ISSN No. 2303-3401 Volume 5 Nomor 4 November, 2016
Volume 5 Nomor 4 November, 2016
Media untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian seluruh dosen dan mahasiswa Kimia FMIPA Unand
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas
Tim Editorial Jurnal Kimia Unand
Emil Salim, M.Sc, M.Si Dr. Syukri Prof. Dr. Adlis Santoni Prof. Dr. Rahmiana Zein Prof. Dr. Syukri Arief Dr. Mai Efdi
Alamat Sekretariat
Jurusan Kimia FMIPA Unand Kampus Unand Limau Manis, Padang – 25163 PO. Box 143, Telp./Fax. : (0751) 71 681 Website Jurnal Kimia Unand: www.jurnalsain-unand.com Corresponding E-mail: salim_emil17@yahoo.com
syukri@fmipa.unand.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL ARTIKEL Halaman
1. IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DAN UJI
1-11
ANTIOKSIDAN SERTA UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN KAYU ARA (Ficus aurata (Miq.) Miq.) Adlis Santoni , , Handani Permana, Mai Efdi
2. PROFIL AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE
12-17
DPPH DAN TOTAL FENOLIK DARI EKSTRAK DAUN PACAR CINA Miftahul Khairah, Mai Efdi, Afrizal
3. PEMANFAATAN KERTAS KARBON SEBAGAI BAHAN
18-22
ELEKTRODA PADA SUPERKAPASITOR Olly Norita Tetra, Admin Alif, Rahma Fristina
4. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, SITOTOKSIK DAN
23-32
KANDUNGAN FENOLIK TOTAL BERBAGAI FRAKSI DARI EKSTRAK METANOL BUAH CIPLUKAN (Physalis minima Linn.)
Nisaul Khairiyah, Bustanul Arifin, Afrizal
5. PENGARUH RASIO TITANIUM DAN STRONSIUM
33-37
TERHADAP KONTROL MORFOLOGI SrTiO 3 NANO KUBUS YANG DISINTESIS MELALUI METODE SOLVOTERMAL Merida Saputri, Diana Vanda Wellia, Yulia Eka Putri
6. MODIFIKASI SILIKA MESOPORI DENGAN ANILIN
38-45
SEBAGAI SUPPORT KATALIS KOBAL(II); SINTESIS DAN KARAKTERISASINYA Thalabul Ilmi, Syukri, Admi
7. SINTESIS SENYAWA AURIVILLIUS LAPIS EMPAT PbBi4-
46-51
xNdxTi4O15
LELEHAN CAMPURAN GARAM
DENGAN METODE
DAN KARAKTERISASI STRUKTUR Gita Rachmad Wibowo, Emriadi, Zulhadjri
NaCl-KCl
8 IDENTIFIKASI
SENYAWA
METABOLIT
SEKUNDER
52-57
TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DAN UJI TOKSISITAS MENGGUNAKAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST Amalya Ova, Norman Ferdinal, Adlis Santoni
9 ISOLASI SENYAWA KUMARIN DARI EKSTRAK ETIL
58-64
ASETAT AKAR JARAK MERAH (Jatropha gossypifolia L.) DAN UJI TOKSISITAS DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) Afrizal, Hasnirwan, Aprima Reza*
10 INHIBISI KOROSI BAJA St.37 OLEH EKSTRAK THE (Camellia
65-72
sinensis) DALAM MEDIUM KOROSIF HCl : EFEK SINERGIS OLEH ION IODIDA Mayesha Yusan, Yeni Stiadi*, Emriadi
11 SINTESIS SENYAWA AURIVILLIUS LAPIS EMPAT
73-77
PbBi4-xLaxTi4O15 (x = 0 dan 0,5) DENGAN METODE LELEHAN GARAM MENGGUNAKAN CAMPURAN NaCl dan KCl Dhio Aulia Harrisa, Syukri Arief, Zulhadjri*
ii
IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DAN UJI ANTIOKSIDAN SERTA UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN KAYU ARA (Ficus aurata (Miq.) Miq.)
Adlis Santoni ,* , Handani Permana, Mai Efdi
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
*E-mail: adlis_1962@yahoo.com Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract: Kayu Ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.) in the one of plant that is found in Indonesia. Leaves of Kayu Ara were extracted with n-hexane, ethyl acetat and metanol by using maceration method. Hexane, ethyl acetate and metanol extract were obtained as much as 3,171 g; 7,884 g and 21,727 g. The result of secondary metabolite identification showed each n-hexane extract contain Phenolic and steroid, ethyl acetate extract contain phenolic, flavonoid, triterpenoid, and steroid, and methanol extract contain phenolic, flavonoids, triperpenoid, and steroid. Each extracts was investigated its antioxidant activity by using DPPH method
The result showed IC 50 values are 273,29 mg/L, 219,50 mg/L, and 87,60 mg/L. And then each extracts was also investigated its toxicity by using BSLT method. The result showed LC 50 values are 92,04 mg/L, 67,83 mg/L, and 53,33 mg/L. The result of phenolic total assay of extracts showed phenolic totals are 212,12; 342,42; and 3584,84 (GAE/10 mg air-dried extract). Phenolic total data showed correlation with
antioxidant activity assay, the higher total phenolic, the smaller the IC 50 value which indicates the better ability of antioxidant activity.
Keywords :Kayu Ara (Ficus aurata (Miq.) Miq), antioxidant, DPPH, toxicity, BSLT dan Phenolic total
senyawa yang sangat reaktif terhadap sel- Indonesia adalah negara dengan hutan
I. Pendahuluan
sel tubuh dengan cara mengikat elektron tropis paling besar ketiga di dunia (setelah
molekul sel. Reaksi ini sering disebut Brazil dan Zaire). Keanekaragaman hayati
sebagai oksidasi [2].
merupakan basis berbagai pengobatan dan penemuan
Senyawa bioaktif merupakan senyawa mendatang. Jumlah tumbuhan berkhasiat
yang terkandung dalam tubuh hewan obat di Indonesia diperkirakan sekitar 1.260
maupun tumbuhan. Senyawa ini memiliki jenis tumbuhan.Tumbuhan menghasilkan
berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, metabolit
diantaranya dapat dijadikan sebagai sebagai
antioksidan, antibakteri, penambah aroma makanan, parfum,
antiinflamasi, dan antikanker. Antioksidan insektisida dan obat. Ada 150.000 metabolit
dapat menunda, sekunder yang sudah diidentifikasi dan
memperlambat dan mencegah terjadinya ada 4000 me tabolit sekunder “baru”/tahun
oksidasi. Antioksidan sangat [1].
proses
bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk mempertahankan mutu
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak produk pangan. Manfaat antioksidan bagi dapat terbebas dari senyawa radikal bebas.
kesehatan dan kecantikan, misalnya untuk Asap rokok, makanan yang digoreng,
mencegah penyakit kanker dan tumor, dibakar, paparan sinar matahari berlebih,
penyempitan pembuluh darah, penuaan asap kendaraan bermotor,
dini, dan lain-lain. Antioksidan dalam tertentu,
obat-obat
produk pangan, dapat digunakan untuk merupakan beberapa sumber pembentuk
racun dan
polusi
udara
mencegah terjadinya proses oksidasi yang senyawa radikal bebas. Radikal bebas
dapat menyebabkan kerusakan, misalnya merupakan molekul yang memiliki satu
ketengikan perubahan warna dan aroma, atau lebih elektron yang tidak berpasangan.
