PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DENGAN PROBLEM SOLVING

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

DENGANPROBLEM SOLVING

(Skripsi)

Oleh RESTI SUSANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)DENGAN PROBLEM SOLVING

ABSTRAK

Oleh: Resti Susanti

Kreativitas seorang guru dalam mengajar fisika di SMP menjadi faktor penting agar fisika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam kelas. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar fisika dan kemampuan berpikir kritis siswa antara model pembelajaranCLISdengan problem solvingdi kelas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika sebelum dan sesudah pembelajaran pada materi getaran dan gelombang dengan modelCLIS danproblem solving serta untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan modelCLISdanproblem solving. Desain penelitian adalahpretest-postest control group design. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII D dan VIII E di SMP Negeri 26 Bandar Lampung. Pengambilan sampel menggunakan teknikpurposive samplingdan teknik analisis data


(3)

Resti Susanti Hasil belajar fisika pada model pembelajaranCLISlebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaranproblem solving. Dengan nilai rata-rata hasil belajar model pembelajaranCLIS 76,97 dan nilai rata-rata model pembelajaranproblem solving 68,64. Kemampuan berpikir kritis siswa pada model pembelajaranCLIS lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaranproblem solving. Dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis model pembelajaranCLIS69,10 dan nilai rata-rata model pembelajaranproblem solving61,95.

Kata kunci : ModelCLISdan ModelProblem Solving, Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis


(4)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

DENGANPROBLEM SOLVING

Oleh Resti Susanti

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA ANTARA MODEL

PEMBELAJARANCHILDREN LEARNING

IN SCIENCE (CLIS)DENGANPROBLEM SOLVING

Nama Mahasiswa : Resti Susanti Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022044 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Agus Suyatna, M.Si Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

NIP. 19600821 198503 1 004 NIP. 19600301 198503 1 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Agus Suyatna, M.Si.

Sekretaris : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(7)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Resti Susanti

NPM : 0853022044

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Inpres No.2 Dusun Rejomulyo II Desa Banjar Negeri Kec.Natar Lampung Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, September 2012

Resti Susanti NPM. 0853022044


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Branti, pada tanggal 6 Februari 1990 anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sukarlan dan Ibu Siti Sofiah.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di TK Darussalam. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di SD Negeri 2 Banjar Negeri Kecamatan Natar, diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Tegineneng hingga tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Kartikatama Metro, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP 17 Gedongtataan. Dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan penelitian di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.


(9)

MOTTO

llah tidak membebani seseorang

(Q.S. Al-Baqarah : 286)

Berangkat dengan penuh keyakinan, Berjalan dengan penuh keikhlasan, Istiqomah dalam menghadapi cobaan. Yakin, Ikhlas, Istiqomah


(10)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Bapak Sukarlan dan Ibu Siti Sofiah tercinta, yang selalu memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan

keberhasilanku, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis. Semoga Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa selalu membahagiakan kalian.

2. Kakak-kakak Darusman dan Sulaiman motivasi, dukungan dan doa bagi penulis.

3. Keluarga Besarku yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu keberhasilanku.


(11)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis.

4. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 5. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku pembahas yang banyak

memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Zamhasri, S.Pd.,M.M.Pd.,selaku Kepala SMP Negeri 26 Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Budimah, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIII D dan VIII E SMP Negeri 26 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.


(12)

9. Sahabat-sahabat ku tercinta atas kebersamaan, motivasi dan solusi yang diberikan selama mengerjakan skripsi ini, semoga sampai kapanpun kalian akan tetap menjadi sahabat terbaikku.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis ... 8

1. Model PembelajaranCLIS... 8

2. Model PembelajaranProblem Solving... 11

3. Hasil Belajar ... 15

4. Kemampuan Berpikir Kritis ... 17

B. Kerangka Pemikiran ... 19

C. Hipotesis... 22

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23


(14)

D. Prosedur Penelitian... 24 E. Variabel Penelitian ... 25 F. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data ... 25 2. Sumber Data... 26 G. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Tes... 26 2. Tabulasi Data... 26 H. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas ... 27 2. Reliabilitas... 28 I. Teknik Analisis Data ... 30 J. Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas ... 31 2. Uji Homogenitas ... 31 3. UjiIndependent Sample t-test... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ha

sil Penelitian

1. Ta

hap Pelaksanaan Model PembelajaranCLIS... 33

2. Ta

hap Pelaksanaan Model PembelajaranProblem Solving... 36

B. Ha

sil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Validitas Soal... 38 2. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 39 C. Data Hasil Penelitian

1. Data Hasil ... 40 2. Data Kemampuan Berpikir Kritis ... 41 3. UjiIndependent Sample t-test... 42 D. Pembahasan


(15)

1. Perbedaan Hasil Belajar Fisika yang disebabkan oleh Perbedaan Model Pembelajaran ... 45 2. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang disebabkan

oleh Perbedaan Model Pembelajaran ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Ke

simpulan ... 52

B. Sa

ran ... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Di

agram Alur Penelitian ... 57

2. Sil

abus ... 58

3. R

PP GetaranCLIS... 61

4. R

PP GelombangCLIS ... 72

5. R

PP GetaranProblem Solving ... 82

6. R

PP GelombangProblem Solving... 90

7. L

KS GetaranCLIS ... 98

8. K

unci Jawaban LKS GetaranCLIS... 101

9. L

KK GetaranCLIS ... 104

10. K


(16)

