Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil Berkelanjutan di Teluk Palu

PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL
BERKELANJUTAN DI TELUK PALU

UMAR ALATAS

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan Pelagis Kecil Berkelanjutan di Teluk Palu adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.


Bogor, 23 Juli 2014

Umar Alatas
NIM C461090011

RINGKASAN
UMAR ALATAS. Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil Berkelanjutan di
Teluk Palu. Dibimbing oleh M FEDI A SONDITA, ARI PURBAYANTO dan
ANWAR BEY PANE.
Kegiatan perikanan tangkap di wilayah teluk umumnya memiliki
tantangan dari berbagai kegiatan ekonomi lain yang berintensitas tinggi seperti
pelabuhan, budidaya laut dan lain-lain. Tantangan ini juga dialami oleh perikanan
pelagis kecil di Teluk Palu, yang mengakibatkan semakin terdesaknya kegiatan
penangkapan ikan sehingga daerah penangkapan ikan produktif semakin sempit.
Penelitian ini bertujuan; 1) Mengetahui kondisi terkini perikanan tangkap di Teluk
Palu dan sekitarnya. 2) Menentukan status keberlanjutan perikanan pelagis kecil
serta faktor pengungkit yang berpengaruh terhadap pemanfaatan sumberdaya
tersebut. 3) Menentukan komposisi optimum dan distribusi spasial unit
penangkapan ikan, dan 4) Menyusun strategi pengembangan perikanan pelagis
kecil berkelanjutan di Teluk Palu.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis dengan metode Rapfish/
Multi-Dimensional Scaling (MDS), yang diterapkan pada informasi terkait
perikanan pancing, bagan, jaring insang dan sero di Teluk Palu. Berdasarkan
dimensi ekologi sumberdaya ikan, unit penangkapan ikan, sosial dan kelembagaan
serta ekonomi nelayan, perikanan pelagis kecil di Teluk Palu berada pada status
“kurang berkelanjutan”. Faktor-faktor terpenting dari setiap dimensi yang diteliti
adalah perubahan daerah penangkapan, penggunaan jenis alat tangkap, hubungan
antar nelayan/frekuensi konflik, dan pendapatan nelayan dari penangkapan ikan.
Faktor-faktor ini perlu ditangani oleh pengelola perikanan setempat.
Kinerja usaha perikanan pelagis kecil di Teluk Palu tampaknya berkaitan
erat dengan kondisi dimana unit penangkapan ikan terlalu banyak untuk luasan
yang layak sebagai daerah penangkapan ikan. Komposisi optimum unit
penangkapan ikan yang dioperasikan oleh nelayan di Teluk Palu merupakan
rujukan untuk membatasi jumlah tangkapan maksimum yang bertujuan mencegah
penurunan sumberdaya yang ada. Pembatas utama lain dalam pemanfaatan
sumberdaya ikan dalam kawasan Teluk Palu adalah luas teluk. Alokasi ruang
tersebut tidak hanya mencakup lokasi dan luasan tempat nelayan mengoperasikan
alat penangkapan ikan tetapi juga lokasi dan luasan habitat ikan yang penting
untuk keberlanjutan siklus hidup ikan.
Perikanan tangkap di Teluk Palu dilakukan oleh nelayan artisanal dengan

usaha kecil dan teknologi sederhana. Keberlanjutan perikanan adalah isu sentral
terkait dengan pembangunan ekonomi saat ini di Teluk. Penelitian ini menguji
tiga skenario perikanan berkelanjutan yaitu mencegah perikanan dari usaha
penangkapan ikan yang berlebihan, melindungi habitat kritis dan fishing ground,
serta mempertahankan pekerjaan nelayan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi komposisi unit penangkapan ikan yang paling optimum di teluk.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan sensus terhadap unit penangkapan ikan
yang dioperasikan di kawasan teluk, memperkirakan potensi produksi ikan yang
optimal, mengidentifikasi jenis ikan dan daerah penangkapan ikan, menghitung
jumlah nelayan, dan menganalisis kinerja teknis dari 4 jenis unit penangkapan

ikan yakni pancing ulur, jaring insang hanyut, sero dan bagan perahu. Data
kemudian dianalisis megunakan algoritma linear goal programming dengan
bantuan Solver add-in pada Microsoft Excel. Analisis ini menyimpulkan
kombinasi optimum dari unit penangkapan adalah 83 unit pancing ulur, 40 unit
jaring insang, 20 unit sero dan 25 unit bagan (skenario B). Komposisi unit
penangkapan ikan tersebut akan menghasilkan ikan sebanyak 320,36 ton/tahun
dan lapangan kerja untuk 238 nelayan. Mempertimbangkan keramahan teknologi
terhadap lingkungan, jumlah sero dan bagan sebaiknya tidak ditambah. Oleh
karena itu, komposisi yang direkomendasikan adalah 83 unit pancing ulur, 40

unit jaring insang, 19 unit sero dan 22 unit bagan. Dengan komposisi alternatif
tersebut diharapkan akan dihasilakan ikan sebanyak 307,15 ton/tahun dan
lapangan kerja nelayan sebanyak 227 nelayan. Pembahasan dibuat mencakup
konsekuensi dari komposisi alternatif dan kebutuhan kebijakan lokal untuk
mempromosikan keberlanjutan perikanan, khususnya alokasi ruang di Teluk Palu
untuk kegiatan penangkapan ikan.
Komposisi unit penangkapan ikan tersebut merupakan alternatif
kebijakan perikanan di Teluk Palu agar kegiatan perikanan pelagis kecil di Teluk
Palu tetap berlanjut dan lapangan kerja tersedia, juga dapat meningkatkan
pendapatan daerah, kesejahteraan masyarakat, dan memberi insentif terhadap
konservasi sumberdaya ikan. Penerapan hasil penelitian ini merupakan upaya
yang tepat, sehingga sumberdaya kawasan teluk dikelola secara serasi dan
seimbang. Strategi dan kebijakan dalam penentuan alternatif pemanfaatan
sumberdaya ikan dalam kawasan Teluk Palu difokuskan pada pencapaian tujuan
tersebut. Strategi Penataan Ruang Teluk adalah jauh lebih baik dalam
mengakomodasi kriteria pemanfaatan sumberdaya yang ada dibanding strategi
Peningkatan Sumberdaya Manusia dan strategi Pelestarian Fungsi Ekosistem
Teluk.
Pemerintah daerah seyogyanya lebih proaktif dalam pembuatan
kebijakan peraturan daerah yang melengkapi, menggantikan dan atau

menyempurnakan kebijakan pelaksanaan yang dibuat oleh pemerintah pusat
dalam pemanfaatan sumberdaya di Teluk Palu ke depan. Diperlukan kiranya
beberapa kebijakan dalam bentuk peraturan daerah, antara lain; 1) pemulihan
sumberdaya yang ada; 2) pencegahan pencemaran lingkungan 3) pengaturan
upaya penangkapan ikan; 4) pengaturan ukuran dan jenis ikan yang boleh
ditangkap; 5) pengaturan pemasangan rumpon; 6) pengaturan zonasi dan jalur
penangkapan; serta 7) daerah perlindungan laut.
Kata Kunci : ikan pelagis kecil, keberlanjutan, optimalisasi, Teluk Palu

