MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK – PAIR – SHARE PADA POKOK BAHASAN APROKSIMASI KESALAHAN DI KELAS X SMK NEGERI 2 SIBOLGA T.A 2016 / 2017.

MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE PADA
POKOK BAHASAN APROKSIMASI KESALAHAN DI KELAS
X SMK NEGERI 2 SIBOLGA
T.A 2016/2017

Oleh :

Ria Dzulfyani
NIM. 4123111064
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017


i

ii

RIWAYAT HIDUP

Ria Dzulfyani adalah anak kedua dari lima bersaudara. Lahir di Sibolga,
Sumatera Utara tanggal 23 Mei 1994. Ayah bernama Alm. Drs. Kaswar Chaniago dan
Ibu bernama Rosmaniar Tanjung. Pada tahun 1999 penulis masuk ke Taman kanakkanak TK. Aisyah Bustanul Athfal Sibolga. Pada tahun 2000 penulis masuk ke SD.
Negeri 081228 Sibolga dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis
melanjutkan sekolah di SMP Negeri 3 Sibolga dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun
2009 penulis melanjutkan sekolah di Yayasan Perguruan Thawallib Darur Rachmad
Sibolga dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

ii

Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran

Kooperatif Think – Pair – Share pada Pokok Bahasan Aproksimasi
Kesalahan Di Kelas X SMK Negeri 2 Sibolga T.A 2016 / 2017
Ria Dzulfyani
(NIM: 4123111064)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS)
pada materi aproksimasi kesalahan di kelas X-TSM-I SMK Negeri 2 Sibolga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas X-TSM-I SMK Negeri 2 Sibolga T.A 2016/2017 yang berjumlah 35
orang. Objek penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika siswa
melalui pembelajaran kooperatif think-pair-share di kelas X SMK Negeri 2
Sibolga tahun ajaran 2016/2017.
Berdasarkan analisis data setelah pemberian tindakan pada siklus I
melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematika I diperoleh 19 siswa
(54,29%) dari 32 siswa telah mencapai ketuntasan belajar (nilainya  70). Setelah
tindakan II, melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematika II
diperoleh 33 siswa (94,29%) dari 35 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar
(nilainya  70). Terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 40%.

Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka persentase ketuntasan ini sudah
memenuhi.
Nilai rata-rata pada tes kemampuan komunikasi matematika pada siklus I
yaitu 68,21 dan pada siklus II meningkat menjadi 80,89. Peningkatatan nilai ratarata yaitu sebesar 12,68 dengan Gain Skor sebesar 0,39 yang berada pada kategori
sedang.
Berdasarkan uraian-uraian di atas disimpulkan komunikasi matematika
siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe ThinkPair-Share (TPS) pada materi aproksimasi kesalahan di kelas X-TSM-1 SMK
Negeri 2 Sibolga T.A 2016/2017.

Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share,
Konvensional, Kemampuan Komunikasi Matematika, Aproksimasi Kesalahan

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan
kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran

Kooperatif Think – Pair – Share pada Pokok Bahasan Aproksimasi Kesalahan Di
Kelas X SMK Negeri 2 Sibolga T.A 2016 / 2017” disusun untuk memperoleh
gelar

Sarjana

Pendidikan

Matematika,

Fakultas Matematika

dan

Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Prof.Dr. M.Manullang,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran yang membangun sejak penyusunan

proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan Bapak Dr. Abil Mansyur,M.Si, Bapak Prof. Dr.
Edi Syahputra, M.Pd, dan Dr. W. Rajagukguk selaku Dosen Pemberi Saran yang
telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Bornok Sinaga,M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D
selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia,
M.Si, dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku ketua jurusan, sekertaris jurusan,
dan ketua program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh
Bapak, Ibu Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang
sudah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Abdul Hamid,S.Pd selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Sibolga, PKS Bidang
Kurikulum Bapak Sardion Simbolon, Kepala Tata Usaha Ibu Tiomas Tambunan
dan Rumondang Minar Uli Sinaga,S.Pd selaku guru bidang studi matematika

