jarak tanaman menjadi penting dalam mengoptimumkan penggunaan faktor lingkungan. Terdapat beberapa sistem pengaturan jarak tanam di lapangan yang mungkin mempengaruhi hasil produksi tanaman antara lain
Universitas Sumatera Utara

bentuk empat persegi atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak dalam baris teratur atau tidak dan arah barisan yakni Utara-Selatan atau Timur-Barat (Jumin, 2002).
Tanaman ini ditanam dalam barisan dan sering ditanam dalam gundukan. Jarak tanam yang biasa digunakan sekitar 15-30 cm dalam barisan, dan 100 cm antarbarisan, kerapatan rendah biasa digunakan dalam penanaman pada gundukan atau ketika ditanam tumpang sari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Biasanya 2-3 biji pada bedengan ditanam pada jarak 30 cm dengan kedalaman 2 cm. tepat waktu ditabur: 30 x 30 cm dan akhir ditaburkan 30 x 15 cm atau 15 x 15 cm. jarak dekat memberikan hasil maksimal tetapi umbi kecil, yang bebas dari retak. Tingkat benih bervariasi 20-60 Kg / ha tergantung pada waktu tanam, jarak dan tujuan (Palaniswami dan Peter, 2008).
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Setia Budi Simpang Selayang, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Maret 2012 sampai bulan Juli 2012. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih bengkuang yang diperoleh dari petani bengkuang sebagai objek pengamatan, pupuk phospat (SP36) sebagai perlakuan, pupuk urea, dan pupuk kcl sebagai pupuk dasar, fungisida dan insektisida untuk mencegah dan mengendalikan organisme pengganggu tanaman, air untuk menyiram tanaman.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul untuk membuka areal lahan dan membersihkan lahan dari gulma serta sampah, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan untuk menimbang produksi tanaman, pacak sampel untuk tanda dari tanaman yang merupakan sampel, gunting untuk memotong bunga, handsprayer untuk menyemprotkan fungisida dan insektisida ke tanaman, gelas ukur untuk mengukur volume akar, kalkulator untuk menghitung data serta alat tulis untuk mencatat data pada saat dilapangan. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor I : Pupuk phospat yang terdiri atas 4 taraf, yaitu :
P0 = 0 g/plot
Universitas Sumatera Utara

P1 = 5.33 g/plot (20 kg/ha)

P2 = 10.6 g/plot (40 kg/ha)

P3 = 16.0 g/plot (60 kg/ha)

Faktor II : Jarak Tanam terdiri dari 3 taraf, yaitu :

J1 = 20 cm x 15 cm J2 = 20 cm x 20 cm

J3 = 20 cm x 25 cm

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu :

P0J1 P1J1 P2J1 P3J1

P0J2 P1J2 P2J2 P3J2 P0J3 P1J3 P2J3 P3J3

Jumlah ulangan (Blok)

: 3 ulangan

Jumlah plot

: 36 plot

Ukuran plot

: 80 cm x 120 cm

Jarak antar plot

: 50 cm

Jarak antar blok

: 75 cm

jumlah sampel/plot

: 5 tanaman

jumlah sampel seluruhnya

: 180 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 684 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

i = 1,2,3

j = 1,2,3,4 k = 1,2,3

Dimana:

Universitas Sumatera Utara

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan pemberian pupuk phospat (P) taraf ke-j dan pengaruh jarak tanam (J) pada taraf ke-k
µ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i αj : Efek perlakuan pemberian pupuk phospat pada taraf ke-j βk : Efek jarak tanam pada taraf ke-k (αβ)jk : Interaksi antara pemberian pupuk phospat taraf ke-j dan jarak tanam taraf
ke-k εijk : Galat dari blok ke-i, pemberian pupuk phospat ke-j dan jarak tanam ke-k
Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1993).
Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Areal lahan yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sampah, lalu dibuat plot percobaan berukuran 80 cm x 120 cm, jarak antar plot 50 cm dan jarak antar blok 75 cm, yang memanjang dari arah utara - selatan. Penanaman
Sebelum penanaman dilakukan terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan. Benih ditanam pada kedalaman ± 2 cm dari permukaan tanah sebanyak 2 benih per lubang tanam. Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan dengan pemberian pupuk Urea 5.76 g/plot (80 kg/ha) dan KCL 5.76 g/plot (80 kg/ha) pada saat tanam. Aplikasi Pupuk Phospat
Aplikasi pupuk phospat diberikan sesuai perlakuan yaitu 0 g/plot, 5,3 g/plot, 10,67 g/plot, dan 16 g/plot. Aplikasi dilakukan satu kali yaitu dua hari sebelum tanam. Pemupukan dilakukan di dalam plot. Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari dan apabila hujan tidak disiram. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diusahakan agar tanahnya tidak terlalu basah.
Universitas Sumatera Utara