serta kerusakan fisik lainnya [3]. Elektron-elektron yang tidak berpasangan ini menyebabkan radikal bebas menjadi
Banyak penelitian telah membuktikan Karena masih sedikit sekali penelitian manfaat mengkonsumi tanaman yang
mengenai manfaat tumbuhan ini. Maka berkhasiat antioksidan, seperti dapat
identifikasi senyawa menurunkan resiko penyakit jantung,
dilakukanlah
metabolit sekunder serta uji aktifitas kanker, katarak dan penyakit degeneratif
antioksidan dengan metode DPPH, uji lain karena proses. Hal ini menjadikan
toksisitas dengan metode Brine Shrimp antioksidan, terutama dari alam, banyak
Lethality Test dan penentuan total fenolik diminati di dunia saat ini. Baru-baru ini,
antioksidan menjadi topik menarik. Ini merupakan minat yang besar bagi khalayak
II. Metodologi Penelitian
ramai, ahli obat, nutrisi, penelitian ilmu
2.1. Bahan
kimia, peralatan dan
kesehatan dan makanan untuk mengetahui
instrumentasi
kapasitas dan unsur antioksidan pada Bahan yang digunakan pada penelitian ini makanan yang kita konsumsi begitu pula
adalah sampel daun kayu ara (Ficus aurata pada tumbuhan [4].
(Miq.) Miq.), pelarut teknis yang telah didistilasi yaitu heksana, etil asetat, dan
Antioksidan dapat membantu melindungi metanol. aluminium foil, akuades, larva tubuh manusia melawan kerusakan yang
salina Leach., disebabkan oleh senyawa oksigen reaktif
udang
Artemia
dimetilsulfoksida, pereaksi Mayer untuk (ROS; reactive oxygenspecies) dan radikal
identifikasi alkaloid, pereaksi Liebermann- bebas lainnya. Akibat reaktivititas yang
Burchard (asam asetat anhidrida dan asam tinggi, radikal bebas dapat merusak
sulfat pekat) untuk identifikasi triterpenoid berbagai sel makromolekul, termasuk
sianidin test (bubuk protein, karbohidrat, lemak dan asam
dan
steroid,
magnesium dan asam klorida pekat), asam nukleat. Radikal bebas mampu merusak
sulfat pekat dan natrium hidroksida 10 % molekul dan menjadi penyebab dari
untuk identifikasi flavonoid, besi (III) beberapa
klorida untuk identifikasi fenolik, plat KLT, penyakit kronis. Penggunaan senyawa
natrium hidroksida 1 % untuk identifikasi antioksidan semakin berkembang baik
kumarin, natrium karbonat 20 % dan untuk makanan maupun untuk pengobatan
reagen Folin Ciocalteau . Alat yang seiring dengan bertambahnya pengetahuan
digunakan pada penelitian ini adalah tentang aktivitas radikal bebas. Stress
corong, Rotary Evaporator, botol reagen, oksidatif merupakan keadaan yang tidak
gelas piala, botol vial, neraca analitik, pipa seimbang antara jumlah molekul radikal
kapiler, labu ukur 10 mL, labu ukur 100 bebas dan antioksidan di dalam tubuh.
mL, plat KLT, Lampu UV (λ 254 dan 356 Senyawa antioksidan merupakan suatu
nm) dan Spektrofotometer UV-VIS. inhibitor
yang digunakan
untuk
menghambat autooksidasi.
Efek
2.2. Prosedur penelitian
antioksidan senyawa fenolik dikarenakan
2.2.1 Persiapan Sampel daun kayu ara
sifat oksidasi yang berperan dalam
(Ficus aurata (Miq.) Miq.)
tumbuhan dilakukan di Herbarium Universitas Andalas. 5 kg daun Kayu ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.) tumbuh
menetralisasi radikal bebas [4].
Identifikasi
segar kayu ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.) subur di daerah tropis terutama di daerah
dipotong-potong dan dikeringanginkan Semenanjung
sampai rapuh (tidak lagi mengandung air), Kalimantan dan Filiphina. Kayu ara (Ficus
Malaya,
Sumatera,
kemudian dihaluskan dengan mesin aurata (Miq.) Miq.) merupakan tumbuhan
Grinder dan ditimbang. Sampel yang telah yang mempunyai kandungan senyawa
berupa bubuk 600 gram digunakan untuk kimia berupa fenol, triterpenoid, flavonoid
penelitian.
dan steroid yang merupakan sumber
antioksidan. Tingginya
kandungan
2.2.2 Ekstraksi Tumbuhan daun Kayu Ara
antioksidan pada tumbuhankayu ara (Ficus
(Ficus aurata (Miq.) Miq.)
aurata (Miq.) Miq.) menjadikan tumbuhan Sampel berupa serbuk halus (600 g), 200 g ini diduga memiliki kemampuan toksisitas.
diekstraksi
dengan cara maserasi
(perendaman) menggunakan pelarut yang Pemeriksaan fenolik dilakukan dengan telah didestilasi metanol, 200 g dimasukkan
pereaksi FeCl 3 5%. Ekstrak n-heksana, dalam pelarut etil asetat, dan 200 g pada
etil asetat dan metanol daun Kayu Ara pelarut n-heksana. Maserasi dilakukan
(Ficus aurata (Miq.) Miq.) masing-masing berulang setiap kali dilakukannya maserasi
diambil dan dimasukkan pada tabung dibutuhkan 3 hari perendaman lalu
berbeda. Kemudian diuapkan
reaksi
yang
ditambahkan metanol 2 mL dikocok menggunakan Rotary Evaporator. Maserasi
pelarutnya
dengan
hingga homogeny dan ditambahkan dilakukan sampai maserat tidak lagi
pereaksi FeCl 3 5%, adanya fenolik memberikan warna keruh. Diperoleh
ditandai dengan terbentuknya warna ekstrak dari masing-masing perendaman
hijau sampai biru kehitaman [18]. (ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana).
4. Pengujian Steroid, Triterpenoid dan saponin
2.2.3 Identifikasi metabolit sekunder
Pemeriksaan steroid dan terpenoid
ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol
dilakukan dengan pereaksi Liebermann-
daun Kayu Ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.)