SUMMARY
UMAR ALATAS. Sustainable Resource Utilization of Small Pelagic Fish in Palu
Bay. Supervised by M. FEDI A. SONDITA, ARI PURBAYANTO and ANWAR
BEY PANE.
Generally, fishing activities in the Gulf region has the challenge from a
variety of other economic activities which are high intensity. For example, port,
sailing traffic, and aquaculture and so on. This challenge is also experienced by
small pelagic fisheries in the Palu Bay, that is, increasingly pressured fishing
activities therefore productive fishing areas increasingly narrow. This study aims;
1) To identify the existing condition of fisheries in the Palu Bay Palu and
surrounding areas. 2) To determine the status of fisheries sustainability as well as

leverage factor that influence to utilization resource of small pelagic fish. 3) To
determine the optimum composition and spatial distribution of fishing units, and
4) To develop a strategy of sustainable small pelagies development in the Palu
Bay.
This study used an analysis with Rapfish/multi-dimensional scaling
(MDS) method on information regarding handline, gillnets, tidal barrier and liftnet
fisheries in Palu Bay. Based on the ecological dimensions of fishery resources,
fishing units, social and institutions as well as fisherman economy, small pelagic
fisheries in the Palu Bay is at the status of "less sustainable". The most important
factors of each studied dimension is changes in the fishing ground, the use of gear
types, the relationship among fisherman/frequency of conflict as well as the
fisherman income from fishing. These factors need to be addressed by the
manager of local fisheries.
Performance of small pelagic fisheries in the Palu Bay is assumed to be
closely related to the condition of excessive fishing in areas feasible to be
profitable fishing ground. The optimum composition of fishing units operated by
fishermen in the Palu Bay is a critical limit of the maximum fish production.
Another major limiting of resources utilization in the Palu Gulf region is space in
the bay. The space allocation includes not only the location and area where
fishermen operate fishing gear but also the location of habitats which are essential

to the sustainability of the fish's life cycle.
Capture fisheries in Palu Bay is conducted by artisanal fishermen with
small scale business and simple technology. Sustainability of the fisheries is the
central issue related to current economic development at the bay. This study
exercises try scenarios of sustainable fisheries that prevents the fisheries from
excessive fishing effort, protects critical habitats and fishing ground, and
maintains fisherman jobs. The objective is to identify the most optimum
composition of fishing units in the bay. The study was started by conducting
fisheries census, that operated in the bay area, estimating optimum potential fish
production, identifying fish and fishing ground, calculating number of fishermen,
and analysing technical performance of 4 types of fishing unit such as gill net,
tidal barrier, and lift net. The data were then analysed using linear goal
programming algorithms and backed up with Solver add-in of Microsoft Excel.
This software concluded an optimum combination of 83 units of handline, 40
units of gillnets, 20 units of tidal barrier and 25 units of liftnet (scenario B). Such

composition is expected to produce fish of 320,36 ton.year-1 and keep the job for
238 fishermen. Some consequences of such composition of fishing units are
discussed. Considering their poor size selectivity, both lift net and tidal traps are
not recommended to be added to the existing fishing fleet. The fishing fleet is

recommended to be composed with 83 units of of hand line, 40 units gillnet, 19
units of tidal trap and 22 units of lift net. Such composition of fishing fleet is
expected to produce fish of 307,15 ton per year, and keep the job for 227
fisherman.
Application of the recommended composition of fishing unit is a prime
alternative to the fisheries in the Palu Bay to sustain small pelagic fisheries, improve
the welfare of local communities, and an incentive to promote natural resources
conservation. This alternative will create the bay to be managed in harmonious
and balanced approach. Strategy and policy in determining the utilization
alternatives of fish resources in the Palu Gulf region is focused on achieving such
goals. Strategy of spatial use planning, i.e. fishing area allocation, is much better
in accommodating dimensions of fish resource utilization than the two other
strategies, i.e. Human Resources Improvement and Conservation of Bay
Ecosystem Function.
The government should be more proactive in the policy-making of local
regulations that complement, replace and or improve the policies implementation
made by the central government in utilizing resource in the Palu Bay in the future,
it is required a few policies in the form of regulation, among others; 1) restoration
of existing resources; 2) prevention of environmental pollution 3) Regulation of
fishing effort; 4) Regulation on the size and species of fish that may be caught; 5)

Regulation of the installation of fish aggregating devices; 6) Regulation on fishing
zones and fishing lanes; and 7) marine protected areas.
Keywords: small pelagic fish, sustainability, optimalization, Palu Bay.

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutif sebagian atau seluruh karya tulisan ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah;
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL
BERKELANJUTAN DI TELUK PALU

UMAR ALATAS


Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
Pada
Mayor Teknologi Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji pada Ujian Tertutup

: 1. Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro
2. Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, M.Si

Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Prof Dr Ir Domu Simbolon, M.Si
2. Dr Ir Tri Wiji Nurani, M.Si

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Maha
Pemilik Ilmu dan Pengetahuan, Maha Pengasih yang tidak pilih kasih terhadap
mahluknya, khususnya hamba-nya (manusia). Penyusunan disertasi ini merupakan
salah satu syarat dalam memperoleh gelar Doktor pada Mayor Teknologi
Perikanan Tangkap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Sekolah Pascasarjana
Instutut Pertanian Bogor. Penelitian tentang “Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Pelagis Kecil Berkelanjutan di Teluk Palu” dilaksanakan sejak bulan Maret
sampai Nopember 2012. Terealisasinya penyusunan disertasi ini adalah berkat
dukungan dan partisipasi aktif dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dr Ir M Fedi A Sondita, MSc, selaku pembimbing utama serta Prof Dr Ir
Ari Purbayanto, MSc dan Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA masing-masing
sebagai pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan selama
penelitian hingga penulisan disertasi.
2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia atas bantuan Beasiswa BPPS selama
mengikuti studi.
3. Gubernur Propinsi Sulawesi Tengah atas bantuan biaya penelitian dan
penulisan disertasi.
4. Rektor Universitas Alkhairaat Palu berserta seluruh civitas akademika atas
dukungan untuk melaksanakan pendidikan Doktor di Institut Pertanian
Bogor (IPB).
5. Karya ini kupersembahakan untuk orang tua yang telah mendidik saya,
serta mertua dan istri Rugaiyah Alhabsyi, S.Ag, MH, anak-anakku Idrus
Alatas dan Mohammad Faqih Alatas, saudara dan seluruh keluarga atas
doa dan perhatiannya.
6. Teman-teman seperjuangan, serta semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan motivasinya.
Akhirnya, semoga disertasi ini dapat dijadikan pedoman dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
Wallahul Musta’an
Wassalam Alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bogor, 23 Juli 2014

