IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

LASMA JUITA SIANTURI NIM : 8116176011

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Lasma Juita Sianturi, Implementasi Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2013.

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui apakah ada perbedaan pemahaman konsep fisika antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional. (2) untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah fisika antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional. (3) untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki pemahaman konsep kelompok atas dan siswa yang memiliki pemahaman konsep kelompok bawah. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran problem solving dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen pemahaman konsep dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 14 soal dan instrumen kemampuan berpikir kritis dalam bentuk uraian sebanyak 6 soal yang telah dinyatakan valid dan secara keseluruhan memiliki reliabilitas sangat tinggi. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, dan kesimpulan bahwa untuk hipotesis pertama pemahaman konsep fisika melalui problem solving lebih baik dibandingkan konvensional. Untuk hipotesis ke dua kemampuan berpikir kritis siswa melalui

problem solving lebih baik dibandingkan konvensional. Untuk hipotesis ketiga disimpulkan

bahwa kemampuan berpikir kritis antara siswa yang memiliki pemahaman konsep kelompok atas lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep kelompok bawah.


(6)

ii

ABSTRACT

Lasma Juita Sianturi, Implementation Of Learning Problem Solving Model Understanding The Concept Of Physics and Critical Thinking Skills Students. Graduate Program, State University of Medan 2013.

The research were be purposed: (1) to determine whether there are differences between students' understanding of physics concepts taught learning problem solving model and conventional learning. (2) to determine whether there are differences in critical thinking skills in solving physics problems among students are taught problem solving learning model and conventional learning. (3) to determine whether there are differences in students' critical thinking skills that have a high understanding of the concept and the students who have a low understanding of the concept. The sample in this study conducted in a cluster random sampling of two classes, where the first class as a class experiment applied learning models

and problem solving as a second grade class learning model applied to conventional control.

The instrument used in this study is understanding the concept of the instrument in the form of multiple choice questions and a total of 14 instruments critical thinking skills in narrative form as 6 questions that have been declared invalid and as a whole has a very high reliability. The results were obtained an average understanding of concepts and critical thinking skills for the experimental class higher than the control class, and the conclusion that for the first hypothesis understanding of physics concepts through problem solving is better than conventional. For the hypothesis to the two students ' critical thinking skills through problem solving is better than conventional. For the third hypothesis is concluded that the critical thinking skills among students who have a better understanding of the concept of high compared with low understanding of the concept.


(7)

iii

KATA PENGATAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan tesis dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Problem Solving

Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan.

Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan tesis ini, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan dan sekalian Narasumber I dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak

Dr. Ridwan A. Sani, M. Si selaku pembimbing I dan Dr. Mariati P.

Simanjuntak, M.Si yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.


(8)

iv

5. Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si, dan Prof. Dr. Asmin, M.Pd yang juga Narasumber penulisan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika Program Pascasarjana yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

7. Bapak Drs. Jongor Ranto Panjaitan selaku Kepala Sekolah SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan, Bapak Windu Manik, S.Pd yang telah memberikan ijin tempat penelitian. Bapak Deo Demonta Panggabean selaku guru fisika dan para guru serta staf administrasi yang memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

8. Kedua orang tuaku yang tersayang, Ayahanda M Sianturi, Ibunda TN Siregar, S. Pd yang sudah memberikan dukungan baik moril maupun materil dari awal perkuliahan sampai selesainya penyusunan tesis ini. Kakakku TH. Damayanti Sianturi, S. Pd dan Abangku Roy H. Gultom, Adik-adikku (Evi Sulastri Sianturi, S. Pd., K. Roni Asi Sianturi, Am. Kep., Ridho Afandi Sianturi dan Deni Supriadi Sianturi yang tiada henti-hentinya memberikan Doa, kasih sayang, dukungan dan semangat kepada saya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.

9. Kedua mertuaku yang tersayang, Drs. B. Hutabarat, M. Pd dan Dra. R. Sinaga., yang sudah memberikan dukungan baik moril maupun materil dari awal perkuliahan sampai selesainya penyusunan tesis ini. Adik-adik iparku ( Rizky Pardomuan Hutabarat., Christian M. Hutabarat, S. Kom dan Junika Sinaga, Am. Kep., Elis M. Hutabarat) yang selalu memberikan dukungan dan


(9)

v

semangat kepada saya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.

10. Suamiku yang tercinta Marvin Frans Sakti Hutabarat, ST. M. Si yang sudah memberikan dukungan baik moril maupun materil dari awal perkuliahan sampai selesainya penyusunan tesis ini dan putriku yang tersayang Marsya Yolanda Hutabarat yang ikut serta memberikan Doa dan semangat dalam penyelesaian tesis ini.