Burchard . Ekstrak n-heksana, etil asetat 1.Pengujian Alkaloid
dan metanol daun Kayu Ara (Ficus Ekstrak n-heksana, etil asetat dan
aurata (Miq.) Miq.) diambil dan metanol daun Kayu Ara (Ficus aurata
dalam masing-masing (Miq.) Miq.) diambil dan dimasukkan ke
dimasukkan
tabung reaksi yang berbeda. Kemudian dalam masing-masing tabung reaksi
ditambah kloroform dan air masing- yang berbeda dan ditambahkan dengan
masing sebanyak 5 mL dikocok dan
2 mL kloroform dan 1 mL amonia. didiamkan hingga terbentuk dua Setelah itu, dikocok dan kemudian
lapisan (lapisan air dan kloroform) dan ditambah beberapa tetes asam sulfat 2 N
dipisahkan. Pemeriksaan dilakukan dan dikocok lagi hingga memberi
mengambil lapisan lapisan asam dan kloroform. Lapisan
dengan
cara
kloroform diteteskan pada plat tetes, asam dimasukkan pada tabung reaksi
dibiarkan kering. Kemudian tambahkan ditambahkan 1 tetes Mayer, adanya
satu-satu tetes asam asetat anhidrida, alkaloid ditandai dengan terbentuknya
diaduk dan tambahkan satu tetes asam endapan putih.
sulfat pekat. Terbentuknya warna hijau
2. Pengujian Flavonoid atau biru menandakan adanya steroid Ekstrak n-heksana, etil asetat dan
dan timbulnya warna jingga atau merah metanol daun Kayu Ara (Ficus aurata
menandakan adanya triterpenoid, untuk (Miq.) Miq.) diambil dan dimasukkan ke
pengujian reagen pada uji steroid dalam masing-masing tabung reaksi
digunakan sampel segar. Lapisan air yang berbeda. Kemudian ditambah
diambil 1 mL dan dimasukkan kedalam kloroform dan air masing-masing
tabung reaksi. Selanjutnya dikocok sebanyak 5 mL dikocok dan didiamkan
kuat-kuat dalam sebuah tabung reaksi, hingga terbentuk dua lapisan dan
terbentuknya busa yang tidak hilang dipisahkan.
dengan penambahan beberapa tetes sebanyak 3 mL, kemudian dimasukkan
asam klorida pekat menunjukkan ke dalam 3 tabung reaksi masing-
adanya saponin.
masing 1 mL. Tabung reaksi pertama
5. Pengujian Kumarin ditambahkan beberapa butir logam Mg
Ekstrak n-heksana, etil asetat dan dan ditambahkan 1-2 tetes asam klorida
metanol daun Kayu Ara (Ficus aurata pekat.
(Miq.) Miq.) yang telah dilarutkan ditambahkan beberapa 1-2 tetes asam
dengan masing-masing pelarutnya, sulfat pekat. Tabung reaksi ketiga
kemudian ditotolkan pada batas bawah ditambahkan natrium hidroksida 10 %
KLT dengan kapiler, dibiarkan kering sebanyak 1-2 tetes. Adanya flavonoid
pada udara terbuka. Kemudian dielusi ditandai dengan adanya warna jingga
asetat. Noda yang sampai merah.
dengan
etil
dihasilkan dilihat dengan lampu UV
3. Pengujian Fenolik panjang gelombang 365 nm dan terlihat 3. Pengujian Fenolik panjang gelombang 365 nm dan terlihat
2.2.3 Uji Toksisitas dengan metoda
plat KLT tersebut disemprot dengan
Brine Shrimps Lethality Test (BSLT)
NaOH 1%. Dilihat kembali dengan
ekstrak n-heksana, etil asetat dan
lampu UV maka terlihat flourisensi
metanol daun Kayu Ara (Ficus aurata
warna biru yang semakin terang
(Miq.) Miq.)
menunjukkan adanya kumarin.
1. Pembenihan Udang
Hewan yang
digunakan pada
2.2.3 Uji antioksidan dengan metoda
metoda ini adalah larva udang
DPPH ekstrak n-heksana, etil asetat dan
Artemia salina Leach. Larva ini
metanol daun Kayu Ara (Ficus aurata
diperoleh dengan cara menetaskan
(Miq.) Miq.)
telur udang selama 48 jam dalam
1. Pembuatan larutan DPPH wadah pembiakan. Wadah ini Ditimbang 4 mg DPPH yang dilarutkan
terbagi atas 2 bagian, yaitu bagian dalam metanol hingga volume 100 mL
terang dan gelap. Wadah pembiakan dan didapatkan larutan DPPH 0,1 mM.
ini kemudian diisi dengan air laut
udang yang akan Sebanyak 10 mg masing-masing ekstrak
2. Pembuatan larutan uji
dan telur
pada bagian gelap. dilarutkan dalam 10 mL metanol hingga
ditetaskan
Setelah menetas larva akan berenang didapatkan larutan sampel masing-
menuju bagian terang. masing ekstrak dengan konsentrasi 1000
2. Penentuan uji toksisitas mg/L. Larutan uji dibuat variasi
Uji toksisitas ini dilakukan pada konsentrasi 50, 100, 150, 200 dan 250
masing-masing ekstrak n-heksana, mg/L untuk ekstrak n-heksana dan etil
etil asetat, dan metanol. asetat 50, 100, 150, 200 dan 250 mg/L untuk ekstrak metanol 10, 20, 30, 40 dan
Disiapkan 45 vial uji untuk masing-
50 mg/L dengan metode pengenceran. masing ekstrak dalam pengujian ini dan
1 vial untuk larutan kontrol. Vial yang Sebanyak 1,5 mL dari setiap larutan uji
3. Pengujian antioksidan
digunakan terlebih dahulu dikalibrasi ditambahkan dengan 2,5 mL DPPH 0,1
pada volume tepat 5 mL. Vial uji terdiri mM. Kemudian diletakkan di tempat
dari 5 variasi konsentrasi yaitu 50, 100, gelap selama 30 menit dan diukur
150, 200, dan 250 mg/L yang masing- absorbannya pada panjang gelombang
masingnya dilakukan triplo. Larutan 517 nm. Sebagai kontrol digunakan 2,5
diuapkan, setelah kering mL larutan DPPH 0,1 mM yang
sampel
50 µL larutan ditambah dengan 1,5 mL metanol.
ditambahkan
dan dicukupkan Berdasarkan absorban yang didapatkan,
dimetilsulfoksida
hingga 5 mL air laut. Setelah itu, ke dihitung % inhibisi dihitung dengan
dalam masing-masing vial dimasukkan rumus:
10 ekor larva udang. Untuk larutan kontrol hanya berisi 50 µL larutan
abs kontrol abs % inhibisi
sampel x100 % dimetilsulfoksida
dan dicukupkan
abs kontrol
hingga 5 mL air laut.
Keterangan : abs adalah absorban. Terhitung dari larva udang dimasukkan ke dalam masing-masing vial, diamati
Setelah didapatkan nilai % inhibisi dari jumlah kematian larva udang pada 4
jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam 20 jam dan 24 setiap larutan uji dengan menggunakan
perhitungan, dihitung nilai IC 50 dari
jam. Jumlah larva yang mati dihitung regresi yang didapatkan dari % inhibisi
setelah 24 jam. LC 50 dihitung dengan
hubungan nilai logaritma konsentrasi masing-masing ekstrak.
sehingga didapatkan nilai IC 50 dari
bahan toksik uji dan nilai probit dari persentase
mortalitas hewan uji merupakan fungsi linear Y = a + bx.
2.2.4 Uji total fenolik ekstrak n-
heksana, etil asetat dan metanol untuk
heksana, etil asetat dan metanol daun
masing-masing sampel sebanyak 200
Kayu Ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.)
gdapat dilihat pada tabel 1.