Umar Alatas

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
Kebaruan (Novelty)

1
4
6
6
7
10

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Metode Penelitian
Tujuan Umum Penelitian

12
12
13

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI TELUK PALU
Karakteristik Umum
Keadaan Penduduk
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Unit Penangkapan Ikan
Teknik Pengoperasian Alat Tangkap
Pendaratan dan Pendataan Hasil Tangkapan Teluk Palu
Kondisi Sosial dan Ekonomi Nelayan
Karakteristik Teluk Palu
Aktivitas di Kawasan Teluk Palu

17
18
19
22
34
35
37
38
39

KEBERLANJUTAN PERIKANAN PELAGIS KECIL
DI TELUK PALU
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan

42
43
47
59
62

KOMPOSISI OPTIMUM UNIT PENANGKAPAN IKAN
BERDASARKAN TIGA SKENARIO PERIKANAN
BERKELANJUTAN DI TELUK PALU
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan

63
63
65
74
76

STRATEGI PENGEMBANGAN PEMANFAATAN
SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL
BERKELANJUTAN DI TELUK PALU
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan

77
78
80
83
85

PEMBAHASAN UMUM

86

KESIMPULAN DAN SARAN

94

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

95
101
126

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

6
7
8
9

10
11
12
13
14
15
16

Tujuan Penelitian dan Pendekatan yang Digunakan
Perkembangan Jumlah Penduduk Kawasan Pesisir Teluk Palu
menurut Kecamatan yang Membentuknya, Tahun 2012.
Jenis-jenis Ikan Pelagis Kecil Dominan yang di Tangkap
Nelayan Teluk Palu.
Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kota Palu
dan Kabupaten Donggala Periode 2007-2011.
Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Ikan dengan Target
Tangkapan Ikan Pelagis Kecil di Kota Palu dan Kabupaten
Donggala Periode 2007-2011.
Jumlah Alat Tangkap Ikan Pelagis Kecil di Teluk Palu menurut
Sensus Penelitian pada Bulan Maret Tahun 2012.
Jenis, Ukuran dan Ikan Target Tangkapan Unit Penangkapan
Ikan Pelagis Kecil di Teluk Palu.
Kelompok Aktivitas dan Interaksi dengan Perikanan Tangkap
di Kawasan Teluk Palu
Aspek Penelitian, Atribut dan Kebutuhan Data pada Penelitian
Keberlanjutan Perikanan Pelagis Kecil di Teluk Palu,
Tahun 2012.
Nilai Indeks, Statistik Pemanfaatan Ikan Pelagis Kecil di Teluk
Palu, Tahun 2012.
Hasil Analisis Monte Carlo Indeks Status Pemanfaatan Ikan
Pelagis Kecil di Teluk Palu, Tahun 2012.
Estimasi Kebutuhan Ruang (fishing ground) untuk Empat Jenis
Unit Penangkapan Ikan di Teluk Palu, Tahun 2012.
Fungsi Sumberdaya Terbatas Optimalisasi Unit Penangkapan
Ikan Pelagis Kecil di Teluk Palu, Tahun 2012.
Angka Minimum dari Tiga Skenario Unit Penangkapan Ikan di
Teluk Palu, Tahun 2012.
Komposisi Optimum Unit Penangkapan Ikan Berdasarkan
Skenario di Teluk Palu, Tahun 2012.
Proyeksi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Berdasarkan Skenario
di Teluk Palu, Tahun 2012.

14
18
20
22

24
24
25
41

45
60
61
68
70
71
73
74

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4
5

6
7

8

9
10
11
12
13
14
15
16
17

18

19

Skema Pemanfaatan Sumberdaya Ikan melalui Pendekatan
Tidak Berkelanjutan dan Berkelanjutan Hasil Modifikasi
Dutton dan Hotta dalam Kay dan Alder, 1999
Kerangka Peikiran dan Proses Penelitian Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil Berkelanjutan di Teluk Palu
Peta Lokasi Penelitian
Diagram Alir Tahapan Penelitian
Produksi Hasil Tangkapan Per Tahun Kabupaten Donggala
dan Kota Palu (Statistik Kelautan dan Perikanan Propinsi
Sulawesi Tengah, Tahun 2012).
Produksi Bulanan Empat Jenis Unit Penangkapan Ikan di
Teluk Palu (Hasil Penelitian, Tahun 2012).
Perkembangan Produksi Ikan Pelagis Kecil per Tahun
Menurut Jenis Ikan di Kota Palu (Statistik Kelautan dan
Perikanan Sulawesi Tengah, Tahun 2012).
Perkembangan Jumlah Armada Penangkap Ikan Menurut Jenis
di Kota Palu dan Kabupaten Donggala (Statistik Kelautan dan
Perikanan Sulawesi Tengah, Tahun 2012).
Contoh, Deskripsi dan Pengoperasian Pancing Ulur oleh
Nelayan di Teluk Palu, Tahun 2012.
Rancangan Kebutuhan Ruang Pengoperasian Pancing oleh
Nelayan di Teluk Palu, Tahun 2012.
Deskripsi dan Contoh Unit Penangkapan Jaring Insang Hanyut
yang Dioperasikan oleh Nelayan di Teluk Palu, Tahun 2012.
Rancangan Kebutuhan Ruang Pengoperasian Jaring Insang
Hanyut oleh Nelayan di Teluk Palu, Tahun 2012.
Deskripsi dan Pengoperasian Sero oleh Nelayan di Teluk Palu,
Tahun 2012.
Rancangan Kebutuhan Ruang Pengoperasian Sero oleh
Nelayan di Teluk Palu, Tahun 2012.
Deskripsi dan Contoh Unit Penangkapan Bagan Perahu yang
Dioperasikan oleh Nelayan di Teluk Palu, Tahun 2012.
Rancangan Kebutuhan Ruang Pengoperasian Bagan Perahu
oleh Nelayan di Teluk Palu, Tahun 2012.
Tahapan Analisis Keberlanjutan Perikanan Pelagis Kecil di
Teluk Palu Menggunakan MDS dengan Aplikasi RAPFISH
Hasil Modifikasi Fauzi dan Anna, 2005.
Posisi Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Perikanan Pelagis
Kecil pada Kriteria Ekologi dan Sumberdaya di Teluk Palu,
Tahun 2012.
Sensitivitas Atribut Kriteria Ekologi dan Sumberdaya yang
Dinyatakan dalam Perubahan Root Mean Square (RMS) Skala
Keberlanjutan 0-100 pada Penelitian di Tahun 2012.

