RHODAMIN B SERTA APLIKASI TERHADAP LIMBAHNYA SECARA FOTOLISIS

RHODAMIN B SERTA APLIKASI TERHADAP LIMBAHNYA SECARA FOTOLISIS

Zilfa a , Taufik Hidayat a, *, Rahmayeni b

a Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas b Laboratorium Kimia Anorganik, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

*E-mail: Taufikhidayat140793@gmail.com Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract: Zeolite Clinoptilolite-Ca was succesfully supported TiO 2 in synthesis TiO 2 /zeolite as photocatalyst in degradation of Rhodamin B 2 mg/L and a waste aplication of Rhodamin B under UV light irradiation 254 nm. In this study the degradation of Rhodamine B is done by the method

of photolysis catalyst TiO 2 /zeolite. Rhodamine B solution as measured with a spectrophotometer degraded UV / Vis at λ 200-800 nm. From the results, 97.61% percent degradation with the addition of TiO 2 /zeolite of 0.2 g long photolysis of 60 minutes while degradation using TiO 2 0.007 g with long time photolysis of 60 minutes per cent degradation of 60.53%. Degradation using 0.2 g zeolite with long time photolysis of 60 minutes 58.13% obtained percent degradation while the degradation without the addition of catalysts with long time photolysis of 60 minutes per cent degradation of 27.75%. From the results percent degradation showed that the addition of the catalyst degradation with TiO2 / zeolite can increase the percent degradation of Rhodamine

B.

Keywords: Rhodamin B, fotokatalis/fotokatalitik, degradasi, TiO 2 /zeolit

Metode fotodegradasi merupakan metode Aktivitas perindustrian yang semakin pesat

I. Pendahuluan

yang efektif karena diketahui dapat menghasilkan berbagai jenis limbah logam

menguraikan senyawa zat warna menjadi berat dan senyawa organik yang dapat

senyawa yang tidak berbahaya seperti H 2 O menjadi

kesehatan dan lingkungan. Salah satu limbah cair yang dihasilkan oleh industri

Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi tekstil adalah limbah zat warna. Umumnya

limbah yang mampu limbah zat warna yang dihasilkan dari

pengolahan

mempercepat penguraian limbah zat warna. industri tekstil

Salah satu metode alternatif yang mudah organik non-biodegradable yang dapat

merupakan

senyawa

diterapkan adalah metode fotodegradasi menyebabkan pencemaran lingkungan

menggunakan fotokatalis TiO 2 . Metode ini

terutama lingkungan perairan [1] .

mampu menguraikan limbah zat warna menjadi komponen-komponen sederhana

Limbah merupakan produk samping dari melalui proses fotolisis [5] . proses

industri. Limbah

cair

yang

Degradasi adalah suatu reaksi perubahan mengandung berbagai zat pewarna yang

dikeluarkan oleh

industri

tekstil

kimia atau peruraian suatu senyawa atau berbahaya bagi lingkungan, misalnya

molekul menjadi senyawa atau molekul golongan azo di mana zat warna tersebut

yang lebih sederhana secara bertahap. memiliki sifat non-biodegradable [2] .

Untuk meningkatkan hasil degradasi, dapat ditambahkan katalis diantaranya katalis

Metode degradasi zat warna banyak yang terbaik TiO 2 /Zeolit [6] . dikembangkan,

namun

perlu

pengembangan lebih

Pada degradasi ini dapat dilakukan dengan mendapatkan hasil yang efektif dan efisien,

lanjut

agar

metoda fotolisis. Reaksi Fotolisis adalah salah satunya melalui fotodegradasi [3] .

reaksi yang berlangsung karena pengaruh reaksi yang berlangsung karena pengaruh

2.2.3 Penentuan Pengaruh Penambahan jumlah Metoda fotolisis telah berhasil dengan baik

terhadap Degradasi mendegradasi beberapa senyawa sampai ±

Katalis

TiO 2 /Zeolit

Rhodamin B 2 mg/L

90% [7] . Larutan Rhodamin B 2 mg/L dimasukkan kedalam 5 cawan petri, ditambahkan

Pada penelitian ini akan dipaparkan masing-masing dengan katalis 0,04; 0,08; pengaruh lama penyinaran serta aktivitas

0,12; 0,16; 0,2; dan 0,24 g, disinari dibawah penggunaan TiO 2 /zeolit jenis clinoptilolit-

sinar UV 254 nm selama 1 jam, disentrifus Ca terhadap degradasi zat warna Rhodamin

selama 15 menit. Filtrat diukur nilai serapan

B . dengan spektrofotometer UV-Vis, dihitung % degradasi.

II. Metodologi Penelitian

2.2.4 Penentuan kontrol Rhodamin B + katalis Bahan yang digunakan adalah zat warna

2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi

TiO 2 /zeolit tanpa penyinaran Rhodamin B yang merupakan zat pewarna

Larutan Rhodamin B 2 mg/L dimasukkan tekstil, TiO 2 Anatase, akuades, akuabides

kedalam 5 cawan petri, ditambahkan (pirogen), HCl 0,2 M, NaCl 0,01 M dan

masing-masing dengan katalis 0,2 g , AgNO 3 0,05 M.

didiamkan pada ruangan tertutup (gelap) Alat-alat

dengan variasi waktu 5, 15, 30, 45 dan 60 Spektrofotometer UV-Vis (Thermo Scientific),

yang digunakan

adalah

menit.

lampu UV 10 watt dengan λ = 254 nm (Germichal CEG 13 Base 8FCI11004), sentrifus

2.2.5 Penentuan Pengaruh Waktu terhadap dengan kecepatan 6000 rpm, magnetic

Degradasi Rhodamin B Dengan penambahan stirrer (Thermo Scientific), oven, Furnance, X-

Katalis TiO 2 /zeolit

ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Larutan Rhodamin B 2 mg/L dimasukkan Infra Red (FTIR), dan peralatan gelas

kedalam 5 cawan petri, ditambahkan seperti, beaker glass, test tube, gelas ukur,

masing-masing dengan katalis sebanyak 0,2 pipet tetes, corong, batang pengaduk, labu

g, disinari dibawah sinar UV 254 nm dengan ukur dan lumpang.

variasi waktu 5, 15, 30, 45, 60 dan 75 menit, setelah itu dipindahkan kedalam tabung

2.2. Prosedur penelitian reaksi untuk disentrifus selama 15 menit

2.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan dengan kecepatan 6000 rpm. Filtrat diukur Optimum Rhodamin B

dengan spektrofotometer UV-Vis. Dihitung Dibuat konsentrasi larutan Rhodamin B 1, 2,

% degradasi.

3, 4, 5 mg/L sebanyak 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3

mL; 0,4 mL dam 0,5 mL setelah diencerkan

2.2.6 Penentuan pengaruh waktu dengan dimasukkan kedalam 5 botol vial. Lalu

penambahan TiO 2 terhadap persentase degradasi diukur masing-masing larutan dengan

Rhodamin B 2 mg/L

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Larutan Rhodamin B 2 mg/L dimasukkan kedalam 5 cawan petri, ditambahkan

2.2.2 Penentuan pengaruh waktu degradasi masing-masing dengan TiO 2 0,007 g yang tanpa penambahan katalis

didapat dari hasil kali (1/26 dari 0,2 Larutan Rhodamin B 2 mg/L sebanyak 0,2

TiO 2 /zeolit) kedalam larutan rhodamin B mL setelah diencerkan dilabu 100mL

dan disinari dibawah sinar UV 254 nm dimasukkan kedalam 5 cawan petri,

dengan variasi waktu 5, 15, 30, 45, 60, dan 75 masing-masing petridis disinari dengan

menit.

sinar UV 254 nm dengan variasi waktu 5, 15,

2.2.7 Penentuan pengaruh waktu dengan diukur serapan dengan spektrofotometer

30, 45, 60 dan 75 menit. Hasil degradasi

penambahan zeolit terhadap persentase degradasi UV-Vis dan dihitung % degradasi.