1. Pembuatan larutan standar
10 mg asam galat dilarutkan dalam Tabel 1. Hasil maserasi daun Kayu Ara
10 mL metanol dan didapatkan (Ficus aurata (Miq.) Miq.) dengan konsentrasi 1000 μg/mL. Dipipet 0,1;
masing-masing pelarut n- 0,2; 0,4; 0,6; dan 0,8 mL dari larutan
heksana, etil asetat, dan metanol standar dan dimasukkan dalam botol
Rendemen viaL. Setiap vial ditambahkan 0,5 mL
Ekstrak
Berat (g) (%)
reagen Folin-Ciocalteu. Campuran
3,171 1,585 didiamkan selama menit 5 menit.
n-Heksana
7.884 3,942 Kemudian
Etil asetat
21,727 10,86 natrium
ditambahkan 1 mL
ditambahkan akuades dalam labu Hasil ekstraksi dengan metoda maserasi ukur 10 mL. Campuran didiamkan
ini menunjukkan selama 120 menit. Kemudian diukur
dalam
penelitian
rendeman ekstrak metanol paling banyak absorbannya
dengan nilai rendeman sebesar 10,86 % gelombang 765 nm. Berdasarkan
pada
panjang
karena metanol merupakan suatu pelarut absorban yang didapatkan, dibuat
dapat melarutkan kurva kalibrasi dari larutan standar
universal
karena
senyawa polar,semi polar dan non polar. sehingga didapatkan regresi dari
perhitungan larutan standar tersebut.
4.3. Identifikasi Senyawa Metabolit
2. Pembuatan larutan uji
Sekunder pada Daun Kayu Ara (Ficus
Ditimbang ekstrak
n-heksana,
aurata (Miq.) Miq.)
etilasetat dan metanol masing- Pada identifikasi metabolit sekuder ini masingnya 10 mg dan dilarutkan
ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol dalam 10 mL metanol sehingga
daun kayu ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.) didapatkan
diidentifikasi metabolit sekundernya. Hasil 1000mg/L. Diambil 0.5 mL setiap
konsentrasi
sebesar
identifikasi metabolit sekunder dari ekstrak larutan uji dan dimasukkan dalam
n-heksana, etil asetat, dan metanol daun viaL. Setiap vial ditambahkan 0,5 mL
kayu ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.) dapat reagen Follin-Ciocalteu. Campuran
dilihat pada tabel 2.
didiamkan selama lima menit. Kemudian
Dari table 2. dapat dilihat bahwa senyawa natrium
ditambahkan 1 mL
maupun tidak ditambahkan akuades dalam labu
terkandung dalam daunkayu ara (Ficus ukur 10 mL. Campuran didiamkan
aurata (Miq.) Miq.) dapat dijelaskan sebagai selama 120 menit. Kemudian diukur
identifikasi metabolit absorbannya
berikut.
Hasil
sekunder terhadap ekstrak n-heksana pada gelombang 765 nm. Konsentrasi total
pada
panjang
tumbuhan tersebut diketahui mengandung fenolik masing-masing larutan uji
senyawa fenolik dan steroid. Untuk ekstrak ditentukan dari persamaan regresi
diketahui tumbuhan ini kurva larutan standar. Total fenolik
etil asetat
mengandung senyawa fenolik, flavonoid, dalam ekstrak dinyatakan dalam
triterpenoid dan steroid, sedangkan ekstrak Gallic Acid Equivalent (GAE/10 mg
senyawa fenolik, ekstrak kering).
triterpenoid dan steroid.
Senyawa-senyawa
kimia yangtidak
III. Hasil dan Pembahasan
ditemukan dalam ekstrak n-heksana daun
3.1. Ekstraksi Tumbuhan Kayu Ara
kayu ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.) tersebut
adalah senyawa saponin, tritepenoid, Hasil ekstraksi daun Kayu Ara (Ficus aurata
(Ficus aurata (Miq.) Miq.)
kumarin dan alkaloid, sedangkan untuk (Miq.) Miq.) dengan metoda maserasi
ekstrak etil asetat dan metanol adalah menggunakan masing-masing pelarut n-
senyawa saponin, kumarin dan alkaloid.
Dimana kandungan senyawa metabolit mekanisme pengambilan atom hidrogen sekunder bervariasi pada setiap tumbuhan,
dari senyawa antioksidan oleh radikal hal ini dipengaruhi oleh perbedaan bagian
bebas.
tumbuhan yang digunakan, letak geografis, perubahan
Senyawa 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil yang morfologis.
bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui pengambilan atom hidrogen dari
Tabel 2. Hasil identifikasi metabolit senyawa antioksidan untuk mendapatkan sekunder dari ekstrak metanol,
pasangan elektron akan menghasilkan etil asetat, dan n-heksana daun
bentuk tereduksi difenil pikril hidrazin dan kayu ara (Ficus aurata (Miq.)
senyawa bukan radikal yaitu DPP Hidrazin Miq.).
yang stabil. Adanya penurunan serapan Ekstrak
aktivitas antioksidan Senyawa
Kandungan
Hasil Uji
tersebut
maka
penangkap radikal dapat ditentukan. Hasil pengukuran antioksidan dari ekstrak n-
Metanol Flavonoid
heksana, etil asetat dan metanol dapat dilihat
3 sedangkan Fenolik
pada
Tabel
perhitungan nilai persen inhibisi dapat Saponin
dilihat pada Lampiran 8 [14]. Triterpenoid
Steroid
Pada tabel 3 terlihat bahwa nilai IC 50 dari Alkaloid
masing-masing ekstrak n-heksana, etil Kumarin
asetat dan metanol sebesar 273,29 mg/L, Etil asetat
Flavonoid
219,50 mg/L dan 87,60 mg/L. Hasil uji Fenolik
dengan metode DPPH Saponin
antioksidan
dilakukan terhadap beberapa variasi Triterpenoid
konsentrasi
dari
sampel tersebut.
pengukuran nilai Steroid
Berdasarkan
data
absorbansi maka dapat dianalisis pengaruh Alkaloid
konsentrasi sampel dengan persentase Kumarin
peredaman, yaitu peningkatan aktivitas n-Heksana Flavonoid
dengan bertambahnya Fenolik
sebanding
konsentrasi. Aktivitas peredaman radikal Saponin
bebas biasa nya dinyatakan sebagai Triterpenoid
persentase peredaman dari DPPH dan Steroid
dapat juga dinyatakan dengan IC 50 . Nilai Alkaloid
IC 50 (Inhibition Concentration) merupakan Kumarin
konsentrasi efektif yang dibutuhkan untuk Keterangan : + (positif) = ada, - (negatif) =
menghambat sebesar 50% dari konsentrasi tidak ada.
radikal DPPH.