v


SMK Negeri 2 Sibolga, guru, staf, pegawai, dan siswa-siswi SMK Negeri 2
Sibolga yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Papa tercinta
Alm. Drs. Kaswar Chan dan Mama tercinta Rosmaniar Tanjung yang selalu
memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan
yang tak ternilai harganya kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada kakak tercinta beserta suami
Ricca Warni Chan,A.Md dan Harmein Zulpan Pulungan,S.E., dan adik-adik
tercinta Winda Putri Lestari Chan, Andi Rahman Chan dan Mitha Fitriani Chan
yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.
Terima kasih kepada Wakil Ketua DPRD Kota Sibolga Abanganda Jamil
Zeb Tumori,S.H., yang memberikan semangat tiada henti di sela kesibukan
bersama masyarakat Kota Sibolga, Abanganda Joehannes M.F Purba,S.Pd,
Hartono dan Shandi Kariim Amrullah yang selalu setia mendampingi dan
membantu penulis menyelesaikan proposal dan skripsi ini.. Terima kasih rekanrekan seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas DIK A 2012 yang
telah banyak membantu penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya
skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan,
Penulis,

Ria Dzulfyani
NIM. 4123111064

vi

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan

i

Abstrak


ii

Kata Pengantar

iii

Daftar Isi

vi

Daftar Tabel

ix

Daftar Gambar

xi

Daftar Lampiran


xii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Identifikasi Masalah

10

1.3. Batasan Masalah

10

1.4. Rumusan Masalah


10

1.5. Tujuan Penelitian

11

1.6. Manfaat Penelitian

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Kerangka Teoritis

12

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika

12


2.1.2. Proses Belajar-Mengajar

13

2.1.3. Komunikasi Matematika

14

2.1.4. Pengertian Model Pembelajaran

21

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif

22

2.1.5.1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

22

2.1.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

24

2.1.5.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair-Share

25

vii

2.1.5.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif TPS

26

2.1.5.5 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran

27

Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
2.2. Aproksimasi Kesalahan
2.2.1. Pengertian Membilang dan Mengukur
2.2.2. Kesalahan Pengukuran
2.2.3. Operasi Hasil Pengukuran
2.3. Kerangka Konseptual

BAB III

28
28
29
32
33

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

35

1.1. Lokasi Penelitian

35

1.2. Waktu Penelitian

35

3.2. Subjek dan Objek

35

3.2.1. Subjek Penelitian

35

3.2.2. Objek Penelitian

35

3.3. Jenis Penelitian

35

3.4. Prosedur Penelitian

36

3.5. Siklus I

36

3.5.1. Permasalahan

36

3.5.2. Tahap Perencanaan Tindakan I

36

3.5.3. Pelaksanaan Tindakan I

37

3.5.4. Observasi I

37

3.6. Instrumen Penenlitian

41

3.6.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematika

40

3.6.2. Observasi

41

3.7. Teknik Analisis Data

41

3.7.1. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Mateamtika

41

3.7.2 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika

42

viii

3.8.

3.7.3 Analisis Hasil Observasi

43

Penarikan Kesimpulan

43

BAB IV
4.1

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

45

4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I

45

4.1.1.1 Permasalahan I

45

4.1.1.2 Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I)

46

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I

46

4.1.1.4 Observasi I

50

4.1.1.5 Analisis Data I

50

4.1.1.6 Refleksi I

59

4.1.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus II

61

4.1.2.1 Permasalahan II

61

4.1.2.2 Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II)

62

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II

63

4.1.2.4 Observasi II

65

4.1.2.5 Analisis Data II

66

4.1.2.6 Refleksi II

72

4.2

Pembahasan Hasil Penelitian

73

4.3

Rekap Tindakan

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

82

5.2

Saran

82

DAFTAR PUSTAKA

84

ix

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rubrik Penskoran Komunikasi Matematik Siswa

20

Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok

23

Belajar Konvensional
Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

24

Tabel 3.1 Penilaian Komunikasi

40

Tabel 3.2 Kategori Kemampuan Komunikasi Matematika

41

Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Nilai Indeks Gain

43

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Observasi

43

Tabel 4.1 Kemampuan Komunikasi Matematika Awal Siswa

45

Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Menjelaskan Pada Tes Kemampuan