Rhodamin B 2 mg/L Larutan Rhodamin B 2 mg/L dimasukkan

kedalam 5 cawan petri, ditambahkan masing-masing dengan zeolit 0,193 g yang kedalam 5 cawan petri, ditambahkan masing-masing dengan zeolit 0,193 g yang

2.2.8 Aplikasi TiO 2 /zeolit pada

limbah

Rhodamin B 200 mL larutan Rhodamin B 3 mg/L

dipanaskan hingga 100

Gambar 2 . Pengaruh waktu terhadap kain katun putih yang telah dicuci dengan

C. Lalu dicelupkan

persentase degradasi Rhodamin B tanpa ukuran 20x20 cm. Kemudian didiamkan

katalis

terendam selama 1 jam. Setelah 1 jam kain

dikeluarkan dari larutan dan dibilas dengan Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa bersih. Sisa air rendaman diambil 20 mL.

persentase degradasi Rhodamin B meningkat

sebanding dengan bertambahnya waktu. dibawah

Lalu didegradasi dengan 0,2 g TiO 2 /zeolit

Seperti pada proses fotolisis, dimana gelombang 254 nm selama 1 jam. Hasil

sinar lampu

UV panjang

semakin lama waktu yang dibutuhkan degradasi

maka semakin banyak jumlah radikal OH spekterfotometer UV-Vis.

untuk mendegradasi Rhodamin B . Waktu optimum yang

ditunjukkan pada gambar di atas berada Pengukuran serapan dari larutan Rhodamin

III. Hasil dan Pembahasan

pada 75 menit dengan persentase sebesar

B dilakukan pada range panjang gelombang

200-800 nm. Serapan Rhodamin B pada

Gambar 1

3.2 Penentuan Pengaruh Penambahan jumlah Katalis

TiO 2 /Zeolit

terhadap Degradasi

Rhodamin B 2 mg/L Penentuan

pengaruh waktu katalis TiO2/zeolit terhadap persentase degradassi Rhodamin

B yaitu dengan cara menambahkan kataliis dengan variasi massa 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2 dan 0,24 g kedalam larutan Rhodamin B 2 mg/L.

Gambar 1 Serapan Rhodamin B pada variasi konsentrasi (a) 1 mg/L, (b) 2 mg/L, (c) 3 mg/L, (d) 4 mg/L dan (e) 5 mg/L

Hasil pengukuran serapan Rhodamin B dengan menggunakan spektrofotometer

UV-Vis menunjukkan

Gambar 3 . Pengaruh persentase degradassi serapan maksimum berada pada panjang

bahwa puncak

Rhodamin B terhadap penambahan katalis gelombang 554 nm.

TiO 2 /Zeolit

3.1. Penentuan pengaruh wawktu terhadap Dari Gambar 3, dapat diamati bahwa persentase degradassi Rhodamin B tanpa katalis persentase degradasi yang tertinggi terjadi Fotolisis Rhodamin B 2 mg/L dilakukan pada penambahan TiO2/zeolit sebanyak 0,2 dalam variasi waktu yaitu 5, 15, 30, 45, 60

g, yaitu 94,97 %. Namun pada penambahan dan 75 menit.

selanjutnya (0,24 g), persentase yang

3.4 Penentuan pengaruh waktu terhadap didapatkan menurun. Hal ini disebabkan

persentase degradasi Rhodamin B 2 mg/L karena larutan yang di uji telah mengalami

dengan penambahan TiO 2 kejenuhan akibat penambahan TiO2/zeolit

dan berdampak pada kenaikan pembacaan serapan Rhodamin B yang lebih tinggi daripada serapan sebenarnya [9] .

3.3 Penentuan Pengaruh Waktu terhadap % degradasi Rhodamin B 2 mg/L dengan Penambahan Katalis TiO2/Zeolit dengan Sinar UV dan Tanpa Sinar UV

Gambar 5 . pengaruh waktu terhadap persentase degradasi Rhodamin B 2 mg/L dengan penambahan TiO 2

Dari Gambar 5, dapat diamati bahwa persentase

B meningkata dengan bertambahnya waktu fotolisis dengan penambahan TiO2, karena semakin lama waktu semakin banyaj jumlah

degradasi Rhodamin

Gambar 4 . Pengaruh Waktu terhadap %

yang berperan dalam degradasi Rhodamin B 2 mg/L dengan

radikal

OH

mendegradassi senyawa Rhodamin B. Hal ini Penambahan Katalis TiO2/Zeolit dengan

disebabkan radikal hidroksil ( . OH) yang Sinar UV dan Tanpa Sinar UV

dihasilkan dalam larutan berair akan menyerang

senyawa organik untuk Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa

mengawali proses mineralisasi. Proses persentase degradasi Rhodamin B 2 mg/L

tersebut berupa :

selama 60 menit secara fotolisis lebih besar

H 2 O+h +  •OH + H

menggunakan sinar dibandingkan tanpa Radikal hidroksil inilah yang berperan menggunakan sinar UV, dengan persentasse

dalam menguraikan zat warna Rhodamin B

degradasi menggunakan sinar UV dan

tanpa sinar UV masing-masing adalah 92,82 % dan 72,48 %. Hal ini disebabkan karena

3.5 Penentuan pengaruh waktu dengan energi yang digunakan untuk mendegradasi

penambhan zeolit terhadap persentase degradasi menggunakan sinar UV jauh lebih besar

Rhodamin B 2 mg/L

dibandingkan tanpa menggunakan cahaya UV [8] .

Gambar 6 . pengaruh waktu dengan

penambhan zeolit terhadap persentase degradasi Rhodamin B 2 mg/L

Dari Gambar 6 memperlihatkan bahwa

3.7 Penentuan % degradasi terhadap limbah semakin

Rhodamin B dengan penambahan TiO 2 /zeolite diberikan maka akan semakin meningkat persen degradasi dari Rhodamin B 2 mg/L, dapat ditunjukkkan dengan didapatkannya persentase degradasi sebesar 63,15 % pada waktu 75 menit.

Rhodamin B tanpa katalis dan dengan penambahan katalis

Gambar 8 . Spektrum serapan aplikasi terhadap limbah Rhodamin B (a) Rhodamin B

3 mg/L (b) limbah Rhodamin B (c) limbah setelah didegradasi

Dari Gambar 8 dapat disimpukan bahwa sebanyak

g TiO 2 /zeolit dapat

Gambar

mendegradasi Rhodamin B 2 mg/L dan degradasi Rhodamin B tanpa katalis dan

7 . Perbandingan

persentase

aplikasi terhadap limbah Rhodamin B 20 dengan penambahan katalis

mL dibawah sinar UV 254 nm dengan lama waktu fotolisis 60 menit hingga mencapai

Dari Gambar 7 dapat disimpulkan bahwa persentase degradasi 45,66 %. semakin

semakin banyak pula radikal OH yang

3.8 Karakterisasi

terbentuk untuk mendegradasi senyawa

3.8.1 FTIR (Fourier Transform Infra Red) rhodamin B . Dari hasil yang diperoleh

Metode uji Fourier Transform Infra Red persentase degradasi pada waktu 60 menit

(FTIR) adalah uji yang dilakukan untuk tanpa katalis,TiO 2 , zeolit, dan katalis

mengidentifikasi suatu materi berdasarkan TiO 2 /zeolit secara berturut-turut yaitu 28,71

cahaya yang diserap dengan menggunakan %, 63,15 %, 61,00 %, dan 97,61 %. Dari hasil

bantuan sinar inframerah yang dilengkapi tersebut dapat disimpulkan bahwa zeolit

dengan teknik transformasi Fourier untuk telah

berhasil digunakan

menganalisis hasil pendukung TiO 2 dalam mendegradasi

spektrumnya. Pada proses ini dilakukan Rhodamin B 2 mg/L.

penganalisisan menggunakan FTIR yaitu zeolit murni, zeolit teraktivasi, TiO 2 , dan

dengan range panjang gelombang 500-4000 cm -1 .

TiO 2 /zeolit

Pada Gambar 10 dapat dianalisis bahwa gugus fungsi TiO 2 /zeolit tidak terjadi

serapan setelah degradasi, pada gambar dapat dilihat bahwa hanya terjadi pengurangan puncak serapan pada daerah serapan OH yang mana hal ini disebabkan karena proses degradasi yang membutuhkan gugus OH dalam mendegradasi Rhodamin B menjadi senyawa organik yang lebih sederhana.

perubahan

puncak

Gambar 9 . Kurva spektrum FTIR zeolit,

3.8.2 XRD (X-Ray Diffraction)

zeolit teraktivasi, TiO 2 , dan TiO 2 /zeolit.