4.4. Uji Aktivitas Antioksidan dengan
Menurut Jun et.al (2003), aktivitas
antioksidan digolongkan sangat aktif jika Uji antioksidan dilakukan terhadap ekstrak
Metode DPPH
dari 50 mg/L, n-heksana,
nilai IC 50 kurang
etil asetat dan metanol digolongkan aktif bila nilai IC 50 50-100 bertujuan untuk mengetahui aktivitas
mg/L, digolongkan sedang bila nilai IC 50 antioksidan dari berdasarkan nilai IC 50 101-250 mg/L, dan digolongkan lemah bila yang
nilai IC 50 250-500 mg/L, serta digolongkan absorban.Prinsip metode uji antioksidan
tidak aktif bila nilai IC 50 lebih besar dari 500 adalah pengukuran penangkapan radikal
mg/L. Berdasarkan hasil uji aktivitas bebas. Pengujian aktivitas antioksidan dari
antioksidan diketahui bahwa ekstrak sampel dilakukan secara spektrofotometri
metanol bersifat paling bagus karena berdasarkan
kemampuannya
dalam
digolongkan aktif sedangkan pada ekstrak digolongkan aktif sedangkan pada ekstrak
(Miq.) Miq.) diperoleh nilai LC 50 (Lethal Concentration 50%) [8]. Hasil uji toksisitas Tabel 3. Uji aktivitas antioksidan ekstrak n-
sampel daun kayu Kayu Ara (Ficus aurata heksana, etil asetat dan metanol
(Miq.) Miq.) ekstrak n-heksana, etil asetat daun Kayu Ara (Ficus aurata
dan metanol dapat dilihat pada tabel 4. (Miq.) Miq.) ( λ = 517 nm) Konsentrasi Inhibisi
IC 50 Tabel 4. Hasil pengamatan uji toksisitas Ekstrak (mg/L)
(mg/L)
sampel daun Kayu Ara (Ficus
aurata (Miq.) Miq.) ekstrak n- 100
heksana, etil asetat dan metanol n- 150
Jumlah Heksana
larva mati
(mg/L)
4.5. Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
50 15 50 Pengujian toksisitas diakukan dengan
menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp
Lethality Test ) dengan larva udang Artemia
22 73,33 salina Leach. Metode ini merupakan
24 80 metode yangtelah teruji hasilnya dengan
tingkat kepercayaan
Keterangan: Larva yang dimasukan ke mengamatitoksisitas suatu senyawa di
untuk
dalam vial berjumlah 10 ekor, pengerjaan dalam ekstrak kasar [9].
dilakukan secaratriplo
Dari tabel dapat ditentukan nilai LC 50 dari Larva udang memiliki kulit yang tipis
danpeka terhadap lingkungannya. Zat ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol dengan menggunakan kurva regresi antara
atausenyawa asing
log konsentrasi (X) dan nilai probit (Y). tubuh dengan caradifusi dan langsung
terserap
kedalam
Cara perhitungan nilai LC 50 masing-masing mempengaruhi kehidupan larva udang
ekstrak dapat dilihat pada lampiran. Hasil tersebut. Larva udang yang sensitif ini akan
LC 50 ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol dapat dilihat pada tabel 5.
mati apabila zat atausenyawa asing tersebut bersifat toksik. Metode BSLT pada
Data persen kematian serta nilai probit penelitian ini menggunakan larva udang dapat dilihat pada lampiran dan grafik Artemia salima Leach. Sebanyak 10 ekor kurva kalibrasi antara log [C] dan dimasukkan kedalam botol vial yang telah penentuan nilai probit uji Brine Shrimp berisi ekstrak masing-masing pelarut. Pada
penelitian ini dilakukan secara triplo Lethality pada setiap ekstrak dapat dilihat pada lampiran 9.
dengan kosentrasi ekstrak 50, 100, 150, 200 dan 250 mg/L. Berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan analisis probit terhadap ektrak n-heksana,etil asetat dan
Tabel 5. Hasil LC 50 ekstrak n-heksana, etil standar yang digunakan dalam penentuan asetat dan metanol daun kayu ara
kandungan total fenolik adalah asam galat (Ficus aurata (Miq.) Miq.)
dengan variasi konsentrasi 10 mg/L, 20 mg/L, 40 mg/L, 60 mg/L, dan 80 mg/L,
No. Ekstrak
LC 50 (mg/L)
Hasil pengukuran total fenolik ekstrak
1 n-Heksana
daun kayu ara dapat dilihat pada Lampiran
2 Etil asetat
9. Hasil nilai total fenolik dapat dilhat pada
Berdasarkan nilai toksisitas dalam senyawa Tabel 6. Kandungan total fenolik dalam
ekstrak n-heksana, etil asetat bersifat sangat toksik, ketika konsentrasi
dari tumbuhan jika LC 50 ≤ 30 mg/L maka
dan metanol dari daun Kayu
ekstrak 31 mg/L ≤LC 50 ≤ 1000 mg/L
Ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.) ( λ
bersifat toksik jika LC 50 >1000 mg/L maka
= 765 nm)
bersifat tidak toksik. Padahasil uji
Total Fenolik menunjukkan bahwa ekstrak metanol
No
Ekstrak
(GAE/10 mg adalah ekstrak yang paling aktif dengan
ekstrak kering) nilai LC 50 sebesar 53,33 mg/L, ekstraketil
212.12 asetat dengan LC 50 sebesar 67,83 mg/L dan
3584,84 92,04 mg/L . Berdasarkan tingkat toksisitas bahwa ekstrak metanol, ekstrak etil asetat
ekstrakn-heksana dengan LC 50 sebesar
3 Metanol
Berdasarkan data yang didapatkan nilai dan ekstrak n-heksana bersifat toksik.
total fenolik metanol paling tinggi Ekstrak yang bersifat toksik saat diuji
dibandingkan dengan ekstrak n-heksana dengan menggunakan metode Brine shrimp
dan ekstrak etil asetat. dimana penentuan Lethality test (BSLT) dapat menyebabkan
total fenolik ini berhubungan dengan kematian 50 % larva artemia dalam waktu
kepolaran suatu pelarut karena senyawa
24 jam pada konsentrasi LC50<1000 mg/L fenolik merupakan senyawa yang relatif menandakan bahwa sampel memiliki sifat
bersifat polar sehingga nilai total fenolik sebagai antikanker, antibakteri, antijamur
pada pelarut polar akan lebih tinggi dari dan sebagainya [9].
pada non polar, karena senyawa polar akan mudah larut pada pelarut polar dan ini
terbukti dengan data yang didapatkan. Penentuan kandungan total fenolik dengan metode
4.6. Uji Total Fenolik
Folin-Ciocalteu
dilakukan
4.7. Hubungan Uji Aktivitas Antioksidan
berdasarkan kemampuan reagen Folin-
Metode DPPH dengan Total Fenolik
Ciocalteu mengoksidasi gugus hidroksil Beberapa penelitian menunjukkan bahwa (OH - ) dari senyawa golongan fenoL.
hubungan nilai IC 50 dengan total fenolik Senyawa fenolik mereduksi fosfomolibdat
berbanding terbalik. Hal ini juga terdapat fosfotungstat
pada data yang terlihat pada Tabel 7. dan membentuk molibdenum yang berwarna
biru. Analisis kandungan total fenolik menggunakan metode Folin-Ciocalteu yang
Berdasarkan data yang didapatkan dimana absorbansinya diukur
uji aktivitas antioksidan metode DPPH ini gelombang 765 nm.
pada panjang
berhubungan dengan penentuan total fenolik, dimana total fenolik berbanding
Penentuan total fenolik digunakan larutan terbalik dengan nilai IC 50 atau semakin standar asam galat karena asam galat
tinggi total fenolik terdapat pada sampel merupakan
maka semakin rendah pula nilai IC 50 , tetapi mempunyai kandungan fenolik yang
aktivitas antioksidannya semakin bagus, tinggi. Kadar total fenolik ekstrak daun
karena semakin tinggi kandungan fenolik kayu ara dihitung sebagai Ekuivalen Asam
maka semakin banyak atom hidrogen yang Galat per 10 mg ekstrak kasar yang didapat
didonorkan menyebabkan radikal bebas dari kurva regresi dari Asam galat. Larutan
akan stabil kembali. Karena itu lah akan stabil kembali. Karena itu lah
ekstrak metanol dengan nilai IC 50 87,60 Teori ini pun di dukung oleh data yang
ekstraketil asetat diperoleh pada uji aktivitas antioksidan
mg/L,
sedangkan
menunjukkan aktivitas antioksidan yang dimana ekstrak metanol yang mempunyai
sedang yaitu 219,50 mg/L dan n-heksana total fenolik yang paling besar daripada
menunjukkan aktivitas antioksidan lemah ekstrak etil asetat dan n-heksana.