51

Komunikasi Matematika I
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Menghitung Pada Tes Kemampuan

52

Komunikasi Matematika I
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Merepresentasi Pada Tes Kemampuan

52

Komunikasi Matematika I
Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika I

51

Pada Siklus I
Tabel 4.6 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi

55

Matematika I
Tabel 4.7 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I

57

Tabel 4.8 Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika II

66

Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa Menjelaskan Pada Tes Kemampuan

68

Komunikasi Matematika II
Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa Menghitung Pada Tes Kemampuan

68

Komunikasi Matematika II
Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan Siswa Merepresentasi Pada Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika II

69

x

Tabel 4.12 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II

70

Tabel 4.13 Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

73

Setiap Siklus
Tabel 4.14 Rekap Tindakan

76

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa I

8

Gambar 1.2 Jawaban Tes Awal Siswa II

9

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas

39

Gambar 4.1 Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

54

Siswa Siklus I
Gambar 4.2 Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

67

Siswa Siklus II
Gambar 4.3 Grafik Nilai Rata-rata Nilai Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa

74

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I

86

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II

95

Lampiran 3

Lembar Aktivitas Siswa I ( SIKLUS I )

100

Lampiran 4

Lembar Aktivitas Siswa II ( SIKLUS II )

102

Lampiran 5

Lembar Aktivitas Siswa III ( SIKLUS III )

104

Lampiran 6

Alternatif jawaban LAS I

106

Lampiran 7

Alternatif Jawaban LAS II

108

Lampiran 8

Alternatif Jawaban LAS III

109

Lampiran 9

Tes Awal

111

Lampiran 10 Tes Komunikasi Matematika I

112

Lampiran 11

113

Tes Komunikasi Matematika II

Lampiran 12 Alternatif Tes Awal

114

Lampiran 13 Alternatif Komunikasi Matematika I

115

Lampiran 14 Alternatif Komunikasi Matematika II

116

Lampiran 15 Kisi-Kisi Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika 118
Lampiran 16 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

119

Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II

120

Lampiran 18 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematika 121
Lampiran 19 Lembar Validasi Tes Kemampuan Awal

123

Lampiran 20 Lembar Validasi Tes Komunikasi Matematika I

125

Lampiran 21 Lembar Validasi Tes Komunikasi Matematika II

127

Lampiran 22 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I (Pertemuan I)

129

Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I (Pertemuan II)

132

Lampiran 24 Rekapitulasi Observasi Pembelajaran Siklus I

135

Lampiran 25 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II (Pertemuan I)

138

Lampiran 26 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II (Pertemuan II) 141

xiii

Lampiran 27 Rekapitulasi Observasi Pembelajaran Siklus II

144

Lampiran 28 Analisis Hasil Tes Kemampuan Awal

147

Lampiran 29 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 149
Lampiran 30 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 150
Lampiran 31 Dokumentasi Penelitian

153

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan kehidupan manusia merupakan dua hal identik yang tak

