PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN METODE CERAMAH PADA POKOK BAHASAN KONSEP, PRINSIP, PENDEKATAN, DAN ASPEK GEOGRAFI PADA SISWA KELAS X MA SUBULUSSALAM SRIWANGI OKU TIMUR SUMATERA SEL

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

DENGAN METODE CERAMAH PADA POKOK BAHASAN KONSEP, PRINSIP, PENDEKATAN, DAN ASPEK GEOGRAFI PADA SISWA

KELAS X MA SUBULUSSALAM SRIWANGI OKU TIMUR SUMATERA SELATAN TAHUN PEMBELAJARAN

2013-2014 Oleh Indrian Agustina

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: (1) Rerata hasil belajar geografi yang lebih tinggi dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dibandingkan dengan metode ceramah. (2) Perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar geografi dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan metode ceramah. (3) Peningkatan (gain) hasil belajar geografi yang lebih tinggi dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dibandingkan dengan metode ceramah. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain eksperimen semu (quasi eksperimental design) dan menggunakan rancangan nonequivalent control group design. Pengumpulan data menggunakan teknik tes berupa soal pilihan jamak. Objek penelitiannya adalah hasil belajar geografi mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan metode ceramah. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X MA Subulussalam Sriwangi.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat perbedaan rerata hasil belajar geografi dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif think pair share dan perlakuan metode ceramah. Yaitu pada pembelajaran think pair share rerata hasil belajarnya lebih tinggi dibandingkan dengan metoe ceramah. (2) Terdapat perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar geografi dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif think pair share dan metode ceramah. Peningkatan hasil belajar pada think pair share lebih tinggi dengan kategori sedang. Sementara itu, pada metode ceramah kategori peningkatannya rendah.


(2)

(3)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN METODE CERAMAH PADA POKOK BAHASAN KONSEP,

PRINSIP, PENDEKATAN DAN ASPEK GEOGRAFI PADA SISWA KELAS X MA SUBULUSSALAM SRIWANGI OKU TIMUR

SUMATERA SELATAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013-2014

(Skripsi)

Oleh

INDRIAN AGUSTINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 31 2. Peta Lokasi Penelitian ... 62


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI ... v

RIWAYAT HIDUP. ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 9

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pengertian Pembelajaran ... 12

3. Pembelajaran Geografi ... 13

4. Model, Metode dan Strategi Pembelajaran Geografi ... 14

5. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 19

7. Metode Ceramah ... 21


(6)

C. Kerangka Pikir ... 30

D. Hipotesis Penelitian ... 32

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel ... 35

C. Prosedur dan Rancangan Pembelajaran ... 36

1. Prosedur Penelitian ... 36

2.Perencanaan Pembelajaran ... 37

3. Rancangan Pembelajaran ... 37

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 47

1. Tempat penelitian ... 47

2. Waktu penelitian ... 47

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 47

1. Variabel Penelitian ... 47

2. Definisi Operasional Variabel ... 48

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 49

1. Teknik Pengumpulan Data ... 49

2. Alat Pengumpulan Data ... 49

G. Uji Persyaratan Analisis Data ... 54

1. Uji Normalitas ... 54

2. Uji Homogenitas ... 55

3. Nilai Rerata Hasil Belajar ... 55

4. Peningkatan (Gain) Hasil Belajar ... 56

H. Teknik Analisis Data ... 56

I. Hipotesis Statistik ... 58

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MA Subulussalam Sriwangi SS III OKU Timur ... 60

1. Sejarah Berdirinya MA Subulussalam Sriwangi ... 60

2. Lokasi MA Subulussalam Sriwangi ... 60

3. Visi dan Misi MA Subulussalam Sriwangi ... 61

4. Kondisi Sekolah ... 63

5. Pengelolaan Kelas ... 63

B. Hasil Penelitian ... 64

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 64

2. Deskripsi Penerapan Pembelajaran ... 65


(7)

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77 1. Perbedaan Rerata Hasil Belajar Geografi dengan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Think Pair Share dibanding dengan Metode Ceramah . ... .. 77 2. Perbedaan Peningkatan (Gain) Hasil Belajar Geografi dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Metode Ceramah ... 80

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 84 B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. 1 Hasil Belajar Mata Pelajaran Geografi Kelas X di MA Subulusssalam

Sriwangi Semendawai Suku III ... 3

1.2 Data Siswa Kelas X Tahun Pembelajaran 2013-2014 ... 4

2.1 Penelitian yang Relevan ... 29

3.1 Rancangan Penelitian ... 34

3.2 Rancangan Penelitian di MA Subulussalam Sriwangi Tahun 2013-2014 ... 34

3.3 Jumlah Siswa Kelas X MA Subulussalam Sriwangi OKU Timur Tahun Pembelajaran 2013-2014 ... 35

3.4 Sampel Penelitian Siswa Kelas X Subulussalam Sriwangi OKU Timur ... 36

3.5 Hasil Uji Coba Vaiditas Instrumen Tes ... 51

3.6 Uji Daya Beda Instrumen Tes ... 52

3.7 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Instrumen Tes ... 54

4.1 Subjek Penelitian ... 65

4.2 Data Pre Test dan Post-Test Siswa Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X MA Subulussalam Sriwangi Semendawai Suku III Tahun 2013-2014 ... 70

4.3 Uji Normalitas Hasil Belajar Geografi Siswa ... 71


(9)

(10)

MOTO

Kegagalan bukan akhir dari segalanya tetapi akan ada kesempatan dan harapan selama tetap berikhtiar dan berdo’a


(11)

(12)

PERSEMBAHAN

Terucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada :

Ibuku Tercinta (Satini)

yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan tak pernah bosan menyemangatiku, serta tak pernah lelah menengadahkan tangan dalam tiap

sujud malamnya untuk mendoakanku.

Ayahku Tersayang (Sumardi)

yang telah menjadi sosok ayah yang sangat aku kagumi, menjadi contoh setiap langkahku dalam hidup bermasyarakat, dan selalu mendukungku dalam

menggapai cita-cita.

Kakak, Ayuk dan Keponakan-Keponakanku Tersayang

(Habibin, Imam M, Rowiyah, Sri Khorijatun, Rendi Julio F, Miko Ta F, Very S, Dan Veriyal P.)

yang telah menjadi salah satu sumber semangatku untuk membahagiakan keluarga, selalu memberikan senyum keceriaan dan selalu mendukungku.

Para pendidik dan sahabat-sahabatku yang memberikan semangat untukku Serta


(13)

RIWAYAT HIDUP

Indrian Agustina, dilahirkan di Trimoharjo pada tanggal 09 Agustus 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sumardi dan Ibu Satini. Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak RA Miftahul Ulum Trimoharjo pada tahun 1997, Pendidikan Dasar di MIN Trimoharjo pada tahun 2003, Pendidikan Menengah Pertama di MTSI Trimoharjo pada tahun 2006, Pendidikan Menengah Atas di MAN Gumawang pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, S1 Pendidikan Geografi melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan akademik. Penulis pernah mengikuti lembaga kemahasiswaan di BEM FKIP sebagai staf ahli pengabdian masyarakat pada periode 2010-2011. Pada tahun 2012 melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan Geografi di Bali, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di tahun yang sama penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tanjung Harapan yang bersinergi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Marga Tiga Kec. Marga Tiga Kab. Lampung Timur pada bulan Juli sampai September 2012.