8
11
12
16

19
21

21

23
26
27
28
29
30
31
32
33

44

48

49

20 Posisi Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Perikanan Pelagis
Kecil pada Kriteria Unit Penangkapan Ikan di Teluk Palu,
Tahun 2012.
21 Sensitivitas Atribut Kriteria Unit Penangkapan Ikan yang
Dinyatakan dalam Perubahan Root Mean Square (RMS) Skala
Keberlanjutan 0-100 pada Penelitian di Tahun 2012.
22 Posisi Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Perikanan Pelagis
Kecil pada Kriteria Sosial dan Kelembagaan di Teluk Palu,
Tahun 2012.
23 Sensitivitas Atribut Kriteria Sosial dan Kelembagaan yang
Dinyatakan dalam Perubahan Root Mean Square (RMS) Skala
Keberlanjutan 0 – 100 pada Penelitian di Tahun 2012.
24 Posisi Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Perikanan Pelagis
Kecil pada Kriteria Ekonomi Nelayan di Teluk Palu,
Tahun 2012.
25 Sensitivitas Atribut Kriteria Ekonomi Nelayan yang
Dinyatakan dalam Perubahan Root Mean Square (RMS) Skala
Keberlanjutan 0-100 pada Penelitian di Tahun 2012.
26 Diagram Status Keberlanjutan Multidimensi Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Teluk Palu, Tahun 2012
27 Struktur Hierarki Strategi Pengembangan Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil Berkelanjutan di Teluk Palu,
Tahun 2012.
28 Output Expert Choice: Taraf Kepentingan Berdasarkan
Inconsistency Ratio Setiap Kriteria Tingkat II pada
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Teluk Palu.
29 Output Expert Choice : Taraf Kepentingan Berdasarkan
Inconsistency Ratio Setiap Alternatif Strategi Tingkat IV
Pengambangan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil
Berkelanjutan.
30 Perbandingan Strategi Penataan Ruang Teluk dan Strategi
Peningkatan Sumberdaya Manusia Menggunakan Empat
Kriteria.
31 Perbandingan Strategi Penataan Ruang Teluk dan Strategi
Pelestarian Fungsi Ekosistem Teluk Menggunakan Empat
Kriteria.
32 Desain Konseptual Pengembangan Pemanfaatan Sumberdaya
Di Kawasan Teluk Palu
33 Desain Proses Pengembangan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

51

52

54

54

57

58
61

79

80

81

82

83
92
93

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

4

5
6
7
8
9
10
11

Jenis Data dan Penjelasan Atribut pada Kriteria Perikanan
Pelagis Kecil Berkelanjutan di Teluk Palu
Hasil Penilaian Kriteria dan Atribut Berdasarkan Pengamatan
di Teluk Palu
Kestabilan Nilai Ordinasi Dengan Analisis Monte Carlo pada
empat kriteria (Ekologi dan Sumberdaya, Unit Penangkapan
ikan, Sosial dan Kelembagaa dan Ekonomi Nelaian).
Hasil
Tangkapan Empat Unit Penangkapan
Ikan
(Kg/Trip/Bulan)
selama Monitoring di Teluk Palu,
Tahun 2012.
Hasil Analisis Komposisi Optimum Unit Penangkapan Ikan
di Teluk Palu
Output Expert Choice : Strategi Pengembangan Kebijakan
Perikanan Pelagis Kecil Berkelanjutan di Teluk Palu
Potret Pemanfaatan Ruang dan Permasalahannya di Teluk Palu
Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
Peta Kedalaman Teluk Palu dan Rencana Pola Ruang
Kota Palu
Peta Aktivitas Pemanfaatan Ruang dan Distribusi Unit
Penangkapan Ikan di Kawasan Teluk Palu, Maret 2012
Usulan Peruntukan Ruang di Teluk Palu untuk Kegiatan
Penangkapan Ikan

102
105

109

110
111
117
120
122
123
124
125

DAFTAR ISTILAH
Pemanfaatan
Sumberdaya
Berkelanjutan

:

Semua upaya yang bertujuan agar sumberdaya
dapat dimanfaatkan secara optimal dimana laju
pemanfaatan harus lebih kecil atau sama dengan
laju pemulihan sumberdaya tersebut. (1).
Semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi
dalam
pengumpulan
informasi,
analisis,
perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan,
alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta
penegakan hukum dari peraturan perundangundangan di bidang perikanan, yang dilakukan
oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan
untuk mencapai kelangsungan produktivitas
sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah
disepakati. (1).
Semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan
dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran
yang dilaksanakan dalam suatu system bisnis
perikanan. (1).

Pengelolaan
Perikanan

:

Perikanan

:

Teluk

:

Merupakan suatu lekukan yang lekukannya berbanding
sedemikian rupa dengan lebar mulutnya sehingga
mengandung perairan yang tertutup dan bentuknya
lebih dari pada sekedar suatu lengkungan pantai
semata-mata. (2).

Ekosistem

:

Hubungan timbal balik antara mahluk hidup
dengan komponen abiotik lainnya (4).

Ekologi

:

Ilmu yang mempelajari hubungan antara mahluk hidup
dengan lingkungannya (4).

Zona

:

Kawasan

:

Penangkapan Ikan

:

Ruang yang penggunaannya disepakati bersama
antara berbagai pemangku kepentingan dan telah
ditetapkan status hukumnya. (3).
Bagian wilayah yang memiliki fungsi tertentu
yang ditetapkan berdasarkan criteria karakteristik
fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk
dipertahankan keberadaannya. (2).
Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat
atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang
mengunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan,
mendinginkan,
menangani,
mengolah, dan/atau mengawetkannya. (1).

Sumberdaya Ikan

:

Setiap bentuk komponen lingkungan yang dapat
dimanfaatkan oleh mahluk hidup. Ikan adalah
segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian
dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan
perairan. (1)
Orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan. (1)
Satu kesatuan teknis dalam suatu operasi
penangkapan ikan yang terdiri dari kapal
perikanan, alat tangkap, dan nelayan. (1).

Nelayan

:

Unit Penangkapan
Ikan

:

Pelagic

:

Lapisan air bagian atas dari laut. Ikan yang hidup dekat
permukaan air dan mengembara jauh dari pantai
disebut ikan pelagis(4).

By-catch

:

Discards

:

Fishing ground

:

Fishing base

:

Responsible fishing

:

Hasil tangkapan sampingan; merupakan bagian
dari hasil tangkapan yang didapatkan pada saat
operasi penangkapan sebagai tambahan dari tujuan
utama penangkapan (target spesies) (4).
Bagian dari hasil tangkapan yang dibuang atau
tidak dimanfaatkan saat operasi penangkapan (4).
Daerah perairan tempat menangkap ikan; Perairan
penangkapan ikan (4).
Basis operasi penangkapan. Pangkalan dari mana
kegiatan
penangkapan
ikan
dioperasikan
umumnya berupa pelabuhan perikanan (4).
Kegiatan penangkapan ikan yang bertanggung
jawab, ramah lingkungan, tidak merusak
kelestarian sumberdaya ikan yang memenuhi
berbagai ketentuan (4).

