berukuran kecil.Bola-bola yang berukuran kecil akan menghasilkan ksi friksi yang besar ketika proses miling sehingga mendorong untuk terbentuknya fasa amourf.
Ukuran yang berbeda dari bola-bla menghasilkan gaya geser yang membantu tidak menempenya sserbuk pada permukaan bola.Menggunakan media
penggiling yang sama akan berputar menghasilkan jalur trek konsekuensnya bola- bola akan berputar sepanjang jalur dari pada mengenai akhir permukaan dengan
tidak beraturan.Oleh karena itu dibutuhkan bola kombinasi antara bola-bola kombinasi antara bola-bola kecil dan besar agar gerakan bola tidak teratur.
2.6.5Rasio Berat Bola Serbuk
Rasio berat bola serbukBall power weight ratioBPR adalah variabel yang penting dalam proses milling.Rasio berat serbuk mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fasa tertentu dari serbuk yang dimilling.Semakin tinggi BPR,semakin pendek waktu yang
dibutuhkan.Hal ini dikarenakan peningkatan berat bola,tumbukkan persatuan waktu meningkat dan konsekuensinya adalah banyak energi yang ditransfer ke
partiel-partikel serbuk dan proses alloying berjalan lebih cepat.Beberapa penelitian menyatakan hasil yang sama.Ini dikarenakan energi yang lebih tinggi,
semakin banyak panas yang dihasilkan dan ini juga akan merubah sifat dasar butir.
2.6.6 Ruang Kosong pada Vial
Terjadinya partikel serbuk alloying dikarenka adanya gaya impek yang terjadi terhadap serbuk-serbuk itu.Dalam proses milling dibutuhkan tempat yang
kosong yang cukup untuk bola-bola milling dan partikel-partikel serbuk bergerak bebas didalam wadah.Jika ruang kosong pada vial dengan bola-bola dan serbuk
itu penting.Jika jumlah dari bola dan serbuk banyak dan tidak ada cukup tempat untuk bola-bola untuk bergerak,maka energi impek yang dihasilkan sedikit,maka
proses pemaduan tidak berjalan secara optimal dan membutuhkan waktu yang lama.
2.6.7 Atmosfer Milling
Untuk menjaga terjadinya oksidasi dan kotaminasi selama proses mechanical alloying biasanya proses MA dilakukan dalam keadaan atsmosfir yag
inert atau keadaan vakum pada ball mill.
2.6.8 Temperatur milling
Temperatur milling adalah parameter lain yang pentng dalam menenukan keadaan dari serbuk milling.Sejak proses difusi mempengaruhi dalam
pembentukan fasa paduan dengan mengabaikan apakah hasil akhir fasanya solid,intermetalic,nanostructure atau fasa amourf yang diharapkan bahwa
temperatur milling akan memiliki pengaruh yang signifikan pada sistem paduan apapun.
Pencampuran bahan baku dibutuhkan untuk mendapatkan campuran material yang homogen agar produk yang dihasilkan lebih sempurna. Proses
pencampuran yang umum dilakukan adalah pencampuran dapat dilakukan dengan proses basah wet mlliing. Pelumas lubricant mungkin ditambahkan untuk
meningkatkan sifat powders flow. Binders ditambahkan untuk meningkatkan green strenghtnya seperti wax atau polimer termoplastik. Proses ini dilakukan
melalui pencampuran dalam bentuk larutan, sehingga akan diperoleh tingkat homogenitas yang lebih tinggi daripada cara konvensional. Metode ini dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu : metode desolven dan metode presitipasi. Metode desolven dilakukan dengan cara mencampurkan beberapa system larutan
kemudian diubah menjadi serbuk dengan cara pelepasan bahan bahan pelarutnya solven secara fisika melalui pemanasanpendinginan secara tepat supaya tidak
terjadi proses seperasi senyawa-senyawa kation-kation. Metode presitipasi adalah proses bahan terlarut solute dari larutan
dengan cara pengendapan. Untuk mengubah endapan menjadi serbuk dilakukan proses pemanasankalsinasi. Proses kering dry mixing Proses ini dilakukan
tanpa melalui pencampuran dalam bentuk larutan atau dapat dikatakan proses pencapuran kering James S.R, 1988.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cremens dan Grant 1963 dalam Norris, dkk. 1967, dipelajari pengaruh penggunaan dry milling dan wet milling
yang meliputi tumbling, ball milling, dan agitation dalam Waring Blendor. Setelah dilakukan pengamatan terhadap karakteristik struktur pada spesimen
setelah proses sintering dan extrution, diketahui bahwa metode dry milling lebih baik daripada wet milling. Norris, dkk., 1967
Tujuan Pencampuran Atau Mixing 1. Menghasilkan campuran bahan dgn komponen tertentu yang homogen
2. Mempertahankan kondisi camp, selama proses kimia dan fisika agar tetap homogen
3. Mempunyai luas permukaan kontak antar komponen yg besar 4. Menghilangkan perbedaan konsentrasi dan perbedaan suhu
5. Mengeluarkan secara merata gas-gas dan uap- uap yg mungkin timbul 6. Menghasilkan bahan 12 jadi agar mudah diolah pada next process untuk
menghasilkan produk akhir yg lebh baik
2.7 Planetary Ball Mill PBM