(14)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Sumadi, M.S., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Ibu Dra. Nani Suwarni, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Ibu Dr. Trisnaningsih, M.Si., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(15)

izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

4. Bapak Drs. Iskandar Syah M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Bapak Muslikhin S.Pd I., selaku Kepala sekolah MAS Subulussalam Sriwangi yang telah memberikan izin untuk melaksanakan Penelitian. 9. Ibu Ismayani S. Pd I., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dan

bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian.

10.Kedua orang tuaku tercinta dan kakakku yang tak henti menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.


(16)

keceriaan dan kekeluargaan dalam menuntut ilmu dan menggapai impian. 12.Sahabat-sahabatku di Asrama Gravillea, yang telah menemaniku dan

menjadikan rumah kedua untukku.

13.Teman-teman KKN dan PPL di Desa Tanjung Harapan (Rizki, Meutia, Puspa, Dian A, Lulu, Ria, Syuhada, Adit, Arif, Didi, Dian F, Joni)

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 15 Agustus 2014 Penulis,


(17)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seperti yang dianggap oleh masyarakat bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi kemampuannya. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan secara berkesinambungan, salah satunya dengan pengembangan kurikulum yang dilakukan secara berkesinambungan. Kurikulum berbasis kompetensi pada tahun ajaran 2004-2005 diterapkan pada semua jenjang pendidikan yaitu SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA. Kemudian pada tahun ajaran 2006 diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai penyempurna dari kurikulum sebelumnya.

Madrasah Aliyah (MA) Subulussalam Sriwangi merupakan salah satu sekolah menengah atas di Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten OKU Timur. Di sekolah ini mengajarkan bidang ilmu pengetahuan sosial yaitu geografi, ekonomi,


(18)

dan sejarah yang diberikan di kelas X, XI dan XII bidang sosial. Geografi merupakan mata pelajaran inti yang menuntut siswa memiliki hasil belajar yang tinggi agar siswa mampu bersaing dalam melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pembelajaran pada mata pelajaran geografi di MA Subulussalam Sriwangi Semendawai Suku III masih berpusat pada guru, yaitu guru memberikan penjelasan, siswa mencatat dan guru memberikan tanya jawab seperlunya. Dalam pembelajaran seperti ini siswa hanya dituntut melihat, mendengarkan dan mencatat tanpa berkomentar dan bertanya tentang informasi dari guru. Dengan demikian, maka siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang demikian akan membuat siswa merasa bosan. Selain itu, informasi yang telah diperoleh siswa akan mudah dilupakan dan siswa tidak akan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran selanjutnya.

Pembelajaran yang berpusat pada guru membuat siswa kurang aktif dan guru berperan aktif, sehingga proses pembelajaran kurang melibatkan peran siswa. Proses pembelajaran yang seperti ini diduga akan membuat siswa kurang bersemangat dalam belajar geografi dan menganggap mata pelajaran geografi adalah mata pelajaran yang sulit dipelajari serta mengakibatkan hasil belajar yang rendah. Dengan masalah tersebut penelitian ini diharapkan berguna untuk memperbaiki pembelajaran disekolah sehingga menghasilkan hasil belajar yang sesuai dengan yang diharapkan.

Mata pelajaran geografi adalah mata pelajaran yang masih dianggap sulit oleh siswa, sehingga siswa kurang antusias dan bermalas-malasan dalam menerima


(19)

pelajaran geografi sesuai dengan pernyataan (Ubaidillah: 2013) geografi merupakan mata pelajaran yang kurang menarik, membosankan, sulit, dan lain-lain yang menunjukan sebenarnya siswa tidak menyukai pelajaran tersebut. http://pendidikangeo.blogspot.com/2013/02/permasalahan-pembelajaran-geografi-di.html.

Mata pelajaran geografi harus diajarkan dengan metode yang tepat yaitu dengan cara yang dapat membuat siswa tertarik dan menyenangkan. Situasi dan kondisi yang demikian mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa yang masih rendah, seperti yang terlihat pada Tabel 1.1. berikut ini:

Tabel 1.1 Hasil Belajar Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X di MA Subulusssalam Sriwangi Semendawai Suku III Tahun 2012-2013

No. Nilai

Kelas

X.A X.B X.C

Jumlah Persentase Jumlah persentase Jumlah persentase

1 ≥ 65 20 64,6 18 56,2 19 59,4

2 < 65 11 35,4 14 43,8 13 40,6

Jumlah 31 100,0 32 100,0 32 100,0

Sumber: Dokumentasi Guru Geografi MA Subulusssalam Sriwangi Semendawai Suku III Tahun 2012-2013

Tabel 1.1 merupakan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi yang didapat dari observasi. Observasi dilaksanakan pada tahun pembelajaran 2012-2013 dengan jumlah siswa kelas X di MA Subulussalam Sriwangi adalah 95 siswa dan dibagi kedalam 3 rombongan belajar dengan jumlah rombongan belajar masing-masing 32, 32 dan 31 siswa. Kemudian penelitian dilaksanakan pada tahun pembelajaran 2013-2014 dengan jumlah 75 siswa dan dibagi kedalam tiga


(20)

rombongan belajar dengan masing-masing berjumlah 25 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2 Data Siswa Kelas X Tahun Pembelajaran 2013-2014

No Kelas Jumlah Siswa

1. X.A 25

2. X.B 25

3. X.C 25

Jumlah 75 Siswa

Sumber: Dokumentasi MA Subulussalam Sriwangi Tahun 2013-2014

Pada mata pelajaran geografi guru menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 65. Siswa dikatakan tuntas dalam pelajaran geografi apabila siswa tersebut mencapai nilai 65 atau lebih. Berdasarkan data yang ada pada Tabel 1.1, terlihat bahwa hasil belajar geografi yang diperoleh siswa memperoleh nilai ≥ 65 atau yang mencapai kriteria ketuntasan minimum sebanyak 57 siswa atau sebanyak 60,3%, selebihnya memperoleh nilai < 65 atau 39,7% siswa.

Ketidaktuntasan belajar siswa salah satunya terjadi disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang tepat, yaitu pembelajaran yang masih berpusat kepada guru yang mengakibatkan aktivitas belajar siswa rendah. Dalam proses pembelajaran seperti ini akan membuat siswa kurang berperan dalam proses pembelajaran dan menjadikan siswa merasa bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan di atas dapat digunakan strategi pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih mengedepankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran atau selama proses pembelajaran berlangsung. Pada pembelajaran


(21)

kooperatif dibentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota kelompok yang heterogen dan berkolaborasi demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif meliputi kooperatif tipe Students Achievment Division (STAD), Jigsaw, Group Investigastion (GI), Number Head Together (NHT), Think Pair Share, Team Assisted Individualization (TAI), Cooperative Script. Model pembelajaran kooperatif tersebut masing-masing memiliki langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan yang membedakannya dengan model pembelajaran lain.

Penelitian ini akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share yang merupakan model pembelajaran baru di MA Subulussalam Sriwangi, sebelumnya di sekolah ini menggunakan model pembelajaran yang masih berpusat pada guru yaitu guru berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru memberikan penjelasan, siswa mencatat dan guru memberikan tanya jawab seperlunya. Pembelajaran yang seperti ini akan membuat siswa pasif dan siswa kurang berperan dalam kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe think Pair Share merupakan model pembelajaran yang memberi waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model pembelajaran ini lebih menekankan pada partisipasi dan interaksi siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah.


