menggunakannya dalam menentukan kelas barang dan jasa pada setiap permohonan merek.
C. PENGERTIAN CITY BRANDING
Merek brand adalah : suatu nama, istilah, tanda, simbul atau desain, atau suatu kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang dimaksud untuk
mengidentifikasi barang-barang dan jasa seseoarang atau sekelompok penjual serta membedakannya dari pesaing-pesaingnya.
38
Uraian di atas tersebut, berarti adanya suatu nama merek, yang dimaksud nama merek adala bagian dari suatu merek yang dapat diucapkan
atau dilafalkan. Sedangkan yang dimaksud nama dalam merek ini adalah suatu hal sederhana yaitu suatu etiket yang terdapat unsur misteri dan daya
tarik. Pada ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan Inggris Indonesia
arti merek adalah tanda yang dibuat diatas barang-barang oleh seorang pemberian atau distributor untuk penjual asalnya atau sumbernya.39
Menurut Undang-undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek Pasal 1 ayat 1 merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang
atau jasa.
38
Ibid hal. 16
39
Eko A. Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, Inggris- Indonesia,
Pradya Paramita, Jakarta, 1980, hal 655.
Branding merek adalah suatu nama, istilah, tanda, simbol, atau desain atau suatu kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang-barang dan jasa-jasa seseorang atau kelompok penjual serta membedakan karya dari pesaing-pesaingnya
.
40
Ketika merek trademark atau brand dikaitkan dengan sebuah kota, maka harus bisa mengkomunikasikan dengan jelas seperti apa kota tersebut,
apa saja yang dimilikinya, dan mengapa kota tersebut patut mendapat perhatian, sehingga siapapun yang bertandang ke kota tersebut, atau
penduduk kota itu sekalipun, dapat memaparkan secara singkat citra kota tersebut. Maka, city branding dapat dikatakan sebagai strategi dari suatu
negara atau daerah untuk membuat positioning yang kuat didalam benak target pasar mereka, seperti layaknya positioning sebuah produk atau jasa,
sehingga negara dan daerah tersebut dapat dikenal secara luas di seluruh dunia.
Kegiatan city branding sebenarnya tidak hanya sebatas membuat slogan atau logo, tetapi merupakan ruh dari kota itu sendiri. Ruh yang
menjiwai segala aktifitas kota, baik itu jiwa warganya, watak birokrasinya, maupun sarana infrastrukturnya. Sementara slogan, logo, desain interior,
arsitektur bangunan, ruang publik serta unsur penataan visual kota lainnya merupakan penyempurnaan dari keseluruhan ruh kota. City branding juga
menuntut sinergi dari keseluruhan unsur pembentuk kota, baik manusianya, fasilitas umum, infrastruktur maupun sistem transportasinya. Tanpa sinergi
40
Dick Syamsurizal, Branding de Firnatif Alat Pemasaran Potensial, Humamiora Utama Press,
Bandung, 1992, hal.15
yang baik, upaya city branding akan sia-sia. Fungsinya tidak hanya mencakup komunikasi pemasaran kota secara umum tetapi dapat juga
mendukung strategi pengembangan seni-budaya dan pariwisata, sentra industri dan perdagangan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat dan masih
banyak lagi. Dampak akumulasi dari semuanya akan turut memutar roda perekonomian dari masyarakat di kota tersebut.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PENGATURAN CITY BRANDING DALAM UU NO. 15 TAHUN 2001
1. Merek Secara Umum Menurut Instrumen Hukum Internasional
dan Indonesia.
Sebagai bagian dari Hak Kekayaan Intelektual HKI, asal usul merek mulai dikenal terutama di sekitar abad pertengahan, yaitu pada
saat perdagangan dengan luar negri mulai berkembang.
70
Dalam hal ini WIPO World Intellectual Property Organization telah
70
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta,1996, hal.111