yaitu 273,29 mg/L. Uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
terhadap masing-masing ekstrak daun DPPH dengan Total Fenolik
Tabel 7. Hubungan Nilai IC 50 Metode
kayu ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.) untuk masing-masing ekstrak
menunjukkan aktivitas tertinggi terdapat daun Kayu Ara (Ficus aurata
pada ekstrak metanol dengan nilai LC 50 (Miq.) Miq.)
sebesar 53,33 mg/L, sedangkan ekstrak etil asetat 67,83 mg/L dan ekstrak n-heksana
Ekstrak
92,04 mg/L. Kadar total fenolik pada (mg/L)
IC 50 Total Fenolik
(GAE/10 mg
masing-masing ekstrak daun kayu ara
(Ficus aurata (Miq.) Miq.) menunjukkan n-Heksana
Ekstrak kering)
kadar fenolik terbanyak terdapat pada Etil asetat
eksktrak metanol yaitu 3584,84 GAE/10 mg Metanol
ekstrak kering, sedangkan untuk ekstrak etil asetat 342,42 GAE/10 mg ekstrak
kering dan ekstrak n-heksana yaitu 212,12
GAE/10 mg ekstrak kering.
V. Ucapan terima kasih
0 Ucapan terima
kasih untuk dosen
1 2 3 pembimbing yang telah memberikan
banyak masukkan sehingga penelitian 87,6 219,5 273,29 dapat selesai dan juga ucapan terima kasih
IC50
Total Fenolik 3584,84 342,42 212,12
untuk
serta analis di laboratorium Kimia Organik Bahan Alam
rekan-reka,
Keterangan : 1, 2 dan 3 berturut-turut
atas motivasinya.
adalah ekstrak metanol, etil asetat
dan n-heksana
Referensi
Gambar 1. Grafik yang menunjukkan
1. Yuhernita, Juniarti, 2014, Analisis hubungan antara Nilai IC 50 Senyawa Metabolit Sekunder Dari
Metode DPPH dengan Total Ekstrak Metanol Daun Surian Yang Fenolik
Sebagai Antioksidan, masing ekstrak
Makara Sains , 15 (1), 1.
2. F. Fiya, Tri W. A., dan Widodo F. M.,
2015, Ekstraksi senyawa bioaktif Berdasarkan hasil penelitian yang telah
IV. Kesimpulan
sebagai antioksidan alami Spirulina dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
platensis Segar dengan Pelarut yang bahwa, identifikasi metabolit sekunder
Berbeda, JPHPI, 18(1), 33-34. terhadap masing-masing ekstrak daun
3. Rusyana, Yaya, 2013, Taksonomi Ficus kayu ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.)
aurata (Miq.) Miq., Jakarta. menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana
4. Nurhamidah, Nurdin H., Y. Manjang, mengandung fenolikdan steroid, ekstrak
A. Dharma, dan Suryati, 2015, etil asetat mengandung fenolik, flavonoid,
screening and triterpenoid dan steroid serta ekstrak
Phytochemical
antioxidant activity from fruit and leaf metanol mengandung fenolik, flavonoid,
extracts of Ficus aurata (Miq.) Miq. triterpenoid dan steroid. Semua ekstrak
Journal of Chemical and Pharmaceutical daun kayu ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.)
Research, 7(11), 270. memiliki aktivitas antioksidan. Aktivitas
5. Nurhamidah, Nurdin H., Y. Manjang,
14. Kurniawati, Maya, 2007, Penentuan
Antioksidan untuk Phytochemical
A. Dharma, dan Suryati, 2015,
Formula
Menghambat Ketengikan pada Bumbu antioxidant activity from fruit and leaf
screening
and
Ayam Goreng Kalasan Selama Satu extracts of Ficus aurata (Miq.) Miq.,
Bulan, Fakultas Teknologi Pertanian Journal of Chemical and Pharmaceutical
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Research, 7(11), 272.
15. Anggraeni, D., dan Erwin. 2015, Uji
6. Donia, Gamal A., 2013, Chemical Fitokimia dan Uji Toksisitas ( Brine constituents and protective effect of
Shrimp Lethality Test ) Ekstrak Daun Ficus ingen (Miq.) Miq. On carbon
Kelakai (Stenochlaena palustris), Kimia tetracloride-induced
FMIPA Universitas Mulawarman , 74. damage in male wistar albino rats,
acute
liver
16. F. Roslizawaty, dan D. Pertiwi, 2014, Journal of Saudi chemical society , 17(1),
Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Sarang 125-133.
Semut Lokal Aceh (Mymercodia sp.)
7. Indraswari A,
dengan Metode BSLT Terhadap Larva Pembuatan Ekstrak Daun Dewandaru
Optimasi
Udang Artemia salina Leach, Jurnal (Eugenia uniflora L.) Menggunakan
Medika Veterinaria, 8(1),60-61. Metode Maserasi dengan Parameter
17. A. W. Ningdyah, Andi H. A., dan A. Kadar Total Senyawa Fenolik dan
Jayuska, 2015, Uji Toksisitas dengan Flavonoid,
Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Muhammadiyah Surakarta , 6.
Terhadap Hasil Fraksinasi
8. Aksara R., Weny J.A. Musa, dan La A., Ekstrak Kulit Buah Tampoi (Baccaurea 2013, Identifikasi Senyawa Alkaloid
macrocarpa ). JKK, 4(1),75-83. Dari Ekstrak Metanol Kulit Batang
18. Sari A., Nora I., L. Destiarti, dan L. Mangga (Mangifera indica L), JURNAL
2014, Uji Aktivitas ENTROPI , 8(1), 1.
Arianie.,
Antioksidan Daging Buah Asam Paya
9. Gamal A. S., Ahmed M. Z., dan Saleh (Eleiodoxa conferta Burret) dengan
I. A., 2013, Chemical constituents and Metode DPPH dan Tiosianat, JKK, protective e ffect of Ficusingens (Miq.)
3(1),49-56.
Miq. on carbon
19. Edi S., dan Frenly W., 2015 Aktivitas inducedacute liver damage in male
tetrachloride-
Penangkap Radikal Bebas dari Ekstrak Wistar albino rats, Journal of Saudi
Fenolik Daun Sukun (Artocarpus altilis Chemical Society , 17, 125-133.
F.), Jurusan Kimia Universitas Sam
10. Enitome E. B, Chiew V. L., dan Ratulangi, Manado. Edward G. R., 2013, The leaves of Ficus
20. H. Handayani, F. Heppy, dan exasperata Vahl (Moraceae) generates
2016, Ekstraksi uterine active chemical constituents.
Sriherfyna,
Antioksidan Daun Sirsak Metode Journal of Ethnopharmacology , 145, 803 –
Ultrasonic Bath (Kajian Rasio Bahan : 812.