(22)

Pada tahap berpikir atau think guru memberikan masalah atau tema yang menimbulkan pertanyaan dan siswa dituntut untuk menjawab dengan diberikan waktu oleh guru dalam beberapa menit untuk memikirkan jawaban atau solusi dari masalah yang diberikan oleh guru. Pada tahap berpasangan atau pair siswa yang telah berpikir pada tahap think diminta oleh guru untuk berpasangan dan berbagi dengan pasangannya apa yang telah diperoleh dalam tahap think. Kemudian diambil solusi atau jawaban terbaik. Pada tahap terakhir yaitu berbagi atau share setiap pasangan membagikan jawaban terbaik mereka kepada siswa lain. Dengan metode ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif maka akan meningkatkan kemampuan penyimpanan materi jangka panjang dari isi materi pelajaran.

Pembelajaran kooperatif yang dianggap sesuai dengan permasalahan yang ada pada MA Subulussalam Sriwangi adalah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Dalam penerapannya model pembelajaran Think Pair Share menerapkan kerja kelompok dan saling berpasangan serta memberi lebih banyak waktu untuk siswa berpikir, merespon dan saling membantu.

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share tersebut diharapkan siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru dan hasil belajar siswa mencapai ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah.


(23)

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “perbandingan hasil belajar geografi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan metode ceramah pada pokok bahasan konsep, prinsip, pendekatan dan aspek geografi pada siswa kelas X MA Subulussalam Sriwangi OKU Timur Sumatera Selatan tahun pembelajaran 2013-2014”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut.

1. Hasil pembelajaran geografi masih tergolong rendah. 2. Pembelajaran masih terpusat pada guru (teachercentered). 3. Penggunaan metode yang kurang tepat dan bervariasi.

4. Guru geografi belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think Pair Share.

5. Siswa kurang berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

C.Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian sangatlah diperlukan agar penelitian menjadi lebih terarah dan meminimalisir kesalahan, maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada:

1. Hasil belajar geografi siswa.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan ceramah pada pokok bahasan konsep, pendekatan, prinsip dan aspek geografi.


(24)

3. Perbandingan hasil belajar geografi siswa kelas X MA Subulussalam Sriwangi.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah ada perbedaan rerata hasil belajar geografi pada model pembelajaran kooperatif tipe think Pair Share dan ceramah siswa kelas X MA Subulussalam Sriwangi?

2. Apakah ada perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar geografi pada model pembelajaran kooperatif tipe think Pair Share dan ceramah siswa kelas X MA Subulussalam Sriwangi?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengkaji perbedaan rerata hasil belajar geografi pada model pembelajaran kooperatif tipe think Pair Share dan ceramah siswa kelas X MA Subulussalam Sriwangi.

2. Untuk mengkaji perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar geografi pada model pembelajaran kooperatif tipe think Pair Share dan ceramah siswa kelas X MA Subulussalam Sriwangi.


(25)

F. Kegunaan penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Menambah wawasan tentang model pembelajaran kooperatif sebagai bahan untuk meningkatkan profesionalisme guru.

3. Dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup kajian penelitian ini adalah 1. Ruang Lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar geografi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think Pair Share dan ceramah.

2. Ruang Lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MA Subulussalam Sriwangi. 3. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014. 4. Ruang Lingkup Tempat

Tempat penelitian ini adalah MA Subulussalam Sriwangi, dengan alamat Desa Sriwangi Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten OKU Timur.


(26)

5. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang Lingkup Ilmu dalam penelitian ini adalah Metodologi Pembelajaran, Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji (Wikipedia, 2014). Menurut Sudrajat (2013) metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi metodologi pembelajaran adalah ilmu yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Metodologi pembelajaran dipilih sebagai ruang lingkup ilmu karena dalam pendidikan mengkaji segala masalah yang terjadi dalam pendidikan seperti penggunaan metode dan model pembelajaran.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar

Gagne dalam Komalasari (2011: 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Kemudian dalam Djamarah dkk (2010: 44) menyatakan belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.

Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2010: 10) berpendapat bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengelolaan informasi, menjadi kapabilitas baru. Selanjutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2)


(28)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah berakhirnya proses pembelajaran.

2. Pengertian pembelajaran

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala (2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam mendesain instruksional, untuk membuat siswa secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Kemudian pembelajaran menurut Knirk dan Gustafon dalam Sagala (2011: 64) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pembelajaran merupakan proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Sanjaya, 2009: 26).

Menurut Komalasari (2011: 3) pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksankan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Lebih lanjut Komalasari lebih lanjut mengungkapkan pembelajaran dipandang dari dua sudut yaitu:


(29)

a. Pembelajaran di pandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengajaran)

b. Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajarn merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas mengenai pengertian pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang telah dirancang oleh guru dalam rangka membuat siswa menjadi belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Pembelajaran Geografi

Pembelajaran geografi adalah geografi yang diajarkan di tingkat sekolah dasar, dan sekolah menengah. Menurut pakar geografi pada seminar dan lokakarya tahun 1988, definisi geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan, kemudian lebih lanjut pembelajaran geografi adalah pembelajaran tentang hakikat geografi yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing (Sumaatmadja, 2001: 11). Selanjutnya ruang lingkup pelajaran geografi meliputi sebagai berikut: a. Alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan manusia. b. Penyebaran umat manusia dengan vasriasi kehidupannya.

c. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi.

d. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan matra darat, perairan, dan udara di atasnya (Sumaatmadja, 2001: 12-13).


(30)

Mata pelajaran geografi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) Memahami pola spasial, lingkungan, dan kewilayahan serta proses yang berkaitan.

b) Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi.

c) Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memilki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat (Sapriya, 2009: 210-211).

4. Model, Metode dan Strategi Pembelajaran Geografi

Model pembelajaran, menurut Soekamto dkk. (dalam Trianto, 2007: 5), adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Sudrajat (2014) menyatakan bahwa apabila antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.

Model-model pengajaran sebenarnya juga bisa dianggap sebagai model-model pembelajaran. Model pengajaran merupakan hasil dari perjuangan guru yang telah berhasil membuat jalan baru (Joyce, Weil, dan Calhoun, 2011: 6-7). Selanjutnya joyce, Weil, dan Calhoun juga telah


(31)

mengelompokkan model-model pengajaran ke dalam enpat kelompok yaitu:

a) Kelompok model pengajaran memproses informasi (the information-processing family)

b) Kelopok model pengajaran sosial (the social family)

c) Kelompok model pengajaran personal (the personal family)

d) Kelompok model pengajaran sistem perilaku (the behavioral systems family). Joyce, Weil, dan Calhoun (2011: 6-7).

Metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Sudrajat (2014).

Metode pembelajaran geogafi adalah cara menyajikan pokok bahasan kepada anak didik dengan menggunakan ceramah murni, ceramah yang dipadukan dengan tanyan jawab, diskusi, memberikan tugas, karyawisata atau cara-cara yang lainnya (Sumaatmadja, 2001: 95). Menurut Sumaatmadja (2001: 78-79) metode pembelajaran geografi dibagi menjadi dua keompok utama, yaitu:


(32)

metode pembelajaran geografi yang termasuk di dalam ruangan adalah metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, sosiodrama dan bermain peran, serta kerja kelompok,

b. metode pembelajaran di luar ruangan (outdoor study)

metode pembelajaran geografi yang termasuk di luar ruangan adalah metode tugas belajar dan karyawisata.

Strategi pembelajaran adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh guru denga sengaja agar peserta difasilitasi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan Miarso dalam Warsita (2008: 266).

