Pengertian Pelanggaran HAM Berat Dan Ringan

bukan hanya hak asasi. Dan hal ini secara positif mengukuhkan keharusan imperative dari Negara untuk memenuhi hak asasi rakyatnya. 53

C. Pengertian Pelanggaran HAM Berat Dan Ringan

Penulis berkesimpulan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dan kebebasan universal yang didapatkan secara kodrati dalam batas tidak menimbulkan kerugian pada orang lain dan juga telah melaksanakan kewajiban asasinya sebagai warga dari suatu Negara maupun sebagai bagian dari masyarakat internasional. Dimana hak-hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau dihilangkan. Prinsip-prinsip mendasar yang melandasi hukum hak asasi manusia modern telah ada sepanjang sejarah dalam mencari pengertian yang menyeluruh dan universal. Namun, sampai saat ini masyarakat internasional tidak menyadari perlunya mengembangkan standart-standart ,minimum hak asasi manusia bagi perlakuan warga Negara oleh para pemerintah masing-masing negaranya. Dengan menelusuri pengertian HAM sepanjang sejarah dan mengikuti perkembangan pemikiran akan pengertian HAM, akan membantu pelaksanaan HAM itu sendiri didalam bermasyarakat maupun berwarga Negara. Pemahaman pengertian tentang HAM dapat memberikan defenisi umum bagaimana sebenarnya hak-hak asasi dan kebebasan, juga memberikan perlindungan kepada setiap manusia. Yang mana disaat manusia itu melakukan kewajiban asasinya, ia berhak mandapatkan hak asasinya sebagai manusia. Dalam memahami pengertian tentang Hak Asasi Manusia dan melihat bentuk-bentuk yang lahir dari pengertian itu, maka kita dapat mengkategorikan hal yang bagaimana yang dapat dikatakan sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia menurut ketentuan peraturan nasional maupun peraturan internasional. Hak Asasi Manusia adalah merupakan hak dasar yang melekat pada diri manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi demi keharmonisan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 54 53 Ibid, hal. 206 54 Darwint Prinst, op.cit, hal 67 Garis miring pada dilindungi dan perlindungan diatas, merupakan penekanan yang jelas bahwa Hak Asasi Manusia itu harus dijaga dan dihormati. Dan bahwa setiap kejahatan yang terjadi diatasnya merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Pelanggaran Hak Asasi Manusia ialah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak sengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dana atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang, dan tidak didapatkan, atau dikhatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar., berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Dalam hal ini undang-undang yang dimaksud adalah UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. 55 Pelanggaran Hak Asasi Manusia dikelompokkan pada 2 dua bentuk : Dengan demikian pelanggaran Hak Asasi Manusia merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi Negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu maupun kelompok lainnya tanpa ada dasar atau alas an yuridis dan alas an rasional yang menjadi pijakannya. 56 1. Pelanggaran HAM berat, Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat meliputi Kejahatan Genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. 2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia ringan. 55 Azyumardi Azra, op.cit, hal. 227 56 Ibid, hal. 228 Pelanggaran Hak Asasi Manusia biasa adalah bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia lainnya, selain dua bentuk kejahatan diatas. Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,ras, kelompok etnis, dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental terhadap anggota-anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh maupun sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lainnya. Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alas an lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan secara paksa, dan kejahatan apartheid. 57 Mengenai pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam kategori berat seperti genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan berdasarkan hukum internasional dapat digunakan asas retroaktif , diberlakukan pasal mengenai kewajiban untuk tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang sebagaimana yang tercantum dalam pasal 28 J ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : 58 Di Indonesia, hal yang pernah terjadi tentang kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia berat tertanggal 12 September 1984 di Tanjung Priok, Jakarta. Hal ini dikarenakan dengan terjadinya pengrusakan, penganiayaan, atau penembakan yang dilakukan oleh aparat militer maupun kelompok sipil. “Dalam menjalankan hak dan kebebasan setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebassan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. 