11. Teman-teman sekerja yang tidak dapat disebutkan satu persatu dari Perhimpunan Teladan Sumatera Utara yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesain tesis ini.

12. Rekan-rekan fisika lainnya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik pikiran maupun motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya serta bermanfaat bagi dosen dalam menambah khasanah ilmu pendidikan.

Medan, September 2013

Penulis


(10)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ………. .. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……… . 1

1.2 Identifikasi Masalah ……….. . 8

1.3 Pembatasan Masalah ………. . 8

1.4 Rumusan Masalah ………. . 9

1.5 Tujuan Penelitian ……….. . 9

1.6 Manfaat Penelitian ……… . 10

1.6.1 Manfaat Teoritis. ……… . 10

1.6.2 Manfaat Praktis.. ……… . 10

1.7 Definisi Operasional ………... . 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 Kerangka Teoritis ... 12

2.1.1 Pembelajaran Fisika……….……… ... 12

2.1.2 Pemahaman Konsep ... 13

2.1.3 Kemampuan Berpikir Kritis ... 20

2.1.3.1 Berpikir Kritis dalam Fisika ... 22

2.1.3.2 Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Pembelajaran Fisika ... 23

2.1.4 Hubungan Antara Pemahaman Konsep dengan Kemampuan Berpikir Kritis ... 25

2.1.5 Problem Solving ... 27

2.1.5.1 Konsep Dasar dan Karakteristik Problem Solving ... 27

2.1.5.2 Hakikat Masalah dalam Problem Solving ... 29

2.1.5.3 Karakteristik Problem Solving ... 30

2.1.5.4 Problem Solving dalam IPA ... 30

2.1.5.5 Bagaimana Mengembangkan Problem Solving dalam IPA... 31

2.1.5.6 Mengapa Perlu Menggunakan Problem Solving ... 31

2.1.6 Model Pembelajaran Problem Solving ... 32

2.1.6.1 Model Pembelajaran.. ... 32

2.1.6.2 Fungsi dan Peran Model Pembelajaran ... 34

2.1.6.3 Model Pembelajaran Problem Solving.. ... 34

2.1.6.4 Tahapan-tahapan (Sintaks) Model Pembelajaran Problem Solving ... 36


(11)

vii

2.2. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran dengan

Model Pembelajaran Problem Solving... 38

2.3 Penelitian Yang Relevan ... 43

2.4 KerangkaBerpikir ... 45

2.4.1 Perbedaan Pemahaman Konsep antara Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Problem Solving dan Pembelajaran Konvensional ... 45

2.4.2 Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis antara Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Problem Solving dan Pembelajaran Konvensional ... 47

2.4.3 Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki Pemahaman Konsep Kelompok Atas dan Siswa yang memiliki Pemahaman Konsep Kelompok Bawah ... 49

2.5 Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 53

3.2 Populasi dan Sampel ……… .. 53

3.2.1 Populasi Penelitian ……… 53

3.2.2 Sampel Penelitian ……… .... 53

3.3 Variabel Penelitian ... 53

3.4 Metode dan Desain Penelitian ... 54

3.4.1 Metode Penelitian ... 54

3.4.2 Desain Penelitian ... 54

3.5 Prosedur Penelitian ... 58

3.6 Instrument Penelitian ... 59

3.6.1 Tes Pemahaman Konsep Fisika ... 59

3.6.2 Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 59

3.7 Validitas ... 60

3.7.1 Validitas Isi... ... 60

3.7. 2 Validitas Prediktif ... 61

3.7. 3 Validitas Butir Soal……… ... 61

3.7. 3.1 Analisis Validasi Tes……… ... 61

3.7. 3.2 Tingkat Kesukaran Tes……… ... 62

3.7. 3.3 Reaibilitas Tes……… ... 63

3.7. 3.4 Daya Pembeda Soal……… ... 64

3.8 Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 72

4.1 Hasil Penelitian. ... 72

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

4.1.1.1 Pretes ... 72

4.1.1.1.1 Pretes Pemahaman Konsep ... 72

4.1.1.1.2 Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 74

4.1.1.2 Postest ... 76


(12)

viii

4.1.1.2.1.1 Analisis Pemahaman Konsep Pada Konvensional dan

Problem Solving ... 78

4.1.1.2.1.2 Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 79

4.1.1.2.1.3 Analis Kemampuan Berpikir Kritis Problem Soving dan Konvensional ... 80

4.1.1.2.1.4 Analis Kemampuan Berpikir Kritis Pemahaman Konsep Kelompok Atas ... 81

4.1.1.2.1.5. Analis Kemampuan Berpikir Kritis Pemahaman Konsep Kelompok Bawah ... 82

4.1.1.2.1.6 Analis Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis pada Pemahaman Konsep Kelompok Bawah dan Atas ... 83