Strategi pembelajaran geografi adalah cara berusaha dan bertindak yang diarahkan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan (Sumaatmadja, 2001: 82). Lebih lanjut, Sumaatmadja mengemukakan teknik-teknik strategi pembelajaran geografi yaitu:

a. tata cara bertanya efektif

b. pembinaan konsep dan pengembangan generalisasi c. penanaman nilai dan sikap

d. pengembangan ketrampilan

e. pengembangan inkuiri dan berfikir kritis.

Salah satu metode pembelajaran geografi yang membangkitkan motivasi dan kreativitas berfikir serta keterlibatan dalam proses adalah metode pembelajaran diskusi. Melalui diskusi, keterampilan berfikir dalam menanggapi sesuatu persoalan dan mencari alternative jalan keluar dari persoalan, sifat dan sikap demokrasi, mengahargai pendapat orang lain, tenggang rasa, kemandirian, dan sebagainya dapat dibina dan dikembangkan melalui metode ini (Sumaatmadja 2001: 74).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan variasi dari model pembelajaran diskusi kooperatif yaitu penggunaan model pembelajaran tipe TPS.


(33)

5. Model Pembelajaran Kooperatif

Departemen pendidikan nasional dalam Komalasari (2011: 62) pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dengan memaksimalakan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya dalam Rusman, 2010: 203). Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pembelajaran yang efektif untuk mengintegrasikan ketrampilan sosial yang bermuatan akademis (Sumarmi, 2012: 39).

Selanjutnya menurut Slavin dalam Eggen dan Kauchak (2012: 129) pembelajaran kooperatif terdiri dari para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok cukup kecil (biasanya dua hingga lima) yang bisa diikuti semua orang didalam tugas yang jelas. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah interaksi siswa, tapi memiliki tiga elemen penting (Johnson & Johnson dalam Eggen dan Kauchak 2012: 129) yaitu: a. tujuan belajar mengarahkan kegiatan-kegiatan kelompok

b. guru meminta siswa secara pribadi bertanggung jawab atas pemahaman mereka

c. murid saling tergantung untuk mencapai tujuan.

Kemudian Roger dan David Johnson dalam Lie (2010: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning.


(34)

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

a. saling ketergantungan positif b. tanggung jawab perseorangan c. tatap muka

d. komunitas antaranggota e. evaluasi proses kelompok

Keberhasilan belajar dalam model pembelajaran kooperatif ini tidak hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan diperoleh secara bersama-sama dalam kelompok belajar kecil yang terstruktur. Ibrahim merangkum tujuan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dari beberapa para ahli sebagai berikut:

a. hasil belajar akademik

belajar secara berkelompok akan mendorong siswa saling bekerja sama untuk menuntaskan tugas yang diberikan guru. Dalam prosesnya tiap siswa dituntut untuk dapat memahami konsep-konsep yang diberikan sehingga tujuan dalam kelompok dapat tercapai. Hal ini akan meningkatkan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran kooperatif menekankan tanggung jawab pada siswa untuk membuat tiap anggota kelompok paham akan konsep yang diberikan

b. penerimaan terhadap perbedaan individu

kelompok belajar kooperatif bersifat heterogen, hal ini berarti terdapat perbedaan latar belakang baik secara ras, budaya, dan kelas sosial. Penerapan pembelajaran kooperatif memberi peluang pada siswa dari berbagai latar belakang untuk dapat saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik serta dapat menumbuhkan sikap saling menghargai

c. pengembangan keterampilan sosial

partisispasi aktif siswa dalam pembelajaran kooperatif akan meningkatkan keterampilan siswa dalam lingkungan sosial. Keterampilan sosial penting untuk dimiliki oleh siswa dan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah (Isjoni, 2011: 27-28).


(35)

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Think Pair Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland pada tahun 1985. Menurut Kangan dalam Eggen dan Kauchak (2012: 134) think pair share adalah strategi kelompok yang meminta siswa individual di dalam pasangan belajar untuk pertama-tama menjawab pertanyaan dari guru dan kemudian berbagi jawaban itu dengan seorang rekan.

Arends dalam Trianto (2009: 81) menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu. Lebih lanjut Arends menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu (Komalasari, 2011: 64). Model think pair share menekankan optimalisasi partisipasi siswa yaitu dengan memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2010: 57).

Selanjutnya Eggen dan Kauchak (2012: 134) mengemukakan think pair share bisa efektif untuk tiga alasan:

a. strategi ini mengundang respons dari semua orang di dalam kelas dan menempatkan semua siswa kedalam peran-peran yang aktif secara kognitif


(36)

b. karena setiap anggota dari pasangan diharapkan untuk berpartisipasi, strategi ini mengurangi kecenderungan penumpang gratisan yang bisa menjadi masalah saat menggunakan kerja kelompok

c. strategi ini mudah direncanakan dan diterapkan.

Menurut Komalasari (2011: 64-65) strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa.

Prosedur dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair share menurut Suyatno (2009: 122) adalah sebagai berikut:

a. guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai b. pemberian pertanyaan oleh guru

c. siswa memikirkan (think) jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru d. siswa berdiskusi dengan pasangannya (pair) untuk mendapatkan

jawaban yang lebih tepat

e. setiap siswa membagikan (share) jawaban hasil diskusi dengan pasangannya di depan kelas

f. guru mengarahkan diskusi siswa pada pokok permasalahan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan pada awal diskusi dan menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa

g. guru memberi kesimpulan dan menyamakan jawaban siswa h. penutup.

Model pembelajaran TPS memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan, kelebihan yang dimiliki pembelajaran TPS adalah:

1. mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar

2. memberi waktu pada siswa untuk merefleksi isi materi pelajaran

3. memberi waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan 4. meningkatkan kemampuan penyimpanan jangka panjang dari isi materi

pelajaran (Fogarty dan Robin dalam Fauzianyah, 2011: 28), 5. optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2010: 57).


(37)

Kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajaran TPS adalah: 1. membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas 2. membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas

3. peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang (Basri dalam Thobroni dan Mustofa, 2011: 302)

7. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi atau informasi kepada siswa. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2004: 13) metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Selanjutnya metode ceramah merupakan metode yang efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Ceramah merupakan satu-satunya metode yang konvensional dan masih tetap digunakan dalam strategi belajar mengajar (Gulo, 2008: 136).

Menurut Gulo (2008: 138-142) metode ceramah memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan metode ceramah antara lain: a. hemat dalam penggunaan waktu dan alat

b. mampu membangkitkan minat dan antusias siswa

c. membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya d. merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai

sumber

e. mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui siswa.


(38)

Kelemahan yang dimiliki oleh metode ceramah adalah

a. ceramah cenderung pada pola strategis ekspositorik yang berpusat pada guru

b. metode ceramah cenderung menempatkan posisi siswa sebagai pendengar dan pencatat

c. keterbatasan kemampuan pada tingkat rendah

d. proses ceramah berlangsung menurut kecepatan bicara dan logat bahasa yang dipakai guru.