Penyulaman Penyulaman dilakukan 1 MST dengan mengganti tanaman yang mati atau
tidak normal dengan tanaman stok (transplanting). Penjarangan
Penjarangan tanaman dilakukan saat tanaman berumur 3 MST. Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman yang tidak normal sehingga hanya tinggal satu tanaman yang paling baik pertumbuhannya. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dan menggunakan cangkul untuk membersihkan gulma yang terdapat di areal penelitian. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan 2 kali yaitu saat umur 5 MST dan 8 MST Pembumbunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di dekat pangkal batang agar pertumbuhan umbi baik. Pemangkasan
Pemangkasan bunga dilakukan 6 – 8 MST dengan menggunakan gunting. Pemangkasan di ulangi tiga minggu sekali. Pemangkasan ini dilakukan guna mencegah pertubuhan polong bengkuang sehingga hasil fotosintesis dapat dialihkan ke umbi. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang tanaman bengkuang selama penelitian adalah kupu-kupu putih dan ulat penggerek batang. Pengendalian terhadap hama-hama ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dengan bahan aktif XX dengan dosis 0,75 cc/l air. Selain itu dilakukan juga pengendalian jamur dengan fungisida dengan bahan aktif XX dengan dosis 1 g/l air.
Universitas Sumatera Utara

Panen Kriteria panen dapat dilihat dari warna daun yang mulai berubah menjadi
hijau tua pekat dan tanah disekitar pangkal batang yang retak. Dengan melihat kriteria panen, panen dilakukan pada 18 MST caranya dengan mencabut batang tanaman agar umbi bengkuang kepermukaan. Pencabutan harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati tanpa meninggalkan akar di dalam tanah. Bengkuang yang telah diangkat kepermukaan dikumpulkan dan dibersihkan. Pengamatan Parameter Panjang Tanaman (cm)
Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ke titik tumbuh. panjang tanaman dihitung mulai 3, 4, 5, 6, dan 7 MST dengan menggunakan meteran. Jumlah Cabang (cabang)
Jumlah cabang dihitung pada saat umur tanam 5, 6, dan 7 MST diambil dari banyaknya cabang yang keluar dari batang utama. Bobot Umbi Per Sampel (g)
Pengamatan bobot umbi per sampel dilakukan setelah dipanen dengan cara ditimbang menggunakan timbangan. Penimbangan dilakukan setelah umbi bersih dari tanah dan kotoran. Bobot Umbi per plot (g)
Pengamatan bobot umbi per plot dilakukan setelah dipanen dengan cara ditimbang menggunakan timbangan. Penimbangan dilakukan setelah umbi bersih dari tanah dan kotoran.
Universitas Sumatera Utara

Lingkar Umbi Per Sampel (cm) Lingkar umbi dihitung pada bagian terbesar umbi setelah panen dengan
menggunakan meteran. Volume Akar (cm3)
Volume akar dihitung setelah akar dibersihkan dari tanah dan dijemur hingga kering dengan menggunakan gelas ukur. Indeks Panen
Nilai indeks panen dihitung dengan membagikan bobot segar jual umbi per tanaman dengan bobot biomassa per tanaman.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Panjang Tanaman (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam panjang tanaman 3-7 minggu

setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 1-10. Berdasarkan sidik ragam

diketahui bahwa perlakuan dosis phospat tidak berpengaruh nyata terhadap

panjang tanaman, jarak tanam berpengaruh nyata pada 3 dan 4 MST, sedangkan

interaksi kedua perlakuan belum berpengaruh nyata terhadap parameter panjang

tanaman 3-7 MST. Rataan panjang tanaman umur 3-7 MST pada beberapa dosis

phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang tanaman (cm) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak

tanam umur 3-7 MST

Umur

Dosis Phospat

Jarak Tanam (cm)

Rataan

Tanaman

(g P2O5/plot)

J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 ………………..cm……………………….