Sumber :
1. Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Kementrian Kelautan dan Perikanan.
2. Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 01 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
3. Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
4. N Kamiso, Sastrawibawa, G Wisnu, Y Ferdinand, dan Y Gatot. 2003.
Glosarium Perikanan. edisi pertama.

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perikanan pelagis kecil merupakan kegiatan ekonomi yang menghasilkan
protein hewani dan menyediakan lapangan kerja bagi kehidupan nelayan di Teluk
Palu, salah bentuk kegiatan perikanan pelagis adalah penangkapan ikan-ikan yang
tergolong jenis pelagis kecil, yaitu ikan-ikan yang sebagian besar hidupnya terjadi
di lapisan air bagian atas dan pada saat dewasa berukuran relatif kecil. Termasuk
dalam golongan ini yang ada di Teluk Palu adalah kembung (Rastrelliger),
layang (Decapterus), tongkol (Euthynnus sp), selar (Selaroides) dan teri
(Stolephorus).
Sebagai kegiatan ekonomi yang berbasis pada sumberdaya ikan, salah
satu sumberdaya alam dapat pulih (renewable natural resources), namun
peningkatan populasi manusia dan kemajuan teknologi yang diterapkannya dapat
menyebabkan konsekuensi yang serius terhadap kondisi alamiah lingkungan
hidup sehingga mengancam kelestarian sumberdaya dapat pulih tesebut, termasuk
ikan yang hidup bebas liar di laut (Thiollay dan Rahman 2002). Oleh karena itu,
pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis dan pembangunan ekonomi di Teluk Palu
dan daerah aliran sungai di sekelilingnya harus dilakukan secara hati-hati dengan
memperhatikan keterkaitan sebab-akibat di antaranya, seperti telah dikatakan
Dahuri (2003), dan Muhammad (2011).
Pengelolaan perikanan mengenal sebuah tata nilai yang disebut Code of
Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), sebuah kesepakatan konferensi FAO
pada tanggal 31 Oktober 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries
dimulai pada pertemuan Committee on Fisheries (COFI) bulan Maret 1991 yang
memunculkan rekomendasi penting agar FAO membangun sebuah konsep
perikanan yang bertanggungjawab (responsible fisheries). Indonesia termasuk
negara yang menyepakati penerapan etika tata laksana perikanan yang
bertanggungjawab tersebut.
Keberhasilan mengelola dan memanfaatkan sumberdaya ikan adalah
faktor penting dalam membangunan perikanan yang berkelanjutan (Monintja et al
1999; Charles 2001; Hall 2002). Sumberdaya ikan adalah modal pembangunan
yang dapat bertambah dan berkurang, baik secara alami maupun karena
intervensi manusia. Intervensi manusia tersebut dapat berupa kegiatan
penangkapan ikan dan kegiatan-kegiatan lain yang menurunkan kualitas
lingkungan dimana sumberdaya ikan itu berada. Hal ini berarti seluruh dinamika
alam dan intervensi manusia akan berpengaruh terhadap kondisi sumberdaya
tersebut sepanjang waktu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan
penangkapan suatu jenis ikan tertentu di suatu perairan diharapkan dapat
berlangsung secara terus menerus. Pengelola perikanan perlu mengetahui status
sumberdaya ikan tersebut untuk menentukan volume upaya penangkapan ikan
(fishing effort) agar volume penangkapan ikan (atau produksi ikan) seimbang
dengan kemampuan rekruitmen sumberdaya ikan tersebut (Naamin dan
Hardjamulia 1990; King 1995).
Dampak buruk dari kegiatan penangkapan ikan yang tidak terkontrol
akan muncul ketika setiap nelayan tidak memperhitungkan akibatnya pada

2

nelayan lain. Dilema muncul karena ketika sekelompok nelayan menikmati
keuntungan, tetapi nelayan lain menderita kerugian karena berkurangnya jumlah
ikan (Satria 1999; Nikijuluw 2002). Fenomena ini berawal dari pendapat bahwa
ikan adalah barang milik bersama (common property) dan semua orang memiliki
hak (right) untuk menikmati atau mendapatkannya (common access). Setiap
pelaku atau pemanfaat sumberdaya ikan cenderung berupaya mengutamakan
kepentingannya sendiri, misalnya dengan menggunakan peralatan penangkapan
ikan (fishing gear) yang sangat produktif dan efektif walaupun merusak habitat
ikan. Pada situasi berkepanjangan dimana terjadi ketidak-seimbangan kapasitas
teknologi, biasanya berujung pada konflik di antara sesama pengguna sumberdaya
ikan. Oleh karena itu, pada pemanfaatan sumberdaya ikan yang telah berjalan
lama atau secara tradisi, kegiatan penangkapan ikan cenderung sulit dikendalikan
kecuali atas inisiatif kuat para pemanfaat tersebut.
Teluk Palu merupakan sebuah perairan semi tertutup yang di
sekelilingnya merupakan kawasan yang memiliki dinamika pertumbuhan yang
cukup pesat dari Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Peningkatan
jumlah penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di kawasan teluk terhadap
beberapa peruntukan seperti pemukiman, pariwisata, industri dan pelabuhan,
yang mengakibatkan tekanan ekologis terhadap wilayah ini semakin meningkat
pula (Ansar 2011). Meningkatnya tekanan ini akan mengancam keberadaan dan
kelangsungan ekosistem baik secara langsung seperti reklamasi dan konversi
lahan, maupun tidak langsung misalnya pencemaran oleh berbagai kegiatan
pembangunan. Agar ekosistem di perairan teluk dapat berfungsi optimal dan
memberikan manfaat secara berkesinambungan, maka diperlukan suatu upaya
pemanfaatan yang berbasis ekosistem dengan memperhatikan kesesuaian dan
daya dukung lingkungan.
Tingginya intensitas penangkapan ikan akan memberikan dampak berupa
penurunan populasi ikan tangkapan yang dicirikan dengan penurunan rata-rata
hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan, sebuah masalah utama yang umum
terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti Selat Makassar, Laut Jawa, Laut
Banda, dan Laut Cina Selatan (Monintja 2000; DKP-LIPI 2001; Dahuri 2003).
Peningkatan jumlah unit penangkapan ikan merupakan faktor terjadinya
overfishing, selain masalah kerusakan lingkungan.
Potensi sumberdaya kelautan di Teluk Palu selama ini telah dimanfaatkan
dalam berbagai kegiatan ekonomi, dimana salah satunya adalah usaha perikanan
pelagis kecil yang umumnya berskala kecil. Pemanfaatan yang bijak dibutuhkan
agar tidak menimbulkan gejala eksploitasi berlebihan (over exploitation).
Perencanaan yang tepat untuk perikanan ini diperlukan karena kebutuhan terhadap
produk ikan semakin besar dengan meningkatnya penduduk yang berdomisili di
pesisir Teluk Palu. Melalui perencanaan akan dirumuskan kegiatan pembangunan
yang secara efektif dapat memberikan hasil yang optimal.
Teluk Palu secara geografis letaknya berhadapan langsung dengan Selat
Makassar. Berdasarkan Kepmen No. 45 Tahun 2011 Kementerian Kelautan dan
Perikanan, nomenklatur Selat Makassar berada dalam Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP 713) bersama dengan Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali.
Dugaan potensi sumberdaya ikan pelagis besar di WPP ini adalah sebesar 193.6
ribu ton per tahun, sedangkan ikan pelagis kecil sebesar 605.4 ribu ton pertahun.
Sumberdaya ikan di WPP ini berada dalam stastus pemanfaatan berlebihan (over

