BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Magnet
Magnet adalah logam yang dapat menarik besi atau baja dan memiliki medan magnet. Asal kata magnet diduga dari kata magnesia yaitu nama suatu daerah di
Asia kecil. Menurut cerita di daerah itu sekitar 4.000 tahun yang lalu telah ditemukan sejenis batu yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja atau
campuran logam lainnya. Benda yang dapat menarik besi atau baja inilah yang disebut magnet Suryatin, 2008.
Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah banyak dimanfaatkan untuk industri otomotif dan lainnya. Sebuah magnet terdiri
atas magnet-magnet kecil yang memiliki arah yang sama tersusun teratur, magnet-magnet kecil ini disebut magnet elementer. Pada logam yang bukan
magnet, magnet elementernya mempunyai arah sembarangan tidak teratur sehingga efeknya saling meniadakan, yang mengakibatkan tidak adanya kutub-
kutub magnet pada ujung logam. Setiap magnet memiliki dua kutub, yaitu: utara dan selatan. Kutub magnet adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet
dengan kekuatan magnet yang paling besar berada pada kutub-kutubnya. Benda dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan sifat
kemagnetannya yaitu benda magnetik dan benda non-magnetik. Benda magnetik adalah benda yang dapat ditarik oleh magnet, sedangkan benda non-magnetik
adalah benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet Suryatin, 2008. Contoh benda magnetik adalah logam seperti besi dan baja, namun tidak semua logam dapat
ditarik oleh magnet, sedangkan contoh benda non-magnetik adalah oksigen cair. Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik Satuan Internasional SI adalah
Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber 1 weberm2 = 1 tesla yang mempengaruhi luasan satu meter persegi Afza, 2011.
2.2 Medan Magnet
Medan magnet adalah daerah di sekitar magnet yang masih merasakan adanya gaya magnet. Jika sebatang magnet diletakkan dalam suatu ruang, maka
terjadi perubahan dalam ruangan ini karena setiap titik dalam ruangan tersebut akan terdapat medan magnetik. Arah medan magnetik suatu ruangan didefinisikan
sebagai arah yang ditunjukkan oleh kutub utara jarum kompas yang diletakkan di sekitar medan magnet tersebut Afza, 2011.
2.2.1 M
ater
ial Magnetik
Material magnetik dibedakan menjadi dua macam berdasarkan kekuatan medan koersifnya yaitu material magnet lunak dan material magnet keras. Material
magnet lunak memiliki medan koersif yang lemah, sedangkan material magnet keras memiliki medan koersif yang kuat. Kekuaran medan koersif dapat dilihat
jelas menggunakan diagram histeresis pada Gambar 2.5 Afza, 2011.
Gambar 2.1 a Material magnet lunak b Material magnet keras Afza, 2011.
H adalah medan magnetik yang diperlukan untuk menginduksi medan berkekuatan B dalam material. Setelah medan H ditiadakan, dalam spesimen
tersisa magnetisme residual Br, yang disebut residual remanen, dan diperlukan medan magnet Hc yang disebut gaya koersif, yang harus diterapkan dalam arah
berlawanan untuk meniadakannya. Magnet lunak mudah dimagnetisasi serta mudah pula mengalami demagnetisasi
Magnet permanen dapat diberi indeks berdasarkan momen koersif yang diperlukan untuk menghilangkan induksi tabel 2.1. Patokan ukuran yang yang
lebih baik adalah hasil kali BH. BaFe12O19 mempunyai nilai –Hc yang sangat besar, tetapi BHmaks sedang-sedang saja., karena rapat fluks lebih rendah
dibandingkan bahan magnet permanen lainnya. Dari tabel 2.1 akan diperoleh gambaran mengenai peningkatan yang mungkin diperoleh beberapa para ahli
peneliti dan rekayasawan dengan pengembangan alnico metalik dan magnet BaFe12O19 keramik
Tabel 2.1. sifat berbagai magnet keras dari berbagai sumber
Bahan magnet Remanen,
B
r
V.detm
2
Medan koersif, -H
c
Am Produk demagnetisasi
maksimum BH
maks
Jm
3
Baja karbon 1,0
0,4 x 10
4
0,1 x 10
4
Alnico 1,2
5,5 x 10
4
3,4 x 10
4
Ferroxdur BaFe
12
O
19
0,4 15,0 x 10
4
2,0 x 10
4
Magnet lunak merupakan pilihan tepat untuk penggunaan pada arus bolakbalik atau frekuensi tinggi, karena harus mengalami magnetisasi dan demagnetisasi
berulang kali selama selang satu detik. Spesifikasi yang agak kritis untuk magnet lunak adalah : induksi jenuh tinggi, medan koersif rendah, dan pemeabilitas
maksimum tinggi. Data selektif terdapat pada tabel 2.2 dan dapat dibandingkan dengan data tabel 2.1. Rasio BH disebut permeabilitas. Nilai rasio BH yang
tinggi berarti bahwa magnetisasi mudah terjadi karena diperlukan medan magnet kecil untuk menghasilkan rapat fluks yang tinggi induksi.