Pelarut dan Lama Ekstraksi), Jurnal
11. Pathom S., Rutt S., dan Anumart B., Pangan dan Agroindustri , 4(1),262-272. 2013,
21. Egi A. M., I. A. R. Asih, dan Made A., phenolic
New sesquiterpenes
2012, Isolasi dan Uji Aktivitas foveolata , Fitoterapia, 85,1-7. Antioksidan Senyawa Flavonoid dari
12. Widorini O. R. Taslim E. Isolasi dan Ekstrak Daun Jambu Biji Putih Identifikasi Senyawa 1-hidroksi 6,7
(Psidium guajava Linn), Jurusan Kimia dimetoksi-
FMIPA Universitas Udayana, Bali. piranosanton Dari Ekstrak Metanol
dimetil
22. Adi A. S., Nurhayati B., dan Yuszda K. Kulit Batang Garcinia cylindrocarpa,
S., 2013, Penentuan Kandungan Jurnal Sains dan Seni Pomits , 1(1), 1-2.
Fenolik
Total dan Aktivitas
13. Miryanti, A., Lanny S., dan K. Antioksidan dari Rambut jagung (Zea Budiono, 2013, Ekstraksi Antioksidan
mays l. ) yang Tumbuh di Daerah dari Kulit Buah Manggis (Garcinia
Gorontalo, Kimia Universitas Negeri mangostana L .), Jurnal Ilmu Pengetahuan
Gorontalo , Gorontalo. Alam UI ., 7-8.
23. Riza A., dan Hari S., 2012, Penetapan
25. Minhatun N., Tukiran, S., dan Nurul Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol
H., 2014, Uji Skrining Fitokimia pada Kelopak
Ekstrak Heksan, Kloroform dan (Hibiscus sabdariffa Linn) dengan
Metanol dari Tanaman Patikan Kebo Variasi
Tempat Tumbuh Secara (Euphorbiae hirtae ), Kimia FMIPA Spektrofotometri,
Jurnal
Ilmiah
Universitas Negeri Surabaya , Surabaya.
Kefarmasian, 2(1), 73-80.
24. Evi U.U., M. Amrun H., 2007, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose), Jurnal ILMU DASAR, 8(1), 83-
90.
PROFIL AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH DAN TOTAL FENOLIK DARI EKSTRAK DAUN PACAR CINA
Miftahul Khairah*, Mai Efdi, Afrizal
Laboratorium Kimia Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
*E-mail: thakhairah@gmail.com Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract: Pacar cina is one of the plants that are found in Indonesia. Phytochemical test results show that the plant tested positive for phenolic which is the active compound for antioxidant. All of tested sample is pacar cina leaves extract , the extraction methode for pacar cina leaves is maceration, extraction process using three solvent, that are hexane, ethyl acetate, and methanol. Each extract were tested antioxidant activity with 1,1- diphenyl-2-picrilhidrazyl (DPPH), and the ethyl acetate extract is the most active antioxidant with Inhibition Concentration (IC 50) value is 16.46 mg/L and the highest value of the total phenolic content is 566,24 GAE/10 mg dry extract.
Keywords: Pacar cina, antioxidant, phenolic total
sebagai obat-obatan, dimana daunnya Indonesia merupakan salah satu negara
I. Pendahuluan
digunakan sebagai obat memar, bisul, diare, yang kaya akan sumber daya alam hayati
stimulan jantung, dan obat peradangan, yang beraneka ragam jenisnya (Biodiversity).
sedangkan bunganya digunakan sebagai Indonesia juga merupakan salah satu dari
obat batuk, pusing, sukar menelan, dan obat tujuh
untuk membantu persalinan 9 . Brazilia, Australia, Kolombia, Madagaskar, Meksiko, dan Zaire. Keanekaragaman
negara megabiodiversiti ,
seperti
banyaknya tumbuhan ini hayati hutan tropis Indonesia adalah
Melihat
ditemukan di Indonesia, serta manfaat yang gudang senyawa organik bahan alam yang
diberikan, peneliti memutuskan untuk mempunyai
melakukan penelitian mengenai tumbuhan beranekaragam dengan aktivitas yang luar
struktur
molekul
pacar cina. Hasil uji pendahuluan fitokimia biasa 1 .
daun pacar cina diketahui bahwa daun ini mengandung senyawa metabolit sekunder
Salah satu tumbuhan yang ada di Indonesia fenolik yang merupakan senyawa yang adalah keluarga Meliaceae yang dapat
berperan dalam aktivitas antioksidan. tumbuh di daerah tropis dan subtropics.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada Tanaman berkayu ini terdiri dari 50 genus
penelitian ini dilakukan uji aktivitas dan 550 spesies, dari family Meliaceae ini
antioksidan menggunakan metode DPPH telah diujikan pada beberapa aktivitas
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil ) serta kandungan biologis, seperti aktivitas sitotoksik dari
total fenolik terhadap ekstrak serta fraksi Sandoricum
hasil kromatografi kolom dari daun pacar
antileukimia dari Toona sinensis 3 . Aglaia
cina.
merupakan genus terbesar dari keluarga
Tumbuhan pacar cina memiliki berbagai Aglaia odorata salah satu spesies dari genus
Meliaceae, yang terdiri dari 130 spesies 4 .
macam kandungan diantaranya minyak Aglaia yang banyak tumbuh di Indonesia,
saponin, flavonoid, yaitu di Sumatera, Kalimantan, Jawa,
asiri,
alkaloid,
terpenoid, triterpenoid, alkaloid, tannin Sulawesi, Bali, dan Flores. Aglaia odorata
arilpropanoid, dimer arilpropanoid (lignan), atau yang dikenal dengan pacar cina
asam sinamat, dan odorin. Genus Aglaia memiliki banyak senyawa aktif untuk
mengandung minyak atsiri, alkaloid,
flavonoid, tanin, lignan, bakteri 6 ,
bioaktivitas, seperti anti insektisida 5 , anti
saponin,
aminopirolidin, odorin, dan 5’-epiodorin antikanker 8 . Tanaman ini banyak digunakan
aktifitas
sitotoksik 7 ,
dan dan
saponin, dan fenolik.
aglain, dan aglaforbesin) dan turunan benzo[b]oksepin
(forbaglin
dan
a. Pemeriksaan flavonoid
tapoksepin) 10 . Sebanyak 1 mL lapisan air yang sudah dipisahkan dimasukkan kedalam tabung
II. Metodologi Penelitian
reaksi, ditambahkan dengan asam klorida
beberapa butir serbuk Destilat (heksana, etil asetat, metanol),
2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi
pekat
dan
magnesium. Pewarnaan orange sampai pereaksi uji fitokimia yaitu kloroform
merah menunjukkan hasil positif flavonoid.