4.1.1.3 Gain Skor Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 84

4.1.1.3.1 Gain Skor Pemahaman Konsep ... 84

4.1.1.3.2 Gain Skor Kemampuan Berpikir Kritis ... 84

4.1.1.4 Pengujian Hipotesis ... 85

4.1.1.4.1 Uji Normalitas Postes Pemahaman Konsep ... 85

4.1.1.4.2 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis ... 86

4.1.1.4.3 Uji Homogenitas Pemahaman Konsep ... 86

4.1.1.4.4 Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis ... 87

4.1.1.5 Uji Hipotesis ... 87

4.2 Pembahasan ... 91

4.2.1 Perbedaan Pemahaman Konsep antara Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Problem Solving dan Pembelajaran Konvensional... 91

4.2.2 Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis antara Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Problem Solving dan Pembelajaran Konvensional... 93

4.2.3 Terdapat Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Antara Siswa yang Memiliki Kemampuan Pemahaman Konsep Kelompok Atas dan Pemahaman Konsep Kelompok Bawah ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1 Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... 99


(13)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Aspek dan Indikator Pemahaman Konsep... 19

Tabel 2.2 Aspek Kemampuan Berpikir Kritis ... 21

Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Problem Solving ... 36

Tabel 2.4 Penelitian Yang Relevan ... 43

Tabel 3.1 Desain Penelitian (Two Group Pretes-Postest Design) ... 55

Tabel 3.2 Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Terikat ... 56

Tabel 3.3 Desain Penelitian ANAVA 2x2 ... 56

Tabel 3.4 Kriteria Pemahaman Konsep ... 57

Tabel 3.5 Ringkasan ANOVA Dua Jalur ... 70

Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Konvensional dan Problem Solving ... 72

Tabel 4.2 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 73

Tabel 4.3 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 73

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians dan Rata-Rata Nilai Pretes Kelas Konvensional dan Problem Solving ... 74

Tabel 4.5 Data Pretes Kelas Konvensional dan Problem Solving ... 74

Tabel 4.6 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 75

Tabel 4.7 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 75

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Varians dan Rata-Rata Nilai Pretes Kelas Konvensional dan Problem Solving ... 76

Tabel 4.9 Data Postes Konvensional dan Problem Solving ... 77

Tabel 4.10 Data Pemahaman Konsep Kelompok Atas Kelas Konvensional dan Problem Solving ... 77

Tabel 4.11 Data Pemahaman Konsep Kelompok Bawah Kelas Konvensional dan Problem Solving ... 78

Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep pada Kelas Konvensional dan Problem Solving ... 78

Tabel 4.13 Data Postes Konvensional dan Problem Solving ... 80

Tabel 4.14 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis pada Konvensional dan Problem Solving ... 80

Tabel 4.15 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Pemahaman Konsep Tinggi ... 81

Tabel 4.16 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Pemahaman Konsep Rendah ... 82

Tabel 4.17 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis pada Pemahaman Konsep Kelompok Atas dan Rendah ... 83

Tabel 4.18 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis pada Pemahaman Konsep Kelompok Bawah dan Pemahaman Konsep Kelompok Atas ... 83

Tabel 4.19 Uji Normalitas Postes Kelas Konvensional ... 85

Tabel 4.20 Uji Normalitas Postes Kelas Problem Solving ... 85

Tabel 4.21 Uji Normalitas Postes Kelas Konvensional ... 86

Tabel 4.22 Uji Normalitas Postes Kelas Problem Solving... 86

Tabel 4.23 Uji Homogenitas... 86


(14)

xi

Tabel 4.25 Jumlah Siswa Pemahaman Konsep Kelompok Bawah

dan Tinggi Model Pembelajaran ... 88 Tabel 4.26 Statistik ANOVA ... 89 Tabel 4.27 Uji Levene ... 89


(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian ... 58 Gambar 4.1 Grafik Pemahaman Konsep di Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 79 Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis di Kelas Kontrol dan


(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 104

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 122

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 138

Lampiran 2 : Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep ... 157

Lampiran 3 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 165

Lampiran 4 : Instrumen Tes Pemahaman Konsep ... 168

Lampiran 5 : Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 173

Lampiran 6 : Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis 176 Lampiran 7 : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 185

Lampiran 8 : Hasil Uji Coba Pemahaman Konsep Kemampuan Berpikir Kritis ... 186

Lampiran 9 : Rekapitulasi Pretes Kelas Kontrol ... 190

Lampiran 10 : Rekapitulasi Pretes Kelas Eksperimen ... 192

Lampiran 11 : Rekapitulasi Postes Kelas Kontrol ... 194

Lampiran 12 : Rekapitulasi Postes Kelas Eksperimen ... 196

Lampiran 13 : Rekapitulasi KBK Pemahaman Konsep Tinggi dan Rendah Kelas Kontrol ... 198

