Ringkasan Akuntansi Syariah

Ringkasan Islam dan Syariah Islam

Achmad Rizky Fauzi
12/332977/EK/19008

Makna Islam
Dilihat dari sisi bahasa, Islam berasal dari kata “aslama, yuslimu, islaman” yang artinya
tunduk dan patuh. Namun jika dari sisi terminologinya islam merupakan apa yang disabdakan oleh
Nabi Muhammad Shallahu'alaihi Wassalam yaitu:
“Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan
shaum Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah – jika engkau berkemampuan
melaksanakannya.” (H.R. Muslim)
Inti dari apa yang diajarkan oleh nabi adalah tauhid yaitu mengesakan Allah sebagai disertai
sikap tunduk, patuh, dan pasrah kepada Allah sehingga dengan demikian seseorang dapat dikatakan
sebagai orang mukmin, jika tidak demikian maka dia disebut kafir.
Menurut Islam kehidupan manusia di dunia adalah bagian kecil dari perjalanan panjangnya
menuju Allah. Kematian bukanlah akhir perjalanan manusia melainkan awal perjalanannya menuju
akhirat yang kekal. Apabila manusia ingin kehidupan yang baik di akhirat maka dia harus menjalani
hidup sesuai dengan ketentuan Allah serta berusaha menjadikan hari esok lebih baik dari hari ini.
Islam tidak hanya mengatur hubungan dan interaksi manusia dengan Rabb-nya seperti pada

ibadah ritual tetapi juga mengatur hubungan dan interaksi antar manusia serta manusia dengan alam
sekitarnya. Islam adalah sebuah pedoman hidup yang diturunkan Allah sebagai Rabb alam semesta
agar manusia tunduk, patuh, dan pasrah pada ketentuan-Nya untuk meraih derajat kehidupan yang
lebih tinggi baik di dunia maupun di akhirat.
Dasar-dasar Ajaran Islam
Akidah
Kedudukan akidah dalam ajaran Islam sangan penting, islam tidak dapat ditegakkan tanpa
akidah. Kata akidah berasal dari kata 'aqad yang berarti ikatan. Menurut ahli bahasa akidah adalah
perjanjian yang teguh dan kuat terpatri dalam hati dan tertanam dalam lubuk hati yang paling
dalam. Akidah bersifat kekal dan tidak berubah karena diturunkan oleh Rabb alam semesta sehingga
tidak berubah dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Akidah dan syariat islam sudah diatur
oleh Allah untuk bisa diterapkan bagi semua manusia, bukan hanya untuk suatu bangsa atau budaya
tertentu saja.
Substansi dari akidah adalah keimanan, yang terangkum dalam rukun iman, yaitu beriman
kepada Allah, beriman kepada para Malaikat, beriman kepada kitab-kitab-Nya, beriman kepada
Nabi dan Rasul, beriman kepada hari akhir, dan beriman kepada qadha dan qadar.

Ringkasan Islam dan Syariah Islam

Achmad Rizky Fauzi

12/332977/EK/19008

Dalam menyikapi ajakan untuk berakidah manusia terbagi menjadi lima golongan yaitu:
1. Mukmin adalah orang yang menerima dan meyakini rukun iman dalam hati, diucapkan
melalui lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan.
2. Kafir yaitu orang yang secara terang-terangan menolak rukun iman.
3. Munafik merupakan orang yang berpura-pura menerima akidah Islam walaupun dalam
hatinya menolah akidah Islam.
4. Musyrik yaitu orang yang menyekutukan Allah dalam ibadahnya.
5. Murtad yaitu orang yang semula beriman kepada Allah kemudian menjadi kafir.
Iman merupakan dasar dari ajaran Islam, mengingat iman adalah perjanjian dalam hati
sehingga iman seseorang tidak terlihat secara kasat mata. Seseorang yang mengaku beriman
kemudian diminta untuk menjaga imannya dan dapat terlihat melalui perbuatannya yang sesuai
dengan ketentuan syariah Islam yang telah ditetapkan oleh Allah.
Syariah
Kata syariah dalam bahasa Arab memiliki arti jalan yang ditempuh atau garis yang seharusnya
dilalui. Sedangkan secara istilah syariah bermakna pokok-pokok aturan hukum yang digariskan oleh
Allah untuk dipatuhi dan dilalui seorang muslim dalam menjalani semua aktivitas dalam hidupnya.
Ketentuan syarah bersifat komprehensif, artinya mencakup semua aspek kehidupan manusia
termasuk di dalamnya ibadah mahdhah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan ibadah

muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan makhluk Allah lainnya. Juga universal yaitu
dapat diterapkan bagi semua umat manusia dalam setiap waktu dan keadaan.
Aturan mengenai ibadah muamalah mencakup:
1. Hukum keluarga (ahwalus syakhsiyah),
2. Hukum privat (ahkamul madaniyah), mengatur hak manusia satu sama lain dalam tukarmenukar kebendaan dan manfaat,
3. Hukum pidana (ahkamul jinaiyah), hukum acara (ahkamul murafaat),
4. Hukum perundang-undangan (ahkamul dusturiyah)
5. Hukum internasional (ahkamul dauliyah)
6. Hukum ekonomi dan keuangan (ahkamul iqtishadiyah maaliyah)
Dari penjelasan di atas cakupan syariah dalam kehidupan sangat luar termasuk hukum
ekonomi yang di dalamnya terdapat akuntansi syariah sebagai bentuk pengamalan dari aturan
syariah.
Akhlak
Akhlak dalam Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan Rasul (Surat Ali

Ringkasan Islam dan Syariah Islam

Achmad Rizky Fauzi
12/332977/EK/19008


'Imran ayat 31-32), dengan sesama manusia (Surat Al Baqarah ayat 83), dan alam (Surat Al Baqarah
ayat 30) serta pada diri sendiri (Surat Al Baqarah ayat 44).
Akidah, syariah, dan akhlak terkait satu sama lain, tidak bisa dipisah-pisahkan karena
ketiganya diperlukan untuk membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim.
Hukum Islam
Hukum Islam atau disebut juga hukum syara' merupakan hukum Allah yang mengatur
perbuatan manusia yang di dalamnya mengandung tuntutan untuk dikerjakan atau ditinggalkan oleh
para mukalaf. Hukum syara' hanya dapat diambil dari Al Quran, Sunah Nabi, Ijma', dan Qiyas.
Semua firman Allah berupa perintah, larangan, janji, ancaman, dan lainnya merupakan bagian dari
hukum yang universal.
Kepatuhan terhadap hukum yang telah ditetapkan oleh Allah adalah sebuah keniscayaan dan
semua amal perbuatan manusia di dunia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di hari
akhir. Amal perbuatan manusia hanya dianggap benar jika amal tersebut adalah amal yang
dilaksanakan sesuai dengan syariah berdasarkan hukum Allah. Artinya amal yang diterima Allah
adalah amalan yang bersumber dari ketetapan yang telah diturunkan Allah.
Para ahli fikih membagi hukum Islam menjadi lima yaitu:
1. Wajib, yang dibagi menjadi wajib 'ain (kewajiban yang dibebankan kepada semua mukalaf)
dan wajib kifayah ( yang jika sudah ada yang mengerjakan maka kewajiban itu gugur).
2. Sunah
3. Haram

4. Makruh
5. Mubah
Seseorang dikatakan telah mengamalkan hukum syara' jika dia memang telah mengetahui
hukum syara' atas perbuatannya, kemudian ia berniat melakukannya berlandaskan syariah. Hukum
Islam tidak hanya mengatur ibadah mahdhah tetapi juga mengatur perbuatan yang sifatnya duniawi
seperti jual-beli, belajar, menikah, dan lain sebagainya karena Islam tidak memisahkan agama
dengan urusan dunia.
Sasaran Hukum Islam
Penyucian Jiwa
Penyucian jiwa dimaksudkan agar manusia mampu berperan sebagai sumber kebaikan bagi
masyarakat dan lingkungannya. Allah memerintahkan manusia yang beriman kepada-Nya untuk