(CHCl 3 ), akuades, besi(III)klorida (FeCl 3 ),
raksa(II) klorida (HgCl 2 ), kalium iodide (KI),
b. Pemeriksaan fenolik
serbuk magnesium (Mg), dan asam klorida Sebanyak 1 mL larutan dimasukkan
pekat (HCl), anhidrida asetat (C 4 H 6 O 3 ),
kedalam
tabung
reaksi. Kemudian
sedikit larutan besi(III) dan natrium hidroksida (NaOH). Silika gel
asam sulfat pekat (H 2 SO 4 ), ammonia (NH 3 ),
ditambahkan
klorida. Fenolik membentuk kompleks (0,063 – 0,200 mm) , plat KLT ( silika gel 60
dengan besi(III) klorida menghasilkan
F 254 ) . 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH), warna biru atau ungu tua. asam galat , reagen Folin-Ciocalteu, natrium karbonat (Na 2 CO 3 ). Peralatan Grinder,
c. Pemeriksaan saponin
seperangkat alat distilasi, seperangkat alat Sebanyak 1 mL lapisan air dimasukkan Rotary Evaporator (BUCHI), Oven, Botol
kedalam tabung reaksi. Kemudian dikocok gelap, Kolom Kromatografi (diameter 5cm,
kuat-kuat, apabila terbentuk busa yang panjang 80 cm), Pipet Mikro, Mikro plat 96
tidak hilang dalam 5 menit, dan dengan well , Spektrofotometer, Neraca Analitik,
penambahan beberapa tetes asam klorida Chamber , Spatula, Pipa Kapiler, Lampu UV
pekat tetap menunjukkan adanya busa, hal (λ254 nm dan 365 nm), botol vial, saringan
ini menunjukkan positif saponin. teh, kertas saring, dan alat-alat gelas lainnya yang lazim digunakan dalam penelitian
d. Pemeriksaan triterpenoid dan steroid
kimia organik. Lapisan kloroform diteteskan pada tiga lubang plat tetes. Plat 1 ditambah asam
2.2. Prosedur penelitian sulfat pekat, plat kedua ditambahkan asam
Preparasi Sampel
sulfat pekat dan anhidrida asetat, plat 3 Sampel segar daun pacar cina sebanyak 10
ditambahkan lapisan kloroform saja sebagai kg dikering anginkan di dalam ruangan
pembanding. Pewarnaan merah atau merah selama 3 minggu, kemudian sampel
ungu memberikan hasil positif triterpenoid digrinder hingga didapatkan sampel dalam
sementara warna hijau atau hijau biru bentuk serbuk kering sebanyak 4,5 kg,
memberikan hasil positif steroid. sampel disimpan dalam botol kaca gelap.
e. Pemeriksaan alkaloid Uji profil fitokimia daun pacar cina
Sampel digerus dalam lumpang bersama Sampel seberat 1 gram dimasukkan ke
sedikit pasir dan 10 mL kloroform. dalam tabung reaksi, ditambahkan dengan
Kemudian ditambahn 10 mL campuran kloroform dan air suling perbandingan 1:1
kloroform-amoniak dan difiltrasi. Filtrat sebanyak 5 mL, dilakukan pengocokan,
yang didapatkan ditambah dengan asam kemudian didiamkan hingga terbentuk dua
sulfat 2N, didiamkan hingga membentuk lapisan
dua lapisan, lapisan asam pada bagian atas merupakan lapisan kloroform, lapisan atas
kloroform-airlapisan
bawah
dipisahkan lalu ditambahkan pereaksi merupakan lapisan air. Dipisahkan lapisan
Meyer. Hasil positif alkaloid ditandai air dengan cara dekantasi ke dalam tabung
dengan timbulnya kekeruhan hingga reaksi yang lain. Lapisan kloroform
endapan bewarna putih. digunakan untuk pemeriksaan senyawa triterpenoid dan steroid. Lapisan air
96 well. Setiap larutan uji dan larutan Lapisan air dimasukkan dalam tabung
f. Pemeriksaan kumarin
plate
DPPH 0,1mM diperlakukan secara triplo, reaksi, kemudian ditambah pelarut
campuran dibiarkan selama 30 menit setelah metanol dan selanjutnya dipanaskan. Filtrat
penambahan DPPH 0,1 mM. Pengerjaan yang didapatkan, ditotolkan pada plat KLT
yang menggunakan DPPH dilakukan dan
diruangan gelap. Larutan kontrol negatif perbandingan eluen tertentu. Hasil elusi
serta blanko dimasukkan juga ke dalam diamati dibawah sinar UV (λ= 254 nm dan
microplat 96 well . Selanjutnya diukur 356nm). Adanya fluorisensi biru yang
absorban dari masing-masing larutan uji, diberikan menandakan positif mengandung
blanko dan kontrol negatif pada panjang kumarin
gelombang 517 nm. Berdasarkan absorban yang didapatkan, dihitung % inhibisi
Ekstraksi Senyawa dari Daun Pacar Cina
dengan rumus berikut 11 : Proses ekstraksi daun pacar cina dilakukan dengan metode maserasi. Sampel pertama
kali direndam dengan pelarut heksan,
bsorban ontrol n gati bsorban samp l
inhibisi=
bsorban ontrol n gati
proses maserasi dilakukan hingga maserat
yang didapatkan telah bewarna bening.
Uji kandungan total fenolik
Maserat disaring
untuk
selanjutnya
a. Pembuatan larutan standar
dipekatkan menggunakan rotary evaporator
induk dibuat dengan hingga didapatkan ekstrak pekat heksan.
Larutan
melarutkan 10 mg asam galat dalam labu Ampas yang tersisa dari hasil maserasi ukur 10 mL menggunakan pelarut metanol direndam kembali dengan pelarut etil
hingga didapatkan konsentrasi 1000 mg/L. asetat, dan dilanjutkan dengan pelarut Variasi konsentrasi dibuat dengan memipet metanol.
0,1; 0,2; 0,4; 0,6; dan 0,8 mL dari larutan
induk, kemudian dimasukkan ke dalam
Uji aktivitas antioksidan
labu ukur 10 mL. Kedalam setiap labu
a. Pembuatan larutan DPPH
ditambahkan 0,5mL reagen Folin-Ciocalteu Sebanyak 4 mg DPPH kemudian dan didiamkan selama 5 menit. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan juga 1 mL larutan natrium dilarutkan dengan metanol sampai tanda karbonat 20%, dan diencerkan dengan batas sehingga didapatkan larutan DPPH akuades sampai tanda batas. Campuran 0,1 mM. didiamkan selama 120 menit. Nilai
b. Pembuatan larutan uji
absorbannya
diukur pada panjang gelombang 760 nm. Berdasarkan nilai
Larutan uji dibuat dengan cara melarutkan
10 mg ekstrak etil asetat dengan metanol ke absorban yang didapatkan, dibuat kurva kalibrasi dan didapatkan persamaan regresi
dalam labu ukur 10 mL, didapatkan konsentrasi larutan induk sebesar 1000
dari larutan standar.
mg/L. Selanjutnya dibuat limavariasi
b. Pembuatan larutan uji
konsentrasi dari larutan induk dengan metode pengenceran. Variasi konsentrasi
Sebanyak 10 mg ditimbang dari masing- masing ekstrak dan dilarutkan dalam 10 mL
berturut-turut adalah 50, 100, 150, 200, dan 250 mg/L.
metanol sehingga didapatkan konsentrasi sebesar
1000mg/L. 0,5 mL larutan
dimasukkan dalam labu ukur 10 mL. Ke Masing-masing variasi konsentrasi larutan
c. Pengujian aktivitas antioksidan
dalam labu ukur ditambahkan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu dan didiamkan
uji dipipet sebanyak 0,1 mL menggunakan pipet mikro, kemudian dimasukkan ke
selama lima menit. Kemudian ditambahkan