BAB I perilaku seks bebas

(1)

Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja awal terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, dkk., 2002). Selain itu perubahan fisik yang terjadi pada masa ini adalah terjadinya kematangan fungsi jasmaniah yang biologis berupa kematangan kelenjar kelamin yaitu testis pada anak laki-laki dan ovarium pada anak perempuan.Keduanya merupakan tanda-tanda kelamin primer.Sebelumnya peristiwa ini didahului oleh tanda-tanda kelamin sekunder yang secara kronologis mendahului ciri-ciri primer seperti tumbuhnya kumis, dan memberatnya suara pada remaja pria serta pertumbuhan payudara pada remaja wanita.Perubahan dari anak-anak menjadi dewasa bukan hanya mengakibatkan terjadinya perubahan fisik dan psikologis tetapi juga melibatkan kematangan fungsi seksual.

Menurut Sarlito (2007), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual pada remaja timbul karena dipengaruhi faktor faktor berikut yaitu perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan. Bentuk


(2)

perilaku seksual yang paling awal adalah eksplorasi.Rasa ingin tahu mengakibatkan adanya eksplorasi.Eksplorasi memiliki dua bentuk, yaitu secara intelektual dan manipulasi. Secara intelektual akan menuntun remaja untuk menanyakan hal-hal tertentu atau membaca buku-buku untuk mendapatkan jawaban dari pertanyan-pertanyaan (ketika remaja takut untuk bertanya). Ketika remaja tidak dapat memenuhi rasa ingin tahunya secara tidak langsung melalui pendekatan intelektual, mereka melakukan pendekatan secara langsung yang melibatkan teknik manipulasi yaitu dengan cara mengeksplorasi organ seksnya sendiri juga organ seks orang lain.

Bentuk perilaku seksual yang memuncak pada saat pubertas dan remaja adalah masturbasi.Masturbasi adalah perangsangan diri dengan memainkan tangan atau alat-alat lainnya ke bagian-baian tubuh yang sensitif, terutama alat kelaminnya.Biasanya hingga tercapai orgasme dan pelepasan tegangan seksual. Selain masturbasi, bentuk perilaku seksual yang dapat timbul pada remaja adalah homoseksual play yang merupakan bentuk perilaku seksual yang dilakukan individu dengan orang lain yang berjenis kelamin sama dengannya. Ketika remaja laki-laki dan perempuan menjadi matang secara seksual, dorongan seks secara normal akan diarahkan kepada lawan jenisnya. Akibatnya terjadi peningkatan dalam heteroseksual play yang biasa terjadi ketika remaja berpacaran. Selain itu, agresif sex play merupakan bentuk perilaku seksual yang dilakukan dengan memaksa pasangannya.

Masa perkembangan remaja yang semakin meningkat terhadap tuntutan seksualitas ditambah kecenderungan remaja memiliki rasa ingin tahu yang


(3)

tinggi terhaadap sesuatu, makin mendorong remaja untuk melakukan berbagai hal dalam memenuhi rasa ingin tahu tersebut. Dimulai dari pencarian informasi yang ia butuhkan sampai ke arah tindakan mencoba. Menurut (Piaget dalam Papalia dkk., 2001) walaupun remaja telah mempunyai kematangan kognitif, namun dalam kenyataan mereka belum mampu mengolah informasi dengan benar. Akibatnya perilaku seksual remaja sering tidak terkontrol dengan baik.Selain itu, rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui sangat mempengaruhi remaja melakukan perilaku seksual aktif yang beresiko, karena pada umumnya remaja ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri (learning by doing).

Dr Eddy Hasmi, Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi BKKBN dalam makalahnya di Taipei mengutip penelitian psikiater Prof Dadang Hawari tahun 1994 bahwa 21,8 persen remaja di Bandung, 30,9 persen di Bogor, dan 26,5 persen di Sukabumi telah melakukan hubungan seks premarital.(http://www.gratis45.com/cintaseks/artikel-remaja-asia-beresiko.html)

Persentase remaja laki-laki yang mempunyai teman laki-laki yang pernah melakukan hubungan seksual adalah 34,9%, sedang yang mempunyai teman perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah sebesar 24%. Remaja perempuan yang mempunyai teman laki-laki yang pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah 14,4% dan yang menyatakan mempunyai teman perempuan yang pernah melakukan