11. L KS GelombangCLIS... 118

12. K

unci Jawaban LKS GelombangCLIS... 121

13. L

KK GelombangCLIS ... 124

14. K

unci Jawaban LKK GelombangCLIS... 130

15. L

KS GetaranProblem Solving ... 136

16. K

unci Jawaban LKS GetaranProblem Solving... 139

17. L

KK GetaranProblem Solving... 142

18. K

unci Jawaban LKK GetaranProblem Solving... 148

19. L

KS GelombangProblem Solving ... 154

20. K

unci Jawaban LKS GelombangProblem Solving... 157

21. L

KK GelombangProblem Solving... 160

22. K

unci Jawaban LKK GelombangProblem Solving... 166

23. Ki

si-kisi SoalPretestHasil Belajar ... 171

24. Ru

brik Penilaian SoalPretestHasil Belajar ... 175

25. Ki

si-kisi SoalPosttestHasil Belajar ... 177

26. Ru

brik Penilaian SoalPosttestHasil Belajar... 181

27. Ki


(17)

28. Ru brik Penilaian SoalPretestBerpikir Kritis ... 188

29. Ki

si-kisi SoalPosttestBerpikir Kritis... 190

30. Ru

brik Penilaian SoalPosttestBerpikir Kritis ... 195

31. So

al Untuk Siswa ... 197

32. Uj

i Soal ... 205

33. Re

kapitulasi Nilai ... 209

34. Su

rat Izin Penelitian ... 219

35. Su


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Perlakuan yang diberikan pada kelas VIII D dan VIII E ... 27

4.1 Hasil uji validitas soal hasil belajar ... 38

4.2 Hasil uji validitas kemampuan berpikir kritis ... 39

4.3 Hasil Uji Reliabilitas Soal Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis... 39

4.4 Data hasil belajar berdasarkan kelas ... 40

4.5 Data hasil belajar tes homogenitas ... 40

4.6 Data Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan Kelas ... 41

4.7 Data berpikir kritis tes homogenitas... 41

4.8 UjiIndependent Sample t-testHasil Belajar ... 43


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hubungan antar variabel penelitian... 21 3.1 Desainone group pretes-postes... 24 4.1 Perbandingan rata-rata hasil belajar fisika antara modelCLIS

danProblem Solving... 45 4.2 Perbandingan rata-rata kemampuan berpiki kritis antara modelCLIS


(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 26 Bandar

Lampung, selama proses pembelajaran berlangsung diperoleh data sebagian siswa kurang aktif bertanya meskipun diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya dan kurang dapat memecahkan masalah fisika sebagai salah satu kemampuan berpikir kritis siswa. Disamping itu, dalam proses pembelajaran ketika pertanyaan dibalik dengan rumus yang sama, siswa tidak bisa

menjawabnya. Seharusnya mereka dapat memecahkan masalah fisika yan baru dipelajari, bukan hanya sekedar menghafal langkah-langkah pemecahan masalahnya.

Kreatifitas seorang guru dalam mengajar fisika di SMP menjadi faktor penting agar fisika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam kelas. Kreatifitas bukanlah suatu bakat tetapi bisa dipelajari dan harus dilatih. Hal yang harus dilakukan oleh seorang guru antara lain dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa dan kemampuan berpikir kritis.


(21)

2 Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar mengajar tersebut.

SMP Negeri 26 Bandar Lampung menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70. Dilihat dari hasil belajarnya, siswa yang mendapat nilai

ke atas hanya 17 siswa atau 50% dari 34 siswa utuk kelas VIIIb, sedangakan untuk kelas VIIId siswa yang mendapat nilai ke atas hanya 12 siswa atau 35,29% dari 34 siswa. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa di SMP Negeri 26 Bandar Lampung belum mencapai KKM.

Rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah ini diduga karena kemampuan pemecahan masalah khususnya penyelesaian soal yang dimiliki siswa masih rendah. Siswa diduga hanya terbiasa

menyelesaikan soal yang diberikan oleh gurunya saja. Kebiasaan siswa menghafal dalam belajar menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk penyelesaian soal tidak berkembang.

Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya karena kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Pada proses pembelajaran, siswa yang memiliki keterampilan berpikir


(22)

3 kritis akan selalu bertanya pada diri sendiri dalam setiap menghadapi segala persoalan untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis akan terpatri dalam watak dan kepribadiannya dan terimplementasi dalam segala aspek kehidupannya. Oleh sebab itu berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pembelajaran.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaranChildren Learning In Science (CLIS). Model pembelajaran CLIS adalah kerangka berfikir untuk menciptakan lingkungan yang

memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan.

Proses pembelajaran dengan model pembelajaranproblem solving

mengandung aktivitas belajar dalam memecahkan masalah, baik individual maupun kelompok. Pada model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaranproblem solving diduga cocok diterapkan agar mereka terbiasa untuk memecahkan masalah dan juga pembelajaran ini dapat lebih mendekatkan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga meningkatkan keinginan siswa untuk belajar dan merasa nyaman dalam belajar fisika.