8. Materi Eksperimen

Materi yang dieksperimenkan adalah materi kelas X yaitu pada pokok bahasan konsep, pendekatan, prinsip geografi. Berikut adalah materi yang dieksperimenkan:

a) Konsep geografi

Konsep adalah pengertian-pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Di Indonesia mengenal 10 konsep dasar geografi yang dipakai untuk melakukan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu. 10 konsep dasar geografi tersebut adalah

1) Konsep lokasi

Konsep lokasi merupakan konsep utama yang telah menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geografi. Lokasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu

oLokasi absolut menunjukn letak yang letak yang tetap terhadap

suatu sistem grid atau sistem koordinat. Lokasi absolut biasa disebut dengan letak astronomis.

oLokasi relatif adalah lokasi yang dipengaruhi oleh daerah

sekitarnya. Lokasi ini sering disebut dengan letak geografis. 2) Konsep Jarak

Jarak merupakan konsep yang berkaitan kehidupan sosial, ekonomi, dan pertahanan. Jarak terbagi atas:

oJarak absolut adalah jarak sesungguhnyayang ditarik lurus antar

dua titik.

oJarak relatif adalah jarak yang didasarkan atas pertimbangan

waktu, kemudahan transportasi, dan sebagainya. 3) Konsep Keterjangkauan

Merupakan konsep yang berkaitan dengan kemudahan atau ketersediaan sarana dan prasarana.


(39)

4) Konsep Pola

Konsep pola di titikberatkan pada pola keruangan, baik fenomena yang bersifat alami maupun fenomena sosial budaya.

5) Konsep Morfologi

Konsep Morfologi merupakan konsep yang menjelaskan bentuk-bentuk rupa bumi atau lahan yang ada kaitannya dengan proses pengikisan, pengendapan, pengangkatan, dan penurunan lapisan muka bumi.

6) Konsep Aglomerasi

Konsep aglomerasi adalah konsep yang berusaha mengungkap kecenderungan persebaran gejala geografis yang mengelompok pada suatu tempat.

7) Konsep Nilai kegunaan

Nilai suatu tempat mempunyai nilai guna yang berbeda dilihat dari fungsinya. Jadi, nilai kegunaan bersifat relatif.

8) Konsep Interaksi dan interdepedensi

Konsep yang berkaitan dengan hubungan saling ketergantungan antar dua tempat. Contoh desa dengan kota.

9) Konsep Diferensiasi area

Konsep yang mengintegrasikan fenomena menjadikan suatu tempat atau wilayah mempunyai corak tersendiri sebagai region yang berbeda dari tempat atau wilayah yang lain.

10)Konsep Keterkaitan keruangan

Konsep yang menunjukan drajat keterkaitan antar wilayah, baik alam maupun sosial. Meurah, Jaya, dan Katarina (2006: 5-8)

b) Pendekatan geografi

Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:

1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan

antrophosfera). 2. pendekatan geografi

Sejalan dengan hal itu Hagget mengemukakan tiga pendekatan, yaitu: 1. pendekatan keruangan,

2. pendekatan kelingkungan, dan 3. pendekatan kompleks wilayah


(40)

1. Pendekatan Keruangan.

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial proces) (Yunus, 1997).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features). Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

1. What? Struktur ruang apa itu?

2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?

3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu? 4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?

5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu? 6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur 2. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).

Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.

3. Pendekatan Kompleks Wilayah

Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula. Djunandianto (2012).

http://djunijanto.wordpress.com/materi/pendekatan-geografi/ c) Prinsip-prinsip geografi

Untuk melakukan pengamatan terhadap unsur alam dan unsur manusia terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang, yang menjadi dasar dalam


(41)

pengkajian dan pengungkapan gejala, variasi, faktor-faktor maupun masalah geografi. Secara teoritis prinsip geografi antara lain:

1. prinsip penyebaran (distribusi)

prinsip ini mengkaji gejala dan fakta geografi baik yang berkenaan dengan alam maupun yang berkenaan dengan manusia yang tersebar di permukaan bumi. penyebaran dan gejala dan fakta geografi di permukaan bumi tidak merata di setiap wilayah.

2. prinsip sebab akibat (interelasi)

Setelah melihat gejala dan fakta geografi dalam penyebarannya yang tidak merata dalam ruang atau wilayah-wilayah tertentu, akan dapat diungkapkan pula hubungan satu sama lain. prinsip interelasi dapat mengungapkan hubungan antara faktor fisik dengan faktor fisik, faktor manusia dengan faktor manusia, dan faktor fisik dengan faktor manusia. 3. prinsip penggambaran (deskripsi)

Penjelasan atau deskripsi merupakan suatu prinsip dalam studi geografi untuk memberikan gambaran lebih jauh tentang gejala atau masalah yang sedang dikaji.

4. prinsip gabungan (korologi)

Prinsip ini merupakan prinsip geografi yang komperhensip karena memadukan prinsip-prinsip lainnya. Prinsip korologi yaitu gejala fakta ataupun masalah geografi disuatu tempat yang ditinjau sebarannya, interelasi, interaksi, dan integrasinya dalam ruang. Prinsip korologi merupakan ciri dari geografi modern yang diperkenalkan oleh Alfred Hettner. Meurah, Jaya, dan Katarina (2006: 21-22)

d) Aspek geografi

Willian Kirk menyusun struktur lingkungan geografi menjadi 2, yaitu : 1. Aspek Fisik

Aspek fisikal geografi meliputi : litosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer

2. Aspek NonFisik

Aspek ini menitikberatkan pada kajian manusia dari segi karakteristik perilakunya. Pada aspek ini manusia dipandang sebagai fokus utama dari kajian geografi dengan memperhatikan pola penyebaran manusia dalam ruang dan kaitan perilaku manusia dengan lingkungannya. Meurah, Jaya, dan Katarina (2006: 24-25)

9. Aktivitas Belajar Siswa

Dalam proses pembelajaran aktivitas belajar siswa merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh guru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


(42)

disebutkan aktivitas berasal dari kata kerja akademik aktif yang berarti giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 12)

Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar (Sardiman, 2011: 99). Ciri-ciri siswa belajar aktif yaitu: (1) Pengetahuan dialami, dipelajari, dan ditemukan oleh siswa; (2) Siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi pelajaran (membangun pemahaman); (3) Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya Faiq (2013). (http://penelitiantindakankelas.blogspot.com).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2011: 114) keaktifan siswa dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Paul B. Dierich dalam Sardiman (2011: 101) menyatakan bahwa jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah antara lain sebgai berikut: a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, musik, pidato.

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan; uraian, percakapan, diskusi, angket, menyalin.

d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.


(43)

f. Motor activities, yang termasuk didalam antara lain : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional ectivities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mengikuti proses belajar se-hingga menimbulkan perubahan perilaku pada diri siswa.

10.Hasil Belajar Geografi

Salah satu cara untuk mengukur hasil belajar siswa adalah dengan melihat hasil belajar siswa itu sendiri. Menurut Abdurrahman (2003: 37) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Selanjutnya Hamalik (2002: 155) mendefinisikan hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mujiono, 2009: 3). Selanjutnya lagi hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Sudjana (2010: 39) ada


(44)

dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar geografi siswa adalah keberhasilan belajar siswa dengan adanya perubahan tingkah laku setelah mengikuti proses pembelajaran geografi. Siswa dikatakan tuntas belajarnya jika proporsi jawaban benar ≥ 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya apabila dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud dalam Trianto, 2009: 241). Lebih lanjut Trianto juga mengungkapkan berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal atau yang dikenal dengan KKM.

Ketentuan penuntasan hasil belajar ditentukan oleh masing-masing sekolah berpedoman dengan pertimbangan:

1. kemampuan tiap peserta didik berbeda-beda 2. fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda 3. daya dukung setiap sekolah berbeda

Dari asumsi di atas maka penentuan KKM berpedoman pada empat kriteria sebagai berikut:

1) tingkat esensial (kepentingan)

2) tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) 3) tingkat kemampuan (intake) siswa


(45)

Dengan demikian, setiap sekolah dan setiap mata pelajaran memiliki KKM yang dapat berbeda dengan sekolah lain (Trianto 2009: 241-242).