Lampiran 14 : Rekapitulasi KBK Pemahaman Konsep Kelompok Atas dan Rendah Kelas Eksperimen ... 199

Lampiran 15 : Perhitungan Gain Skor Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 200

Lampiran 16 : Uji Reliabilitas Instrumen Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 202

Lampiran 17 : Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 204

Lampiran 18 : Uji Homogenitas dan Rata-rata Nilai Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 207

Lampiran 19 : Uji Normalitas Nilai Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 208

Lampiran 20 : Uji Homogenitas Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 211

Lampiran 21 : Uji Hipotesis ANOVA 2 Jalur ... 214

Lampiran 22 : Tabel Harga Kritik dari r Product Moment ... 215


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi siswa sebagai calon sumber daya yang handal untuk dapat bersikap kritis, logis, dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya. Pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan potensi tersebut khususnya dalam pembelajaran fisika.

Pembelajaran fisika diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk memahami fisika secara ilmiah. Fisika adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang merupakan hasil pengalaman langsung dari suatu gejala alam, membahas fenomena yang terjadi pada masalah-masalah nyata yang ada di alam, sehingga pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan berupa fakta, konsep, dan prinsip tetapi juga suatu proses penemuan sistematis yang harus ditempuh siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa didorong untuk menggunakan kemampuan berfikir kritisnya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran fisika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa dan masalah-masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Namun demikian, fisika merupakan mata pelajaran yang kurang diminati oleh


(18)

2

siswa. Hal ini dikarenakan materi penuh dengan rumus-rumus, tidak menyenangkan dan terkadang sulit diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

Banyak opini yang mengatakan bahwa ”mutu pendidikan Indonesia terutama dalam mata pelajaran fisika masih rendah”. Adapun data yang mendukung opini tersebut antara lain yaitu: (1) Data The Trends in Internasional

Mathematics and Sciense Study (TIMSS) (Efendi, 2010) menyebutkan siswa

Indonesia hanya mampu menjawab konsep dasar atau hapalan dan tidak mampu menjawab soal yang memerlukan nalar dan analisis, untuk bidang sains Tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 37 dari 46 Negara, dan Tahun 2007 Indonesia menempati peringkat 35 dari 49 negara. Rendahnya hasil TIMSS ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. (2) Hasil pengamatan dan pengalaman di lapangan yang dilakukan di SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan, pembelajaran yang digunakan oleh guru fisika selama ini cenderung menggunakan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dengan urutan ceramah, tanya jawab dan penugasan menyebabkan pembelajaran kurang bermakna. (3) Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan menunjukkan nilai rata-rata semester I untuk mata pelajaran fisika masih rendah. Berdasarkan Daftar Kumpulan Nilai (DKN) T.P. 2010-2011 dan T.P. 2011-2012 siswa kelas X SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan nilai rata-rata fisika untuk semester I yaitu 64,25 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut adalah 65, padahal nilai yang diperoleh siswa sudah ada nilai tambahan dari guru yaitu penilaian guru terhadap tugas pribadi/kelompok, kehadiran siswa, dan disiplin siswa.


(19)

3

Permasalahan lain dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya fasilitas penunjang pembelajaran seperti alat laboratorium dan penggunaan media pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa masih tergolong rendah.

Rendahnya hasil belajar fisika antara lain diukur dari rendahnya pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa, padahal pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis itu sangat penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan tes awal yang dilakukan pada siswa kelas X-1 di SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan yang berjumlah 36 orang, pada materi gerak lurus diberikan 5 butir pertanyaan tentang pemahaman konsep dan 5 butir pertanyaan tentang kemampuan berpikir kritis. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah tersebut masih rendah. Nilai yang diperoleh siswa rata-rata untuk pemahaman konsep 62,65, dan nilai untuk kemampuan berpikir kritis 40,05 hanya 8 dari 36 orang siswa yang tuntas, yakni mencapai nilai ≥ 70 secara klasikal

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar khususnya pemahaman konsep, salah satunya adalah dalam proses belajar mengajar, guru mengajarkan konsep melalui kegiatan yang kurang berpusat pada siswa. Siswa tidak dilibatkan secara aktif sehingga kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan proses berpikirnya. Selain itu pembelajaran fisika belum bermakna, bersusun dan tidak menekankan pada pemahaman konsep, sehingga pengertian tentang konsep sangat lemah. Hal tersebut juga merupakan salah satu yang menyebabkan isi pembelajaran fisika dianggap sebagai hapalan, siswa dapat menyatakan konsep di luar kepala tetapi tidak mampu memaknai maknanya.


(20)

4

Siswa yang belajar dengan hapalan tingkat kebermaknaannya akan rendah (Dahar, 1991:111).

Pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya (Zulaiha, 2006). Memahami berarti mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer (Anderson et al., 2010). Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson et al., 2010). Konsep adalah suatu gagasan menyeluruh mengenai hukum (prinsip dan azas) atau teori yang mencakup berbagai hal yang terkandung dalam konsep tersebut (Darliana, 2011).

Kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki siswa memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena dengan pemahaman konsep siswa dapat memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lebih lanjut dan mengatur strategi dan taktik sehingga melahirkan jawaban yang ilmiah yang mempresentasikan kemampuan berpikir kritis (Suratmi, 2012)

Pembelajaran fisika memiliki fungsi sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, dan bekerja sama yang diperlukan siswa dalam kehidupan modern sebagaimana tercantum dalam salah satu tujuan pembelajaran fisika dalam KTSP bahwa melalui pembelajaran fisika siswa dapat mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin


(21)

5

tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. Berdasarkan pernyataan di atas maka disimpulkan bahwa pembelajaran fisika memiliki sumbangan yang penting untuk perkembangan kemampuan berpikir kritis dalam diri setiap individu siswa agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi (Achmad, 2007). Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang akan digunakan untuk mengintegrasikan konsep yang diterima dari proses pembelajaran di sekolah dengan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk memecahkan permasalahan fisika yang ada, sehingga setiap siswa harus dibekali dengan kemampuan berpikir kritis yang baik, agar tujuan pembelajaran fisika dapat tercapai.

Melihat kurangnya perhatian terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam fisika beserta implikasinya, perlu untuk memberikan perhatian lebih dalam kemampuan ini dalam pembelajaran fisika saat ini. Hal tersebut karena kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang sangat penting dalam aktivitas pemecahan masalah yang merupakan aktivitas utama dalam fisika (Amalia, 2013). Upaya mengatasi dan mengeliminasi masalah tersebut, diharapkan guru berperan dalam menerapkan berbagai model pembelajaran di sekolah seperti model pembelajaran problem solving.

Proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru, tetapi guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan bukan satu-satunya sumber informasi bagi siswa. Sebaliknya siswa sebagai subjek proses pembelajaran diberi


(22)

6

keleluasaan yang sangat luas untuk menentukan pencapaian kompetensi yang harus diraih. Siswa juga harus lebih aktif menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah yang dihadapi dan menentukan langkah-langkah berikutnya sehingga pengetahuan itu dapat bermakna dalam kehidupan sehari-hari.

Kenyataannya masih banyak guru fisika yang menuntut anak belajar hanya menerima apa yang disampaikan kepadanya. Guru hanya menyampaikan pembelajaran dengan model biasa atau sering disebut pembelajaran konvensional dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa pasif dalam menerima pembelajaran.

Sulit mengharapkan siswa mampu mengajukan jalan pikirannya sendiri. Siswa cenderung tampil sebagai individu yang otomatis, melakukan hal-hal yang biasa dilakukan. Pola pembelajaran seperti itu harus diubah dengan cara menggiring siswa mengkonstruksi ilmunya sendiri dan menemukan konsep-konsep secara mandiri. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru diharapkan dapat menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan, mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide siswa sendiri. Salah satu model pembelajaran dalam pembelajaran fisika yang dapat memberikan keleluasaan siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis adalah model pembelajaran problem solving.

Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model yang membentuk siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif, aktif, dan menghargai keragaman berpikir yang mungkin timbul selama proses pemecahan


(23)

7

masalah (Sudjana, 2000). Model pembelajaran problem solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui model pembelajaran problem

solving siswa aktif berfikir untuk menemukan masalah, merumuskan masalah,

melakukan percobaan, menyajikan dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Problem solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses

pembelajaran. Keberhasilan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan pemahaman konsep yang diterapkan melalui pembelajaran Gerak Lurus (Simanjuntak, 2012).

Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi

problem solving dalam pembelajaran. Simanjuntak (2012) mengungkapkan bahwa

mahasiswa yang mampu memecahkan masalah, lebih mudah mengkonstruksi pengetahuan, serta menggali ide-ide yang berkaitan dengan konsep-konsep sehingga ide-ide yang muncul dapat dikembangkan. Lukman (2011) mengungkapkan bahwa model problem solving yang telah dikembangkan dapat meningkatkan kecakapan berpikir rasional.

Berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu untuk melakukan penelitian mengenai implementasi model pembelajaran problem solving terhadap pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan Gerak Lurus.