(4)

hubungan seksual sebelum menikah adalah 31,2% (LDFE-UI, 1999). Remaja usia 15-24 tahun yang pernah melakukan hubungan seksual untuk remaja putri 1%, remaja pria 5 % (SKRRI 2002-2003). Remaja wanita yang diskusi kesehatan reproduksi dengan orangtuanya (49%), sedangkan remaja pria hanya 13%. Sementara itu, 51% remaja wanita dan 47% remaja pria mendapat pelajaran kesehatan reproduksi dari sekolah saat di tingkat SLTP (SKRRI 2002-2003). Remaja umur 10-24 tahun yang mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi/KR dari guru (32%), tokoh agama (13%), dokter (9%), bidan/perawat (8%), tokoh masyarakat (7%) (SIPI 2003).Membahas tentang seksual, remaja pria lebih senang dengan teman sebaya (24,4%), remaja perempuan lebih senang dengan pasangannya (46%) (YKB, 1993). (www.facebook.com/note.php?note_id=206733608400 –)

Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.Dampak dari perilaku seksual pranikah pada remaja ini adalah semakin tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini disebabkan karena hampir semua remaja yang pernah melakukan hubungan seks melakukannya tanpa alat kontrasepsi sama sekali (Sarwono,2007). Di samping itu, kehamilan yang tidak diinginkan seringkali berakhir dengan aborsi dan banyak diantaranya yang tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli (Sarwono,2007). Resiko medis pengguguran kandungan pada remaja cukup tinggi seperti pendarahan, komplikasi akibat aborsi yang tidak aman, sampai kematian ibu (Kilbourne-Brook,2000).


(5)

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarlito (2007) adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko penularan HIV.Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah, dan berdosa. Sedangkan dampak social yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut (Sarwono,2007).

Oleh karena itu, memandang bahwa keperawatan sebagai bagian integral dari sistem kesehatan di Indonesia yang turut menentukan dalam menanggulangi masalah kesehatan anak dan remaja, maka dipandang perlu adanya pengkajian di bidang ini. Tersedianya berbagai fasilitas hiburan umum ditambah dengan pengawasan yang semakin longgar dari keluarga memungkinkan remaja untuk cenderung melakukan perilaku seksual beresiko seperti berpacaran, berciuman atau bahkan bersenggama. Sehingga perawat dalam memberikan asuhan mempunyai peran dan fungsi sebagai konselor dan pendidik, dimana perawat mempunyai andil yang cukup besar dalam memberikan informasi pada remaja SMP tentang kesehatan reproduksi, khususnya masalah perilaku seksual pranikah.


(6)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMP PGRI Cikembar, diketahui bahwa siswa siswi di SMP tersebut cenderung berperilaku seksual aktif beresiko. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa siswi kelas IX SMP PGRI Cikembar mengenai perilaku seksual yang sering dilakukan, diperoleh keterangan bahwa banyak siswa siswi yang berpacaran dan seringkali menghindari keramaian untuk kemudian berpacaran di pinggir atau belakang sekolah. Dari 20 siswa yang ditanya, 16 di antaranya mengaku pernah melakukan hubungan seksual seperti berpelukan dan berciuman. Siswa tersebut mengatakan hal itu wajar dilakukan karena dilakukan dengan sukarela dan atas dasar suka sama suka. Tetapi ketika ditanya mengenai perilaku seks bebas, kebanyakan siswa mengaku tidak mengerti mengenai hal tersebut. Hal ini menjadi kesenjangan antara pengakuan akan ketidaktahuannya mengenai perilaku seks bebas tetapi dapat atau pernah melakukan perilaku seks bebas tersebut.

Menyadari bahwa remaja merupakan sumber daya potensial bagi Negara, maka sebagai petugas kesehatan, perawat memiliki andil dalam membentuk perilaku yang sehat seperti tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah yang dapat berakibat timbulnya berbagai dampak negatif yang merugikan bagi remaja. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DI SMP PGRI CIKEMBAR”


(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian, maka penulis tergerak untuk mengetahui bagaimana “gambaran pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual pranikah di SMP PGRI Cikembar?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual pranikah di SMP PGRI Cikembar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi :

1. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMP PGRI Cikembar terhadap perilaku seksual pranikah dalam bentuk eksplorasi.

2. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMP PGRI Cikembar terhadap perilaku seksual pranikah mengenai masturbasi.

3. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMP PGRI Cikembar terhadap perilaku seksual pranikah mengenai homosexual play. 4. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMP PGRI Cikembar

terhadap perilaku seksual pranikah mengenai heteroseksual play. 5. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMP PGRI Cikembar


(8)

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini dibatasi pada pengetahuan siswa-siswi kelas IX tentang perilaku seksual pranikah di SMP PGRI Cikembar tahun ajaran 2010-2011.

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual pranikah, sehingga dapat menjadi langkah awal bagi perawat untuk merencanakan pemberian pendidikan dan pelayanan di bidang kesehatan reproduksi remaja.Selain itu, sebagai tindakan preventif dan promotif untuk mencegah dampak negatif yang ditimbulkan dari sikap remaja yang mendukung terhadap perilaku seksual pranikah.

1.5.2 Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak sekolah terutama guru BK (Bimbingan Konseling), guru pembina PMR (Palang Merah Remaja) dan UKS (Unit Kesehatan Sekolah), mengenai gambaran pengetahuan siswanya terhadap perilaku seksual pranikah.Sehingga pihak institusi dapat menyusun langkah-langkah selanjutnya untuk dapat mengembangkan pengetahuan siswa-siswinya terhadap perilaku seksual pranikah kearah yang lebih baik.


(9)

1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah khasanah bacaan/kepustakaan Diploma III Keperawatan Poltekes Yapkesbi Sukabumi dan ilmu mengenai pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual pranikah, serta diharapkan dapat dikembangkan melalui penelitian selanjutnya.

1.5.4 Bagi Responden

Dapat menambah pengetahuan remaja mengenai perilaku seksual pranikah, sehingga menjadi masukan dalam menyikapi informasi dan fenomena yang terjadi di kalangan remaja mengenai perilaku seksual pranikah tersebut.

1.5.5 Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat umum mengenai perilaku seksual pranikah sehingga dapat menjadi kontrol sosial agar perilaku seksual pranikah di kalangan remaja dapat ditekan dan tidak terus bertambah.

1.5.6 Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis dan menambah pengalaman dalam melakukan penelitian serta dapat menerapkan ilmu yang dipelajari saat perkuliahan dengan kenyataan di lapangan.Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya mengenai perilaku seksual pranikah pada remaja.


(1)

hubungan seksual sebelum menikah adalah 31,2% (LDFE-UI, 1999). Remaja usia 15-24 tahun yang pernah melakukan hubungan seksual untuk remaja putri 1%, remaja pria 5 % (SKRRI 2002-2003). Remaja wanita yang diskusi kesehatan reproduksi dengan orangtuanya (49%), sedangkan remaja pria hanya 13%. Sementara itu, 51% remaja wanita dan 47% remaja pria mendapat pelajaran kesehatan reproduksi dari sekolah saat di tingkat SLTP (SKRRI 2002-2003). Remaja umur 10-24 tahun yang mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi/KR dari guru (32%), tokoh agama (13%), dokter (9%), bidan/perawat (8%), tokoh masyarakat (7%) (SIPI 2003).Membahas tentang seksual, remaja pria lebih senang dengan teman sebaya (24,4%), remaja perempuan lebih senang dengan pasangannya (46%) (YKB, 1993). (www.facebook.com/note.php?note_id=206733608400 –)

Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.Dampak dari perilaku seksual pranikah pada remaja ini adalah semakin tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini disebabkan karena hampir semua remaja yang pernah melakukan hubungan seks melakukannya tanpa alat kontrasepsi sama sekali (Sarwono,2007). Di samping itu, kehamilan yang tidak diinginkan seringkali berakhir dengan aborsi dan banyak diantaranya yang tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli (Sarwono,2007). Resiko medis pengguguran kandungan pada remaja cukup tinggi seperti pendarahan, komplikasi akibat aborsi yang tidak aman, sampai kematian ibu (Kilbourne-Brook,2000).


(2)

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarlito (2007) adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko penularan HIV.Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah, dan berdosa. Sedangkan dampak social yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut (Sarwono,2007).

Oleh karena itu, memandang bahwa keperawatan sebagai bagian integral dari sistem kesehatan di Indonesia yang turut menentukan dalam menanggulangi masalah kesehatan anak dan remaja, maka dipandang perlu adanya pengkajian di bidang ini. Tersedianya berbagai fasilitas hiburan umum ditambah dengan pengawasan yang semakin longgar dari keluarga memungkinkan remaja untuk cenderung melakukan perilaku seksual beresiko seperti berpacaran, berciuman atau bahkan bersenggama. Sehingga perawat dalam memberikan asuhan mempunyai peran dan fungsi sebagai konselor dan pendidik, dimana perawat mempunyai andil yang cukup besar dalam memberikan informasi pada remaja SMP tentang kesehatan reproduksi, khususnya masalah perilaku seksual pranikah.


