Pengaruh Pemberian Pupuk P dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bengkuang (Pachyrrizus erosus (L.) Urban)

  

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

  Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Pachyrrhizus Spesies : Pachyrrhizus erosus (L.) Urban.

  Bengkuang merupakan tanaman yang memiliki sistem perakaran tunggang, dimana panjang akar dapat mencapai 2 m. Akar bengkuang memiliki kemampuan untuk bersimbiosis dengan Rhizobium yang dapat menambat nitrogen dari udara. Akar bengkuang berkembang menjadi umbi yang berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5 kg. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih dengan rasa yang manis (Heyne, 1987).

  Batang tanaman bengkuang menjalar dan membelit dengan rambut- rambut halus yang mengarah ke bawah. Tinggi batang dapat mencapai 4-5 m.

  Pada praktek budidayanya, batang bengkuang dipangkas untuk mendapatkan umbi yang besar, pemangkasan dapat dilakukan hingga 5 kali hingga panen (http://id.wikipedia.org, 2009).

  Daun merupakan daun trifoliate, dengan bentuk tulang daun menyirip. Panjang tangkai daun berkisar antara 3 sampai 18 cm. Anak daun berbentuk ovate atau kadang-kadang bulat telur melebar dengan ujung runcing berukuran 3

  • – 18 cm x 4-20 cm (Tindall, 1983).

  Bunga yang berwarna putih atau ungu berkembang dalam tandan tegak,

  • – 2 cm. Polong muda dapat dimakan sebagai sayurran rebus, namun polong tua, daun dan bijinya beracun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

  Buah bengkuang termasuk buah polong, yang berbentuk pipih, dengan panjang 8-13 cm, memiliki rambut halus pada permukaan polongnya. Polong berisi 4-7 butir biji yang dipisahkan oleh sekat. Biji bengkuang berbentuk persegi membundar, biji pipih dan berwarna hijau kecoklatan atau coklat tua kemerahan (Heyne, 1987).

  Biji berbentuk agak pipih, kebanyakan bundar, dengan lebar 5

  • – 10 cm dan berbeda dengan spesies Pachirhizus lain, biji ini tidak pernah berbentuk ginjal. Biasanya diperlukan sekitar 10 bulan untuk menghasilkan biji matang. Kultivar dengan biji berwarna cokelat kehijauan lebih disukai karena lebih produktif ketimbang tanaman berbiji hijau atau cokelat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

  Syarat Tumbuh Iklim

  Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 0-1750 m dpl. Dewasa ini bengkuang banyak ditanam pada ketinggian 500-900 m dpl. Curah hujan bervariasi antara 250-500 mm dan tidak lebih dari 1500 mm per bulan. Suhu optimal antara siang dan malam hari adalah antara 200-300C. Pada daerah dengan siang hari yang lebih panjang, pertumbuhan umbi dapat dilihat setelah 4-6 minggu tetapi pengaruhnya terbatas pada pembentukan umbi. Pada pembungaan, inisiasi pertama ketika panjang hari 12,5 jam (Sorensen, 1998).

  o o

  Suhu 25 C-30 C dan iklim lembab dibutuhkan untuk pertumbuhan awal

  o o

  vegetatif tapi temperatur malam yang dingin sekitar 18 C-20 C sepanjang hari membutuhkan lama penyinaran yang panjang (14-15 jam) untuk pertumbuhan vegetatif baik, sedangkan hari lebih pendek yang diperlukan untuk pembentukan umbi yang lebih baik (Palaniswami and Peter, 2008).

  Beberapa tempat yang curah hujan sedang dan ketinggian 0 sampai 1000 meter umumnya dianggap menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bengkuang (Tindall, 1983)

  Tanah

  Bengkuang bisa tumbuh pada jenis tanah mulai dari tanah liat sampai lempung berpasir, drainase baik, berpasir, tanah aluvial lebih disukai untuk pertumbuhan bengkuang, terutama pada lahan irigasi (Sorensen, 1996).

  Tanaman bengkuang dapat tumbuh di dataran rendah dengan kondisi tanah yang baik, yaitu tanah tersebut merupakan tanah yang gembur dan banyak mengandung humus (Liptan, 1996).

  Toleran terhadap tanah dan kondisi iklim dengan kisaran yang cukup lebar. Berpasir, tanah berdrainase baik umumnya disukai karena genangan air berakibat buruk pada pertumbuhan (Tindall, 1983).

  Bengkuang memerlukan tanah yang subur, berdrainase baik, dan tanah lempung berpasir dengan pH 6.0-7.0. Pertumbuhan lebih baik di tanah berlempung dengan drainase yang bagus dan kandungan humus yang memenuhi (Palaniswami and Peter, 2008).

  Phospat

  Sumber fosfat yang berada di dalam tanah sebagai fosfat mineral yaitu batu kapur fosfat,sisa tanaman dan bahan organik lainnya,pupuk buatan.

  Penyerapan fosfor selain dapat dilakukan oleh mikroorganisme dapat juga dilakukan oleh liat dan silikat. Ketersedian fosfor bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, utamanya pH karena derajat keasaman menentukan jenis ikatan fosfor dengan unsur laim. Misalnya pada pH rendah fosfor mudah berikatan dengan besi sehingga membentuk besi fosfat yang sukar larut sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Isnaini,1992). Selanjutnya Hasibuan (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemupukan diantaranya adalah faktor iklim (keadaan musim penghujan dan kemarau). Lebih lanjut Damanik, dkk (2010) menjelaskan bahwa bila dilakukan pemupukan pada saat musim penghujan, pupuk yang diberikan itu sebagian akan hilang tercuci atau tererosi sebelum dapat digunakan oleh tanaman. Sebaliknya, bila pemupukan pada musim kemarau berarti air sedikit di dalam tanah, pupuk yang diberikan tidak dapat larut dan tidak dapat diserap oleh tanaman.

  Unsur hara yang akan diserap ditentukan oleh semua faktor yang mempengaruhi ketersediaannya di permukaan akar sehingga pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tanaman optimal. Penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Hasil maskimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis, maka hasilnya justru menurun (Agustina, 1990).

  Superfosfat Triple (TSP) dibuat melalui pengasaman batuan fosfat dengan H3PO4 dengan peralatan dan proses yang sama dengan pupuk superfosfat biasa.

  Pupuk ini mempunyai rumusan kimia yang sama dengan pupuk superfosfat abu dan termasuk pupuk yang mudah larut di dalam air. Kandungan hara pupuk ini sekitar 46

  • – 48% P2O5, tidak bersifat higroskopis dan reaksinya di dalam tanah netral (Damanik, dkk, 2010).

  Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam beberapa kegiatan antara lain pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin, pembentukan buah, bunga dan biji, kematangan tanaman, melawan efek nitrogen, merangsang perkembangan akar, meningkatkan hasil kualitas tanaman dan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Damanik, dkk, 2010).

  Pemupukan phospat dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Phospat merangsang pertumbuhan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas (Novizan, 2002).

  Gejala pertama tanaman yang kekurangan P adalah tanaman menjadi

  • – kerdil. Bentuk daun tidak normal dan apabila defisiensio akut maka ada bagian bagian daun, buah, dan batang yang mati. Defisiensi P juga dapat menyebabkan penundaan kemasakan juga pengisisan biji berkurang. Menurut Palaniswami dan Peter (2008) dosis pupuk N (80 kg/ha), P (40 kg/ha) dan K (80 kg/ha) direkomendasikan untuk mendapatkan hasil optimal. Damanik, dkk, (2010) yang
menyatakan bahwa kehilangan phosfat akibat tercuci hal ini tergantung pada faktor tanah seperti tekstur tanah, kapasitas tukar kation, pH tanah dan jenis tanah.

  Jarak Tanam

  Jarak tanam adalah jarak antar tanaman dalam satu barisan tanaman maupun antar barisan tanaman. Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat yaitu terkompensasi,sehingga tanaman tidak terlalu jarang, permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan, jumlah tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula (Lingga, 2004).

  Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kompetisi tanaman adalah dengan pengaturan jarak tanam. Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat dan laju evaporasi juga dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum (Mayadewi, 2007).

  Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena penggunaan koefisien penggunaan cahaya. Pada umumnya produksi tiap satuan luas tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Pada akhirnya, penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun karena persaingan untuk cahaya dan faktor pertumbuhan lain. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu (Harjadi, 1994).

  Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mendapatkan unsur hara dan cahaya. Jika peningkatan populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan tercapai pada populasi yang lebih padat (Liu, 2004).

  Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan hara, air dan cahaya matahari, sehingga apabila tidak diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil tanaman. Jarak tanam rapat mengakibatkan terjadinya kompetisi intra spesies dan antar spesies. Kompetisi yang terjadi utamanya adalah kompetisi dalam memperoleh cahaya, unsur hara dan air. Tanaman yang diusahakan pada musim kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas, oleh karena jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat lebih jauh terjadi peningkatan aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang (Syam, 1992).

  Adanya interaksi di antara tanaman yang berdekatan merupakan fungsi dari jarak tanam dan besarnya tanaman bersangkutan. Disamping populasi tanaman, pengaturan jarak tanaman menjadi penting dalam mengoptimumkan penggunaan faktor lingkungan. Terdapat beberapa sistem pengaturan jarak tanam di lapangan yang mungkin mempengaruhi hasil produksi tanaman antara lain bentuk empat persegi atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak dalam baris teratur atau tidak dan arah barisan yakni Utara-Selatan atau Timur-Barat (Jumin, 2002).

  Tanaman ini ditanam dalam barisan dan sering ditanam dalam gundukan. Jarak tanam yang biasa digunakan sekitar 15-30 cm dalam barisan, dan 100 cm atau ketika ditanam tumpang sari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

  Biasanya 2-3 biji pada bedengan ditanam pada jarak 30 cm dengan kedalaman 2 cm. tepat waktu ditabur: 30 x 30 cm dan akhir ditaburkan 30 x 15 cm atau 15 x 15 cm. jarak dekat memberikan hasil maksimal tetapi umbi kecil, yang bebas dari retak. Tingkat benih bervariasi 20-60 Kg / ha tergantung pada waktu tanam, jarak dan tujuan (Palaniswami dan Peter, 2008).