59 Bentuk pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh aparat keamanan, yakni: 60 1. Penangkapan dan penahanan oleh aparat keamanan tidak disertai dengan surat yang sah; 2. Adanya penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi seperti pemukulan, diestrum, dan tidak diberitahukan kondisinya kepada keluarga; 3. Adanya kuburan massal tanpa diberitahukan kepada keluarga korban. 57 Ibid, hal. 228 58 Ibid, hal 229 59 Dahana Putra, 2003, Rekonsiliasi sebagai upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM Berat Tanjung Priok, Jurnal Pemasyarakatan HAM Vol. II, hal.19 60 Ibid, hal. 20 Sedangkan bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia berat yang dilakukan oleh masyarakat sipil yakni : 1. Dibakarnya Apotik Tanjung milik keluarga Tan Kio Liem yang mengakibatkan adanya korban jiwa sebanyak 9 Sembilan orang. 2. Dibakarnya 2 dua buah rumah dan 14 empat belas took. 3. Dirusaknya 2 dua tempat ibadah gereja. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan baik oleh aparat keamanan maupun masyarakat sipil, merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia berat yang diatur dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2000 dan dikuatkan dengan Keputusan Presiden Keppres No. 53 tentang Pengadilan HAM AdHoc. Pada tanggal 11 Desember 1946, Majelis Umum PBB dalam resolusi 96 1 telah membuat konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Convention on the Prevention and Punishment of the crime of Genoside. Dan menyebutkan bahwa genosida adalah merupakan kejahatan menurut hukum internasional, bertentangan dengan jiwa dan tujuan-tujuan PBB, dan dikutuk oleh dunia yang beradap. 61 Perbuatan yang termasuk dalam perbuatan pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah mengenai pembedaan ras. Ini diatur dalam Deklarasi tentang Penghapusan Segala Bentuk Perbedaan Ras pada tahun 1965. 62 Perbuatan penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lainnya yang keji, tidak manusiawi, atau menurunkan martabat manusia, merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Perbuatan ini dimuat dalam Konvensi Pelarangan Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lainnya yang Keji, tidak Manusiawi, atau Menurunkan Martabat Manuisa, yang disetujui pada tahun 1984 dan mulai berlaku pada tahun 1987. 63 Sebelumnya Konvensi Jenewa pada tahun 1949 juga telah memuat bentuk-bentuk perbuatan yang melanggar HAM, Yakni : 64 - Pembunuhan yang disengaja - Penyiksaan atau pembantaian yang tidak manusiawi - Pengusiran terhadap orang-orang yang dilindungi 61 Setia Tunggal.Hadi, op.cit, hal. 83 62 Peter R. Baehr, op. cit, hal. 18 63 Ibid, hal. 18 64 Malcom Shaw, 1997, United Kingdom, International Law, Cambridge University Press, hal. 471 - Agresi Bentuk kejahatan diatas ditambah lagi di dalam Protokol tahun 1997 dari Konvensi Jenewa 1949, Yaitu, yaitu penyelenggaraan terhadap penduduk sipil. Sementara pelanggaran HAM menurut ketentuan internasional, yang lain dan terbaru adalah statute Roma tahun 1998. Dimana konferensi diplomatic ini menghasilkan Mahkamah Pidana Internasional. Pelanggaran HAM menurut Statuta Romo ada 4 empat, yakni : 65 1. Genosida 2. Kejahatan tentang kemanusiaan 3. Kejahatan Perang 4. Agra Empat bentuk pelanggaran HAM diatas, masuk dalam pelanggaran HAM berat dan paling serius yang menjadi perhatian intenasional. Bentuk perhatian lain yang terkait dengan politik luar negeri dan dapat disebutkan sebagai pelanggarran terhadap HAM adalah Apartheid. Kejahatan Apartheid pernah terjadi di Afrika Selatan. Apartheid adalah tindakan yang diambil pemerintah atau perbuatan-perbuatan yang diakibatkan dari kebijakan-kebijakan dengan melanggar batas-batas hak-hak asasi manusia, berdalih untuk kepentingan serta urusan dalam negeri sendiri. Setelah pembunuhan ratusan rakyat di perkampungan kulit hitam Soweto pada tahun 1979. 66 Dalam kaitan dengan Apartheid di Afrika Selatan, ada pemikiran yang lebih dalam lagi. Bahwa semua Negara secara hukum terikat pada kewajiban-kewajiban yang lebih tinggi daripada hanya sekedar menahan diri dari campur tangan dalam urusan dalam negeri orang lain. Dewan keamanan PBB mengutuk pemerintah Afrika Selatan dan mendesak agar pemerintahan Negara itu mengakhiri apartheid karena mengancam perdamaian. 67 65 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat ELSAM, Mei 2000, STATUTA ROMA Mahkamah Pidana Internasional, ELSAM, hal.3 66 Peter. R. Baehr, op.cit, hal. 44 67 Ibid. hal. 45 Pemikiran ini dikemukakan R.J. Vincent Sebagai berikut : 68 Logika pemikiran ini membawa kita pada kesimpulan bahwa Negara yang melanggar standar internasional yang sah tidak dapat menggunakan prinsip nen- intervensi untuk membela diri “Jika suatu Negara berperilaku sedemikian rupa sehingga sangat menginjak-injak hati nurani manusia, maka tida ada doktrin apapun yang dapat digunakan untuk menghindarkan intervensi terhadap Negara itu. Karena itu dapat dikatakan bahwa semua Negara tidak saja memiliki hak, tetapi juga kewajiban untuk mengesampingkan prinsip non-intervensi agar kaum Yahudi dapat dilindungi dari penganiayaan Nazi, dan pemikiran seperti ini berlaku pula untuk mendukung intervensi melawan Apartheid di Afrika Selatan”. 