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan

No Nama Judul Metode Kesimpulan

1. Agus

Andy Setiawan (2007)

Perbedaan Hasil Belajar Geografi Pokok

Bahasan Hidrosfer Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Antara Metode Kooperatif Tipe Think Pair Share Dengan Metode Ceramah Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Semarang Tahun 2006/2007

Eksperimen Semu

Teknik pengumpulan data dengan tes, metode dokumentasi, dan metode observasi.

Populasinya adalah kelas VII SMP Negeri 16 Semarang

Uji normalitas pada analisis tahap awal dan uji t pada analisis tahap akhir untuk mengetahui

perbedaan antara

kelompok eksperimen dan kontrol.

Ada perbedaan hasil belajar geografi antara siswa yang diberikan metode think pair share dengan metode ceramah.

Rata-rata hasil belajar afektif maupun psikomotor kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.

2. Arifin Riadi (2012)

Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Banjarmasin dengan Model

Pembelajaran Kooperatif

Tipe Think-Pair-Share

(TPS) dan Tanpa Model Pembelajaran Kooperatif Tahun Pelajaran 2011/2012

Eksperimen randomized two group, post-test only

Populasi penelitian adalah kelas VII,

Sampelnya adalahkelas VIIE dan VIIF berjumlah 32 siswa, Kedua kelas tersebut diambil karena memiliki kesamaan dalam hal nilai rata-rata dan variansinya.

Teknik pengumpulan data menggunakan tes.

Analisis data menggunakan uji t.

Ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diberi pengajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan siswa yang diberi pengajaran tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif. Rerata pada kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan rerata kelas kontrol.


(46)

C. Kerangka Pikir

Penggunaan model pembelajaran yang berpusat pada guru masih sering ditemukan dalam pembelajaran di sekolah, salah satunya di MA Subulussalam Sriwangi. Pada pembelajaran ini siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sedangkan guru lebih aktif bertindak sebagai pemberi informasi. Siswa hanya menerima informasi dari guru dengan cara melihat, mencatat dan mendengarkan. Hal ini akan menjadikan siswa kurang aktif, siswa merasa cepat bosan. Selain itu informasi yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran akan mudah dilupakan oleh siswa dan siswa tidak akan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang selajutnya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah penggunaan model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran harus tepat dan dipersiapkan secara matang oleh guru. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa seperti kerja sama siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan kerja sama siswa dalam menyelesaikan masalah secara berkelompok.

Model pembelajran Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan atau waktu untuk berfikir, merespon dan membantu siswa yang lain. Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan mampu bekerja sama dan saling membutuhkan antar anggota kelompok.


(47)

Pada awal proses pembelajaran seluruh siswa baik dalam kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan pre test sebagai data awal dari siwa kemudian pada akhir proses pembelajaran seluruh siswa dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan tes. Hasil dari nilai tes siswa dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atas materi yang telah diajarkan. Selanjutnya hasil belajar siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dibandingkan.

Berdasarkan uraian tesebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Dengan demikian diduga bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan metode ceramah memiliki perbedaan terhadap hasil belajar geografi siswa.

Pembelajaran Geografi

Kelas Eksperimen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share

Kelas Kontrol Metode Ceramah

Hasil Belajar Hasil Belajar

Hasil Belajar Geografi

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


(48)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada perbedaan rerata hasil belajar geografi dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan perlakuan ceramah pada siswa kelas X MA Subulussalam Sriwangi.

2. Ada perbedaan peningkatan (gain) antara hasil belajar geografi dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan metode ceramah.


(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Sugiyono, 2012: 107).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen semu (quasi experimental design) dengan rancangan nonequivalent control group design. Tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan Suryabrata (2012: 92).

Hal ini sesuai dengan Sudjana dan Ibrahim (2010: 44) dalam desain eksperimen semu, kontrol atau pengendalian variabel tidak bisa dilakukan secara ketat atau secara penuh. Situasi kelas sebagai tempat mengkondisi perlakuan tidak memungkinkan pengontrolan yang demikian ketat.


(50)

Rancangan penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design seperti pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelas Pre-test Perlakuan Post-tes

H1 N1 R M1

H2 N2 L M2

Sumber: Sugiyono (2012: 79) Keterangan:

H1 : Kelompok eksperimen yaitu kelas XC H2 : Kelompok kontrol yaitu kelas XB N1 : Hasil pre tes pada kelas eksperimen N2 : Hasil pre tes pada kelas eksperimen R : Perlakuan model pembelajaran TPS L : Perlakuan metode ceramah

M1 : Hasil tes M2 : Hasil tes

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian di MA Subulussalam Sriwangi Tahun 2013-2014 Pertemuan Kelas Pre test Perlakuan Post-tes

1 Eksperimen Kontrol   TPS Ceramah - - 2 & 3 Eksperimen

Kontrol - - TPS Ceramah - -

4 Eksperimen

Kontrol - - TPS Ceramah  


(51)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Penelitian ini dilaksanakan di MA Subulussalam Sriwangi OKU Timur Sumatera Selatan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh kelas X di MA Subulussalam Sriwangi OKU Timur Sumatera Selatan yang berjumlah 75 siswa yang terbagi kedalam tiga kelas. Rincian populasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.3 Jumlah Siswa Kelas X MA Subulussalam Sriwangi SS III OKU Timur Tahun Pembelajaran 2012-2013

No Kelas Jumlah Siswa

1 XA 25

2 XB 25

3 XC 25

Total 75

Sumber: Statistik MA Subulussalam Sriwangi SS III OKU Timur Tahun 2012-2013

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik ini digunakan karena teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu ( Sugiyono, 2012: 85). Penentuan pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan: kelas yang menjadi objek penelitian diajar oleh guru yang sama dan jumlah siswa yang tuntas belajar relatif sama ketuntasannya.


(52)

Kelas XA, XB, dan XC mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian ini, maka dilakukanlah undian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah dilakukan pengundian maka diperoleh XB sebagai kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah dan XC sebagai kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Jumlah sampel penelitian ini adalah 50 siswa. Rincian sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Sampel Penelitian Siswa Kelas X MA Subulussalam Sriwangi OKU Timur Sumatera Selatan.

No Kelas Jumlah Siswa Keterangan

1 XB 25 Kelas kontrol

2 XC 25 Kelas eksperimen

Total 50 Siswa

Sumber: Statistik Madrasah dan Penelitian.

C. Prosedur Penelitian dan Rancangan Pembelajaran

1. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Peneliti membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah.

b. Melakukan penelitian pendahuluan di sekolah untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian.

c. Memberikan tes awal (Pre-test) pada semua subjek penelitian. d. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

e. Memberikan perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan model pembelajaran TPS sedangkan pada kelompok kontrol diberikan metode ceramah.


(53)

f. Memberikan tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir pembelajaran menggunakan soal yang sama dengan tes awal (pre test).

g. Menguji hipotesis, yaitu mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan rumus yang telah di tentukan.

h. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah di lakukan.