(24)

8

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah antara lain sebagai berikut :

1. Hasil belajar fisika masih masih rendah.

2. Penggunaan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru menyebabkan pembelajaran kurang bermakna.

3. Kurangnya minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika.

4. Kurangnya fasilitas sekolah yang mendukung pembelajaran seperti alat laboratorium.

5. Kurangnya penggunaan media pembelajaran.

6. Pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah pada materi gerak lurus.

1.3. Pembatasan Masalah

Memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan batasan masalah dalam penelitian, yaitu :

1. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis yang diperoleh melalui tes tertulis yang diberikan pada akhir penelitian.

2. Penelitian dilakukan di SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan di kelas X Semester 1 Tahun Ajaran 2013/2014.

3. Materi pembelajaran Gerak Lurus.

4. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran problem


(25)

9

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan pemahaman konsep fisika antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional? 2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan

masalah fisika antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran

problem solving dan pembelajaran konvensional?

3. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki pemahaman konsep kelompok atas dan siswa yang memiliki pemahaman konsep kelompok bawah?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran yang objektif tentang kemampuan berpikir kritis siswa SMA melalui pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pemahaman konsep fisika antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah fisika antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional.


(26)

10

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki pemahaman konsep kelompok atas dan siswa yang memiliki pemahaman konsep rendah.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.6.1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan referensi penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis bidang studi fisika.

b. Sebagai bahan pertimbangan, landasan empiris maupun kerangka acuan bagi peneliti pendidikan yang relevan dimasa yang akan datang.

c. Memperkaya dan menambah khazanah ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran

problem solving, pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis.

1.6.2. Manfaat Praktis

a. Sebagai model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar bermakna dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

b. Sebagai umpan balik bagi guru fisika dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis melalui model pembelajaran problem solving.

c. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran fisika khususnya pada tingkat SMA sederajat.


(27)

11

1.7. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam pengertian yang dikehendaki pada penelitian ini, maka penulis membuat defenisi operasional sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya (Zulaiha, 2006). Proses-proses kognitif dalam kategori pemahaman konsep meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson et al., 2010). 2. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,

yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi (Achmad, 2007)

3. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model yang membentuk siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif, aktif dan menghargai keragaman berpikir yang mungkin timbul selama proses pemecahan masalah (Sudjana, 2000).


(28)

98

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep kelompok atas lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki pemahaman konsep kelompok bawah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran untuk pembaca:

1. Bagi guru Fisika

a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving

merupakan salah satu alternatif bagi guru fisika dalam menyajikan materi pembelajaran fisika, khususnya dalam mengajarkan materi.


(29)

99

b. Dalam model pembelajaran problem solving sebaiknya dipertimbangkan dengan waktu sehingga kegiatan pembelajaran bisa terlaksana dengan baik. c. Pembelajaran dengan model problem solving hendaknya memberikan masalah

yang menyangkut hal-hal yang kongkrit dan real yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari agar siswa lebih cepat memahami konsep yang harus ditemukan.

2. Kepada Lembaga Terkait

Pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving masih sangat asing bagi guru maupun siswa terutama di daerah, oleh karena itu perlu disosialisasikan dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika dan kemampuan berfikir kritis siswa.

3. Kepada Peneliti Lanjutan

Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini dengan menerapkan model pembelajaran problem solving dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika dan berfikir kritis siswa dengan menerapkan lebih dalam lagi agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di sekolah.


(30)

101

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2007. Memahami Berfikir Kritis, (Online), (http://researchhengines. com/1007arief3.html, diakses 3 Januari 2013)

Amalia, R. 2013. Analisis Tingkat Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Dengan Model Creative Problem

Solving (CPS). Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 2 No. 1 Desember

2012

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R ., Airasian, P.W., Cruikshank. K. A., Mayer, R. E., Pintrich,P. R., Raths, J., & Wittrock, M. C. 2010. Kerangka Landasan

Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Bailin. 1996. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis. Artikel, (Online),

(http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/pengembangan-kemampuan

berfikir kritis.html diakses 3 Januari 2013)

Dahar, R. W. (1991). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Darliana. 2011. Dasar Pemahaman Konsep dan Penyelesaian Masalah, (Online), (http://pipabdg.blogspot.com/2011/08/pemecahan-masalah-dengan-analisis objek.html, diakses 3 Januari 2013)

De Bone, E. 2007. Revolusi Berfikir. Bandung : Al Mizam.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta : Depsiknas Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Direktorat

Jenderal Perguruan Tinggi Depdikbud.