Kenyataannya penelitian tentang perbandingan hasil belajar fisika dan

kemampuan berfikir kritis siswa antara model pembelajaranCLIS dan model pembelajaranProblem Solving belum pernah dilakukan di SMP Negeri 26 Bandar Lampung sebelumnya. Atas dasar inilah penulis telah melakukan


(23)

4

penelitian tentang dan Kemampuan

Berpikir Kritis siswa antara Model PembelajaranCLIS denganProblem Solving

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaranCLIS danProblem Solving?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaranCLIS danProblem Solving?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaranCLIS danProblem Solving. 2. Perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaranCLIS danProblem Solving.

D. Manfaat Penelitian


(24)

5 1. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi

pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA siswa.

2. Dapat mengetahui peningkatan hasil belajar fisika dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap suatu materi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranCLISdengan problem solving. 3. Dapat menjadi variasi belajar yang menarik bagi siswa serta dapat

membantu siswa meningkatkan kemapuannya dalam memahami materi-materi IPA.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :

1. Model CLIS adalah model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Langkah pembelajarannya terdiri dari 5 tahap yaitu orientasi, pemunculan gagasan, penyusunan ulang gagasan, penerapan gagasan, dan pemantapan gagasan. Dalam penelitian ini interaksi siswa terhadap model pembelajaran CLIS akan menjadi fokus kajian.

2. Problem solvingadalah salah satu pembelajaran dimana siswa belajar menemukan dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi sehingga diperoleh kesimpulan. Sintaks pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)mendefinisikan masalah,


(25)

6 (2) mendiagnosa masalah, (3) merumuskan alternatif strategi, (4)

menentukan dan menerapkan strategi pilihan pengambil keputusan, (5) melakukan evaluasi baik evaluasi proses dan hasil. Dalam penelitian ini pembelajaranproblem solvingyang dilakukan akan lebih sederhana, disesuaikan dengan tingkat berfikir siswa SMP yaitu bagaimana siswa mengatasi masalah yang dihadapi dalam waktu yang cukup efisien. 3. Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh dari penelitian yang

dilakukan terhadap siswa yang meliputi satu ranah yaitu: kognitif setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan modelCLISdanproblem solving.

4. Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan yang meliputi kegiatan menganalisis,

mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Dalam penelitian ini indikator kemampuan berpikir kritis yang akan digunakan adalah: (1) memberikan penjelasan sederhana, (2) membuat penjelasan lebih lanjut, dan (3) menerapkan strategi dan taktik.

5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

6. Materi yang akan dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Getaran dan Gelombang pada Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya.


(26)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis

1. Model PembelajaranCLIS

Model pembelajaranCLISadalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan LKS. Model pembelajaranCLISbertujuan membentuk pengetahuan (konsep) ke dalam memori siswa agar konsep tersebut dapat bertahan lama, karena model pembelajaranCLISmemuat sederetan tahap-tahap kegiatan siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan.

Menurut Driver dalam Ismail (2008: 10-11) tahapan-tahapan modelCLIS secara umum dijelaskan sebagai berikut:

1) Orientasi

Pada tahap ini guru memusatkan perhatian siswa dengan

menanyakan tentang fenomena alam yang sering dijumpai siswa pada kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.

2) Pemunculan gagasan awal

Pada tahap ini guru mengungkap konsepsi awal siswa dengan menhadapkan siswa pada suatu permasalahan yang mengandung teka-teki.


(27)

9 Tahap ini terdiri dari pengungkapan dan pertukaran gagasan,

perubahan situasi konflik, kontruksi gagasan baru dan evalusai. Siswa diberikan LKS dan melakukan kegiatan belajar dalam kelompok secara berdiskusi dan bertukar gagasan untuk menjawab pertanyaan dan masalah dalam LKS.

4) Penerapan gagasan

Pada tahap ini siswa menjawab pertanyaan yang disusun dalam LKS untuk menerapkan konsep ilmiah mengenai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

5) Kaji ulang perubahan gagasan

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi trhadap hasil pembelajaran yang telah diperoleh.

Wijayanti (2010: 2) memaparkanCLISmerupakan model pembelajaran yang mempunyai karakteristik yang dilandasi paradigma konstruktivisme dengan memperhatikan pengetahuan awal siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa melalui aktivitashands on/ minds on. Model pembelajaran CLISmemiliki karakteristik:

1) Dilandasi oleh pandangan konstruktivisme. 2) Pembelajaran berpusat pada siswa.

3) Melakukan aktivitashands-on/ mind-on

4) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

Model Pembelajaran CLIS memiliki lima tahapan yaitu

1) Orientasi. Guru memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mereka. 2) Pemunculan gagasan. Guru memunculkan konsepsi awal siswa.

3) Penyusunan gagasan ulang, dengan melalui langkah sebagai berikut: a) Pengungkapan dan pertukaran gagasan


(28)

10 b) Siswa membentuk kelompok kecil, dan melakukan diskusi

pengamatan dari tahap pemunculan gagasan. c) Pembukaan situasi dan konflik

d) Siswa mencari pengertian ilmiah yang sedang dipelajari. Siswa mencari beberapa perbedaan antara konsepsi awal mereka dengan konsepsi ilmiah.

e) Konstruksi gagasan baru dan evaluasi. Mengevaluasi gagasan yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari untuk mengkonstruksi gagasan baru.

4) Penerapan gagasan. Setiap kelompok diberi pengamatan dan percobaan baru yang lebih kompleks tetapi memiliki keterkaitan dengan konsep yang sedang dipelajari. Sehingga pengetahuan siswa menjadi bertambah dan berkembang.