Struktur dan ukuran kristal hasil sintesis Dari Gambar 9 dapat dianalisis bahwa

dilihat menggunakan alat XRD. puncak serapan yang spesifik muncul pada

angka gelombang 7675,71-1008,24 cm -1 yang merupakan serapan regangan asimetris dan asimetris

Gambar 4.9.1a juga terdapat puncak pada angka gelombang 3630,02 cm -1 dan 3406,76 cm -1 (lampiran 4) yang mana masing-masing puncak merupakan serapan dari (O-H), pada Gambar 4.9.1b terdapat puncak pada angka gelombang 3315,48 cm -1 yang

merupakan serapan dari (O-H) dan pada

Gambar 11

. Pola XRD (a) zeolit, (b) zeolit

aktif, (c) TiO 2 dan (d) TiO 2 /zeolite serapan

angka gelombang 1635,67 cm -1

merupakan

dari gugus

alkena

(C=C),

sedangkan pada Gambar 4.9.1c terdapat

puncak pada angka gelombang 3625,41 cm -1 Dari gambar dapat dianalisis bahwa sintesis dan 3424,68 cm -1 yang juga merupakan

TiO 2 /zeolit telah berhasil dibuktikan serapan dari (O-H) dan pada Gambar 4.9.1d

dengan terbentuknya beberapa puncak terdapat angka gelombang 3406,43 cm -1 dan

pada keempat sampel yang memberikan 3621,52 cm -1 yang merupakan serapan dari

puncak intensitas yang hampir sama pada 2 ᶿ (O-H). Dan juga dapat dibuktikan dari hasil

yaitu pada Gambar 4.9.3a (26,60 O ), pada sintesis meggunakan alat XRD, dimana zeoit

Gambar 4.9.3b (26,62 O ), pada Gambar 4.9.3c memberikan puncak intensitas sebesar

(25,26 O ), dan pada Gambar 4.9.3d (26,59 O ) (26,60 o ) sedangkan zeolit aktif memberikan

yang menandakan kesesuaian puncak puncak intensitas sebesar (26,62 o ).

anatase.

Kemudian dilakukan karakterisasi XRD terhadap TiO 2 /zeolit yang telah digunakan

dalam

mendegradasi yang bertujuan mengamati perubahan bentuk struktur sebelum dan sesudah penggunaan.

Gambar 10 . Spektrum FTIR TiO 2 /zeolit dan

TiO 2 /zeolit setelah degradasi TiO 2 /zeolit setelah degradasi

Referensi

1. Lestari, Mastuti Widi: Sintesis Dan Karakterisasi Nanokatalis CuO/TiO 2

Yang

Diaplikasikan Pada Proses Degradasi Limbah Fenol. Skripsi 2012, 10-12

2. Windati wahyu, Syah Yusuf, Widati Alfa Kustia. 2012. Impregnasi Zeolit Alam

Dengan TiO 2 Untuk Degradasi Jingga

Gambar 12 . Pola XRD (a) TiO 2 /zeolit

Metil Secara Fotokatalitik. Surabaya:

Universitas Airlangga setelah degradasi

sebelum degradasi dan (b) TiO 2 /zeolit

3. Seruni Swasti Oundisari, Sri wardhani, Danar Purwonugroho. 2013. Pengaruh Berdasarkan pengamatan Gambar 12 dapat

Konsentrasi Ion Sulfat (SO 4- ) Terhadap

Degradasi Zat Warna Methyl Orange setelah dan sebelum degradasi tidak terjadi

diamati bahwa pola XRD TiO 2 /zeolit

Menggunakan Fotokatalis TiO2-Zeolit. perubahan yang signifikan. Dari hasil

Student Jurnal. Vol.1 No.2 tersebut bahwa tidak terjadi perubahan

4. Suhardi Tifdoy, Audy D. Wantu, Voinda bentuk kristal sehingga katalis tersebut

S. Kamu. 2016. Kinetika Fotodegradasi dapat digunakan kembali.

Remazol Yellow Menggunakan Zeolit A Terimpregnasikan

TiO2. Manado:

IV. Kesimpulan

UNSRAT

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat

5. Zilfa, dkk. 2011. Penggunaan Zeolit disimpulkan TiO 2 /zeolit telah berhasil

Pendegradasi senyawa disintesis dengan mengsupport zeolit

Sebagai

Permetrin Dengan Metoda Fotolisis.

clinoptilolit -Ca ke dalam TiO 2 dengan

Jurnal Natur Indonesia. Vol 14-18

6. Zilfa, Hamzar Suyani, Safni, Novesar degradasi 97,61% dengan penambahan

perbandingan (25:1). Didapatkan persen

Jamarun. 2009. Degradasi Senyawa TiO 2 /zeolit 0,2 g lama fotolisis 60 menit

Permetrin Dengan Menggunakan TiO2- sedangkan degradasi menggunakan TiO 2 anatase

Dan Zeolit Alam Secara 0,007 g dengan lama waktu fotolisis 60

Sonolisis. Padang : UNAND menit dengan persen degradasi sebesar

7. Zilfa, Yulizar Yusuf, Safni, Wilda Rahmi : 60,53%. Degradasi menggunakan zeolit 0,2 g

Pemanfaatan TiO 2 /Zeolit Alam Sebagai dengan lama waktu fotolisis 60 menit

Pestisida (Permetrin) didapatkan

Pendegradasi

Secara Ozonolisis. Prosiding Seminar sedangkan degradasi tanpa penambahan

Nasional FMIPA UNILA 10-12 Mei 2013 katalis dengan lama waktu fotolisis 60 menit

8. Safni, Dina Fitri Wulandari, Zulfarman, dengan persen degradasi sebesar 27,75%. Maizatisna,Tadao Sakai. 2008, Degrasai

Indigo Carmine Secara Sonolisis Dan

Fotolisis Dengan Penambahan TiO 2 - Segala puci bagi Tuhan Yang Maha Esa

V. Ucapan Terima Kasih

Anatase, J. Sains MIPA, Vol. 14, No.3, yang telah memberikan kesempatan untuk

Hal.: 143-149

menyelesaikan tugas akhir ini, dan juga

9. Zilfa, Hamzar Suyani, Prima Nuansa. saya mengucapkan ribuan terima kasih

2015, Degradasi Senyawa Karbarl Dalam kepada Ibu Dr. Zilfa, M.S dan Ibu Dra.

Insektisida Sevin 85SP secara Ozonolisis Rahmayeni, M.S selaku dosen pembimbing

Dengan Penambahan TiO2/zeolit, Jurnal yang telah banyak membantu penulis

Kimia Unand, Volume 4, Nomor 3 menyelesaikan artikel ini dan juga terutama

kepada orang tua Bapak Syamsul Bahri dan Ibuk Erni Dwita yang terus memotivasi

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL BERBAGAI FRAKSI DARI EKSTRAK METANOL DAUN MELINJO (Gnetum gnemon L.)

Raven Rahman Rafiqi*, Bustanul Arifin, Hasnirwan

Laboratorium Kimia Bahan Alam Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

*E-mail: ravenrahmanrafiqi@gmail.com Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract: Melinjo (Gnetum gnemon L.) contains many active compounds which can be used as antioxidant like flavonoid. Antioxidant activity and total phenolic assay have been studied. Sample was extracted wich methanol by maseration method. Methanol exract was then fractionated with n-hexane, ethyl acetate and buttanol. Antioxidant activity assay was determined by DPPH method. N-hexane, ethyl acetate, n-butanol

and methanol/water fraction give IC 50 value 219,1 mg/L, 19,50 mg/L, 179,38 mg/L, dan 208.71 mg/L respectively. Related to antioxidant activity, total phenolic assay was determined by Folin-Ciocalteu method. Total phenolic of n-hekxane, etyl acetate, n-butanol and methanol/water fraction are 474,2 mg/L, 1.227,8 mg/L, 730,8 mg/L dan 558,2 mg/L respectively. The highest phenolic total in fraction will give the highest antioxidant activity.

