8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kelelahan
2.1.1 Definisi Kelelahan
Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh
Suma’mur P.K., 1996:190. Kelelahan fatigue merupakan suatu perasaan yang bersifat subyektif. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga
untuk melakukan suatu kegiatan A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2000:86. Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi,
performans kerja dan berkurangnya kekuatanketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan Sritomo Wignjosoebroto, 2003:283.
2.1.2 Mekanisne Kelelahan
Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta membuang
sisa metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang banyak dari persediaan ATP terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya
aliran darah pada otot ketika berkontraksi, otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen sehingga menyebabkan terjadinya kelelahan Gempur Santoso,
2004:47. Konsep kelelahan dewasa ini sudah dilakukan percobaan-percobaan yang
luas terhadap manusia dan hewan. Menyatakan bahwa kelelahan adalah reaksi
9
fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, sistem antagonistik yang mempengaruhi adalah sistem penghambat inhibisi dan sistem penggerak
aktivasi. Sistem penghambat terhadap dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan
untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan
dalam tubuh kerarah bekerja, melarikan diri, berkelahi dll. Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja dua sistem
antoginistik tersebut. Apabila sistem penghambat lebih kuat, seseorang berada dalam kelelahan. Sebaliknya manakala sistem aktivasi lebih kuat, seseorang
berada dalam kondisi segar untuk bekerja Suma’mur,P.K., 1996: 191.
2.1.3 Gejala Kelelahan