5) Mengkaji ulang perubahan gagasan. Guru memperkuat konsep ilmiah yang diperoleh siswa.

Penggunaan media pembelajaran pada modelCLISdimaksudkan sebagai alat bantu ajar yang mendampingi guru agar siswa lebih mudah memahami sesuatu dari materi yang diajarkan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa modelCLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Dalam model pembelajaran ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam


(29)

11 pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk menyamakan persepsi. Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekontruksi gagasan setelah membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau hasil mencermati buku teks dan siswa juga dapat mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru.

2. Model PembelajaranProblem Solving

Problem solvingadalah salah satu pendekatan pembelajaran yang integrative, dimana pada proses pembelajaran para anak didik belajar merumuskan dan memecahkan masalah, berdasarkan data dan informasi sehingga diperoleh suatu kesimpulan.

Menurut Smith dalam Lufri (2004: 36)problem solvingmerupakan pengajaran yang tidak hanya mengembangkan pemahaman terhadap materi tetapi juga meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Memahami isi materi dan kemudian menerapkan pemahaman isi materi. Berdasarkan Gagne dalam Dimyanti (2002: 10) bahwa selama pembelajaranproblem solvingberlangsung terjadi 3 proses kognitif, yaitu: menggambarkan masalah, transfer pengetahuan, dan evaluasi.

Dalam pembelajaranproblem solvingini siswa dilatih untuk menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau kelompok. Hal ini diungkapkan Slameto (2003: 144):


(30)

12 Seseorang dikatakan menghadapi masalah apabila ia menghadapi situasi yang harus memberikan repon tetapi tidak mempunyai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan cara-cara yang dapat dipergunakan segera untuk memperolehpemecahan masalah.

Masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran seperti belum menemukan kata kunci dan konsep, prinsip dan cara untuk merespon pemecahan masalah.

Nasution (2006: 176) berpendapat:

Dalam pemecahan masalah yang paling utama adalah penguasaan aturan-aturan yang relevan dengan masalah tersebut, dalam hasil ini perbedaan intelegensi yang terjadi tidak perlu berpengaruh besar.

Jadi masalah adalah kondisi dimana seseorang harus memberikan tanggapan tetapi belum mengetahui cara yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah, sedangkan pemecahan masalah yang baik dimana seseorang mengerti aturan-aturan yang relevan mengenai pemecahan masalah tersebut.

Selanjutnya menurut Hamalik (2007: 151) pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Kemampuan

memecahkan masalah harus ditunjang oleh kemampuan penalaran, yakni kemampuan melihat hubungan adanya sebab akibat yang terjadi.

Demikian juga menurut Sanjaya (2006: 213) terdapat tiga ciri utama problem solvingyaitu:


(31)

13 1) Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam

implementasi pembelajaran ada sejumlah kegiatan yang dilakukan siswa.

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. 3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berfikir secara alamiah

Pembelajaranproblem solvingmerupakan rangkaian aktivitas pembelajaran dalam melatih siswa untuk mencari sendiri data dan informasi sebagai upaya pemecahan masalah, dan siswa akan mampu merekontruksi pengalaman secara nyata dalam kehidupan siswayang didapat dari pendidikan formal yang diterimanya saat proses pembelajaran. Dewey dalam Slameto (2003: 145) menjelaskan langkah-langkah dalam problem solving,sebagai berikut :

1) Adanya kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya masalah.

2) Masalah itu diperjelas atau dibatasi

3) Mencari informasi atau data dan kemudian data data itu diorganisasikan.

4) Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis itu dinilai, diuji agar dapat ditentukan.

5) Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.

Pemecahan masalah dapat dilakukan apabila siswa sedang menghadapi masalah, dimana siswa mencoba menggambarkan secara sederhana masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, kemudian siswa berkenaan dengan merumuskan data dan hipotesis dimana siswa mencoba mencari informasi dan cara untuk menyelesaikan masalah. Siswa mencari hubungan antara informasi awal dengan teori dan pengamatan.kemudian siswa menyelaraskan antara pengamatan dan teori terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.


(32)

14 Dalam penelitian ini pembelajaranproblem solvingyang dilakukan akan lebih sederhana, disesuaikan dengan tingkat berfikir siswa SMP yaitu bagaimana siswa mengatasi masalah yang dihadapi dalam waktu yang cukup efisien. Peran pengajaran pada siswa dalam kelas selama berinteraksi adalah bagaimana memecahkan masalah yang terbentuk secara konstruktif. Menurut Jhonson dalam Sanjaya (2006: 219) adapun 5 langkahproblem solvingmelalui kegitan kelompok, yaitu:

1) Mendefinisikan masalah sehingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Pada tahap ini siswa diarahkan untuk membaca tujuan dilakukan pengamatan agar siswa mengertilangkah pada saat pengamatan.

2) Mendiagnosa masalah, yaitu menentukan sebab terjadinya masalah. Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan.

3) Merumuskan alternatif strategi yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.

4) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan pengambilan keputusan tentang strategi mana yang akan dilakukan. Pada tahap ini siswa menetapkan kesimpulan hasil diskusi kelas.

5) Melakukan evaluasi baik evaluasi proses maupun hasil.

Dari penjelasan diatas, tampak bahwa keterlibatan siswa melalui kegiatan kelompok dengan cara menerapkan pembelajaranproblem solving

merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dari guru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan sampai dengan proses evaluasi terhadap proses maupun hasil melalui tugas berupa pertanyaan perlu dilatih, agar penerapan pembelajaran ini dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu memecahkan masalah yang diberikan secara mandiri maupun berkelompok.