Keyword : Gnetum gnemon L., antioxidant, total phenolic contents

signifikan dapat menunda atau mencegah Setiap tahunnya, para ahli fitokimia berhasil

I. Pendahuluan

oksidasi[4].

menemukan ribuan senyawa dan molekul organik baru. Pengujian farmakologi, proses modifikasi,

Dari studi literatur yang telah dilakukan, masih proses penemuan turunan dan penelitian tentang

sedikit daun tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.) produk-produk alami merupakan strategi utama

yang digunakan sebagai bahan baku obat. Melinjo untuk menemukan dan mengembangkan obat

(Gnetum gnemon L.) banyak mengandung baru dari senyawa organik. Senyawa metabolit

komponen aktif yang dapat berfungsi sebagai sekunder yang terdapat pada tanaman terus

antioksidan, seperti flavonoid dan stillbenoids[5]. dikembangkan dibidang kimia, farmasi, dan

Menurut Zulueta (2007), aktivitas antioksidan kesehatan[1]. Saat ini senyawa terpenoid, alkaloid

yang tinggi pada suatu bahan, biasanya dan flavonoid digunakan sebagai obat atau untuk

dipengaruhi oleh kandungan fenolik total mencegah berbagai penyakit. Beberapa senyawa

didalamnya.

dapat digunakan secara efisien untuk mencegah dan menghambat berbagai jenis kanker, sebagai

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu antioksidan, dan juga sebagai antibakteri[2] dilakukan penelitian tentang hasil ekstraksi dan fraksinasi terhadap daun tanaman melinjo

Radikal bebas, seperti anion superoksida, radikal (Gnetum gnemon L.). Selain itu perlu dilakukan uji hidroksidan hidrogen peroksida dapat memicu

biaoktivitas dan penentuan kandungan fenolik kerusakan biomolekul potensial dalam makhluk

total dari ekstrak daun melinjo untuk mengetahui hidup, yang berakibat munculnya berbagai

biaoktivitas senyawa yang macam penyakit degeneratif. Keberadaan radikal

kemampuan

terkandung di dalam daun melinjo, mengetahui bebas ini pada proses pengolahan pangan dapat

kandungan fenolik total di dalam ekstrak daun mempengaruhi kualitas, stabilitas dan keamanan

melinjo serta menentukan hubungan kandungan pangan[3]. Untuk itu diperlukan antioksidan yang

fenolik total dengan kemampuan biaoktivitas dapat bertindak sebagai donor H terhadap radikal

ekstrak daun melinjo sebagai antioksidan dengan yang terbentuk sehingga tahap propagasi menjadi

harapan dapat ditemukan senyawa kimia yang terhambat.

berkhasiat sebagai obat.

antioksidan adalah senyawa yang berada pada konsentrasi lebih rendah dari substratnya secara

II. Metodologi Penelitian

2. Uji fenolik

2.1 Alat dan Bahan Lapisan air diambil sebanyak 1 mL dan Alat yang digunakan untuk uji fitokimia, ekstraksi

dimasukkan kedalam tabung reaksi. Selanjutnya dan fraksinasi adalah alat distilasi, alat maserasi,

kedalam tabung reaksi dimasukkan larutan corong pisah, rotary evaporator (Betracher Lamag ® ),

besi(III) klorida. Ciri khas fenolik membentuk lampu UV ( λ = 254 nm dan 365 nm), dan plat KLT

kompleks dengan besi(III) klorida menimbulkan (silika gel 60 F 254 ). Peralatan yang digunakan

larutan warna biru atau ungu tua untuk uji aktivitas antioksidan dan uji fenolik total adalah peralatan gelas dan Spektrometer UV-Vis.

3. Uji saponin Lapisan air diambil 1 mL dan dimasukkan ke

Bahan yang digunakan adalah n-heksana (C 6 H 14 )

dalam tabung reaksi. Selanjutnya dikocok kuat-

tekni), etil asetat (C 4 H 8 O 2 ) teknis, metanol

kuat dalam sebuah tabung reaksi, terbentuknya

(CH 3 OH) teknis, n-butanol (C 4 H 9 OH) teknis, 2,2-

busa yang tidak hilang dalam 5 menit dengan

difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) (C 18 H 12 N 5 O 6 ) ,

penambahan beberapa tetes asam klorida pekat

menunjukkan adanya saponin. reagen

asam askorbat (C 6 H 8 O 6 ), asam galat (C 7 H 6 O 5 ),

4. Uji terpenoid dan steroid Lapisan kloroform diteteskan pada tiga lubang

2.2 Prosedur penelitian plat tetes. Plat pertama ditambah asam sulfat

2.2.1 Persiapan dan Identifikasi Sampel Daun pekat didapatkan warna hijau atau hijau biru Melinjo

steroid., plat kedua Daun melinjo diperoleh dari Kebun Fakultas

memberikan

positif

ditambahkan asam sulfat pekat dan anhidrida Pertanian

asetat memberikan warna merah atau merah ungu Selanjutnya sampel daun diidentifikasi di

memberikan uji positif triterpenoid dan plat 3 Herbarium Jurusan Biologi Universitas Andalas.

ditambahkan lapisan kloroform saja sebagai Sampel daun melinjo diekstrak dalam keadaan

pembanding.

kering yang sudah dikering anginkan.

5. Uji kumarin

2.2.2 Pengujian Fitokimia Sampel Daun Melinjo Lapisan air dimasukkan dalam tabung reaksi, Sampel segar daun melinjo ditimbang sebanyak 2

kemudian ditambah pelarut metanol dan gram, kemudian dipotong kecil, dimasukkan ke

selanjutnya dipanaskan. Filtrat yang didapatkan, tabung reaksi dan ditambahkan metanol. Setelah

ditotolkan pada plat KLT dan selanjutnya dielusi itu ditambahkan kloroform dan akuades dengan

dengan eluen etil asetat. Hasil elusi diamati perbandingan 1:1 dengan volume 2 mL dan

dibawah sinar UV ( λ= 254 nm dan 356 nm). dikocok dengan baik lalu dibiarkan sejenak

Adanya fluorisensi biru setelah disemprot dengan hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan

NaOH 1% yang menandakan positif mengandung kloroform dan lapisan air. Lapisan bawah

kumarin.

(kloroform) dipisahkan dengan cara mengambil

lapisan air dan lapisan kloroform ke dalam tabung

6. Uji alkaloid

reaksi yang lain. Lapisan kloroform digunakan Sebanyak 2 gram sampel digerus dalam lumpang untuk pemeriksaan senyawa triterpenoid dan

bersama sedikit pasir dan 10 mL kloroform. steroid. Lapisan air dibagian atasnya digunakan

Kemudian ditambah 10 mL campuran kloroform- untuk pemeriksaan flavonoid, saponin, dan

amoniak dan difiltrasi. Filtrat yang didapatkan fenolik.

ditambah dengan asam sulfat 2N. Lapisan asam dipisahkan lalu ditambahkan pereaksi Meyer.

1. Uji flavonoid Hasil positif mengandung alkaloid ditandai Lapisan air yang sudah dipisahkan diambil

dengan timbulnya endapan bewarna putih. sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam tabung

reaksi lalu ditambahkan asam klorida pekat dan

2.2.3 Ekstraksi Sampel Daun Melinjo beberapa butir serbuk magnesium. Terbentuknya

Sebanyak 1000 g sampel kering daun melinjo yang larutan orange sampai merah menandakan positif

diekstraksi dengan flavonoid.

telah

dihaluskan,

menggunakan metoda maserasi. Pelarut yang digunakan untuk maserasi adalah metanol.