bisa dipisahkan satu sama lain. Hubungan keduanya ibarat tubuh dan jiwa
manusia : jiwa berpotensi menggerakkan tubuh, sementara kehidupan manusia
digerakkan oleh “ bandul” pendidikan menuju tujuan hidup yang didambakan.
Dengan pendidikan, manusia memperoleh wawasan pengetahuan darimana asal
usul kehidupan dan kejelasan orientasi kehidupannya. Tanpa pendidikan, bisa
dipastikan manusia akan kehilangan ruh penggerak kehidupannya. Dengan kata
lain, hidup dan tujuan hidup dapat diraih jika pendidikan benar-benar “hidup”.
Pada hakekatnya pendidikan itu mempunyai asas-asas tempat ia tegak
dalam materi, interaksi, inovasi, dan cita-cita. Pendidikan menurut pandangan
individu adalah menggarap kekayaan atau potensi yang terdapat pada setiap
individu agar berguna bagi individu itu sendiri dan dapat dipersembahkan kepada
masyarakat. Dilihat dari sudut pandang masyarakat pendidikan itu sekaligus
sebagai pewarisan kebudayaan dan pengembangan potensi-potensi. Menurut
Langgulung (Syaiful,2005 : 1 ) memasukkan sesuatu itu melalui proses
pendidikan dimaksudkan adalah memasukkan ilmu pengetahuan ke kepala
seseorang. Jadi dalam proses memasukkan tampak tiga hal yang terlibat yaitu : (1)
ilmu pengetahuan itu sendiri; (2) proses memasukkan ilmu pengetahuan; dan (3)
kepala atau diri seseorang. Karena itu pendidikan itu mempunyai asas-asas
sebagai tempat ia tegak dalam materi, interaksi, inovasi, dan cita-citanya.
Secara faktual pendidikan menggambarkan aktivitas sekelompok orang
seperti guru dan tenaga kependidikan lainnya melaksanakan pendidikan adalah
muatan, arahan, pilihan yang ditetapkan sebagai wahana pengembangan masa
depan anak didik yang tidak terlepas dari keharusan kontrol manusia sebagai
pendidik. Menurut pandangan Piaget (Syaiful,2005 : 3) pendidikan didefenisikan
sebagai penghubung dua sisi, di satu sisi individu yang sedang tumbuh

2

berkembang, dan disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi
tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut.
John Dewey (Syaiful,2005:4) berpendapat bahwa pendidikan adalah
proses yang tanpa akhir ( Education is the process without end ), dan pendidikan
merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik
menyangkut daya piker ( daya intelektual ) maupun daya emosional (perasaan)
yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
Mengingat Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Winarno,2008 : 50-55) menyebutkan pada pasal 20 huruf a
dan b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen , bahwa
guru

berkewajiban

merencanakan

pembelajaran,

melaksanakan

proses

pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
serta meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan terutama dalam bidang matematika adalah hal yang
memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terusmenerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Matematika merupakan suatu ilmu yang menelaah bentuk-bentuk yang
abstrak dan hubungan-hubungan diantara hal itu. Untuk dapat memahami struktur
serta hubungan-hubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang konsepkonsep yang terdapat di dalam matematika itu. Defenisi matematika dari beberapa
pakar yang di ungkapkan oleh Soedjadi:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan hubungan
dengan bilangan.

3

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa merupakan tantangan serius
bagi dunia pendidikan dan semua pihak yang berkecimbung dalam pendidikan
matematika.

Khususnya,

guru

perlu

mencari

pendekatan

pembelajaran

membangkitkan motivasi belajar siswa, dan untuk siswa diharapkan lebih giat
menggali dan memahami konsep – konsep dalam matematika. Hal ini dimaksud
agar siswa tidak jenuh dalam menerima dan mengikuti proses belajar mengajar
matematika.
Presiden Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI) Firman Syah Noor,
memaparkan, berdasarkan hasil penelitian Trends in Internasional Mathematics
and Science Study (TIMMS) yang dilakukan oleh Frederick pada tahun 2003, ada
tiga penyebab utama mengapa indeks literasi matematika siswa Indonesia sangat
rendah :
1. Lemahnya kurikulum di Indonesia
2. Kurang terlatih guru-guru Indonesia
3. Kurangnya dukungan dari lingkungan dan sekolah
Firman menjabarkan, objek materi pelajaran yang diberikan guru juga tidak
lengkap

bila

dibandingkan

dengan

kurikulum

internasional,

tidak

komprehensifnya kurikulum pendidikan matematika di Indonesia ini juga
membuat nilai peringkat literasi matematika kita rendah. Hal lainnya adalah
kurangnya penggunaan kalkulator oleh siswa. Dia mengilustrasikan, diluar negeri
para siswa tidak perlu menghafal rumus karena sudah disediakan didepan kelas.
Sebaliknya, di Indonesia, siswa justru ditekankan untuk dapat menghafal rumus
dan sering kali dilarang menggunakan kalkulator dlam mengerjakan soal.
Mengingat pentingnya proses belajar mengajar matematika maka guru
dituntut untuk mampu menyesuaikan, memilih, dan memadukan metode
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika. Metode pembelajaran
tersebut harus disesuaikan materi, kondisi siswa dan tujuan yang ingin dicapai.
Selain itu strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus mampu