(33)

15 Dengan penerapan pembelajaranproblem solvingdiharapkan dapat

melatih siswa belajar aktif, tekun, dan dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Hasil Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam Dimyati (2002:10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006: 121)

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2002: 19)

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan katakata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.


(34)

16

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati (2002: 26)

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3) Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif.

Ibrahim dan Syaodih (2003: 86) menjelaskan bahwa:

Rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa bukan semata-semata disebabkan oleh siswa sendiri, tetapi dapat juga disebabkan oleh kurang berhasilnya proses belajar mengajar yang dilaksanaka oleh guru.

4. Kemampuan Berpikir Kritis

Pembelajaran dengan hasil pada level tertinggi adalah pengembangan critical thinkingyakni kemampuan berpikir kritis, yang bisa


(35)

17 dikembangkan sejak dini, dan tidak tergantung pada tingkatintelligence quotient(IQ),namun pada intensitas pembinaan dan kebiasaan melatih anak berpikir kritis. Moore dalam Rosyada (2004: 49-50) memberikan ilustrasi bahwa kemampuan berpikir lebih tinggi dari sekedar mengetahui, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Namun, kemampuan tersebut bisa dilatih dan dikembangkan, yang diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran yang memungkinkan untuk pengembangan berpikir tersebut.

Hal ini senada dengan pendapat Anggelo dalam Achmad (2007: 1):

berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi

Secara teknis, kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom diartikan sebagai kemampuan intelektual, yaitu kemampuan menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi (Komalasari, 2010: 266).

Spliter dalam Komalasari (2010: 267) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan. Selain itu, keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang terarah pada tujuan, yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu membuat keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan. Kirschenbaum dalam Zuchdi (2008: 49-50) menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang berpikir kritis adalah: mencari kejelasan pernyataan atau pertanyaan; mencari alasan; mencoba memperoleh informasi yang benar; menggunakan sumber yang dapat dipercaya; mempertimbangkan seluruh


(36)

18 situasi; mencari alternatif; bersikap terbuka; mengubah pandangan apabila ada bukti yang dapat dipercayai; mencari ketepatan suatu

permasalahan, sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan orang lain. Ciri tersebut hanya dapat dikembangkan lewat latihan yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Berpikir kritis dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana.

Morgan dalam Suprapto (2011: 1) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis Antar-Universitas (Intercollege Committee on Critical Thinking) yang terdiri atas: (1) kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan.

Menurut Langrehr dalam Mulyana (2010: 6), untuk melatih berpikir kritis, siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : (1) Menentukan konsekuensi dari suatu keputusan atau suatu kejadian; (2) Mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan; (3) Merumuskan pokok-pokok permasalahan; (4) Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5) Mengungkapkan penyebab suatu kejadian; (6) Memilih fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan.

Gokhale dalam Mulyana (2010: 6) menambahkan bahwa yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep.


(37)

19 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa meliputi: kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, kemampuan merumuskan hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan.

B. Kerangka Pemikiran

Kelebihan model pembelajaranCLISyaitu gagasan siswa lebih mudah dimunculkan, membiasakan siswa untuk belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah, menciptakan kreatifitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan siswa terlibat langsung dalam

melakukan kegiatan,serta menciptakan belajar yang lebih bermakna karena timbulnya kebanggaan siswa menemukan sendiri konsep ilmiah yang dipelajari

Kelebihan model pembelajaranproblem solvingyaitu mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan membawa siswa menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu materi, memberikan tantangan kepada siswa sehingga mereka memperoleh keputusan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri, dapat mengembangkan kemampuan belajar siswa dalam berpikir kritis dan juga dapat

mengembangkan kemampuan mereka dalam beradaptasi terhadap situasi belajar mereka yang baru. Pembelajaran denganproblem solving

membiasakan siswa menerima masalah dari guru untuk diselesaikan.


(38)

20 penyelesaiaan soal dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaranCLIS(X1) dan model pembelajaranproblem solving(X2),

sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1) dan kemampuan

berpikir kritis (Y2). Dalam penelitian ini ada dua hasil belajar dan dua

kemampuan berpikir kritis yang diukur yaitu hasil belajar pada model pembelajaranCLIS(R1) dan hasil belajar pada model pembelajaranproblem

solving (R2), serta kemampuan berpikir kritis pada model pembelajaranCLIS

(R3) dan kemampuan berpikir kritis pada model pembelajarnproblem solving

(R4), kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih

tinggi rata-rata hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaranCLIS danproblem solving. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat ,maka dapat dijelaskan pada gambar hubungan antar variabel dibawah ini

X1

Y22

Y21

X2

Y12

Y11

Dibandingkan

Dibandingkan R1

R4

R2


(39)

21

Gambar 2.1 Hubungan antar variabel penelitian

Keterangan:

X1 : penerapan model pembelajaranCLIS

X2 : penerapan model pembelajaranproblem solving

Y11 : peningkatan hasil belajar fisika dengan penerapan model pembelajaran

CLIS

Y12 : peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan model

pembelajaranCLIS

Y21 : peningkatan hasil belajar fisika dengan penerapan model pembelajaran

problem solving

Y22: peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan model

pembelajaranproblem solving

R1 : hasil belajar pada model pembelajaranCLIS

R2 : hasil belajar pada model pembelajaranproblem solving

R3 : kemampuan berpikir kritis pada model pembelajaranCLIS

R4 : kemampuan berpikir kritis pada model pembelajaranproblem solving

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Pertama

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diajar

dengan menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.