P0 = 0

12,71

11,42

11,29

11,81

3 MST

P1 = 5,33

12,33

11,83

11,53

11,89

P2 = 10,67

12,54

12,83

12,03

12,47

P3 = 16

12,51

12,62

11,08

12,07

Rataan

12,52a

12,18b

11,48c

P0 = 0

19.64

15.21

16.02

16.96

4 MST

P1 = 5,33

17.19

15.23

15.99

16.14

P2 = 10,67

17.64

17.19

16.27

17.04

P3 = 16

17.61

17.59

15.17

16.79

Rataan

18.02a

16.31b

15.86b

P0 = 0

24.42

24.00

21.30

23.24

5 MST

P1 = 5,33

24.26

21.87

22.30

22.81

P2 = 10,67

25.15

23.09

22.53

23.59

P3 = 16

21.96

24.63

21.70

22.76

Rataan

23.95

23.40

21.96

P0 = 0

32.29

31.00

28.60

30.63

6 MST

P1 = 5,33

31.36

28.87

29.33

29.86

P2 = 10,67

32.11

29.76

29.73

30.53

P3 = 16

29.06

31.93

28.60

29.86

Rataan

31.21

30.39

29.07

P0 = 0

34.93

33.84

31.51

33.43

7 MST

P1 = 5,33

34.42

31.82

32.63

32.96

P2 = 10,67

35.14

32.79

32.82

33.58

P3 = 16

31.84

34.80

31.69

32.78

Rataan

34.08

33.31

32.16

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang

sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji BNJ.

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat pada

3 sampai 7 MST berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman, artinya

bahwa dengan penambahan dosis pupuk P sampai pada taraf 16 g/plot

berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman. Sedangkan

pengaruh penambahan jarak tanam pada 3 sampai 7 MST cenderung dapat

menurunkan panjang tanaman.

Jumlah Cabang (cabang)

Data pengamatan dan sidik ragam jumlah cabang 5-7 MST dapat dilihat

pada Lampiran 11-16. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak

tanam belum berpengaruh nyata pada umur 5-7 MST sedangkan perlakuan dosis

phospat serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap parameter

jumlah cabang. Rataan jumlah cabang 5, 6 dan 7 MST pada beberapa dosis

phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah cabang bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam

umur 5, 6, dan 7 MST

Umur

Dosis Phospat

Jarak Tanam (cm)

Tanaman

(g P2O5/plot)

J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan ………………..cabang……………………….

P0 = 0

3,02 2,83 2,67 2,84

P1 = 5,33

2,40 2,49 2,69 2,53

5 MST

P2 = 10,67

3,47 2,57 2,85 2,96

P3 = 16

2,60 2,60 1,86 2,35

Rataan

2,87 2,62 2,52

P0 = 0

3,88 3,94 3,66 3,83

P1 = 5,33

3,36 3,37 3,85 3,52

6 MST

P2 = 10,67

4,28 3,64 3,85 3,92

P3 = 16

3,30 3,36 3,32 3,32

Rataan

3,71 3,58 3,67

P0 = 0

4,81 5,31 5,11 5,08

7 MST

P1 = 5,33

4,81 4,75 5,20 4,92

P2 = 10,67

5,55 5,47 5,28 5,43

P3 = 16

4,49 4,69 4,58 4,59

Rataan

4,91 5,05 5,04

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 2. dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat dan

penambahan jarak tanam pada 5 sampai 7 MST berpengaruh tidak nyata terhadap

jumlah cabang, artinya bahwa dengan penambahan dosis pupuk P sampai pada

taraf 16 g/plot dan dengan memperlebar jarak tanam sampai dengan ukuran

20 x 25 berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah cabang tanaman.