Ennis. 1996. Strategi for Teaching Critical Thingking. Practical Assesment,

Research & Evaluation,(Online), (http://edresearch.org/pare/getvn.asp?

v=4&n=3, diakses 3 Januari 2013)

Efendi, R. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia dalam TIMSS (Trend Of International On Mathematics and Science Study), Prosiding Seminar

Nasional Fisika 2010, (Online),(http://www.fi.itb.ac.id/~dede/Seminar/

2012.html, diakses 3 Januari 2013)

Fisher, A. 2001. Critical Thingking An Introduction, Australia : Cambridge University Press


(31)

102

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamzah. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang

Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Helmaheri, S. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran Fisika. Bandung : CV Alvabeta

Hutapea, P. 2013. Efek Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Fisika pada Materi Gerak

Lurus di SMA Swasta Josua I Medan. Jurnal Online Pendidikan Fisika

Indonesia Vol. 2 No. 1 Desember 2012

Kanginan, M .2007. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Lukman, A. 2011. Analisis Kritis terhadap Model Poblem Solving, (Online),

(http://alisadikin8.blogspot.com/2011/08/makalah-model-problemsolving. html diakses 3 Januari 2013)

Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Nasution, S. 2008. Metode Researc (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara Pau., Osborn., & Alex, F. 1995. Applied Imagination n Critical Thingking. New

York: Charles Scribner’s Sons.

Panggabean, D. 2013. Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran

Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Jurnal

Online Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 2 No. 1 Desember 2012

Polya. 2003. Permasalahan-Permasalahan dalam Pendidikan. Jakarta : CV Pustaka Setia

Saprudin. 2005. Pengembangan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah untuk

Meningkatkan Kecakapan Berpikir Rasional. Jurnal Pendidikan Fisika

Indonesia, (Online), http://journal.unnes.ac.id/index.php/JPF/article/ download/1122/1039, diakses 3 Januari 2013)

Simanjuntak, M. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi dan

Pemahaman Konsep Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol.8

No. 2 Juli 2012

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana. 2000. Model-Model Pengajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Bandung : Tarsito.


(32)

103

Sukamto, T dan Winaputra, U. 1997. Teori Belajar dan Model-Model

Pembelajaran. Jakarta : Pusat Antar Universitas Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sulianto, I. 2008. Pengembangan Keterampilan Berpikir dan Nilai dalam

Pendidikan Ilmu Pengetahuan IPA. http://journal.unnes.ac.id/index.

php/JPF/article/download/1122/1039, diakses 3 Januari 2013)

Sumarno, A. 2011. Keefektifan Penerapan Paduan Model Pembelajaran Problem Solving dan Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan

Berpikir Kritis, (Online), (http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/

keefektifan-penerapan-paduan-model-pembelajaran-problem-solving-dan-kooperatif-tipe-stad-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-dan-berpikir-kritis, diakses 3 Januari 2013)

Supiyanto, 2007. Fisika Untuk Sma Kelas X. Jakarta : Phibeta

Suratmi, S. 2012. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pokok Bahasan Gerak Rotasi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan

Berpikir Kritis Mahasiswa Polteknik Negeri. Jurnal Pendidikan Fisika

Indonesia, (Online), http://journal.unnes.ac.id/index.php/JPF/article/ download/1122/1039, diakses 3 Januari 2013)

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.

Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Wahyuni. M. 2006. Makalah Problem Solving, (Online), http://wahyuni8.

blogspot.com/2011/08/makalah-model-problem-solving.html, diakses 3 Januari 2013)

Watson dan Glaser . 1980. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kreatif dalam Pembelajaran IPA. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Wijaya. 2008. Model–model Pembelajaran, (Online), (http://wijayalabs. wordpress.com/2008/04/22/model-model pembelajaran/, diakses 3 Januari 2013)

Willem, 1998. Teaching for The Two Sided. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall.

Willis, R. 1998. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta


(1)

11

1.7. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam pengertian yang dikehendaki pada penelitian ini, maka penulis membuat defenisi operasional sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya (Zulaiha, 2006). Proses-proses kognitif dalam kategori pemahaman konsep meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson et al., 2010). 2. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,

yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi (Achmad, 2007)

3. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model yang membentuk siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif, aktif dan menghargai keragaman berpikir yang mungkin timbul selama proses pemecahan masalah (Sudjana, 2000).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep kelompok atas lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki pemahaman konsep kelompok bawah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran untuk pembaca:

1. Bagi guru Fisika

a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving merupakan salah satu alternatif bagi guru fisika dalam menyajikan materi pembelajaran fisika, khususnya dalam mengajarkan materi.


(3)

99

b. Dalam model pembelajaran problem solving sebaiknya dipertimbangkan dengan waktu sehingga kegiatan pembelajaran bisa terlaksana dengan baik. c. Pembelajaran dengan model problem solving hendaknya memberikan masalah

yang menyangkut hal-hal yang kongkrit dan real yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari agar siswa lebih cepat memahami konsep yang harus ditemukan.

2. Kepada Lembaga Terkait

Pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving masih sangat asing bagi guru maupun siswa terutama di daerah, oleh karena itu perlu disosialisasikan dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika dan kemampuan berfikir kritis siswa.