2. Perencanaan Pembelajaran

a. Peneliti dan guru mata pelajaran geografi bersama merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

b. Membuat soal tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

c. Menyusun LKS yang diberikan kepada siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Rancangan Pembelajaran a) Rancangan Kelas Eksperimen

Pada kelas eksperimen menggunakan rancangan TPS menurut Suyatno (2009: 122) dan telah dimodifikasi. Prosedur dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair share menurut Suyatno (2009: 122) adalah sebagai berikut:

a. guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai b. pemberian pertanyaan oleh guru

c. siswa memikirkan (think) jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru

d. siswa berdiskusi dengan pasangannya (pair) untuk mendapatkan jawaban yang lebih tepat

e. setiap siswa membagikan (share) jawaban hasil diskusi dengan pasangannya di depan kelas

f. guru mengarahkan diskusi siswa pada pokok permasalahan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan pada awal diskusi dan menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa


(54)

g. guru memberi kesimpulan dan menyamakan jawaban siswa h. penutup.

Modifikasi dari prosedur dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair share menurut Suyatno sebagai berikut:

- Pada pendahuluan ditambahkan guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen, guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai, guru menginformasikan cara belajar, dan guru mengambil pre-test.

- Pada inti pembelajaran ditambahkan guru membagi siswa berpasangan dengan cara diundi.

- Pada penutup guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi dan guru menutup pelajaran dengan salam, pada pertemuan keempat guru mengadakan post-test pada akhir pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar.

Pada kelas eksperimen dilaksanakan 4 (empat) kali pertemuan yang masing-masing pertemuan ada pada rincian berikut:

Pertemuan Pertama

Guru mengajar dengan menerapakan model pembelajaran TPS dengan prosedur: 1) Pendahuluan

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kelas. b. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. c. Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. d. Guru mengambil nilai pre-test sebagai data awal.


(55)

2) Inti Pembelajaran

a. Guru menyampaikan inti materi yaitu konsep, pendekatan, konsep, dan aspek. b. Guru membagi siswa untuk berpasangan dengan cara mengundi dari setiap

siswa, siswa yang mendapatkan nomer yang sama maka akan menjadi pasangan, dalam satu kelas terdapat satu kelas terdapat 12 pasangan, salah satu pasangan memiliki 3 anggota. Setiap pasangan menganalisis pertanyaan yang sama.

c. Pemberian pertanyaan oleh guru, pertanyaan berupa masalah dimana siswa harus memiliki jawaban atas masalah tersebut. Pertanyaan ini berjumlah satu pertanyaan untuk satu kelas. Pertanyaan yang diberikan pada pertemuan pertama adalah diskusikan bersama pasangan mu konsep apa yang sesuai dengan pola pemukiman penduduk linier sepanjang jalan, jelaskan!

d. Siswa memikirkan (think) jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru.

e. Siswa berdiskusi dengan pasangannya (pair) untuk mendapatkan jawaban yang lebih tepat.

f. Siswa membagikan (share) atau mempresentasikan jawaban hasil diskusi dengan pasangannya di depan kelas.

g. Guru mengarahkan diskusi siswa pada pokok permasalahan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan pada awal diskusi.

h. Guru dan siswa membahas hasil diskusi yang telah dipresentasikan di depan kelas dan menyamakan jawaban siswa.

i. Guru menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa.

3) Penutup


(56)

b. Guru menutup proses pembelajaran dengan salam.

Pertemuan Kedua

1) Pendahuluan

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kelas. b. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. c. Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2) Inti Pembelajaran

a. Guru menyampaikan inti materi yaitu konsep, pendekatan, prinsp-prinsip dan pendekatan.

b. Guru membagi siswa untuk berpasangan dengan cara mengundi dari setiap siswa, siswa yang mendapatkan nomer yang sama maka akan menjadi pasangan, dalam satu kelas terdapat satu kelas terdapat 12 pasangan, salah satu pasangan memiliki 3 anggota. Setiap pasangan menganalisis pertanyaan yang sama.

c. Pemberian pertanyaan oleh guru, perrtanyaan berupa masalah dimana siswa harus memiliki jawaban atas masalah tersebut. Pertanyaan ini berjumlah satu pertanyaan untuk satu kelas, pertanyaan yang diberikan pada pertemuan kedua adalah Dalam memandang kasus tsunami di Nanggroe Aceh Darusalam tahun 2004, prinsip geografi mana yang Anda pilih untuk menelaah kasus tersebut. Jelaskan!


(57)

e. Siswa berdiskusi dengan pasangannya (pair) untuk mendapatkan jawaban yang lebih tepat.

f. Siswa membagikan (share) atau mempresentasikan jawaban hasil diskusi dengan pasangannya di depan kelas.

g. Guru mengarahkan diskusi siswa pada pokok permasalahan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan pada awal diskusi.

h. Guru dan siswa membahas hasil diskusi yang telah dipresentasikan di depan kelas dan menyamakan jawaban siswa

i. Guru menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa.

3) Penutup

a. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Guru menutup proses pembelajaran dengan salam.

Pertemuan Ketiga

1) Pendahuluan

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kelas. b. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. c. Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2) Inti Pembelajaran

a. Guru menyampaikan inti materi yaitu konsep, pendekatan, prinsip-prinsip, dan aspek geografi.


(58)

b. Guru membagi siswa untuk berpasangan dengan cara mengundi dari setiap siswa, siswa yang mendapatkan nomer yang sama maka akan menjadi pasangan, dalam satu kelas terdapat satu kelas terdapat 12 pasangan, salah satu pasangan memiliki 3 anggota. Setiap pasangan menganalisis pertanyaan yang sama.

c. Pemberian pertanyaan oleh guru, perrtanyaan berupa masalah dimana siswa harus memiliki jawaban atas masalah tersebut. Pertanyaan ini berjumlah satu pertanyaan untuk satu kelas. Pertanyaan yang diberikan pada pertemuan ketiga adalah dalam memandang kasus banjir yang terjadi di Jakarta pendekatan geografi mana yang anda pilih untuk menelaah kasus tersebut. Jelaskan!! d. Siswa memikirkan (think) jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru . e. Siswa berdiskusi dengan pasangannya (pair) untuk mendapatkan jawaban yang

lebih tepat.

f. Siswa membagikan (share) atau mempresentasikan jawaban hasil diskusi dengan pasangannya di depan kelas.

g. Guru mengarahkan diskusi siswa pada pokok permasalahan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan pada awal diskusi.

h. Guru dan siswa membahas hasil diskusi yang telah dipresentasikan di depan kelas dan menyamakan jawaban siswa.

i. Guru menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa.

3) Penutup

a. Guru menutup proses pembelajaran dengan salam.


(59)

Pertemuan Keempat

1) Pendahuluan

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kelas. b. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. c. Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2) Inti Pembelajaran

a. Guru menyampaikan inti materi yaitu konsep, pendekatan, prinsip-prinsip, dan aspek geografi.

b. Guru membagi siswa untuk berpasangan dengan cara mengundi dari setiap siswa, siswa yang mendapatkan nomer yang sama maka akan menjadi pasangan, dalam satu kelas terdapat 12 pasangan, salah satu pasangan memiliki 3 anggota. Setiap pasangan menganalisis pertanyaan yang sama.

c. Pemberian pertanyaan oleh guru, perrtanyaan berupa masalah dimana siswa harus memiliki jawaban atas masalah tersebut. Pertanyaan ini berjumlah satu pertanyaan untuk satu kelas. Pertanyaan yang diberikan pada pertemuan keempat adalah Sebutkan dan jelaskan Beberapa kajian pada aspek fisik dan non fisik

d. Siswa memikirkan (think) jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru . e. Siswa berdiskusi dengan pasangannya (pair) untuk mendapatkan jawaban yang

lebih tepat.

f. Siswa membagikan (share) atau mempresentasikan jawaban hasil diskusi dengan pasangannya di depan kelas.