H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diajar dengan


(40)

22

2. Hipotesis Kedua

H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang

diajar dengan menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.

H1 : Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang

diajar dengan menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.


(41)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 di SMP Negeri 26 Bandar Lampung dengan materi Getaran dan Gelombang.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 26 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari tujuh kelas, yaitu VIII A sampai dengan VIII G berjumlah 232 siswa.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling.Teknik ini ditentukan berdasarkan hasil belajar semester sebelumnya, sehingga akan diperoleh sampel yang memiliki hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis yang sama. Penelitian ini merupakan studi

eksperimen dengan populasi penelitian yang digunakan terdiri dari 7 kelas diambil 2 kelas sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas VIII D kelompok eksperimen 1 dan kelas VIII E sebagai kelompok eksperimen 2. Masing-masing kelas terdiri dari 33 siswa yang dipakai dalam sampel penelitian ini. Kedua kelas yang menjadi sampel adalah homogen. Rata-rata kemampuan akademik siswa pada kedua kelas, tidak berbeda.


(42)

24

1

O X1 O2

1

O X2 O2

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalahone group pretest-postest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi

perlakuan. Secara bagan desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desainone group pretes-postes Keterangan:

O1: nilaipretest

O2: nilaiposttest

X1 :pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranCLIS

X2 :pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

problem solving

(Sugiyono, 2010: 110-111)

D. Prosedur penelitian

Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :

1. Siswa terlebih dahulu diberikan materi awal kemudian di uji kemampuan awalnya dengan memberikan soal-soal pengujian awal siswa.

2. Dilakukan pembelajaran dengan menggunakan modelCLISpada kelas eksperimen 1 dan pembelajaran dengan menggunakan model


(43)

25 3. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

CLIS dan model pembelajaranproblem solving, dilakukan uji untuk menilai peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. 4. Selanjutnya membandingkan peningkatan hasil belajar dan kemampuan

berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaranCLISdan menggunakan model pembelajaranproblem solving.

E. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel, yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaranCLIS(X1) dan model pembelajaranproblem solving(X2),

sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika (Y1) dan kemampuan

berpikir kritis siswa (Y2).

F. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder

berbentuk kuantitatif. Sumber data akan diambil dari penyebaran lembar soal esay yang berupa data primer, sedangkan data sekunder berupa hasilpretets danposttestuntuk mengetahui hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis yang diperoleh dari nilai siswa.


(44)

26 Data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data mengenai hasil belajar fisika dan kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari hasil pretestdanpost-testyang berupa soal esay.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Tes

Tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah berupa tes subjektif (uraian). Tes uraian ini digunakan dengan tujuan untuk mengukur hasil belajar yang ditekankan pada ranah kognitif dan kemampuan berpikir kritis siswa. Banyaknya butir soal tes uraian yaitu 20 soal. Tes ini diberikan 10 soal sebelum pembelajaran (pretest), dan 10 soal diberikan sesudah pembelajran (posttest). Sebelumnya, soal tes tersebut diuji validitas, reliabilitas.

2. Tabulasi Data

Selanjutnya untuk mempermudah pengamatan, perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelas VIII D dan VIII E diilustrasikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Perlakuan yang diberikan pada kelas VIII D dan VIII E

Kelas

Getaran dan Gelombang Sub Pokok

Bahasan 3.1

Sub Pokok Bahasan 3.2

Sub Pokok Bahasan 3.3

Sub Pokok Bahasan 3.4

Sampel 1 CLIS+ T1+ T2


(45)

27 Keterangan : T1 = Tes ( hasil belajar siswa )

T2 = Tes ( kemampuan berpikir siswa )

CLIS = ModelChildren Learning In Science PS = Modelproblem solving

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil observasi saat pembelajaran berlangsung dari hasilpretest, posttestdanN-gain. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.6

H. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasiproduct momentyang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:


(46)

28 Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut

koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut

mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 (Masrun dalam

Sugiyono, 2010: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bilacorrelated item total correlationlebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstruckyang kuat (valid).

2. Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari


(47)

29

t2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen

diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode yang diukur berdasarkan skalaalpha

0 sampai 1.

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto (2009: 97), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1) mpai dengan 0,20 berarti kurang reliabel. 2) dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3)

4) 5)

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

I. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis kategori hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gaindiperoleh dari pengurangan skorpretestdenganpostestdibagi oleh skor maksimum dikurang skorpretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah:

pre pre post

S

S

S

S

g

max


(48)

30 Keterangan:

g =N-gain Spost = Skorpostest Spre = Skorpretest Smax = Skor maksimum

Kategori:

Tinggi N-gain

Sedang N-gain< 0,7 Rendah :N-gain< 0,3

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa digunakan skorpretestdanpostest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari kedua variabel merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan kemampuan dengan menerapkan model pembelajaranCLIS dan problem solving.

J. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak. Pada dasarnya uji normalitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan menggunakan uji statistik parametik (ujifrequenceataudescriptive), uji menggunakan statistik nonparametrik ( ujikolmogorov smirnov) dan menggunakan uji grafik. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan ujikolmogorov smirnov. Dasar pengambilan keputusan uji normalitas,


(49)

31 dihitung menggunakan program SPSS 17,0 dengan metodekolmogorov smirnovberdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai

, nilai yang digunakan adalah 0,05 dengan demikian kriteria uji sebagai berikut: (1) jika nilaisigatau signifikan atau probabilitas< 0,05 maka Ho diterima dengan arti bahwa data tidak

terdistribusi normal. (2) jika nilaisigatau signifikan atauprobabilitas> 0,05 maka H1diterima dengan arti bahwa data terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Syarat dalam analisisvariansadalah homogenitas sampel. Hal homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui kehomogenan dari perilakunya yang

diberikan kepada sampel. Kriteria uji yang digunakan adalah: (1) jika nilaisig < (0,05) maka data dari perlakukan yang diberikan tidak berdistribusi normal, (2) jika nilaisig> (0,05) maka data dari perlakuan yang diberikan terdistribusi normal.

3. UjiIndependet Sample t-test

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar fisika dan kemampuan berpikir kritis siswa antara model pembelajaranCLISdengan problem solvingdigunakan ujiIndependet Samples t-test.

1) H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diajar

dengan menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.


(50)

32 menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.

2) H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang

diajar dengan menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.

H1 : Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang diajar

dengan menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.

Cara menguji hipotesis penelitian ini, yaitu membandingkan nilai

Sig. (2-tailed)padaIndependet Sample testdengan nilai 25) dengan kriteria uji sebagai berikut:

1. Jika nilaiSig. (2-tailed) 2. Jika nilaiSig. (2-tailed)


(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:

1. Ada perbedaan hasil belajar fisika yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran (CLISdenganprobem solving). Hasil belajar fisika pada model pembelajaranCLISlebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaranproblem solving. Nilai rata-rata hasil belajar model

pembelajaranCLIS 76,97 dan nilai rata-rata model pembelajaranproblem solving 68,64.

2. Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran (CLISdenganprobem solving). Kemampuan berpikir kritis siswa pada model pembelajaranCLISlebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaranproblem solving.Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis model pembelajaranCLIS69,10 dan nilai rata-rata model pembelajaranproblem solving61,95.


(52)

53 Berdasarkan kesimpulan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran modelCLISdanproblem solvingdapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa. 2. Bagi guru dalam menerapkan model pembelajarnCLISdan problem

solving, pertanyaan-pertanyaan berupa masalah yang diajukan melalui LKS dan LKK perlu dirancang dengan tepat agar masalah yang diajukan sesuai pada kehidupan sehari-hari siswa.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Artikel Pendidikan. Network. Diakses 25 Maret 2012 dari http://researchengines.com/ 1007arief3.html Adzijo. 2012. Model Pembelajaran Problem Solving. Artikel Pendidikan.

Network. Diakses 24 September 2012 dari http://adzjiotarbiah.blogspot.com

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta. . 2002.Strategi Belajar dan Mengajar.Jakarta: Depdikbud. Djamarah dan Zain. 2006.Strategi Belajar dan Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. 2002.Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.

. 2007.Kurikulum dan Pengajaran.Jakarta: Bumi Aksara. Haryani, Wiwin. 2008. Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara

PembelajaranProblem Posingdengan PembelajaranProblem Solvingdi SMP N 1 Seputih Surabaya.Skripsi.Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Ibrahim, R dan N Syaodih. 2003.Perencanaan Pengajaran.Jakarta: Rineka Cipta.

Ismail, Ali. 2008. Implementasi Model PembelajaranChildren Learning In Science (CLIS)Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.Skripsi. Diakses 26 September 2012 dari http://cs.upi.edu

Komalasari, Kokom. 2010.Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Lufri. 2004. Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang Diinterverensi dengan peta konsep pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan.Jurnal Pembelajaran Volume 27. Padang: Universitas Negeri Padang.


(54)

Mulyana, Tatang. 2010.Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif. http://File.Upi. Edu/Direktori/Fpmipa/Jur._Pend._Matematika/195101061976031

Tatang_Mulyana/File_24_Kemampuan_Berpikir_Kritis_dan_KreatifMate matik.pdf. 27 Maret 2012

Nasution, S. 2006.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rosyada, D. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sanjaya, W. 2006.Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media. Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:

Rineka Cipta.

Sugiyarti, Henik. 2005.Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMPN I Tambakromo Kabupaten Pati Melalui

Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah.Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Diakses 25 Maret 2012 dari http://digilib.unnes .ac.id.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sujianto, Agus Eko. 2009.Aplikasi Statistik dengan SPSS 17.0. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Suprapto. 2011.Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran.Solo. http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/

2008/06/13/menggunakan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran. 25 Maret 2012

Wijayanti, Rafika 2010. Penerapan Model PembelajaranChildren Learning In Science (CLIS)Menggunakan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman pada Mata Pelajaran TIK .Artikel. diakses pada 17 Maret 2011 dari http://cs.upi.edu/v2/ uploads/paper_skripsi_dik/ penerapan% 20model%20pembelajaran%20children%20learning%20in%20science%. pdf.