Pelarut dimasukkan kedalam botol hingga masing fraksi dengan metanol dalam labu ukur 10 ketinggian permukaan pelarut lebih kurang 2 cm

mL sehingga didapatkan konsentrasi dari larutan di atas permukan sampel yaitu 2700 mL.

sebesar 1000 mg/L. Selanjutnya dibuat 5 variasi Penggantian pelarut dilakukan setiap 3 hari sekali.

konsentrasi dari larutan uji dengan metode Penggantian pelarut dilakukan sebanyak 5 kali

pengenceran. Variasi konsentrasi fraksi etil asetat hingga diperoleh filtrat hasil maserasi yang

berturut-turut adalah 6,25; 12,5; 25; 50; 100 mg/L, mengandung senyawa metabolit sekunder. Filtrat

sedangkan variasi konsentrasi fraksi n-heksan, n- hasil maserasi dikumpulkan dan kemudian

butanol, dan metanol/air adalah 25; 50; 100; 200; dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu

500 mg/L. Sebagai kontrol positif digunakan

40 o

C sehingga didapatkan ekstrak metanol pekat. asam askorbat. Pembuatan larutan kontrol positif sama dengan pembuatan larutan uji yaitu 10 mg

2.2.4 Fraksinasi Ekstrak Metanol Daun Melinjo asam akorbat dilarutkan dengan metanol dalam Ekstrak pekat metanol di fraksinasi menggunakan

labu ukur 10 mL sehingga didapatkan konsentrasi pelarut n-heksana, etil asetat, dan n-butanol.

dari larutan sebesar 1000 mg/L. Selanjutnya Ekstrak

dibuat 5 variasi konsentrasi dari larutan kontrol mengetahui massa ekstrak pekat metanol yang

pekat metanol

ditimbang

untuk

positif dengan metode pengenceran. Variasi akan difraksinasi. Ekstrak metanol dimasukkan

konsentrasi berturut-turut adalah 6,25; 12,5; 25; 50; ke dalam gelas piala 500 mL, kemudian

100 mg/L.

disuspensikan dengan air dan ditambahkan pelarut n-heksana sebanyak 50 mL. Ekstrak pekat

Untuk masing-masing larutan uji diambil metanol yang telah ditambahkan pelarut n-

sebanyak 2 mL kemudian ditambahkan 3 mL heksana dimasukkan ke dalam corong pisah dan

larutan DPPH dan didiamkan selama 30 menit dilakukan pengocokan selama 15 menit. Setelah

serta campuran dihindarkan dari cahaya. Sebagai pengocokan,

kontrol negatif pada pengujian ini adalah 2 mL terbentuk dua lapisan yaitu lapisan fraksi n-

campuran didiamkan

hingga

metanol ditambah 3 mL larutan DPPH, sebagai heksana dan lapisan metanol/air. Lapisan atas

kontrol positif digunakan asam askorbat dengan yang merupakan lapisan fraksi n-heksana

cara memipet 2 mL larutan asam askorbat dan dipisahkan dari lapisan metanol/air. Selanjutnya

ditambahkan dengan 3 mL DPPH, dan sebagai dilakukan penambahan pelarut n-heksana dengan

blanko yang digunakan adalah 5 mL methanol[6]. volume yang sama dan dilakukan kembali tahap

Selanjutnya diukur absorban dari masing-masing fraksinasi berikutnya sampai diperoleh lapisan

konsentrasi larutan uji dan kontrol pada panjang fraksi heksana yang tidak mengandung senyawa

gelombang 517 nm 7 . Berdasarkan absorban yang saat di lakukan uji fitokimia.

didapatkan, dihitung % inhibisi dengan rumus berikut:

Setelah fraksinasi

menggunakan n-heksana

selesai, dilanjutkan fraksinasi menggunakan

pelarut etil asetat dan n-butanol. Proses

pengerjaan fraksinasi menggunakan etil asetat dan n-butanol sama dengan pengerjaan fraksinasi

Setelah didapatkan nilai % inhibisi dari perhitungan, dapat ditentukan nilai IC 50 dari

menggunakan n-heksana. Dari proses fraksinasi ini diperoleh empat fraksi yaitu fraksi n-heksana,

setiap variasi konsentrasi larutan uji dengan menggunakan

persamaan regresi yang fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan fraksi didapatkan. Besarnya nilai IC metanol/air. Masing-masing fraksi diuapkan

50 menunjukkan menggunakan rotary evaporator. Setelah kering,

aktivitas antioksidan yang dimiliki ekstrak etil asetat tersebut.

ditimbang massa masing-masing fraksi

2.2.6 Penentuan kandungan fenolik total

2.2.5 Uji aktivitas antioksidan fraksi n-heksana, etil asetat, n-butanol, dan metanol dengan metode

Penentuan kandungan fenolik total dilakukan DPPH

dengan metoda spektrofotometri menggunakan Untuk larutan DPPH, ditimbang 4 mg DPPH yang

reagen Folin-Ciocalteu. Masing-masing sampel dilarutkan dalam metanol hingga volume 100 ml

(fraksi n-heksana, etil asetat, n-butanol dan dan didapatkan larutan DPPH 0,1 mM. Larutan

metanol) diambil 10 mg, kemudian diencerkan uji dibuat dengan cara melarutkan 10 mg masing-

sampai volume 10 mL. Larutan tersebut masing- masingnya diambil 0,5 mL, dicampur dengan 1 ml

Tabel 1. Rendemen fraksi daun melinjo ditambahakan 1 mL larutan 7% natrium karbonat dan diencerkan dengan akuades sampai volume

Setelah

5 menit,

Berat Kadar

10 mL, kemudian dihomogenkan[7]. Campuran

Berat Dari Hasil

No

Fraksi

ini didiamkan selama 120 menit pada temperatur

(g) Fraksinasi

u g, ju y d u u d λ 75

nm. Kandungan fenolik total ditentukan dengan

13,26 1,326 kurva kalibrasi menggunakan asam galat (10, 20,

1. n-Heksana

2. etil asetat

5,72 0,572 Kandungan fenolik total dinyatakan sebagai

40, 60, dan 80 µg/mL) sebagai larutan standar.

3. n-Butanol

10,55 1,055 miligram ekuivalen asam galat (GAE) per 10

4. Metanol/air

miligram ekstrak kering 8 .

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat senyawa yang bersifat non polar dan yang bersifat polar

III. Hasil dan Pembahasan

yang terkandung di dalam daun melinjo memiliki

3.1 Persiapan dan Identifikasi Sampel jumlah yang hampir sama. Hal ini dilihat dari Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan di

banyaknya hasil ekstraksi dengan menggunakan Hebarium Universitas Andalas diketahui bahwa

pelarut n-heksana. Sedangkan senyawa yang tumbuhan yang digunakan sebagai sampel pada

bersifat semi polar paling sedikit terdapat dalam penelitian ini adalah Gnetum gnemon L. yang

daun melinjo.

termasuk dalam famili Gnetaceae

3.5 Uji aktivitas antioksidan fraksi n-heksana, etil

3.2 Uji fitokimia sampel daun melinjo asetat, n-butanol dan metanol dengan metode Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa sampel

DPPH

buah ciplukan mengandung senyawa metabolit Pada pengujian aktivitas antioksidan dengan sekunder fenolik, flavonoid, triterpenoid, dan

metode penghambatan radikal bebas DPPH ini streroid

yang diukur adalah radikal bebas DPPH yang mampu ditangkap oleh senyawa fenolik yang ada

3.3 Ekstraksi sampel daun melinjo pada fraksi daun melinjo. DPPH merupakan suatu Hasil ekstraksi sebanyak 1000 gram sampel kering

senyawa radikal bebas yang stabil dan berwarna daun melinjo dengan pelarut metanol diperoleh

ungu. DPPH memberikan serapan kuat pada pada ekstrak kental metanol yang berwarna hijau pekat

range 515 - 517 nm. Masing-masing fraksi pekat sebanyak 70,4259 gram. Massa ekstrak yang

diuji aktivitas antioksidannya dengan metode diperoleh relatif banyak karena sampel yang

radikal bebas DPPH. Selain itu juga dilakukan diekstrak adalah sampel yang sudah dikering

pengukuran aktivitas antioksidan dari asam anginkan sehingga kandungan air yang terdapat

askorbat sebagai standar atau kontrol positif. di dalamnya telah berkurang. Berkurangnya

Hasil pengujian kemampuan penangkapan kandungan air pada sampel menyebabkan hasil

radikal bebas DPPH dari keempat fraksi buah ekstraksi semakin besar karena pada proses

ciplukan dapat dilihat pada Tabel 2. ekstraksi semua senyawa yang terdapat pada

sampel terekstrak dengan sempurna. Tabel 2. Hasil uji antioksidan dengan metode

DPPH

3.4 Fraksinasi ekstrak metanol daun melinjo

Proses fraksinasi dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis pelarut yang memiliki tingkat

219,1 kepolaran yang berbeda yaitu n-heksana, etil

1. n-heksana

19,50 asetat, dan n-butanol. Hasil fraksinasi dapat

2. etil asetat

179,38 dilihat pada Tabel 1.