(60)

g. Guru mengarahkan diskusi siswa pada pokok permasalahan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan pada awal diskusi.

h. Guru dan siswa membahas hasil diskusi yang telah dipresentasikan di depan kelas dan menyamakan jawaban siswa.

i. Guru menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa.

3) Penutup

a. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Guru mengadakan post-test pada akhir pembelajaran pada pertemuan terakhir

untuk mengetahui hasil pembelajaran

c. Guru menutup proses pembelajaran dengan salam.

b) Rancangan Kelas Kontrol

Pada kelas kontrol digunakan metode ceramah, pada pelaksanaannya dilaksanakan 4 (empat) kali pertemuan dengan rincian pelaksanaan sebagai berikut:

Pertemuan Pertama

1. Pendahuluan

a. Guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa.

b. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai

c. Guru memberikan tes awal sebagai data awal untuk mengetahui kemampuan siswa.


(61)

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, siswa mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru.

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum jelas.

c. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3. Penutup

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan do’a bersama dan salam.

Pertemuan Kedua

1. Pendahuluan

a. Guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa.

b. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, siswa mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru.

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum jelas.

c. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3. Penutup


(62)

Pertemuan Ketiga

1. Pendahuluan

a. Guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa.

b. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, siswa mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum jelas.

c. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3. Penutup

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan do’a bersama dan salam.

Pertemuan Keempat

1. Pendahuluan

a. Guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa.

b. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai

c. Guru memberikan tes awal sebagai data awal untuk mengetahui kemampuan siswa.

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, siswa mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dapat diketahui perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan menggunakan metode ceramah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan rerata hasil belajar geografi dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif think pair share dan perlakuan metode ceramah. Yaitu pada pembelajaran think pair share rerata hasil belajarnya lebih tinggi dibandingkan dengan metoe ceramah.

2. Terdapat perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar geografi dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif think pair share dan metode ceramah. Peningkatan hasil belajar pada think pair share lebih tinggi dengan kategori sedang. Sementara itu, pada metode ceramah kategori peningkatannya rendah.


(2)

85

B. SARAN

1. Dalam proses pembelajaran disarankan bagi guru salah satunya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan disesuaikan dengan materi agar hasil belajar siswa lebih tinggi.

2. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga guru harus melakukan strategi agar dalam proses pembelajaran tidak menyita waktu. Salah satu strateginya adalah dalam mempresentasikan hasil diskusi tidak semua kelompok melakukan presentasi kedepan kelas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta dan Depdikbud: Jakarta.

Agus Setiawan, Andi. 2007. Perbedaan Hasil Belajar Geografi Pokok Bahasan Hidrosfer dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan antara Metode Kooperatif tipe Think Pair Share dengan Metode Ceramah pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Semarang Tahun 2006/2007. Skripsi. Pendidikan Geografi. FIS. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Anonim. 2013. Profil MA Subulussalam Sriwangi. MA Subulussalam Sriwangi. Sumatera Selatan

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Daryanto, 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswin Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta: Jakarta.

Djunandianto. 2012. Materi Pendekatan Geografi.

http://djunijanto.wordpress.com/materi/pendekatan-geografi/ Diunduh pada pukul 20.11 wib tanggal 05 januari 2014

Eggen, Paul dan Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. PT Indeks: Jakarata.

Faiq, Muhamad. 2013. Belajar Aktif: Ciri-Ciri Siswa dan Model Pembelajaran yang Dapat Digunakan untuk Guru dan Mahasiswa Calon Guru. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/siswa-aktifbelajar.html Diunduh pada pukul 09.13 wib tanggal 03 januari 2014


(4)

87

Fauzianyah, Yudi Agus. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Geografi: Studi Eksperimen Pada SLTP Negeri 1 Sumber. Skripsi. Pendidikan Geografi. FIPS. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung. Gulo. 2008. Strategi Belajar Mengajar. CV Grasindo: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. CV Bumi Aksara: Jakarta. Hasibuan dan Moedjiono. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT Remaja

Rosdakarya: Bandung.

Ibrahim, Muslimin. Rachmadiarti, Fida. Nur, Muhamad dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. University Press.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. CV Alfabeta: Bandung.

Joyce, Bruce. Weil, Marsha dan Calhoun, Emily. 2011. Models of Teaching Model-Model Pengajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama: Bandung. Lie, Anita. 2010. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas,

Grasindo: Jakarta.

M, Solhan. 1989. Diktat Laporan Data-Data Madrasah Aliyah Subulussalam. MA Subulussalam: Sumatera Selatan

Meurah, Cut. Jaya, Wangsa. Katarina, Yuli. 2006. Geografi untuk SMA Kelas X. Phibeta: Jakarta.

Nurdin, Muhammad. 2012. Perbedaan Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Dengan Kemampuan Awal Berbeda Melalui Pembelajaran Kooperatif Di SMA Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012.Tesis Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Pemerintah Republik Indonesia, (2003), Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Riadi, Arifin. 2012. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Vii Smp Negeri 17 Banjarmasin Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Dan Tanpa Model Pembelajaran Kooperatif Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendidikan Matematika. FKIP. Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Banjarmasin.


(5)

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta: Bandung. Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desaian Sistem Pembelajaran. Kencana

Persada Media Group: Jakarta.

... 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Persada Media Group: Jakarta.

Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. PT Remaja Rosakarya: Bandung.

Sardiman, W. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Aglesindo: Bandung.

. . . 2002. Metode Statistika. PT Tarsito: Bandung.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2010. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Algesindo: Bandung.

Sudrajat, akhmad. 2014. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. Artikel. http://disdik.riau.go.id/berita-pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran.html Diunduh pada pukul 23.00 wib pada tanggal 23 Agustus 2014.

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. CV Alfabeta: Bandung. Sumaatmaatmadja, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. PT Bumi

Aksara: Jakarta.

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Aditya Media Publishing: Malang.

Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana Pustaka: Sidoarjo.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana: Jakarta.


(6)

89

Thobroni, M dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta.

Ubaidillah, Taqorrub. 2013. Permasalahan pembelajaran geografi di sekolah. Artikel. http://pendidikangeo.blogspot.com/2013/02/permasalahan-pembelajaran-geografi-di.html diunduh pada pukul 23.30 wib tanggal 23 Agustus 2014

Warsita, Bambang. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Wikipedia. 2014. Metodologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi di unduh


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI-IIS DI SMA NEGERI 7 BANDA ACEH

0 47 1

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN METODE CERAMAH PADA POKOK BAHASAN KONSEP, PRINSIP, PENDEKATAN, DAN ASPEK GEOGRAFI PADA SISWA KELAS X MA SUBULUSSALAM SRIWANGI OKU TIMUR SUMATERA SEL

0 21 81

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN METODE CERAMAH PADA POKOK BAHASAN KONSEP, PRINSIP, PENDEKATAN, DAN ASPEK GEOGRAFI PADA SISWA KELAS X MA SUBULUSSALAM SRIWANGI OKU TIMUR SUMATERA SEL

0 16 83

Pembelajaran PS Ekonomi Pokok Bahasan Pasar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

0 5 90

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL ”THINK PAIR SHARE” UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA PADA POKOK BAHASAN UNSUR FISIK WILAYAH INDONESIA KELAS VIII B

1 5 89

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

3 15 20

Pembelajaran PS-Ekonomi Pokok Bahasan Pasar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share.

0 0 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 16