Mulya Lubis, Hukum dan Ekonomi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1992, hal. 49

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 ini mendasarkan pada sistem deklaratif. Dalam sistem deklaratif suatu merek yang telah didaftarkan pada instansi yang berwenang oleh pendaftarnya atau pemilik merek, kemudian akan diberikan tanda bukti pendaftaran yaitu berupa surat pendaftaran merek oleh instansi yang berwenang tersebut pada saat itu masih bernama Kantor Milik Perindustrian. Pemberian surat pendaftaran merek bukanlah tanda bukti hak atas merek sertifikat merek akan tetapi dapat dipergunakan sebagai bukti 136 tentang adanya pemakaian pertama merek. Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 ini pula suatu prinsip teritorial dianut secara tegas 137 yang tercermin dalam Pasal 2 ayat 1 dari Undang-Undang tersebut mengenai pemakai merek pertama. Maksud daripada prinsip teritorial ini menurut A. Zen Umar Purba bahwa biar merek terkenal apapun, selagi belum ada pendaftaran merek termaksud di negara itu, bebas didaftarkan oleh siapapun 138 , misalnya Mc Donald di negara A belum terdaftar, kemudian restoran di 136 Djumeno Darmodidjojo, Garis-garis Besar Hukum Acara Perdata : Kumpulan Kuliah Prof. B.R.M. Hapsoro Wresniwiro Hadiwidjojo , Tanpa Penerbit, Semarang, 1976, hal. 65 137

T. Mulya Lubis, Hukum dan Ekonomi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1992, hal. 49

138 A. Zen Umar Purba, Pokok-Pokok Sambutan Direktur Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual, Temu Wicara Merek Terkenal, Tangerang, 21 Maret 2000, hal. 2 negara A boleh mendaftarkan produknya dengan merek Mc Donald Sementara itu terhadap pengertian pemakai merek pertama itu sendiri menurut Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan haruslah ditafsirkan sebagai pemakai pertama di Indonesia. Hanya saja kemudian secara tegas melalui yurisprudensi tetap Mahkamah Agung RI bahwa yang disebut pemakai pertama merek adalah orang yang menggunakan merek pertama yang diketahui beritikad balk, sebagaimana putusan Nomor 667 K Sip 1977, putusan Nomor 3038 K Sip 1981 dan putusan Nomor 341 PK Pdt 1986 maupun putusan 677 K sip 1972 tentang perkara merek Tancho Jika dibandingkan dengan merek yang tidak terdaftar, maka pemakai merek akan mengalami kesulitan dalam usahanya untuk membuktikan diri sebagai pemakai pertama jika suatu ketika terjadi sengketa merek. Karena seperti kita ketahui bahwa dalarn suatu perkara perdata, maka bukti surat inilah yang paling diutamakan karena peristiwanya mudah diungkapkan dibandingkan dengan bukti keterangan saksi- saksi. Yang dimaksud dengan alat bukti tertulis atau surat adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata surat tersebut dibagi menjadi surat akta dan surat bukan akta surat biasa. Untuk surat akta dibagi lagi menjadi surat akta resmi otentik dan surat akta di bawah tangan. Sementara itu pengertian dari akta itu sendiri menurut Pitlo adalah suatu surat yang ditandatangani, diperbuat untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk dipergunakan oleh orang, untuk keperluan siapa surat itu dibuat 143 Dalam hal ini oleh surat pendaftaran merek dapat digolongkan ke dalam bentuk surat yang bukan akta. Kekuatan pembuktian surat yang bukan akta surat biasa tidak sebagai bukti yang sempurna, masih memerlukan tambahan alat bukti lain 146 Surat yang bukan akta di dalam hukum pembuktian mempunyai nilai pembuktian bebas yang sepenuhnya diserahkan kepada kebijaksanaan hakim Sehingga jika terjadi sengketa mengenai kepemilikan merek dalam sistem dekiaratif 143 Teguh Samudera, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, Alumni, Bandung, 1992, Ital. 37 146

R. Subckti, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramitha, Jakarta, 1978, hal. 27