3

exploited). Menurut Monintja (2000), perubahan atau fluktuasi drastis produksi
ikan merupakan salah satu indikasi bahwa sumberdaya ikan tersebut sudah
mengalami kelebihan tangkap (overfishing).
Berpijak pada permasalahan di atas, penulis berpendapat bahwa
diperlukan adanya upaya untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya ikan di Teluk
Palu berdasarkan potensi ikan yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Pemahaman yang mendalam tentang aspek ekologi dan sumberdaya ikan yang ada
sangat diperlukan, selain pemahaman tentang aspek teknis unit penangkapan ikan
serta kondisi sosial kelembagaan dan ekonomi masyarakat nelayan. Hal ini
merupakan langkah awal untuk memelihara keseimbangan di antara pertumbuhan
populasi ikan dan penangkapan ikan dalam suatu perairan tertentu sehingga usaha
perikanan pelagis kecil di teluk ini dapat berlangsung secara terus-menerus.
Keunggulan dan kelemahan (keterbatasan) sifat sumberdaya alam yang dapat
pulih ini perlu dicermati. Daya pulih yang menjadi ciri sumberdaya ikan tidak
berarti nelayan dapat menangkapnya tanpa batas-batas karena nelayan tetap harus
memberikan kesempatan kepada ikan untuk reproduksi, larva ikan berkembang
menjadi juvenil di tempat yang melimpah makanan dan aman dari ancaman
predator, kemudian tumbuh berkembang menjadi dewasa dan siap memijah
kembali. Jika ikan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan siklus hidupnya
secara lengkap, jangan berharap akan ada perikanan serupa di masa yang akan
datang.
Sebagai langkah awal pencapaian tujuan pemanfaatan sumberdaya ikan
pelagis kecil yang ada dan menjamin keberlanjutannya (substainability) di Teluk
Palu, penelitian dilakukan dengan mengkaji keberadaan sumberdaya ikan yang
tertangkap, aspek teknis alat penangkapan ikan, keadaan sosial kelembagaan dan
ekonomi masyarakat nelayan di Teluk Palu. Analisis dilakukan untuk
mendiagnosa tentang status terkini perikanan pelagis kecil tersebut.
Intervensi manusia yang paling signifikan terhadap sumberdaya ikan
adalah beroperasinya unit-unit penangkapan ikan. Jenis dan jumlah unit
penangkapan ikan dapat berfluktuasi sesuai dengan dinamika sumberdaya ikan
dan sosial-ekonomi masyarakat nelayan. Jumlah upaya penangkapan ikan
merupakan suatu fungsi yang ditentukan oleh faktor-faktor antara lain
ketersediaan sumberdaya ikan, jumlah unit penangkapan ikan. Kemampuan unit
penangkapan ikan dalam menghasilkan ikan, frekuensi operasi penangkapan ikan,
dan kondisi cuaca. Oleh karena itu, pada tahap selanjutnya, penelitian diarahkan
untuk mendapatkan komposisi optimum jumlah dan jenis unit-unit penangkapan
ikan dalam rangka mewujudkan perikanan yang berkelanjutan.
Perikanan pelagis kecil di kawasan Teluk Palu diharapkan dapat
memberikan manfaat bukan hanya untuk jangka pendek (saat ini), akan tetapi juga
manfaat jangka panjang yaitu dengan tidak mengurangi manfaat bagi generasi
yang akan datang. Tingkat eksploitasi sumberdaya ikan perlu dijaga agar tidak
melampaui daya pulihnya sehingga kebutuhan yang akan datang pun dapat
dipenuhi. Sudah saatnya, pendekatan pembangunan perikanan harus diubah dari
prinsip menguasai dan mengeksploitasi alam menjadi memanfaatkan sambil
menjaga, memelihara dan melestarikan alam berdasarkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan sesuai dengan daya dukung lingkungannya.
Pendekatan ini akan mudah diterapkan jika masyarakat nelayan sebagai pelaku
pembangunan mempunyai kesadaran sendiri terhadap peran penting lingkungan

4

sebagai etika dan moral bertanggungjawab dalam mewariskan sumberdaya alam
kepada generasi mendatang.
Pemanfaatan
sumberdaya
perikanan
merupakan
pemanfaatan
sumberdaya ikan dan biota air lainnya untuk kepentingan ketahanan pangan,
dimana lingkup kegiatannya mencakup penyediaan sarana unit penangkapan ikan
(kapal/perahu, alat tangkap dan alat bantu), tempat pendaratan ikan (PP/PPI) serta
ketersediaan sumberdaya ikan dan nelayan yang melakukan aktivitas menangkap
ikan. Selain itu, dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya tersebut, prinsip
pendekatan berhati-hati (precautionary approach) perlu dipertimbangkan
mengingat sifat-sifat sumberdaya laut yang sangat dinamis dan rentan terhadap
kerusakan lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil oleh nelayan
di Teluk Palu secara optimal tentunya sangat didukung oleh teknologi alat
penangkapan yang berwawasan lingkungan serta perilaku nelayan. Teknologi
penangkapan berperan penting untuk menentukan status pemanfaatan sumberdaya
ikan di suatu perairan, terutama jumlah armada/unit penangkapan ikan yang
dioperasikan serta trip operasi penangkapan ikan yang dilakukan. Kondisi tangkap
lebih dan kerusakan habitat utama perairan pada dasarnya merupakan akibat
penggunaan teknologi yang tidak ramah terhadap lingkungan. Berdasarkan UU
RI No. 31 Tahun 2004 jo. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan bahwa
pemanfaatan sumberdaya ikan ditujukan “untuk tercapainya manfaat yang optimal
dan berkelanjutan serta terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan” (Bab IV, pasal
6 ayat 1, UU No. 31/2004).
Berdasarkan amanat Undang-Undang Republik Indonesia di atas, upaya
pemanfaatan sumberdaya perikanan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi diharapkan akan mampu mengatasi keterbatasan
sumberdaya melalui suatu langkah yang rasional untuk mendapatkan manfaat
yang optimal dan berkelanjutan. Agar di satu pihak sumberdaya ikan ini dapat
dimanfaatkan dengan optimal, dan di lain pihak kegiatan penangkapan yang
dilakukan tidak memberikan tekanan eksploitasi yang berlebihan terhadap
sumberdaya ikan dan lingkungan, maka upaya pemecahan masalah yang harus
dilakukan dalam pengembangan sumberdaya ikan pelagis kecil adalah bagaimana
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya ikan yang ada dilaksanakan secara
terkendali. Analisis keberlanjutan perikanan pelagis kecil di Teluk Palu
diperlukan langkah pemanfaatan yang mempertimbangkan aspek ekologi dan
sumberdaya ikan pelagis, teknis alat tangkap, sosial dan kelembagaan serta
ekonomi nelayan. Kenyataan ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan
oleh Cochrane (2002) bahwa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan
produksi perikanan adalah biologi, ekologi, lingkungan, teknologi, sosial dan
ekonomi.
Perumusan Masalah
Pemanfaatan ikan pelagis kecil di perairan Teluk Palu telah dilakukan
oleh nelayan yang bermukim di sekitarnya sebagai sumber mata pencaharian
khususnya perikanan pelagis kecil. Sesuai dengan perkembangan zaman,
pertumbuhan penduduk secara umum meningkat dan sebagai akibatnya
tekanan terhadap sumberdaya ikan di teluk semakin tinggi, baik akibat kegiatan
penangkapan maupun akibat dari aktivitas pembangunan lain seperti; pelabuhan,
pertambangan, wisata bahari, dan lainnya. Jika pembangunan tersebut tidak

5

dikendalikan dapat mengakibatkan perubahan fisik lingkungan teluk dan
berujung
pada kerusakan habitat ikan. Tidak adanya pembatasan terhadap
jumlah alat tangkap dan evaluasi terhadap dampak dari teknologi penangkapan
terhadap lingkungan menurut Purbayanto (2010) akan menyebabkan masalah
terhadap status keberlanjutan sumberdaya tersebut.
Permasalahan perikanan dan penyelesaiannya di Teluk Palu sangat
tergantung pada kesadaran dan kemauan para stakeholder Teluk Palu untuk
mengambil pelajaran dari kegagalan-kegagalan pengelolaan perikanan yang
terjadi di masa lalu. Pada masa lalu, orientasi pembangunan lebih difokuskan
pada peningkatan produksi melalui penambahan jumlah kapal penangkap ikan
tanpa memperhatikan daya pulih sumberdaya ikan. Orientasi yang keliru ini
akhirnya menyebabkan usaha penangkapan ikan secara keseluruhan menjadi
tidak efisien. Beberapa dampak langsung yang dialami suatu perikanan yang
berorientasi semata-mata pada peningkatan produksi di antaranya adalah:
penurunan produksi perikanan yang berasal dari daerah penangkapan ikan yang
biasa dieksploitasi, penurunan kelimpahan ikan (standing stock atau fish
abundance), penurunan keragaman spesies, penurunan hasil tangkapan per upaya
tangkapan serta penurunan ukuran rata-rata individu ikan yang biasa menjadi
sasaran nelayan. Selain dampak terkait aspek biologi tersebut juga terjadi dampak
aspek sosial-ekonomi, seperti terganggunya keharmonisan hubungan antar
nelayan berupa peningkatan konflik diantara mereka, khususnya akibat perebutan
daerah penangkapan ikan karena ada tumpang-tindih (overlap), ketimpangan
teknologi di antara kelompok yang berkonflik.
Di sisi lain, tingginya kegiatan pembangunan fisik dipesisir dan daerah
aliran sungai di sekeliling Teluk Palu juga memberikan dampak berupa
pencemaran lingkungan. Saat ini kegiatan penambangan pasir dan batu (galian C)
di sungai-sungai dan pesisir pantai Teluk Palu dapat memicu banyak hal yang
mengganggu keseimbangan lingkungan di wilayah pesisir. Laju sedimentasi yang
dibawa oleh sungai masuk ke Teluk Palu yang tinggi di pesisir pantai dan
mengakibatkan pengurangan hutan bakau, terumbu karang dan padang lamun
yang merupakan daerah penting bagi keberlanjutan sumberdaya ikan. Pembukaan
jalan lingkar di pesisir Teluk Palu meningkatkan minat para pengusaha untuk
membuka jasa penginapan, hotel, serta tempat wisata kuliner yang mulai
menjamur. Hal ini dapat dilihat di sepanjang pantai mulai dari Tondo, Talise
sampai Tipo. Pesisir teluk ini telah menjadi tempat pembuangan sampah baik itu
sampah rumah tangga, sampah industri maupun sampah yang diakibatkan oleh
tempat wisata. Hal serupa terjadi pada kawasan industri yang mendiami kawasan
pesisir Teluk Palu semuanya menjadikan laut sebagai tempat pembuangan akhir.
Permasalahan di atas menunjukkan bahwa pengelolaan perikanan
setempat membutuhkan kebijakan dengan arahan yang berpijak pada kaidah
pemanfaatan sumberdaya ikan berkelanjutan. Pengelolaan perikanan tersebut
dapat dikembangkan dengan melakukan berbagai hal, namun harus dimulai
dengan pengkajian terhadap kondisi terkini (existing condition) menyangkut aspek
ekologi dan sumberdaya ikan pelagis kecil terkait erat dengan ketersediaan
sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan. Aspek unit penangkapan ikan
erat hubungannya dengan teknologi dan armada penangkapan yang dioperasikan,
serta aspek sosial dan kelembagaan dan ekonomi nelayan yang menyangkut
tingkah laku nelayan dalam memanfaatakan sumberdaya tersebut.

6

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, penulis berpendapat bahwa
diperlukan penelitian
untuk menghasilkan pilihan kebijakan yang dapat
diterapkan untuk mewujudkan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil
berkelanjutan di Teluk Palu. Penelitian ini mencoba menyediakan pemecahan
terhadap permasalahan yang telah dirumuskan di bawah ini:
1) Pengelolaan perikanan memerlukan informasi tentang kondisi terkini, yang
mencakup trend perikanan pelagis kecil secara umum di dalam teluk, jenisjenis ancaman terhadap keberadaan perikanan pelagis kecil, kondisi sosialekonomi perikanan di Teluk Palu.
2) Berdasarkan kondisi terkini tersebut, status keberlanjutan perikanan pelagis
kecil perlu ditentukan dan faktor-faktor pengungkit yang berpengaruh
terhadap keberlanjutannya perlu diketahui agar langkah-langkah strategi
dapat ditentukan secara tepat. Pemilihan strategi yang tepat akan lebih
menjamin keefektifan pengelolaan perikanan pelagis kecil di teluk ini.
3) Mengingat, intervensi manusia langsung terhadap sumberdaya ikan sangat
ditentukan oleh keberadaan unit-unit penangkapan ikan yang beroperasi di
teluk, maka komposisi optimum dan distribusi spasial dari unit penangkapan
ikan tersebut perlu ditetapkan untuk mendukung pemanfaatan ikan pelagis
kecil secara berkelanjutan.
4) Pengembangan pengelolaan perikanan untuk mewujudkan perikanan pelagis
kecil yang berkelanjutan tersebut memerlukan sejumlah strategi. Strategi
tersebut mencakup tidak hanya yang berdampak langsung pada pengendalian
kegiatan perikanan pelagis kecil, tetapi juga pengendalian kegiatan-kegiatan
selain perikanan yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung
terhadap perikanan pelagis kecil. Oleh karena itu, diperlukan suatu kumpulan
strategi yang memadukan kepentingan nelayan dan pembangunan ekonomi
lainnya yang menjamin keberlanjutan perikanan pelagis kecil di Teluk Palu.

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kondisi terkini perikanan pelagis kecil di Teluk Palu dan
sekitarnya.
2. Menentukan status keberlanjutan perikanan pelagis kecil serta faktor
pengungkit yang berpengaruh terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan
pelagis kecil.
3. Menentukan komposisi optimum dan distribusi spasial unit penangkapan
ikan.
4. Menyusun strategi pengembangan perikanan pelagis kecil berkelanjutan di
Teluk Palu.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi yang menyeluruh dari sumberdaya ikan pelagis kecil dan penggunaan
alat tangkap sehingga dapat dijadikan dasar didalam merumuskan kebijakan
dalam pemanfaatan perikanan berkelanjutan di Teluk Palu, sebagai berikut :

7

1. Penelitian ini menghasilkan status keberlanjutan perikanan pelagis kecil di
Teluk Palu dan faktor atau atribut penting yang dapat meningkatkan atau
memperbaiki status keberlanjutan secara signifikan pada pokok bahasan
keberlanjutan perikanan peligis kecil di Teluk Palu. Selain itu, penelitian ini
juga menawarkan komposisi 4 jenis unit penangkapan ikan yang optimum
untuk mewujudkan perikanan pelagis kecil di Teluk Palu pada pokok bahasan
komposisi optimum unit penangkapan ikan berdasarkan tiga skenario.
Kesimpulan dari 2 pokok bahasan tersebut selanjutnya dipakai untuk
menyusun strategi pengembangan pengelolaan perikanan yang di tunjang
dengan 3 jenis alternatif strategi, yaitu penataan ruang teluk, peningkatan
sumberdaya manusia dan pelestarian fungsi ekosistem teluk. Ketiga alternatif
strategi tersebut menunjukkan keterkaitan di antara konsep pengelolaan
perikanan berkelanjutan, pengelolaan pesisir terpadu dan pengembangan
sumberdaya manusia. Dengan demikian, penelitian ini memberikan contoh
langkah-langkah atau proses pengembangan kebijakan pengelolaan
sumberdaya alam di kawasan teluk bagi pihak-pihak yang berkepentingan
utamanya pemerintah daerah yang memiliki kawasan teluk.
2. Penelitian ini mengembangkan metodologi untuk melakukan estimasi jumlah
ikan yang dapat dimanfaatkan dalam prespektif keberlanjutan dan penerapan
prinsip kehati-hatian (precautionary approach) dalam pengelolaan perikanan
dengan pendekatan yang lebih pragmatis mengingat kesulitan untuk
menentukan maximum sustainable yield (MSY). Selain itu, penelitian ini juga
mengembangkan pendekatan precautionary approach lain berupa
pengalokasian ruang untuk memelihara fungsi-fungsi ekologi dari terumbu
karang dan mangrove serta memastikan selalu tersediannya daerah
penangkapan ikan bagi armada yang sekarang beroperasi.
Untuk mewujudkan perikanan pelagis kecil berkelanjutan dengan fungsi
pembatas yang ditetapkan dalam menjamin keberlanjutan, teknik optimasi (linear
goal programming) telah ditetapkan penyusunan persamaan-persamaan yang
digunakan mempertimbangkan karakteristik alami dari unit penangkapan,
penggunaan ruang, estimasi sumberdaya ikan yang tersedia dan menjaga
kesempatatan kerja nelayan. Penelitian ini memberikan contoh lain tentang
penerapan linear goal programming dalam pengelolaan perikanan. Sejumlah
skenario dianalisis dengan hasil yang direkomendasikan untuk diterapkan di
Teluk Palu.

Kerangka Pemikiran
Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di Teluk Palu sampai
saat ini berlangsung bebas tanpa adanya aturan dan pengendalian yang jelas
terhadap aktivitas penangkapan ikan. Jika aktivitas penangkapan ikan pelagis
kecil yang tidak teratur dan tanpa kontrol terus dibiarkan, maka aktivitas
penangkapan ikan tersebut menjadi kurang bermanfaat dan kurang
menguntungkan bagi nelayan dan pemerintah daerah setempat. Hal tersebut juga
akan dapat mengakibatkan semakin buruknya kondisi sumberdaya ikan.
Peningkatan laju pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil akan menimbulan
krisis ketika laju eksploitasi sumberdaya ikan telah melampaui kemampuan

8

regenerasinya. Penangkapan yang berlebihan dapat menimbulkan penurunan stok
sumberdaya ikan. Pemulihan stok dapat dilakukan antara lain melalui
pengurangan tekanan terhadap sumberdaya. Untuk itu, perlu dikendalikan agar
sumberdaya ikan tersebut dapat dijaga dan dipertahankan. Penggunaan setiap jenis
teknologi penangkapan ikan mulai dari yang sederhana hingga modern sedikit
atau banyak akan memberikan dampak negatif terhadap sumberdaya ikan dan
lingkungan perairan, selain itu, pemanfaatan wilayah laut menghadapi tantangan
pembangunan yang kompleks mengingat sifat ekosistemnya yang kaya akan
sumberdaya alam dan bersifat terbuka. Untuk itu, diperlukan masukan dalam
pengambilan keputusan mengenai permasalahan yang ada di Teluk Palu, serta
perlu dikembangkan pendekatan yang mengintegrasikan pengaturan pemanfaatan
ruang lautan beserta seluruh sumberdaya yang ada didalamnya agar berbagai