Tabel 2.2. Sifat berbagai magnet lunak dari berbagai sumber
Bahan magnet Induksi jenuh,
B
s
V.detm
2
Medan koersif, -H
C
Am Permeabilitas relatif
maksimum, μ
r
maks
Besi murni kps 2,2
80 5.000
Lembaran trasnformator siliko ferit terarahkan
2,0 40
15.000
Permalloy, Ni-Fe
1,6 10
2.000
Superpermalloy, Ni-Fe
0,2 0,2
100.000
Ni-Fe-Mo Ferroxcube A, Mn,Zn Fe
2
O
4
0,4 30
1.200
Ferroxcube B, Ni,Zn Fe
2
O
4
0,3 30
700
2.3 Barium Hexa Ferrite BaO.6Fe2O3
Barium hexa Ferrite merupakan keramik oksida komplek dengan rumus kimia BaO.6Fe2O3 atau BaFe12O19. Barium hexa Ferrite mempunyai kestabilan kimia
yang bagus dan relatif murah dan kemudahan dalam produksi. Walaupun kekuatan magnet heksaferit lebih rendah dibandingkan jenis magnet terbaru
berbasis logam tanah jarang, magnet permanen hexa Ferrite Ba-ferit dan Sr-ferit masih menempati tempat teratas dalam pasar magnet permanen dunia baik dalam
hal nilai uang maupun berat produksi. Material magnet oksida BaO6Fe2O3 merupakan jenis magnet keramik
yang banyak dijumpai disamping material magnet Sr.6Fe2O3. seperti pada jenis oksida lainnya, material magnet tersebut memiliki sifat mekanik yang sangat kuat
dan tidak mudah terkorosi. Sebagai magnet permanen, material BaO.6Fe2O3 memiliki sifat kemagnetan dengan tingkat kestabilan tinggi terhadap pengaruh
medan magnet luar pada suhu diatas 300oC. Sehingga sangat cocok dipergunakan dalam peralatan teknologi pada jangkauan yang cukup luas.
Barium hexa Ferrite BaO.6Fe2O3 yang memiliki parameter kisi a = 5,8920 Angstrom, dan c = 23,1830 Angstrom. Gambar struktur kristal barium
hexa Ferrite BaO.6Fe2O3 diperlihatkan pada gambar 2.2
Gambar 2.2. Struktur kristal BaO.6Fe
2
O
3
Moulson A.J, et all., 1985
Barium heksaferit dapat disintesa dengan beberapa metoda seperti kristalisasi gas, presipitasi hidrotermal, sol-gel, aerosol, copresipitasi dan pemaduan mekanik.
Diantara metoda ini pemaduangerus mekanik adalah ekonomis karena ketersediaan bahan baku secara komersial dan relatif murah. Selain itu,
penanganan material relative sederhana untuk proses pemaduan mekanik dan produksi skala besar dapat diimplementasikan dengan mudah.
2.4 Silika SiO