5. asam askorbat

Aktivitas antioksidan digolongkan sangat aktif jika nilai IC 50 kurang dari 50 mg/L, digolongkan aktif bila nilai IC 50 50-100 mg/L, digolongkan sedang bila nilai IC 50 101-250 mg/L, dan

digolongkan lemah bila nilai IC 50 250-500 mg/L,

mempunyai struktur dan sifat yang khas, yaitu IC 50 lebih besar dari 500 mg/L[9]. memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatik

Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa benzena, sehingga senyawa ini dapat teroksidasi. fraksi etil asetat merupakan fraksi yang tergolong

Kemampuannya membentuk radikal fenoksi yang sangat aktif antioksidan. Fraksi etil asetat

stabil pada proses oksidasi, menyebabkan memiliki nilai IC 50 yang lebih kecil dibandingkan

digunakan sebagai dengan fraksi lain. Fraksi n-heksana, n-butanol

dan metanol/air memiliki aktivitas yang sedang

3.7 Hubungan kandungan fenolik total dengan pada rentang 101-250 mg/L. Fraksi etil asetat

sebagai antioksidan dikarenakan nilai IC 50 berada

aktivitas antioksidan

digolongkan sangat aktif sebagai antioksidan

menunjukkan bahwa karena memiliki kandungan senyawa fenolik yang

Beberapa

penelitian

hubungan nilai IC 50 dengan fenolik total cukup tinggi. Senyawa fenolik merupakan

berbanding terbalik atau bisa dikatakan bahwa senyawa yang aktif sebagai antioksidan karena

aktivitas antioksidan berbanding lurus dengan dapat mendonorkan atom H dari gugus hidroksi

fenolik total yang terkandung didalam sampel. untuk

antioksidan dengan dibandingkan fraksi lainnya.

kandungan fenolik total dapat dilihat pada Gambar 1.

3.6 Penentuan kandungan fenolik total

Hubungan Aktivitas Antioksidan dengan

Hasil pengukuran kadar fenolik total keempat

Kandungan Fenolik Total

fraksi sampel daun melinjo dapat dilihat pada Tabel 3. 250

Tabel 3. Kandungan fenolik total fraksi sampel

i IC daun melinjo 150 a

il 100

No Fraksi

Kandungan Fenolik

50 y = -27.285x + 360.69

Total (mg GAE/10 mg

R² = 0.9802

fraksi kering)

2 etil asetat

Nilai Total Fenolik (GAE/10 mg fraksi kering)

3 n-butanol

Gambar 1. Hubungan nilai kandungan fenolik .

4 metanol/air

total dengan nilai IC 50 Berdasarkan data yang didapatkan, kandungan fenolik total dari fraksi etil asetat paling tinggi

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan fraksi lainnya. Hal ini

semakin banyak kandungan fenolik total suatu dikarenakan aktivitas antioksidan dari fraksi etil

fraksi, maka nilai nilai IC 50 akan semakin kecil, asetat sangat kuat (Tabel 2). Besarnya kandungan

sehingga radikal bebas yang dapat dihambat oleh fenolik dalam suatu sampel berbanding lurus

senyawa antioksidan akan semakin besar. dengan tingginya aktivitas antioksidan dari

Kandungan fenolik total terbanyak terdapat pada sampel tersebut karena kandungan fenolik yang

fraksi etil asetat, sehingga nilai IC 50 pada fraksi terdapat dalam sampel sangat berpengaruh

tersebut semakin kecil. Pada grafik di atas juga terhadap uji aktivitas antioksidan. Semakin tinggi

dapat dilihat nilai R 2 dari persamaan regresi yaitu kandungan fenolik total dalam dalam suatu bahan

0,980 yang menandakan bahwa terdapat korelasi semakin tinggi pula

antara aktivitas antioksidan dan kandungan antioksidan[10].

aktivitasnya sebagai

fenolik total.

Penentuan kandungan fenolik total ini bertujuan

IV. Kesimpulan

untuk memperkuat data dan pengamatan tentang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, aktivitas antioksidan. Hal ini dikarenakan yang

dapat diperoleh kesimpulan bahwa Fraksi etil berperan sebagai antioksidan dalam suatu

asetat dari sampel daun melinjo tergolong sangat

4. Moein, S., Farzami, B., Khaghani, S., Moein, 19,50 mg/L sedangkan fraksi lain yaitu fraksi n-

aktif sebagai antioksidan dengan nilai IC 50 sebesar

M.R., dan Larijani, B: Antioxidant properties heksana (219,1 mg/L), fraksi butanol (179,38

and prevention of cell cytotoxicity of Phlomis mg/L), fraksi metanol/air (208.71 mg/L),

Persica Boiss, 2007, DARU 15(2) : 83. tergolong sedang. Kandungan fenolik total fraksi

5. Parhusip, A., Boing, A : Antimicrobial dari sampel daun melinjo yang lebih besar adalah

Activity of Melinjo Seed and Peel Extract fraksi etil asetat (12,278 mg GAE/10 mg sampel),

Againts Selected fraksi metanol/air (5,582 mg GAE/10 mg sampel),

(Gnetum

gnemon )

Pathogenik Bacteria, 2011, JurnalChem, Vol dan fraksi n-heksana (4,742 mg GAE/10 mg

5(3), 103-112.

sampel) Aktivitas antioksidan berbanding lurus

A, Majid, A,S,S,A, Ismail, z, dengan nilai kandungan fenolik total. Semakin

6. Itam,

Antioxidant and Antiangiogenic Properties, besar kandungan fenolik total dalam suatu fraksi,

and Gas Chromatographic-Time of Flight maka nilai aktivitas antioksidan juga akan

Analysis of Sonchus arvensif Leaves Extracts, J. semakin tinggi.

Chem. Soc. Pak, 2015, Vol 37, No 06, 1250-1259

7. Lina, R., Fachriyah, E., dan Kusrini, D: Isolasi

identifikasi dan uji aktivitas antioksidan Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing,

V. Ucapan terima kasih

senyawa flavonoid daun binahong (anredera analis laboratorium Kimia Organik Bahan Alam

cordifolia (ten.) Steenis). Laboratorium Kimia dan analis laboratorium Instrumen

Organik, Jurusan Kimia , 2012, Universitas Diponegoro. Skripsi.

Referensi

8. Alfian, R, Susanti, H, Penetapan Kadar

1. Djamil, R., Anelia, T : Penapisan Fitokimia Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak dan Uji Antioksidan dari Ekstrak Metanol

Bunga Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa Beberapa Spesies Papilionacae, Jurnal Ilmu

Linn) dengan Variasi Tempat Tumbuh Secara Kefarmasian Indonesia, September, 2009, Vol 7,

Spektrofotometri, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, No 1:24-33

2012, Vol 2, No 1, 73-80

2. Ragasa, Consolacion, Y., Tsai, P. W., Shen, C.

9. Shekhar, T, C, Anju, G: Antioxidant activity

C : Terpenoids and Steroids from the by DPPH Radical Scavenging Method of Endemic and Endangered Philippine Trees,

Agretum conyzoides Linn. Leaves, American Ficus pseudopalma and Ficus ulmifolia, Philipp,

Journal of Ethnomedicine 2014, Vol 1, No 4, 244- J, Sci , 2009, 138(2): 205-209

3. Chludil, H.D., Corbino, G.B., dan Leicarh,

10. Abdille, M, H et,al: Antioxidant activity of the S.R : Soil Quality Effects on Chenopodium

extract from Dilenia indica fruits, Food album Flavonoid Content and Antioxidant

90, 891-896 Potentia l, Journal of Agricultural and Food Chemistry , 2008, 56: 5050 –5056.

Chemsitry

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERTA KANDUNGAN TOTAL FENOLIK EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI KOLOM DARI DAUN TUMBUHAN Lantana camara L.

Suryati*,Adlis Santoni, Yoan De Nanda Herru

Laboratorium Kimia Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

*E-mail: suryati_chemua@yahoo.com Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstrak: Aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan sembilan fraksi hasil kolom kromatografi ekstrak metanol daun tumbuhan Lantana camara Linn telah dilakukan dengan menggunakan metode DPPH

(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Nilai IC 50 yang diperoleh sebesar 23,25 mg/L (ekstrak metanol); 83,09 mg/L (fraksi A); 80,17 mg/L (fraksi B); 36,16 mg/L (fraksi C); 50,18 mg/L (fraksi D); 11,58 mg/L (fraksi E); 22,32 mg/L (fraksi F); 26,61 mg/L (fraksi G); 30,12 mg/L (fraksi H); 27,68 mg/L (fraksi I). Pada penelitian ini juga dilakukan uji kandungan total fenolik dengan menggunakan metode Follin- Ciocalteu dengan asam galat sebagai standarnya . Didapatkan nilai total fenolik ekstrak dan sembilan fraksi kolom secara berturut-turut sebagai berikut, 2927,4 mg/L GAE (ekstrak metanol); 3,22 mg/L GAE (fraksi A); 4,5 mg/L GAE ( fraksi B); 43,4 mg/L GAE (fraksi C); 30,64 mg/L GAE (fraksi D); 5200 mg/L (faksi E); 4412,9 mg/L (fraksi F); 1577,4 mg/L GAE (fraksi G); 451,6 mg/L GAE (fraksi H); 587,1 mg/L GAE (fraksi I).