(3)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMP PGRI Cikembar, diketahui bahwa siswa siswi di SMP tersebut cenderung berperilaku seksual aktif beresiko. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa siswi kelas IX SMP PGRI Cikembar mengenai perilaku seksual yang sering dilakukan, diperoleh keterangan bahwa banyak siswa siswi yang berpacaran dan seringkali menghindari keramaian untuk kemudian berpacaran di pinggir atau belakang sekolah. Dari 20 siswa yang ditanya, 16 di antaranya mengaku pernah melakukan hubungan seksual seperti berpelukan dan berciuman. Siswa tersebut mengatakan hal itu wajar dilakukan karena dilakukan dengan sukarela dan atas dasar suka sama suka. Tetapi ketika ditanya mengenai perilaku seks bebas, kebanyakan siswa mengaku tidak mengerti mengenai hal tersebut. Hal ini menjadi kesenjangan antara pengakuan akan ketidaktahuannya mengenai perilaku seks bebas tetapi dapat atau pernah melakukan perilaku seks bebas tersebut.

Menyadari bahwa remaja merupakan sumber daya potensial bagi Negara, maka sebagai petugas kesehatan, perawat memiliki andil dalam membentuk perilaku yang sehat seperti tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah yang dapat berakibat timbulnya berbagai dampak negatif yang merugikan bagi remaja. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DI SMP PGRI CIKEMBAR”


(4)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian, maka penulis tergerak untuk mengetahui bagaimana “gambaran pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual pranikah di SMP PGRI Cikembar?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual pranikah di SMP PGRI Cikembar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi :

1. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMP PGRI Cikembar terhadap perilaku seksual pranikah dalam bentuk eksplorasi.

2. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMP PGRI Cikembar terhadap perilaku seksual pranikah mengenai masturbasi.

3. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMP PGRI Cikembar terhadap perilaku seksual pranikah mengenai homosexual play. 4. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMP PGRI Cikembar

terhadap perilaku seksual pranikah mengenai heteroseksual play. 5. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMP PGRI Cikembar


(5)

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini dibatasi pada pengetahuan siswa-siswi kelas IX tentang perilaku seksual pranikah di SMP PGRI Cikembar tahun ajaran 2010-2011.

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual pranikah, sehingga dapat menjadi langkah awal bagi perawat untuk merencanakan pemberian pendidikan dan pelayanan di bidang kesehatan reproduksi remaja.Selain itu, sebagai tindakan preventif dan promotif untuk mencegah dampak negatif yang ditimbulkan dari sikap remaja yang mendukung terhadap perilaku seksual pranikah.

1.5.2 Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak sekolah terutama guru BK (Bimbingan Konseling), guru pembina PMR (Palang Merah Remaja) dan UKS (Unit Kesehatan Sekolah), mengenai gambaran pengetahuan siswanya terhadap perilaku seksual pranikah.Sehingga pihak institusi dapat menyusun langkah-langkah selanjutnya untuk dapat mengembangkan pengetahuan siswa-siswinya terhadap perilaku seksual pranikah kearah yang lebih baik.


(6)

1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah khasanah bacaan/kepustakaan Diploma III Keperawatan Poltekes Yapkesbi Sukabumi dan ilmu mengenai pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual pranikah, serta diharapkan dapat dikembangkan melalui penelitian selanjutnya.

1.5.4 Bagi Responden

Dapat menambah pengetahuan remaja mengenai perilaku seksual pranikah, sehingga menjadi masukan dalam menyikapi informasi dan fenomena yang terjadi di kalangan remaja mengenai perilaku seksual pranikah tersebut.

1.5.5 Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat umum mengenai perilaku seksual pranikah sehingga dapat menjadi kontrol sosial agar perilaku seksual pranikah di kalangan remaja dapat ditekan dan tidak terus bertambah.

1.5.6 Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis dan menambah pengalaman dalam melakukan penelitian serta dapat menerapkan ilmu yang dipelajari saat perkuliahan dengan kenyataan di lapangan.Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya mengenai perilaku seksual pranikah pada remaja.