(1)

dihitung menggunakan program SPSS 17,0 dengan metodekolmogorov smirnovberdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai

, nilai yang digunakan adalah 0,05 dengan demikian kriteria uji sebagai berikut: (1) jika nilaisigatau signifikan atau probabilitas< 0,05 maka Ho diterima dengan arti bahwa data tidak

terdistribusi normal. (2) jika nilaisigatau signifikan atauprobabilitas> 0,05 maka H1diterima dengan arti bahwa data terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Syarat dalam analisisvariansadalah homogenitas sampel. Hal homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui kehomogenan dari perilakunya yang

diberikan kepada sampel. Kriteria uji yang digunakan adalah: (1) jika nilaisig < (0,05) maka data dari perlakukan yang diberikan tidak berdistribusi normal, (2) jika nilaisig> (0,05) maka data dari perlakuan yang diberikan terdistribusi normal.

3. UjiIndependet Sample t-test

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar fisika dan kemampuan berpikir kritis siswa antara model pembelajaranCLISdengan problem solvingdigunakan ujiIndependet Samples t-test.

1) H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.


(2)

32 menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.

2) H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.

H1 : Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran CLIS dengan problem solving.

Cara menguji hipotesis penelitian ini, yaitu membandingkan nilai

Sig. (2-tailed)padaIndependet Sample testdengan nilai 25) dengan kriteria uji sebagai berikut:

1. Jika nilaiSig. (2-tailed) 2. Jika nilaiSig. (2-tailed)


(3)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:

1. Ada perbedaan hasil belajar fisika yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran (CLISdenganprobem solving). Hasil belajar fisika pada model pembelajaranCLISlebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaranproblem solving. Nilai rata-rata hasil belajar model

pembelajaranCLIS 76,97 dan nilai rata-rata model pembelajaranproblem solving 68,64.

2. Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran (CLISdenganprobem solving). Kemampuan berpikir kritis siswa pada model pembelajaranCLISlebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaranproblem solving.Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis model pembelajaranCLIS69,10 dan nilai rata-rata model pembelajaranproblem solving61,95.


(4)

53 Berdasarkan kesimpulan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran modelCLISdanproblem solvingdapat dijadikan sebagai

salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa. 2. Bagi guru dalam menerapkan model pembelajarnCLISdan problem

solving, pertanyaan-pertanyaan berupa masalah yang diajukan melalui LKS dan LKK perlu dirancang dengan tepat agar masalah yang diajukan sesuai pada kehidupan sehari-hari siswa.


(5)

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Artikel Pendidikan. Network. Diakses 25 Maret 2012 dari http://researchengines.com/ 1007arief3.html Adzijo. 2012. Model Pembelajaran Problem Solving. Artikel Pendidikan.

Network. Diakses 24 September 2012 dari http://adzjiotarbiah.blogspot.com

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta. . 2002.Strategi Belajar dan Mengajar.Jakarta: Depdikbud. Djamarah dan Zain. 2006.Strategi Belajar dan Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. 2002.Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.

. 2007.Kurikulum dan Pengajaran.Jakarta: Bumi Aksara. Haryani, Wiwin. 2008. Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara

PembelajaranProblem Posingdengan PembelajaranProblem Solvingdi SMP N 1 Seputih Surabaya.Skripsi.Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Ibrahim, R dan N Syaodih. 2003.Perencanaan Pengajaran.Jakarta: Rineka Cipta.

Ismail, Ali. 2008. Implementasi Model PembelajaranChildren Learning In Science (CLIS)Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.Skripsi. Diakses 26 September 2012 dari http://cs.upi.edu

Komalasari, Kokom. 2010.Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Lufri. 2004. Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang Diinterverensi dengan peta konsep pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan.Jurnal Pembelajaran Volume 27. Padang: Universitas Negeri Padang.


(6)

Mulyana, Tatang. 2010.Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif. http://File.Upi. Edu/Direktori/Fpmipa/Jur._Pend._Matematika/195101061976031

Tatang_Mulyana/File_24_Kemampuan_Berpikir_Kritis_dan_KreatifMate matik.pdf. 27 Maret 2012

Nasution, S. 2006.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rosyada, D. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sanjaya, W. 2006.Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media. Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:

Rineka Cipta.

Sugiyarti, Henik. 2005.Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMPN I Tambakromo Kabupaten Pati Melalui

Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah.Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Diakses 25 Maret 2012 dari http://digilib.unnes .ac.id.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sujianto, Agus Eko. 2009.Aplikasi Statistik dengan SPSS 17.0. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Suprapto. 2011.Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran.Solo. http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/

2008/06/13/menggunakan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran. 25 Maret 2012

Wijayanti, Rafika 2010. Penerapan Model PembelajaranChildren Learning In Science (CLIS)Menggunakan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman pada Mata Pelajaran TIK .Artikel. diakses pada 17 Maret 2011 dari http://cs.upi.edu/v2/ uploads/paper_skripsi_dik/ penerapan% 20model%20pembelajaran%20children%20learning%20in%20science%. pdf.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajan CLIS (Children Learning in Science) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda

0 6 256

Perbandingan peningkatan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan cooperative learning

1 12 190

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

0 12 65

Pembelajaran Fisika dengan Metode Children Learning In Science (CLIS) Melalui Pendekatan Konstruktivisme Ditinjau dari Kemampuan Matematika Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP N 3

1 31 205

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 0 32

Penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) untuk Pemahaman Konsep Siswa SD.

2 5 30

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning in Scinece (CLIS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Ngembatpadas I Kecamatan

0 1 18

Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk

1 3 4