Transfer Of Knowledge

A. Transfer Of Knowledge

Pemberi kerja tenaga kerja asing (TKA) wajib menunjuk tenaga kerja warga Negara Indonesia (TKI) sebagai tenaga pendamping TKA yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian (transfer of knowledge, transfer of lerning) dari TKA. Disamping itu Pemberi kerja TKA wajib untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA. Namun ketentuan penunjukan tenaga pendamping dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tersebut dikecualikan bagi TKA yang menduduki jabatan direksi dan atau komisaris (Pasal 46).

Setiap pengguna TKA (sponsor) wajib melaksanakan program penggantian TKA kepada tenaga kerja Indonesia (TKI). Oleh karenanya pengguna TKA, wajib menunjuk tenaga Setiap pengguna TKA (sponsor) wajib melaksanakan program penggantian TKA kepada tenaga kerja Indonesia (TKI). Oleh karenanya pengguna TKA, wajib menunjuk tenaga

TKA wajib menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi TKI yang dipekerjakan, baik (dilaksanakan) sendiri, maupun menggunakan jasa pihak ketiga yang biaya-(diklat)-nya dibebankan pada penggunan TKA dan tidak dibebankan pada TKI yang bersangkutan (Pasal 8 ayat 1, 2 dan 4 KP).

Tenaga pendamping (TKI) yang bersangkutan harus tercantum dengan jelas dalam rencana penggunaan TKA (RPTKA) dan –tercantum- dalam struktur jabatan perusahaan (Pasal 8 ayat (3) KP). Lebih lanjut dijelaskan, semula dalam Permen 03/1990 bahwa setiap perusahaan yang memperoleh izin (IKTA) mempekerjakan tenaga kerja asing, wajib menunjuk dan melatih tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping TKA yang bersangkutan sesuai dengan RPTKA-nya. Penunjukan TKI tersebut haruslah memenuhi persyaratan yang sesuai dengan jabatan yang tercantum dalam RPTKA. Permohonan IKTA untuk pekerjaan yang bersifat sementara, diajukan kepada Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 13 ayat (1)). Apabila di perusahaan tersebut tidak memiliki tenaga kerja Indonesia (TKI) yang memenuhi persyaratan, Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk, dapat menempatkan TKI yang memenuhi persyaratan (ayat 3). Penentuan bagi TKI calon pendamping TKA sebagai mana tersebut, pelaksanaannya dilakukan melalui seleksi yang diselenggarakan oleh Kandepnaker (sekarang Disnaker Kabupaten/Kota) setempat, atau bersama-sama dengan instansi teknis yang bersangkutan. Selanjutnya penempatan TKI tersebut didasarkan atas pertimbangan perusahaan (Pasal 8 KEPMENAKER-416/1990).

Sebagaimana diketahui, bahwa salah satu syarat pemberian IKTA adalah bahwa pemohon IKTA wajib menyampaikan Sebagaimana diketahui, bahwa salah satu syarat pemberian IKTA adalah bahwa pemohon IKTA wajib menyampaikan

Pemerintah; Perwakilan Dagang Asing; Organisasi Internasional; Kantor perwakilan regional perusahaan asing (Pasal 16 KEP-416). Namun Kepmenakertrans No. KEP-20/MEN/III/2004 yang sekarang berlaku tidak membedakan.

Dilihat dari aspek kegunaannya, pelaksanaan ToK ternyata memberikan keuntungan bagi perusahaan. Akan tetapi dalam prakteknya tidak semulus yang dibayangkan. Hal ini dikarenakan, tenaga kerja Indonesia yang mendampingi tenaga kerja asing ini terkadang belum menguasai bahasa asing sehingga

(error in interpretation)

dimungkinkan timbulnya miscommunication. Keadaan ini tentunya harus disadari oleh pihak pengusaha dan tenaga pendamping dan dicarikan solusinya misalnya terlebih dahulu mengadakan kursusu singkat untuk bahasa yang akan digunakan dengan tenaga kerja asing serta menyaring calon-calon tenaga pendamping yang capable, professional dan applicable.

dan

parahnya

Selain mengadakan diklat, para pengusaha pengguna tenaga kerja asing juga diharuskan membayar Dana Pengembangan Keahlian dan Keterampilan (DPKK). Besarnya DPKK di Kota Batam dapat terlihat pada bagan di bawah ini: No.

Uraian

Ket

1. Jumlah DPKK s/d Bulan Lalu US $ 1,520,500,00

2. Jumlah DPKK bulan ini US $ 348,500,00

Jumlah

US $ 1,869,000,00

Sumber: Program Disnaker Kota Batam