Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil Dengan Penerapan Ko Manajemen Di Kabupaten Cilacap

PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG SKALA KECIL
DENGAN PENERAPAN KO-MANAJEMEN
DI KABUPATEN CILACAP

DRAMA PANCA PUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pengelolaan
Perikanan Udang Skala Kecil Dengan Penerapan Ko-Manajemen di Kabupaten
Cilacap adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan
belum pernah diajukan apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015
Drama Panca Putra
NRP C 462110114

RINGKASAN

DRAMA PANCA PUTRA. Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil Dengan
Penerapan Ko-Manajemen Di Kabupaten Cilacap. Dibimbing oleh MULYONO
S. BASKORO, EKO SRI WIYONO, SUGENG HARI WISUDO dan
WUDIANTO.
Luas wilayah Kabupaten Cilacap 225361 km2, secara geografis berada di
selatan Pulau Jawa yang berhadapan langsung dengan perairan Samudera Hindia.
Kabupaten Cilacap mempunyai garis pantai sekitar 201.9 km, yang terdiri dari
garis pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia ± 105 km, serta
garis pantai di perairan Segara Anakan ± 96.9 km telah menjadikan kabupaten ini
sebagai kontributor utama produk perikanan di Provinsi Jawa Tengah terutama
dari jenis komoditas udang.
Namun demikian, kondisi aktual saat ini

menunjukkan telah terjadi degradasi stok sumberdaya udang yang ditandai dengan
terjadinya penurunan rata-tata produksi udang pada tahun periode 2004 – 2010
sekitar 7.61%. Sedangkan tingkat eksploitasi terhadap udang jerbung (Penaeus
merguiensis) di Laguna Segara Anakan Kabupaten Cilacap mencapai 0.72/tahun.
Hal ini perlu dicegah diantaranya dengan mengembangkan konsep pengelolaan
perikanan udang yang kolaboratif diantara stakeholders perikanan berdasarkan
kondisi perikanan udang saat ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi umum
perikanan udang skala kecil, menganalisis kinerja alat tangkap udang, menentukan
jenis teknologi/alat tangkap yang tepat, menganalisis tingkat peran stakeholders
dan tingkat peran nelayan terhadap kolaboratif manajemen dalam pengelolaan
sumberdaya udang, mengidentifikasi faktor internal-eksternal yang mempengaruhi
pengelolaan perikanan udang skala kecil, menganalisis komponen-komponen
yang mempengaruhi pembentukan ko-manajemen, dan menentukan model komanajemen yang tepat dan berkelanjutan (sustainable) yang dapat digunakan
dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis multi
klinearitas, metode SEM, analisis SWOT, dan metode AHP. Hasil analisis
menunjukkan bahwa jenis udang yang banyak ditangkap nelayan di Kabupaten
Cilacap adalah udang rebon (Palaeminidae), udang krosok (Parapenaeopsis
sculptilis), udang barat (Metapenaeus dobsoni), udang jerbung (Penaeus

merguiensis), dan udang dogol (Metapenaeus ensis), dengan produksi pada tahun
2013 masing-masing mencapai 587.91 ton, 535.93 ton, 361.37 ton, 327.46 ton,
dan 317.89 ton. Alat tangkap yang banyak digunakan trammel net (247 unit),
sedangkan ala tangkap lainnya yang juga sering digunakan adalah jaring arad (11
unit), jaring apong (7 unit) dan lampara dasar (7 unit). Kapal/perahu yang umum
digunakan adalah kapal bermesin motor tempel. Fishing ground utama nelayan
udang di Kabupaten Cilacap adalah perairan dan estuaria sekitar Segara Anakan,
perairan sekitar Teluk Penyu, dan perairan sekitar pantai Barat Nusakambangan.
Program pengelolaan sumberdaya udang cukup banyak didukung oleh swasrta
diantaranya program pelestarian lingkungan dan habitat udang, pemberdayaan
masyarakat, dan bantuan fisik. Sedangkan swasta yang banyak terlibat adalah
PERTAMINA, PT. Holcim, dan PLTU Cilacap.

Alat tangkap dengan kinerja paling baik dari aspek lingkungan adalah
trammel net (VA = 7.882), sedangkan yang kinerjanya paling baik dari aspek
teknis serta ekonomi kelembagaan adalah jaring arad dengan VA masing-masing
5.184 dan 4.548. Trammel net terpilih sebagai teknologi/alat tangkap yang paling
tepat (prioritas I) untuk mendukung pengembangan perikanan udang skala kecil di
Kabupaten Cilacap, sedangkan jarad arad dapat menjadi back-up (prioritas II).
Nilai VA gabungan aspek lingkungan, teknis, dan ekonomi kelembagaan dari

trammel net dan jaring arad berturut-turut adalah 2.432 dan 2.265. Dalam kaitan
dengan tingkat peran terkait pengelolaan perikanan udang skala kecil, pemerintah,
nelayan, dan swasta mempunyai peran yang positif ditunjukkan oleh nilai EE
masing-masing 0.484, 6.873, dan 2.622, tetapi hanya peran swasta yang
pengaruhnya signifikan (P < 0.05, yaitu 0.004). Peran nyata swasta ini sangat
dipengaruhi jumlah program swasta terkait pengelolaan udang (X31) (EE = 0.804)
dan frekuensi pelaksanaan program tersebut (X32) (EE = 0.564).
Terkait ko-manajemen/kolaborasi pengelolaan sumberdaya udang, bentuk
partisipasi nelayan yang positif signifikan pada : (a) Tahap perencanaan adalah
dalam perencanaan daerah dan musim penangkapan (X44), rehabilitasi dan
peningkatan sumberdaya udang (X45), perizinan usaha perikanan (X46), dan
pengaturan ukuran jaring (X412), (b) Tahap implementasi adalah partisipasi
mereka pada program peningkatan ketrampilan pengolahan produk perikanan
(X513), dan (3) Tahap monitoring adalah keikutsertaan nelayan dalam monitoring
pemanfaatan sumberdaya udang (X61) dan konservasi sumberdaya perikanan
tangkap/udang (X62). Secara internal, faktor yang menjadi kekuatan nelayan
dalam
ko-manajemen perikanan udang skala kecil adalah ketrampilan
penangkapan dan partisipasi nelayan, sedangkan faktor kelemahannya adalah jenis
dan ukuran mata jaring serta penanganan kualitas hasil tangkapan. Secara