4

menciptakan susasana yang menyenangkan dalam belajar. Proses pembelajaran
yang demikian nantinya akan dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu
peningkatan aktivitas.
Oleh karena peranan matematika yang sangat besar, seharusnya
matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga
dapat meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya.
Keinginan dan semangat yang meningkat ini akan mempengaruhi komunikasi
matematika dari siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa dan berbagai aspek yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran
matematika.
Belajar bukanlah sekedar menghafal konsep-konsep yang sudah ada atau
informasi yang sudah diketahui sebelumnya melainkan belajar adalah berbuat,
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu metode pembelajaran harus dapat mendorong hasil belajar siswa.
Tujuan intsruksional pada umumnya dikelompokkan kedalam tiga kategori
yaitu :
a. Klasifikasi tujuan kognitif
Kawasan Kognitif adalah kawasan yang membahas tentang tujuan
pembelajaran, yang berkenaan dengan proses mental, dan berawal dari
tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi ( Keysar,2010 :
5 ). Tujuan kognitif ini terdiri dari 6 (Usman,2006 : 34-35) yang terdiri
dari :
1. Ingatan, mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat
materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teoriteori yang sukar.
2. Pemahaman, mengacu kepada kemampuan memahami materi.
3. Penerapan,

mengacu

kepada

kemampuan

menggunakan

atau

menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan
menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
4. Analisis, mengacu kepada kemampuan menguraikan materi kedalam
komponen-komponen penyebabnya, dan mampu memahami hubungan

5

diantara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan
aturannya dapat lebih dimengerti.
5. Sintetis, mengacu kepada kemampuan memadukan konsep sehingga
membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
6. Evaluasi, mengaju kepada kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

b. Klasifikasi tujuan afektif
Bloom (Keysar,2010 : 6) menyatakan bahwa kawasan afektif, sama halnya
dengan kawasan kognitif, tersusun dalam urutan hirarkis sedemikian
sehingga masing-masing kategori perilaku akan diasumsikan merupakan
hasil dari kategori perilaku dibawahnya. Akan tetapi tidak tampak bahwa
kawasan afektif didasari oleh prinsip dari sederhana ke kompleks atau
prinsip dari konkrit ke abstrak, seperti pada kawasan kognitif. Tingkat
afeksi ini ada 5 (Keysar,2014 : 7-9 ) yang terdiri dari:
a. Kemauan menerima, merupakan keinginan untuk memperhatikan
suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku,
mendengarkan musik atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras
berbeda.
b. Kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang menunjuk pada
partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas
terstruktur, mentaati peraturan, mengikuti diskusi kelas.
c. Berkeyakinan dimaksud berkenaan dengan kemauan menerima sistem
nilai tertentu pada diri individu. Seperti apresiasi (penghargaan)
terhadap sesuatu.
d. Mengorganisasi berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai
sistem nilai yang berbeda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang
tinggi. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan
tanggung jawab.

6

e. Pembentukan pola, pada tahap ini individu yang sudah memiliki sistem
nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang
dipegangnya. Seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

c. Klasifikasi tujuan psikomotorik (Usman,2006 : 36-37) terdiri dari :
1. Peniruan, terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai
memberi respon serupa dengan yang diamati. Peniruan ini pada
umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2. Manipulasi, menekankan perkembangan kemampuan mengikuti
pengarahan, penampilan, gerakan pilihan yang menetapkan suatu
penampilan melalui latihan.
3. Ketetapan, memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang
lebih tinggi dalam penampilan.
4. Artikulasi, menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan
membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau
konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda.
5. Pengalamiahan, menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling
sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Sugandi (Jamaluddin,
2013) yaitu mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dengan tepat
atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,
peta, dan diagram, dalam menjelaskan gagasan. Namun, pembelajaran matematika
yang dilakukan disekolah masih menggunakan pembelajaran yang bersifat
konvensional. Pada akhirnya salah satu tujuan pembelajaran matematika diatas
terabaikan dan proses komunikasi pada saat pembelajaran hanya bersifat satu
arah.
Berbagai sumber juga menyebutkan tentang peran penting komunikasi
dalam pembelajaran matematika. Menurut Baroody (Umar, 2012) pada
pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional, komunikasi (lisan)
siswa masih sangat terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai
pertanyaan yang diajukan oleh guru.

7

Komunikasi

matematika

perlu

menjadi

fokus

perhatian

dalam

pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi siswa dapat mengorganisasi
dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya (NCTM, 2000a), dan siswa dapat
mengeksplorasi ide-ide matematika (NCTM, 2000b). Selain itu menurut Atkins
(Umar, 2012:

3) komunikasi

matematika secara verbal

(mathematical

conversation) merupakan alat untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa,
memungkinkan siswa untuk belajar mengkonstruksikan pemahaman matematika
dari siswa lain dan memberikan siswa kesempatan untuk merefleksikan
pemahaman matematikanya.
Proses pembelajaran yang terjadi disekolah masih cenderung didominasi
guru yang dilaksanakan secara konvensional dengan urutan sajian: (1) guru
mengajarkan teori/definisi/teorema melalui ceramah, (2) guru memberikan dan
membahas contoh-contoh, kemudian (3) guru memberikan soal latihan. Hal
tersebut membuat siswa tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan ide,
gagasan, atau pendapat mereka karena suasana kelas yang terlalu didominasi oleh
guru. Akibatnya, tidak dapat diketahui kemampuan komunikasi matematika siswa
dalam menyampaikan pemikiran tentang gagasan dan ide matematisnya dalam
menyelesaikan masalah matematika.
Namun berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMK Negeri 2
Sibolga, peneliti mendapati bahwa dalam pembelajaran guru masih mendominasi
pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, siswa terlihat kurang tertarik untuk
merespon/menjawab materi

yang disampaikan oleh guru karena guru hanya

menyampaikan teori saja, beberapa siswa terlihat tidak memperhatikan guru,
mereka lebih senang bercerita dengan temannya. Sebagian siswa yang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru lebih memilih untuk diam,
sebab jika mereka memberikan jawaban mereka berfikir teman-teman yang lain
tidak akan mendengarkan. Tindakan-tindakan yang dilakukan siswa tersebut
adalah fakta yang menunjukkan bahwa minat siswa dalam proses pembelajaran
masih rendah.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa orang siswa.
Mereka mengatakan terkadang mereka merasa bosan belajar matematika, guru

8

hanya menggunakan strategi ceramah dan siswa mencatat yang tertera dipapan
tulis. Siswa tidak terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya pada saat
pembelajaran berlangsung karena guru tidak pernah memberikan sesi tanya-jawab
kepada siswa. Sehingga jika mereka tidak tahu, mereka hanya diam dan
membiarkan ketidaktahuannya tersebut. Dari hasil wawancara tersebut dapat kita
ketahui bahwa siswa masih belum terbiasa berkomunikasi. Jika siswa tidak
terlatih dalam berkomunikasi, maka akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Menurut hasil observasi di SMK Negeri 2 Sibolga menunjukkan bahwa nilai ratarata ulangan harian matematika siswa di sekolah tersebut masih sangat rendah dan
pada umumnya di bawah KKM 75 untuk pelajaran matematika.
Selain itu peneliti juga memberikan tes awal kepada siswa kelas X-TSM-I
untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa. Soal yang
diberikan sebanyak tiga buah. Dari tes tersebut didapatkan hasil bahwa
kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa masih rendah. Dapat dilihat
dari persentase ketuntasan klasikal kelas hanya 14,28%. Dari 35 orang siswa yang
mengikuti tes awal matematika tertulis, hanya 5 orang yang memiliki kemampuan
komunikasi kategori sedang, 8 orang berada pada kategori rendah dan 22 orang
sangat rendah, karena mereka tidak mampu menjelaskan, menghitung, serta
merepresentasikan soal yang diberikan.
Berikut ini beberapa jawaban tes diagnostik yang dikerjakan oleh siswa.

Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa 1

9

Dari jawaban siswa diatas terlihat bahwa siswa masih belum mampu
menngkomunikasikan dan menyatakan pemikirannya secara tepat.

Gambar 1.2 Jawaban Tes Awal Siswa 2
Dari jawaban siswa diatas, siswa hanya menuliskan kembali apa yang
diinstruksikan oleh soal dan hanya satu soal yang terselesaikan namun tetap saja
jawaban yang dituliskan oleh siswa tersebut salah.
Untuk menyelesaikan permasalahan diatas diperlukan tahapan-tahapan
untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa. Tahapan-tahapan tersebut
yaitu :
1. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi
dan pertanyaan sehingga siswa diberi kesempatan untuk berfikir
(think) secara mandiri untuk masalah yang diberikan.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa berdiskusi dengan teman
sebangku atau berpasangan (pair) dengan tujuan agar siswa berdiskusi
dan mendalami ide-ide yang telah ditemukan masing-masing siswa.
3. Setelah ditemukan kesepakatan ide-ide pada masing-masing pasangan
diskusi, lalu guru memberikan kesempatan kepada perwakilan
pasangan atau kelompok menuangkan ide-ide tersebut kepada
kelompok lain (share). Hal tersebut dimaksud agar dari berbagai ideide yang mereka temukan, dapat ditemukan satu struktur yang
integrative dari pengetahuan yang dipelajari.
Berdasarkan fenomena di atas dapat dikatakan bahwa dalam proses
pembelajaran diperlukan suatu metode, strategi, ataupun model pembelajaran

10

yang dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa. Peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Meningkatkan Komunikasi
Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Think – Pair – Share
pada Pokok Bahasan Aproksimasi Kesalahan Di Kelas X SMK Negeri 2
Sibolga T.A 2016 / 2017”.

1.2.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ada beberapa masalah yang

dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran yang dilakukan guru di Kelas X-TSM SMK Negeri 2
Sibolga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran.
2. Kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa masih rendah.
3. Siswa

tidak

terbiasa

untuk

mengungkapkan

pendapatnya

pada

saat

pembelajaran berlangsung.
4. Proses pembelajaran yang disekolah kurang mendukung siswa untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi matematikanya.

1.3.

Batasan Masalah
Melihat

luasnya

cakupan

masalah-masalah

yang

teridentifikasi

dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti
membatasi masalah pada “Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif Think – Pair – Share pada Pokok Bahasan Aproksimasi
Kesalahan Di Kelas X SMK Negeri 2 Sibolga T.A 2016 / 2017”.

1.4.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah

yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah:
Apakah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif think-pair-share dapat
meningkatkan komunikasi matematika siswa pada pokok bahasan aproksimasi
kesalahan di kelas X-TSM SMK Negeri 2 Sibolga Tahun Ajaran 2016/2017?

11

1.5.

Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1.

Untuk melihat peningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share pada
materi aproksimasi kesalahan pada siswa kelas X-TSM di SMK Negeri 2
Sibolga.

2.

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa
kelas X-TSM di SMK Negeri 2 Sibolga setelah diterapkan model
pembelajaran Think-Pair-Share.

1.6.

Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini

diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi siswa, sebagai bahan informasi untuk menentukan cara belajar yang
sesuai dalam mempelajari matematika.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru bidang
studi matematika dalam menentukan model pembelajaran yang efektif dan
efisien pada kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah
dalam rangka perbaikan model pembelajaran dan peningkatan mutu
pendidikan.
4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan untuk
diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.

82

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1.

Model

pembelajaran

Think-Pair-Share

(TPS)

dapat

meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika siswa pada pokok bahasan aproksimasi
kesalahan di kelas X-TSM SMK Negeri 2 Sibolga.
2.

Berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematika yang diberikan
pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,21 dan meningkat pada siklus
II menjadi 80,89. Peningkatan ketuntasan belajar siswa pada siklus I yaitu 19
siswa (54,29%) meningkat menjadi 33 siswa (94,29%) pada siklus II yang
telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu ≥85% siswa yang mencapai tes
kemampuan komunikasi matematika dengan nilai ≥ 70.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran
matematika disarankan untuk menggunakan model pembelajaran ThinkPair-Share (TPS) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Kepada guru hendaknya berupaya melibatkan siswa lebih aktif dalam
pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses
belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar.
3. Sebelum memulai pembelajaran hendaknya guru mengkondisikan siswa
dalam keadaan nyaman dan siap untuk belajar, karena kondisi yang
nyaman dapat menciptakan suasana yang efektif untuk belajar.