Ringkasan Islam dan Syariah Islam

Achmad Rizky Fauzi
12/332977/EK/19008

shalat, zakat, puasa, dan haji, yang dijamin oleh Allah akan memberikan dampak positif bagi
kehidupan manusia bila dilakukan dengan benar dan niat yang benar pula. Dengan demikian ibadah
tersebut dapat menumbuhkan rasa kasih sayang, jiwa tolong-menolong, kesetiakawanan sosial

sehingga akan tercipta masyarakat yang aman dan tenteram.
Menegakkan Keadilan dalam Masyarakat
Semua manusia akan dinilai dan diperlakukan Allah secara sama, tanpa melihat latar belakang
strata sosial, agama, kekayaan, keturunan, warna kulit, dan sebagainya, sebagaimana dijelaskan
Allah dalam surat Al Maidah ayat 8 dan surat An Nahl ayat 90. Keadilan merupakan harapan dan
fitrah manusia sehingga Allah melarang untuk berbuat tidak adil.
Mewujudkan Kemaslahatan Manusia
Mewujudkan kemaslahatan manusia dalam Islam dikenal dengan Maqashidusy Syariah yang
dari segi bahasa berarti maksud dan tujuan adanya hukum Islam yaitu untuk kebaikan dan
kesejahteraan umat manusia di dunia dan di akhirat.
1. Memelihara Agama (al Muhafazhah 'alad Dien)
Untuk memelihara agamanya, Allah mewajibkan manusia untuk shalat, zakat, puasa, haji. Apabila
tidak melakukannya maka ia mendapat dosa karena meninggalkan apa yang diperintahkan Allah.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa ibadah dapat menyucikan jiwa sehingga manusia
menjadi sumber kebaikan bagi, rahmat bagi alam semesta.
2. Memelihara Jiwa (Al Muhafazhah 'alan Nafs)
Memelihara jiwa adalah memelihara hak untuk hidup secara terhormat agar manusia terhindar dari
pembunuhan, penganiayaan, fitnah, cacian, dan perbuatan buruk lainnya. Allah sebagai sang
pencipta telah mengatur bentuk-bentuk pemeliharaan jiwa, contohnya Allah melarang membunuh
bila melanggar maka ada hukum qishash yaitu hukuman yang setara dengan kejahatan yang

dilakukan atas diri manusia. Namun bila hukum ini bisa dibatalkan jika permintaan maaf diterima
atau meminta diyat. Contoh lainnya Allah menghalalkan makanan yang sebelumnya haram apabila
keadaan seorang hamba benar-benar darurat. Selain itu Allah melarang perbuatan fitnah karena
dampaknya lebih buruk dari pembunuhan.
3. Memelihara Akal (Al Muhafazhah 'alal 'Aql)
Menjaga akal bertujuan agar tidak rusak sehingga mengakibatkan seseorang melakukan perbuatan
buruk di masyarakat. Jika akal seseorang rusak maka dampaknya bukan hanya pada diri sendiri
tetapi masyarakat juga ikut menanggung dampaknya. Oleh karena itu harus ada sanksi hukum untuk
orang yang dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat membahayakan akalnya.
4. Memelihara Keturunan (Al Muhafazhah 'alan Nasl)

Ringkasan Islam dan Syariah Islam

Achmad Rizky Fauzi
12/332977/EK/19008

Memelihara keturunan adalah memelihara kelestarian manusia dan membina sikap mental generasi
penerus agar terjalin rasa persahabatan dan persatuan di antara sesama umat manusia. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan pernikahan yang sah yang sesuai dengan ketentuan syariah
sehingga terbentuk keluarga yang tenteram dan saling menyayangi. Untuk memelihara keturunan

diterapkan hukuman yang keras bagi orang yang melakukan zina.
5. Memelihara Harta (Al Muhafazhah 'alal Mal)
Menjaga harta bertujuan agar harta yang dimiliki oleh manusia diperoleh dan digunakan sesuai
dengan ketentuan syariah. Aturan syariah mengatur proses perolehan dan pengeluaran harta. Dalam
memperoleh harta harus bebas dari riba, judi, menipu, merampok, mencuri, dan tindakan lainnya
yang dapat merugikan orang lain. Sedangkan penggunaan harta juga harus sesuai dengan tuntunan
syariah, seperti kewajiban membayar zakat sesuai ketentuan, tidak boros, dan tidak kikir.
Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketentuan-ketentuan syariah bertujuan untuk
kemaslahatan bagi manusia dan juga lingkungannya. Seharusnya manusia sebagai makhluk ciptaanNya mau tuntuk, patuh, dan pasrah kepada ketentuan syariah dari Allah. Meskipun demikian Allah
memberikan kebebasan bagi manusia untuk memilih dan Allah memberikan akal manusia sebagai
alat untuk memilih dan menerima konsekuensinya.