Kata kunci: Lantana camara L., antioksidan, DPPH, total fenolik, IC 50 .

dilakukan uji aktivitas Tumbuhan Lantana camara Linn merupakan

I. Pendahuluan

penelitian ini

antioksidan terhadap ekstrak metanol dan jenis

fraksi kolom ekstrak metanol dengan metode ditemukan di lingkungan sekitar. Lantana

tumbuhan semak

yang

mudah

DPPH serta uji kandungan total fenolik camara Linn secara tradisional telah digunakan

terhadap ekstrak metanol dan fraksi kolom sebagai obat bengkak, rematik, keputihan,

ekstrak metanol dengan metode Folin- penurun panas 1 , dan juga digunakan sebagai

Ciocalteu.

obat untuk terapi tumor 2 . Dalam beberapa

penelitian dilaporkan tumbuhan ini juga

II. Metodologi Penelitian

2.1 Uji Kandungan Fenolik Ekstrak Metanol Daun antijamur, insektisida, antipiretik 2-3 dan juga

dapat digunakan

sebagai

antimikroba,

Lantana camara Linn

dapat digunakan sebagai antidiabetes 3-8 . Ekstrak metanol dilarutkan dengan metanol kemudian dimasukkan ke dalam tabung

Dari penelitian sebelumnya, Edi Ruslan, et.al, reaksi sebanyak 1 mL dan ditambahkan (2015), melaporkan bahwa daun tumbuhan

besi(III) klorida. Adanya fenolik terbentuknya Lantana camara Linn mengandung senyawa

kompleks dengan besi(III) klorida yang fenolik, flavonoid dan kumarin. Dari

ditandai dengan terbentuknya warna hijau. penelitiannya

juga dilaporkan

aktivitas

2.2 Pemisahan dengan Kromatografi Kolom sitotoksik dari tumbuhan ini terhadap ekstrak Sampel yang telah dipreabsorbsi dengan silika dan asam lantanilat hasil isolasi dari ekstrak gel dengan perbandingan 1:1 dimasukkan ke etil asetat daun tumbuhan ini, dimana dalam kolom yang telah diisi bubur silika gel.

memberikan nilai LC 50 berturut-turut 34.2972;

Setelah sampel dimasukan, kemudian dielusi 27.4254; 133.1930 dan 27.9903 µg/mL masing-

dengan sistem masing untuk ekstrak ekstrak heksana, etil

menggunakan

eluen

peningkatan kepolaran (heksan 100%, heksan :

asetat, metanol dan asam lantanilat 3

etil asetat 9:1, 8:2 … etil asetat : metanol 3:7) et.al , (2016) juga telah melaporkan aktifitas dengan volume masing-masing 300 mL. antioksidan dan total fenolik dari ekstrak etil

. Suryati,

masing-masing eluat yang asetat daun tumbuhan Lantana camara Linn ini diperoleh, dilakukan pengujian dengan dengan nilai IC 50 sebesar 36.18 mg/L dan nilai

Terhadap

menggunakan metode kromatografi lapis

total kandungan fenoliknya 2419.6 GAE 9

. Pada

tipis. Eluat dengan pola pemisahan dan nilai

Rf yang sama digabung dan didapatkan Berdasarkan nilai persentase inhibisi yang sembilan fraksi (fraksi A-I).

didapatkan

dari

perhitungan, dapat ditentukan nilai IC 50 dari persamaan regresi.

2.3 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Nilai IC 50 menunjukkan kemampuan aktivitas dan Fraksi Kolom Ekstrak Metanol Daun

antioksidan yang dimiliki oleh ekstrak Tumbuhan Lantana camara Linn.

metanol dan fraksi hasil kolom tersebut.

2.3.1 Pembuatan larutan DPPH

2.4 Uji Kandungan Total Fenolik Ekstrak ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan

DPPH ditimbang 4 mg kemudian dimasukkan

Metanol dan Fraksi Kolom Metanol dengan menggunakan metanol hingga tanda

Lantana camara Linn. batas dan didapatkan larutan DPPH 0,1 mM.

2.4.1 Pembuatan larutan standar Asam galat 10 mg dilarutkan dalam 10 mL

2.3.2 Pembuatan larutan uji metanol dalam labu ukur 10 mL dan Ekstrak

didapatkan konsentrasi larutan induk asam kolomnya ditimbang masing-masing 10 mg,

metanol dan sembilan

fraksi

galat 1000 mg/L. Variasi konsentrasi dibuat dilarutkan dengan metanol di dalam labu

dengan memipet 0,1; 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 mL ukur 10 mL sehingga didapatkan konsentrasi

larutan induk dan dimasukkan dalam labu larutan sebesar 1000 mg/L. Dibuat empat

ukur 10 mL. Ditambahkan 0,5 mL reagen variasi konsentrasi larutan uji masing-masing

Folin-Ciocalteu kedalam setiap labu ukur dan

10, 15, 20 dan 25 mg/L. didiamkan selama lima menit. Ditambahkan 1 mL larutan natrium karbonat 20% dan

2.3.3 Pembuatan larutan kontrol negatif diencerkan dengan menggunakan akuades Metanol 1 mL dipipet dan dimasukkan ke

hingga tanda batas. Didiamkan campuran dalam vial. Ditambahkan 2,5 mL larutan

kemudian diukur DPPH 0,1 mM. Didiamkan selama 30 menit.

absorbannya pada panjang gelombang 765 Dipipet

nm. Dibuat kurva kalibrasi dan didapatkan menggunakan pipet mikro dan dimasukkan

nilai kandungan total fenolik. ke dalam micro plate 96 well, diukur

absorbannya pada 517 nm. Pengerjaan

2.4.2 Pembuatan larutan uji dilakukan di tempat yang gelap dan tidak

Ekstrak metanol dan fraksi kolom ekstrak terkena cahaya matahari. Tujuan pengukuran

metanol ditimbang 10 mg dan dilarutkan absorban

dengan 10 mL metanol, didapatkan larutan menghitung persen inhibis dari sampel.

ekstrak dengan konsentrasi sebesar 1000 mg/L. Diambil larutan 0,5 mL

dan

2.3.4 Pengujian aktivitas antioksidan dimasukkan dalam labu ukur 10 mL. Masing-masing larutan uji dengan variasi

Ditambahkan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu konsentrasi dari larutan uji dimasukkan ke

selama lima menit. dalam vial sebanyak 1 mL, ditambahkan

dan

didiamkan

Ditambahkan 1 mL larutan natrium karbonat dengan 2,5 mL DPPH 0,1 mM. Didiamkan

20% dan diencerkan dengan menggunakan campuran selama 30 menit. Dipipet masing-

akuades hingga tanda batas. Campuran masing campuran 200 µL dengan pipet mikro

didiamkan selama 120 menit, diukur dan dimasukkan ke dalam micro plate 96 well.

absorbannya pada panjang gelombang 765 Penambahan dilakukan di tempat yang gelap.

nm. Konsentrasi total fenolik dari masing- Diukur

masing larutan uji ditentukan dengan konsentrasi larutan uji dan larutan kontrol

persamaan regresi kurva larutan standar. negatif pada panjang gelombang 517 nm.

Total fenolik dari ekstrak dinyatakan dalam Berdasarkan nilai absorban yang didapatkan,

Gallic Acid Equivalent (GAE). dihitung persentase inhibisi.

III. Hasil dan Pembahasan

3.1 Uji Kandungan Fenolik Ekstrak Metanol

i i isi

Daun Tumbuhan Lantana camara L. Keterangan:

Berdasarkan uji kandungan fenolik dengan

A = Absorban kontrol negatif penambahan besi(III) klorida menghasilkan

B = Absorban sampel

kompleks

berwarna

hijau dimana

menandakan

bahwa

ekstrak metanol ekstrak metanol

3.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Terhadap fenolik.

Ekstrak Metanol dan Fraksi Kolom Ekstrak Metanol

Ekstrak metanol dan sembilan fraksi hasil kolom ekstrak metanol diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH (1,1- diphenyl -2-picrylhydrazyl).

Data hasil uji

tersebut

dicantumkan pada tabel

Tabel 1. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan fraksi kolom ekstrak metanol

Sampel

Konsentrasi (mg/L)

Absorban

Inhibisi (%)

IC 50 (mg/L)

Kontrol negatif

Fraksi A

Kontrol negatif

Fraksi B

Kontrol negatif

Fraksi C

Kontrol negatif

Fraksi D

Kontrol negatif

Fraksi E

Kontrol negatif

Fraksi F

Kontrol negatif

Fraksi G

Kontrol negatif

Fraksi H

Kontrol negatif

Fraksi I

Kontrol negatif

Nilai IC 50 dari ekstrak metanol dan sembilan Data absorban ekstrak metanol dan fraksi fraksi hasil kolom ekstrak metanol ditentukan

hasil kolom ekstrak metanol pada tabel 2 menggunakan kurva kalibrasi dari konsentrasi

digunakan untuk penentuan kandungan total dan nilai persen inhibisi (gambar 1).

fenolik dengan menggunakan persamaaan regresi yang didapatkan dari pengukuran

Fraksi A

absorban asam galat sebagai larutan standar.

20 Data absorban larutan standar asam galat

y = 0.5332x + 5.694 dapat dilihat pada Gambar 2. Kandungan total

(% i

fenolik dari ekstrak metanol dan fraksi hasil

is ib

15 R² = 0.9895

kolomnya dicantumkan dalam Tabel 2.

In

Larutan Standar Asam Galat

konsentrasi (mg/L)

y = 0.0062x + 0.0965 Gambar 1. Kurva kalibrasi persen inhibisi n a 0.6 R² = 0.9902

sor 0.4

Nilai IC 50 masing-masing sampel dicantumkan

Ab 0.2

dalam tabel 1. Dari tabel 1 diketahui bahwa baik ekstrak maupun fraksi hasil kolom 0

menunjukan aktifitas yang kuat sebagai

0 20 40 60 80 100 antioksidan

Konsentrasi

3.3 Kandungan Total Fenolik Ekstrak Metanol Gambar 2. Grafik absorban larutan standar dan Fraksi Kolom Ekstrak Metanol

asam galat

Pengujian kandungan total fenolik dilakukan pada ekstrak metanol dan sembilan fraksi

3.4 Korelasi Nilai IC 50 dan Kandungan Total hasil kolom ekstrak metanol untuk melihat

Fenolik

Hubungan antara aktivitas antioksidan ditunjukkan oleh ekstrak metanol maupun

korelasi aktifitas

antioksidan

yang

dengan kandungan total fenolik pada Gambar sembilan fraksi hasil kolom ekstrak metanol

3. Pada grafik, dapat dilihat determinan (R 2 ) tersebut. Uji

antioksidan dengan dilakukan dengan menggunakan metode

kandungan total

kandungan total fenoliknya adalah 0,9376 Follin-Ciocalteu melalui penentuan nilai Galic

sedangkan nilai korelasinya (R) adalah 0,9485. acid equivalen (GAE). Data hasil uji tersebut

Berdasarkan data diatas dapat diketahui dicantumkan pada Tabel 2.

bahwa 94,85% total fenolik yang terdapat di dalam sampel berpengaruh kepada aktivitas

Tabel 2. Hasil uji kandungan total fenolik antioksidan yang dimiliki oleh ekstrak

metanol daun Lantana camara Linn dan fraksi

Sampel Absorb

Kandungan Total

an

fenolik (mg/L GAE)

kolomnya.

Ekstrak MeOH 1,004

Fraksi A 0,0975

50 y = -0.0036x + 31.486

IC

S ( 30 R² = 0.9376

Fraksi B 0,098

IT A 20

Fraksi C 0,11

Fraksi D 0,106

A IO T

Fraksi E 1,7145

TOTAL FENOLIK (GAE)

Fraksi F 1,4645

Fraksi G 0,5855

Gambar 3. Grafik hubungan aktivitas

antioksidan dengan kandungan total fenolik dari ekstrak metanol dan fraksi aktif

Fraksi H 0,2365

Fraksi I 0,2785

3. Suwertayasa, I Made Putra, Bodhy, Linn.

antioksidan daun tumbuhan Lantana camara

Widdhi, Edy, Hosea Jaya. Uji Efek Antipiretik

Ekstrak Etanol Daun

4 Kesimpulan

Tembelekan (Lantana camara L.) Pada Tikus

a. Ekstrak metanol dan sembilan fraksi kolom Putih Jantan Galur Wistar. Pharmacon. 2013, ekstrak metanol daun Lantana camara Linn

2(3): 45-49

positif mengandung fenolik

4. Ediruslan, Suryati, Manjang, Y. Structure

brine shrimp toxic metanol dan sembilan fraksi hasil kolom

b. Kandungan total fenolik dari ekstrak

elucidation

of

compound from Lantana camara L. leaves. ekstrak metanol masing-masing adalah

Journal of Chemical and Pharmaceutical sebagai berikut 2927,4 mg/L GAE (ekstrak

Research, 2015, 7(12):250-255 metanol); 3,22 mg/L GAE (fraksi A), 4,5

5. Kumarasamyraja, D., Jeganathan, N.S. mg/L GAE (fraksi B), 43,4 mg/L GAE

Antimicrobial Activity and Biosynthesized (fraksi C), 30,64 mg/L GAE (fraksi D), 5200

Silver Nanoparticle Prepared from The mg/L (fraksi E), 4412,9 mg/L (fraksi F),

Leaf Extract of Lantana camara. Int. Res. J. 1577,4 mg/L GAE (fraksi G), 451,6 mg/L

Pharm . 2013, 4(5). 203-207 GAE (fraksi H), 587,1 mg/L GAE (fraksi I).

6. Saraf, A., Quereshi, S., Sharma K., Khan, N.

A: Antimicrobial activity of Lantana kolomnya menunjukkan aktivitas sebagai

c. Ekstrak metanol dan sembilan fraksi hasil

camara L. J. of Exp. Sci. 2011, 2(10). 50-54

7. Goswami-Giri, A. S., Ingawale, G. S. masing sebagai berikut 23,25 mg/L

antioksidan dengan nilai IC 50 masing-

Antifungal Activity of Lantadenewhich (esktrak metanol); 83,09 mg/L (fraksi A);

Developed on Embica Officinalis. Int. J. 80,17 mg/L (fraksi B); 36,16 mg/L (fraksi

Curr.Res.Chem.Pharma.Sci . 2015, 2(4). 26 –31 C); 50,18 mg/L (fraksi D); 11,58 mg/L

8. Murugesan, S., Rajeshkannan, C., Suresh (fraksi E); 22,32 mg/L (fraksi F); 26,61

Babu, D., R. Sumathi, D., Manivachakam, mg/L (fraksi G); 30,12 mg/L (fraksi H);

P. Identification of insecticidal properties in 27,68 mg/L (fraksi I).

common weed - Lantana camaraLinn by Gas Chromatography and Mass Spectrum

Referensi

(GC-MS-MS). App. Sci. Res. 2012, 3 (5).

1. Yuhernita, Juniarti. Analisa Senyawa

2754-2759

Metabolit Sekunder dari Ekstrak Metanol

9. Suryati, Santoni, A., Z. Kartika M., Aziz, H. Daun Surian Yang berpotensi Sebagai

Antioxidant activity and total phenolic Antioksidan. Makara Sains, 2011, 15: 48-5

content of ethyl acetate extract and

2. Hidayati, Nur Annis, Listyawati, Shanti, fractions of Lantana camara L. leaf. Der Setyawan, Ahmad Dwi. Kandungan Kimia

Pharma Chemica . 2016. 8 (8). 92-96 dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol

10. Tjandra, O, Rusliati, T. R, Zulhipri, Uji Lantana camara L. pada Tikus Putih (Rattus

Aktivitas Antioksidan dan Profil Fitokimia norvegicus L.) Jantan. Bioteknologi. 2008, 5

Rapiah (Nephelium (1): 10-17

Kulit

Rambutan

lappaceum), Fakultas Kedokteran, Universitas Tarumanegara . Hal 2-5