eksternal, faktor yang menjadi peluang jumlah program swasta terkait pengelolaan
sumberdaya udang dan frekuensi program swasta yang bermitra dengan
stakeholders lain, dan faktor ancamannya adalah penebangan liar serta alih fungsi
lahan mangrove dan konflik pemanfaatan ruang perairan.
Komponen kriteria penting dalam pembentukan ko-manajemen perikanan
udang skala kecil adalah kondisi sosial ekonomi nelayan yang ditunjukkan oleh
nilai RK paling tinggi, yaitu 0.347 pada inconsistency ratio (IR) terpercaya 0.02.
Sedangkan komponen yang menjadi pembatas utamanya adalah kondisi
sumberdaya serta kondisi sarana dan prasarana perikanan. Model ko-manajemen
yang tepat dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap
adalah ko-manajemen kooperatif (RK = 0.259; IR = 0.02). Ko-manajemen
konsultatif (RK = 0.225; IR = 0.02) dapat back-up dari model ko-manajemen
kooperatif untuk mendukung sustainable perikanan udang. Untuk mendukung
penerapan ko-manajemen kooperatif, disarankan dibentuk badan pengelola yang
anggotanya berasal dari perwakilan nelayan, swasta, Dinas Kelautan, Perikanan
dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (DKP2SKSA), dan
masyarakat pesisir. Badan pengelola nantinya akan menjalankan kegiatan komanajemen perikanan mulai dari perencanaan, realisasi program, dan
monitoringnya.
Kata kunci : ko-manajemen, perikanan udang skala kecil, tingkat peran, dan
Udang


SUMMARY
DRAMA PANCA PUTRA. Shrimp Fisheries Small Scale Management With CoManagement Implementation in Cilacap Regency. Supervised by MULYONO S.
BASKORO, EKO SRI WIYONO, SUGENG HARI WISUDO and WUDIANTO.
Cilacap Regency has approximately 201.9 km coastline, which consists of
shoreline directly opposite the Indian Ocean ± 105 km, and the shoreline in Segara
Anakan Waters ± 96.9 miles have made this district as a major contributor of fishery
products in Java primarily middle of commodities shrimp. However, the actual current
conditions indicate there has been a degradation of the stock of shrimp that is
characterized by a decrease in the average production of shrimp in the period 2004 - 2010
of about 7.61%. The failure of the various programs that have been implemented by the
government and the private sector in improving the quality of the environment and the
welfare of the community, as consequence the program is not fully supported by
stakeholders. Under these conditions, it is necessary to find the management model of
small-scale shrimp appropriate and sustainable. The model is expected to involve
stakeholders and internalize the interests of all parties, especially small-scale fishermen as
the main actors in the management of shrimp fisheries.
The purpose of this study was to identify the general conditions of small-scale
shrimp fisheries, analyzing the performance of shrimp fishing gear, determine the type of
technology fishing gear, analyze the level of stakeholder roles and level of fishing on the

collaborative role in the management of shrimp resources management, identifying the
internal-external factors affect small-scale shrimp fisheries management, analyze the
components that affect the formation of co-management, and determine the comanagement models appropriate and sustainable which can be used in small-scale shrimp
fisheries management.
The method used is descriptive analysis, scoring methods, methods of SEM,
SWOT analysis, and AHP. The analysis showed that the type of shrimp caught by
fishermen in Cilacap District is rebon shrimp, shrimp krosok (Parapenaeopsis sculptilis),
shrimp west (metapenaeus dobsini), jerbung shrimp (Penaeus merguiensis), and shrimp
dogol (Metapenaeus ensis), with production in 2013 respectively reached 587.91 tons,
535.93 tons, 361.37 tons, 327.46 tons, and 317.89 tons. Fishing gear used trammel net
(247 units), while the other catching style that is often used is net arad (11 units), net
Apong (7 units) and lampara dasar (7 units). The vessel commonly used is powered
outboard motor boats. The main fishing ground of shrimp fishermen in Cilacap District is
waters and estuaries around Segara Anakan, Turtle Bay waters, and the waters around the
West coast of Nusakambangan. Shrimp resource management programs are supported by
the private sector including environmental conservation and preservation programs
shrimp habitat, community empowerment, and support facilities. While many private
sector involved is Pertamina, PT. Holcim, and Cilacap Power Plant.
Fishing gear with the best performance of the environmental aspect is the trammel
net (VA = 7.882), while the best performance of the technical aspects and institutional

economics is arad net with VA respectively 5.184 and 4.548. Trammel net was selected
as the technology / the most appropriate gear (first priority) to support the development of
small-scale shrimp fisheries in Cilacap Regency, while arad nets can be a back-up
(second priority). VA The combined value of the environmental aspects, technical, and
institutional economics of trammel net and arad net respectively 2.432 and 2.265. In
regard to the level of role-related small-scale shrimp fisheries management, government,
fishermen, and the private sector has shown a positive role by EE value respectively
0.484, 6.873, and 2.622, but only the role of the private sector a significant influence (P