Bobot Umbi per Sampel (g)

Data pengamatan dan sidik ragam bobot umbi per sampel dapat dilihat

pada Lampiran 17 dan 18. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan

jarak tanam tidak berpengaruh nyata sedangkan dosis phospat serta interaksi

keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot umbi per sampel.

Rataan bobot umbi per sampel pada beberapa dosis Phospat dan jarak

tanam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot umbi per sampel (g) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan

jarak tanam

Dosis Phospat

Jarak Tanam

(g P2O5/plot) J1=20x15

J2=20x20

J3=20x25

Rataan

………………………………….g……………………………...

P0 = 0

441,33

404,67

532,00

459,33

P1 = 5,33

360,67

428,33

435,00

408,00

P2 = 10,67

508,33

439,33

507,67

485,11

P3 = 16

259,00

486,33

464,00

403,11

Rataan

392,33

439,67

484,67

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian phospat berpengaruh tidak

nyata terhadap bobot umbi per sampel artinya bahwa dengan penambahan dosis

pupuk P sampai pada taraf 16 g/plot berpengaruh tidak nyata terhadap parameter

bobot umbi persampel. Perlakuan jarak tanam cenderung meningkatkan bobot

umbi per sampel artinya dengan menambah jarak tanam cenderung dapat

meningkatkan bobot umbi per sampel.

Universitas Sumatera Utara

Bobot Umbi per Plot (g)

Data pengamatan dan sidik ragam bobot umbi per plot dapat dilihat pada

Lampiran 19 dan 20. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak

tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap

parameter bobot umbi per plot.

Rataan bobot umbi per plot pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot umbi per plot (g) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam

Dosis Phospat

Jarak Tanam (cm)

(g P2O5 /plot) J1=20x15

J2=20x20

J3=20x25

Rataan

…………………………g…………………………………….

P0 = 0

7733,33

7190,00

9106,67

8010,00

P1 = 5,33

5808,33

7766,67

7970,00

7181,67

P2 = 10,67 6930,00

7663,33

7541,67

7378,33

P3 = 16

7320,00

8473,33

7360,00

7717,78

Rataan

6947,92

7773,33

7994,58

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbi perplot, berarti bahwa dengan

menambah dosis pupuk phospat berengaruh tidak nyata pada parameter bobot

umbi perplot. Sedangkan pengaruh penambahan jarak tanam cenderung

meningkatkan bobot umbi per plot artinya bahwa dengan menambah jarak tanam

cenderung dapat meningkatkan bobot umbi per plot.

Lingkar Umbi (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam lingkar umbi dapat dilihat pada

Lampiran 21 dan 22. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak

tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap

parameter lingkar umbi.

Universitas Sumatera Utara

Rataan lingkar umbi pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Lingkar umbi (cm) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam

Dosis Phospat

Jarak Tanam (cm)

(g P2O5/plot)

J1=20x15

J2=20x20

J3=20x25 Rataan

…………………………cm…………………………………

P0 = 0

32,56

32,79

31,32

32,22

P1 = 5,33

26,50

30,41

32,68

29,86

P2 = 10,67

34,05

33,27

33,42

33,58

P3 = 16

26,65

30,97

31,69

29,77

Rataan

29,94

31,86

32,28

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat

terhadap parameter lingkar umbi berpengaruhh tidak nyata terhadap lingkar umbi,

berarti bahwa dengan menambah dosis pupuk phospat berpengaruh tidak nyata

terhadap ukuran lingkar umbi. Sedangkan penambahan jarak tanaman cenderung

dapat meningkatkan lingkar umbi. Volume Akar (cm3)

Data pengamatan dan sidik ragam volume akar dapat dilihat pada

Lampiran 23 dan 24. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak

tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap

parameter volume akar.

Rataan volume akar pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam dapat

dilihat pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Volume akar (cm3) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak

tanam

Dosis Phospat

Jarak Tanam (cm)

(g P2O5/plot)

J1=20x15

J2=20x20

J3=20x25

Rataan

………………………. cm3…………………….…………

P0 = 0

11,17 9,50 13,50

11,39

P1 = 5,33

7,92

9,17 11,92

9,67

P2 = 10,67

12,92