69 Apartheid jelas melanggar hak-hak asasi manusia yang mendasar seperti tercantum dalam Deklarasi Se-Dunia tentang Hak Asasi Manusia, dua perjanjian PBB pada tahun 1966, dan sejumlah perjanjian internasional lainnya. PBB talah mengeluarkan kebijakan dalam hal ini yaitu Konvensi mengenai penekanan dan penghukuman terhadap kejahatan Apartheid international Convention on the Suppression and Punishment of the Crime of Apartheid. . 70 Sementara itu yang termasuk kedalam pelanggaran HAM Ringan adalah perbuatan-perbuatan seperti : 71 a. Diskriminasi terhadap wanita b. Diskriminasi karena agama atau kepercayaan c. Diskriminasi rasial d. Kerja paksa e. Penganiayaan fisik f. Perbudakan g. Perdagangan budak. Diskriminasi terhadap wanita berarti setiap pengecualian, perbedaan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin yang mempunyai pengaruh atau 68 R.J. Vincent, 1974, Princeton New Jersey, Non-Intervention and International Order, Princeton University Press, hal. 346 69 Marc Bossuyt, desember 1985, Human Rights and Non-intervention in Domestic Matters, ICj 70 Hadi Setia Tunggal, Op.cit, hal. 90 71 Ibid, hal. 104-111 bertujuan merusak atau meniadakan pengakuan, kenyamanan, atau pelaksanaan pada wanita, tanpa memandang status perkawinannya, dasar persaman pria dan wanita, hak-hak asasi manusia dan kebebasan hakiki dalam bidang politik, ekonomi, social, budaya sipil, atau bidang lainnya. Deskriminasi karena agama atau kepercayaan berarti setiap pembedaan, pengucilan, pembatasan atau pilihan yang didasarkan pada agama atau kepercayaan yang bermaksud atau berakibat membatalkan atau melemahkan pengakuan, kesenangan atau pelaksanaan, atas dasar yang sama, hak-hak asasi manusia dan kebebasan hakiki dalam bidang politik, ekonomi, social, kebudayaan, atau bidang lainnya pada kehidupan masyarakat. Deskriminasi rasial berarti pembedaan, pelarangan, pembatasan atau pengutamaan apapun yang didasarkan pada ras, warna kulit, asal usul keturunan, bangsa atau etnis yang mempunyai tujuan atau akibat meniadakan atau menghalangi pengakuan, perolehan atau pelaksanaan pada suatu tumpuan yang sama, akan hak- hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan dasar di setiap bidang politik, ekonomi, social, atau bidang kehidupan yang lain. Kerja paksa berarti semua pekerjaan atau palayanan yang dituntut dari seseorang dengan ancaman hukuman dan orang tersebut tidak tidak menyerahkan tenaganya secara suka rela. Penganiayaan fisik dikenal beberapa istilah yakni kapal selam submarine ,kejutan listrik electric Shock, eksistensi tubuh, pipa air water pipe, falange, ekstaksi, penganiayaan seksual, dan menggulung. Kapal selam submarine berarti kepala sang tahanan dibeanmkan terus menerus kedalam air kotor, kencing, tahi, dan minyak tanah sementara organ-organ seksual sang korban terus diremas. Kejutan listrik elektrik shock berarti kejutan-kejutan listrik dikenakan ke bagian- bagian tubuh korban yang peka. Eksistensi tubuh berarti korban diikat dengan kedua lutut atau pergelangan kaki pada sebuah palang yang digantungkan di langit-langit dan dipukul atau dikenakan perlakuan kejutan atau disiksa secara seksual. Pipa air water pipe berarti korban diikat dan dikunci kemudian matanya dibalut, hidungnya disumbat, sebuah pipa dimasukkan kedalam mulutnya, dan airan air yang kuat dimasukkan kedalam mulutnya sampai si korban “menggembung” dan kehilangan kesadaran. Ekstraksi berarti gigi, kuku, dan rambut kemaluan dicabut. Penganiayaan seksual berarti para wanita diperkosa, alat kelamin laki-laki menjadio sasaran pemukulan dan perlakuan kejutan listrik. Menggulung berarti tahanan dililit dengan ketat pada sebuah ranjang dengan kain seprei basah, kemudian seprei itu mongering dan memeras serta menekik orang itu, dan proses ini dilakukan selama beberapa hari. Penganiayaan Farmakologis berarti penyiksaan yang dilakukandengan obat- obatan seperti para tahanan disuntik dengan obat-obat yang membuat murung dan depresi, kelumpuhan, sesak napas dan lainnya. Perbudakan berarti seperti yang didefenisikan dalam konvensi perbudakan tahunn 1926, yakni status atau kondisi seseorang yang atas dirinya setiap atau semua kekuasaan yang melekat pada hak atas dirinya setiap atau semua kekuasaan yang melekat pada hak atas pemilikan dilaksanakan, dan “budak” berarti seseorang yang dalam kondisi atau status tersebut. Perdagangan budak berarti dalam mencakup semua perbuatan yang terlibat dalam penangkapan, perolahan atau peraturan atas seseorang dengan tujuan menurunkan dia pada perbudakan, semua perbuatan yang terlibat dalam perolehan seorang budak dengan tujuan atau mempertukarkan dia. Apa yang telah diungkapkan diatas merupakan pengertian serta jenis-jenis pelanggaran HAM, baik pelanggaran HAM berat maupun pelanggaran HAM ringan.

D. Prinsip Kedaulatan dan Impunity