3. Kepada Peneliti Lanjutan

Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini dengan menerapkan model pembelajaran problem solving dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika dan berfikir kritis siswa dengan menerapkan lebih dalam lagi agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di sekolah.


(4)

101

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2007. Memahami Berfikir Kritis, (Online), (http://researchhengines. com/1007arief3.html, diakses 3 Januari 2013)

Amalia, R. 2013. Analisis Tingkat Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Dengan Model Creative Problem Solving (CPS). Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 2 No. 1 Desember 2012

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R ., Airasian, P.W., Cruikshank. K. A., Mayer, R. E., Pintrich,P. R., Raths, J., & Wittrock, M. C. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Bailin. 1996. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis. Artikel, (Online),

(http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/pengembangan-kemampuan

berfikir kritis.html diakses 3 Januari 2013)

Dahar, R. W. (1991). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Darliana. 2011. Dasar Pemahaman Konsep dan Penyelesaian Masalah, (Online), (http://pipabdg.blogspot.com/2011/08/pemecahan-masalah-dengan-analisis objek.html, diakses 3 Januari 2013)

De Bone, E. 2007. Revolusi Berfikir. Bandung : Al Mizam.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta : Depsiknas Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Direktorat

Jenderal Perguruan Tinggi Depdikbud.

Ennis. 1996. Strategi for Teaching Critical Thingking. Practical Assesment, Research & Evaluation,(Online), (http://edresearch.org/pare/getvn.asp? v=4&n=3, diakses 3 Januari 2013)

Efendi, R. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia dalam TIMSS (Trend Of International On Mathematics and Science Study), Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010, (Online),(http://www.fi.itb.ac.id/~dede/Seminar/ 2012.html, diakses 3 Januari 2013)

Fisher, A. 2001. Critical Thingking An Introduction, Australia : Cambridge University Press


(5)

102

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamzah. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Helmaheri, S. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran Fisika. Bandung : CV Alvabeta

Hutapea, P. 2013. Efek Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Fisika pada Materi Gerak Lurus di SMA Swasta Josua I Medan. Jurnal Online Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 2 No. 1 Desember 2012

Kanginan, M .2007. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Lukman, A. 2011. Analisis Kritis terhadap Model Poblem Solving, (Online), (http://alisadikin8.blogspot.com/2011/08/makalah-model-problemsolving. html diakses 3 Januari 2013)

Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Nasution, S. 2008. Metode Researc (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara Pau., Osborn., & Alex, F. 1995. Applied Imagination n Critical Thingking. New

York: Charles Scribner’s Sons.

Panggabean, D. 2013. Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Jurnal Online Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 2 No. 1 Desember 2012

Polya. 2003. Permasalahan-Permasalahan dalam Pendidikan. Jakarta : CV Pustaka Setia

Saprudin. 2005. Pengembangan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kecakapan Berpikir Rasional. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online), http://journal.unnes.ac.id/index.php/JPF/article/ download/1122/1039, diakses 3 Januari 2013)

Simanjuntak, M. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi dan Pemahaman Konsep Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol.8 No. 2 Juli 2012

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana. 2000. Model-Model Pengajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Bandung : Tarsito.


(6)

Sukamto, T dan Winaputra, U. 1997. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Pusat Antar Universitas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sulianto, I. 2008. Pengembangan Keterampilan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan IPA. http://journal.unnes.ac.id/index. php/JPF/article/download/1122/1039, diakses 3 Januari 2013)

Sumarno, A. 2011. Keefektifan Penerapan Paduan Model Pembelajaran Problem Solving dan Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Berpikir Kritis, (Online), (http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/ keefektifan-penerapan-paduan-model-pembelajaran-problem-solving-dan-kooperatif-tipe-stad-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-dan-berpikir-kritis, diakses 3 Januari 2013)

Supiyanto, 2007. Fisika Untuk Sma Kelas X. Jakarta : Phibeta

Suratmi, S. 2012. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pokok Bahasan Gerak Rotasi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Polteknik Negeri. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online), http://journal.unnes.ac.id/index.php/JPF/article/ download/1122/1039, diakses 3 Januari 2013)

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.

Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Wahyuni. M. 2006. Makalah Problem Solving, (Online), http://wahyuni8.

blogspot.com/2011/08/makalah-model-problem-solving.html, diakses 3 Januari 2013)

Watson dan Glaser . 1980. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran IPA. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Wijaya. 2008. Model–model Pembelajaran, (Online), (http://wijayalabs. wordpress.com/2008/04/22/model-model pembelajaran/, diakses 3 Januari 2013)

Willem, 1998. Teaching for The Two Sided. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall.

Willis, R. 1998. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta