6
PEDOMAN RESTOKING JENIS IKAN TERANCAM PUNAH
7
PEDOMAN RESTOKING JENIS IKAN TERANCAM PUNAH
ada atau untuk menciptakan populasi yang sebelumnya tidak ada. Baik stocking maupun restoking dapat memiliki tujuan sama dari sisi keberlanjutan perikanan
tangkap, namun restoking memiliki kepentingan khusus dalam mempertahankan keanekaragaman hayati biodiversitas. Oleh sebab itu restoking bekerja sepenuhnya
dengan ikan liar asli native wild stock dari suatu habitat perairan, yang mana sebagian dari populasinya diambil untuk dipijahkan dan anakannya dikembalikan ke habitat
aslinya. Idealnya, upaya ini mampu mempertahankan keragaman genetik plasma nutfah ikan-ikan asli tempatan. Oleh sebab itu, upaya restoking sering ditekankan
terhadap jenis asli atau endemik yang banyak mengalami tekanan kepunahan baik sebagai akibat dari tangkap lebih, degradasi habitat atau kombinasi keduanya.
Berdasarkan fakta-fakta yang diuraikan di atas, maka perlu dibuat suatu pedoman umum yang terkait dengan restoking jenis ikan asli dan endemik yang terancam
punah. Memfokuskan kepada jenis ikan terancam punah ini selaras dengan tupoksi dari Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan KKJI dalam rangka mempertahankan
eksitensi biodiversitas dan plasma nutfah ikan asli dan endemik di perairan Indonesia. Urgensi dari dokumen ini adalah dapat menciptakan kesamaan persepsi terkait deinisi,
konsep, pelaksanaan, dan monitoring dalam kegiatan ini. Kemudian hal ini diharapkan dapat mencegah terjadinya introduksi yang sebenarnya “didisain” sebagai restoking.
1.2. Tujuan
Pembuatan dokumen “Pedoman Umum Restoking Jenis Ikan Terancam Punah” adalah sebagai upaya yang dilakukan oleh Direktorat KKJI-KKP dalam rangka
perlindungan serta upaya konservasi ikan-ikan asli dan endemik Indonesia yang terancam punah. Oleh sebab itu, tujuan khusus dari pembuatan dokumen ini adalah:
a. Memberikan petunjuk tatacara restoking mulai tahap persiapan, pelaksanaan, hingga monitoringnya;
b. Memfasilitasi upaya produksi perikanan tangkap khususnya jenis-jenis ikan lokal dan terancam punah berdasarkan metode restoking yang benar;
c. Berperan dalam menjaga plasma nutfah ikan-ikan asli dan endemik dari kepunahan;
d. Keberlanjutan sumberdaya perikanan Indonesia.
1.3. Sasaran
Sasaran pengguna buku pedoman ini yaitu : pemerintah, pemerintah daerah, akademisi, pelaku usaha, praktisi, dan masyarakat.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman restoking ini meliputi: • Identiikasi dan penentuan jenis-jenis ikan yang terancam punah di suatu
perairan atau ekosistem; • Restoking dilakukan pada perairan umum tawardaratan, payau, dan laut;
• Penyusunan rancangan kegiatan desain restoking berdasarkan hasil identiikasi kondisi lapangan yaitu penyebab menurunnya populasi jenis ikan
yang akan direstoking; • Pelaksanaan restoking mulai pemilihan jenis ikan sampai dengan penebaran;
• Pemantauan dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan restoking.
1.5. Landasan Hukum
Pedoman ini disusun mengacu pada peraturan perundangan sebagai berikut: • Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. • Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations
Convention on Biological Diversity. • Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
• Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
• Peraturan Pemerintah RI No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfatan Tumbuhan dan Satwa Liar.
• Peraturan Pemerintah RI No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan.
• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15MEN2009 tentang jenis ikan dan wilayah penebaran kembali serta penangkapan ikan berbasis
budidaya. • Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 41MEN2014 tentang
Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya Dari Luar Negeri Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia
8
PEDOMAN RESTOKING JENIS IKAN TERANCAM PUNAH
9
PEDOMAN RESTOKING JENIS IKAN TERANCAM PUNAH
BaB II
POTENSI DAN ANCAMAN JENIS IKAN DI PERAIRAN
2.1. Tipe Perairan