83

4. Kepada siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar,
lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal dan lebih berani untuk
mengungkapkan ide dan pendapat saat berdiskusi.
5. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dapat

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek-aspek komunikasi yang
lain dalam pembelajaran dan menerapkannya pada pokok bahasan yang
berbeda.

84

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu I.. (2009). Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikas.Pena: Banda
Aceh.
Aswan,Zain.,Syaiful Bahri Djamarah.(2006).Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:
Rineka Cipta.
FMIPA Unimed.(2010). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan FMIPA Medan. Unimed: Medan.
Hamalik, Oemar.(2010). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Bandung.
Hadi, Amirul.(2005).Metodologi Penelitian Pendidikan.CV Pustaka Setia: Bandung.
Jamaluddin.(2013). Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa dalam Pembelajaran
Penemuan Terbimbing pada Materi Teorema Pythagoras. FMIPA UNESA
Kasmina.(2008).Matematika Program Keahlian Teknologi,Kesehatan,dan
Pertanian Untuk SMK dan MAK Kelas X.Jakata:Erlangga.
Kurniasih.,Imas.,dan

Berlin

Sani.(2015).Ragam

Pengembangan

Model

Pembelajaran.Jakarta:Kata Pena.
Keysar.(2010).Merancang

Butir

Soal

Dan

Instrumen

Untuk

Penelitian.Gorontalo:BMT Nurul Jannah.
----------(2014).Variabel Penelitian Dalam Pendidikan Dan Pembelajaran.Jakarta:Ina
Publikatama.
Syaiful.(2005).Administrasi Pendidikan Kontemporer.Bandung:Alfabeta.
----------(2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta.
Sudjana. N.(2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosda Karya:
Bandung.
Suharjana,Agus.(2008). Mengenal Bangun Ruang dan Sifat-sifatnya di Sekolah
Dasar.Pusat

Pengembangan

dan

Pemberdayaan

Pendidik

dan

Tenaga

Kependidikan Matematika:Jakarta
Trianto.(2011).Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta:Kencana
PrenadaMedia.

85

Umar,Wahid.(2012).Membangun

Kemampuan

Komunikasi

Matematis

dalam

Pembelajaran Matematika.Bandung:Jurnal STKIP Siliwangi
Usman.(2006).Menjadi Guru Profesional.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Winarno.,dan

J.B.Situmorang.(2008).Pendidikan

Profesi

Pendidik.Jawa Timur:Saka Mitra Kompetensi.

Dan

Sertifikasi

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN METODE CERAMAH PADA POKOK BAHASAN KONSEP, PRINSIP, PENDEKATAN, DAN ASPEK GEOGRAFI PADA SISWA KELAS X MA SUBULUSSALAM SRIWANGI OKU TIMUR SUMATERA SEL

1 14 81

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

1 25 62

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN METODE CERAMAH PADA POKOK BAHASAN KONSEP, PRINSIP, PENDEKATAN, DAN ASPEK GEOGRAFI PADA SISWA KELAS X MA SUBULUSSALAM SRIWANGI OKU TIMUR SUMATERA SEL

0 21 81

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN METODE CERAMAH PADA POKOK BAHASAN KONSEP, PRINSIP, PENDEKATAN, DAN ASPEK GEOGRAFI PADA SISWA KELAS X MA SUBULUSSALAM SRIWANGI OKU TIMUR SUMATERA SEL

0 16 83

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 RUKTI HARJO

1 12 61

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE Ari Suningsih

0 0 10

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SISWA KELAS VIII D SMP N 1 PLERET

0 0 8

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PENGASIH KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 20132014

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK PGRI 1 SENTOLO KULON PROGO

0 0 10

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VII A SMP N 2 BERBAH TAHUN AJARAN 20132014

0 0 10