ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG

(1)

ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI

LAMPUNG

Oleh

MUHAMAD FEBRI UTAMA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan alat analisisregresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dilakukan dengan menggunakan rentang waktu 15 tahun yaitu tahun 1999-2013.Alat analisis menggunakan Program SAS V.8. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Indeks Pembangunan Manusia dengan koefisien regresi sebesar 0,80192 memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya variabel.inflasi memiliki koefisien regresi sebesar 0,36994 memiliki pengaruh pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Hasil dari analisis juga menyimpulkan bahwa variabel IPM dan Inflasi melalui pengujian hipotesis secara keseluruhan, semua variabel secara bersama-sama memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.


(2)

ANALYSIS OF EFFECT OF HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) AND INFLATION ON ECONOMIC GROWTH IN THE PROVINCE

LAMPUNG

By

MUHAMAD FEBRI UTAMA

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of the Human Development Index (HDI), and inflation on economic growth in the province of Lampung. This study using multiple linear regression analysis with Ordinary Least Square (OLS) performed by using a span of 15 years ie 1999-2013 year. Analysis tools using the SAS program V.8. The results of this study indicate that the Human Development Index of variables with a regression coefficient of 0.80192 has a positive and significant impact on economic growth. Furthermore inflation variable has a regression coefficient of 0.36994 has a positive and significant impact effect on economic growth in the Province of Lampung. The results of the analysis also concluded that the HDI variables and inflation through hypothesis testing as a whole, all the variables are jointly significant effect on economic growth in the Province of Lampung.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muhamad Febri Utama, dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 18 Februari 1992. Sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Hipni dan Ibu Liyana dan kakak dari Novian Dwi Hadi.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Islam Nurul Iman (1997-1998), Sekolah Dasar Negeri 05 Kotabumi Lampung Utara (1998-2004), Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kotabumi Lampung Utara (2004-2007), Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara (2007-2010). Kemudian pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.).

Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) di Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementrian Koperasi dan UMKM, dan Bank Indonesia (BI).Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2014 selama 40 hari di Pekon Fajar Baru Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten


(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Allah SWT. Sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik. Serta Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman

kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan

Alhamdulillaahirabbil’ alamiin.

Untuk kedua orang tuaku Abi Hipni dan Mami Liyana , terima kasih atas doa yang selama ini diberikan untuk kelancaran skripsi ini, kalian adalah separuh

jiwaku.

Adikku Novian Dwi Hadi, terima kasih atas doa dan dukunganya.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan, dukungan dan doa yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini.

Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(9)

MOTO

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Q.S Al-Baqarah: 153)

Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”

(HR. Muslim)

“Tidak ada kenyamanan di hari tua bagi mereka yang malas di masa muda” (Bob Sadino)

Jadilah lelaki yang tangguh, agar dapat kebahagiaan yang utuh

(Muhamad Febri Utama)

Iman dan Ilmu terpatri dalam sanubariku


(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkankan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul“Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung.” Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan serta terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selalu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak M.Husaini, S.E., M.E.P. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

3. Ibunda Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung dan sekaligus selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan saran yang sangat bermanfaat untuk Penulis.


(11)

saran dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir kepada penulis. 5. Bapak Asrian Hendi Caya, S.E., M.E. selaku Pembimbing Akademik

6. Seluruh bapak dan ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama masa perkuliahan. 7. Keluargaku Tercinta, Abi dan Mami yang tiada hentinya mendukung dan

tak pernah lelah mendoakan, adik Novian Dwi Hadi yang selalu memberikan senyuman penyemangat dan doa yang tulus ikhlas.

8. Bu Hudaiyah, Bu Mar, Bu Yati, Mas Kus, pakde kantin, pakde-pakde, dan para staf Ekonomi Pembangunan yang telah membantu kelancaran proses skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku Danny Chandra, Chairman Sani, Ardan Rifa’i, Darusman Tohir, Dede Saputra yang selalu saya repotkan, pemberi semangat, doa dan motivasi.

10. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010 Dicki, Adi, Andhika Rizki, Dimas, Diah, Benny, Ari, Nova, Dessy Ratnasari, Sandi dan lainnya yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam hidup. Serta seluruh

teman-teman EP’10 yang tak dapat disebut satu persatu karena keterbatasan yang

ada.

11. Keluarga KKN tersayang,semua keluarga induk semang, Nisa, Maiza, Ido, Khemdun, Fira, Mimi, Nindya, Wayan, Mano, Novil, Tiwi yang telah memberikan pengalaman serta kebersamaan yang luar biasa selama masa KKN.


(12)

angkatan 2011 dan 2012yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namun terima kasih banyak , atas dukungannya.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, 30 Januari 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... …….i

DAFTAR TABEL ... …....iii

DAFTAR GAMBAR ... ……iv

DAFTAR LAMPIRAN ... …….v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Kerangka Pemikiran ... 11

F. Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PertumbuhanEkonomi ... 14

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 15

2.TeoriPertumbuhanEkonomi ... 16

3. ManfaatPertumbuhanEkonomi ... 21

B. Inflasi dan Implikasinya ... 21

1.TeoriInflasi ... 23

2.Jenis-JenisInflasi ... 26

3.Faktor-Faktor yang MenimbulkanInflasi ... 26

4.AkibatBurukInflasi ... 28

5.Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi ... 31

C. Indeks Pembangunan Manusia ... 32

1.IndeksPembangunan Manusia ... 32

2.Definisi Indeks Pembangunan Manusia ... 35

3.Tahapan Penghitungan IPM dan Penentuan Status IPM... 38

4. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Pertumbuhan Ekonomi ... 40

D. Penelitian Terdahulu ... 41

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 43

B. Batasan Peubah Variabel... 43

C. Metode Analisis Data ... 45


(14)

a.

Pengujian Normalitas ... 46

b.

Pengujian Heteroskedastisitas ... 50

c.

Pengujian Autokorelasi ... 54

d. Pengujian Multikolinearitas ... 57

E. Uji Hipotesis ... 61

a.

Uji F Statistik ... 61

b.

Uji t Statistik ... 62

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HasilAsumsiKlasik ... 65

B. Analisis Regresi Komponen Utama ... 73

C. Pengujian Hipotesis ... 75

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

E. Keterbatasan Penelitian ... 84

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 39

2. Hasil Uji Normalitas Untuk Variabel Y ... 67

3. Hasil Uji Normalitas Untuk Variabel X1 ... 68

4. Hasil Uji Normalitas Untuk Variabel X2 ... 68

5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 70

6. Durbin Watson Test Bound ... 71

7. Hasil Uji Autokorelasi... 71

8. Hasil Uji Multikolinieritas dengan Metode VIF ... 73

9. Hasil Uji Regresi Komponen Utama... 73

10.Hasil Uji t Probability ... 76


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Penelitian ... L.1 2. Uji Normalitas ... L.2 3. Uji Heteroskedastisitas ... L.3 4. Uji Autokorelasi ... L.4 5. Uji Multikolinieritas ... L.5 6. Regresi Komponen Utama ... L.6 7. Uji t Probability ... L.7 8. Pengujian Hipotesis Secara Keseluruhan (Uji F) ... L.8


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013... 03 2. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Lampung

Tahun 1999-2013... 07 3. Perkembangan Inflasi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013... 10 4. Kerangka Pemikiran... 12 5. Statistik Durbin-Watson Untuk Mengetahui Daerah yang Termasuk

Autokorelasi atau Tidak... 56 6. Grafik Histogram... 66 7. Grafik Normal Probability Plots... 66 8. Hubungan IPM dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun

1999-2013... 79 9. Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan fenomena penting yang dialami dunia semenjak dua abad belakangan ini. Dalam periode tersebut dunia telah mengalami perubahan yang sangat nyata apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sampai abad ke 18 kebanyakan masyarakat di berbagai negara masih hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata

pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

Pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. (Sukirno,

2006:423).

Pertumbuhan ekonomi adalah hal yang selalu diprioritaskan sebab adanya pertumbuhan ekonomi mengindikasikan adanya pertambahan pendapatan

perkapita. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi memungkinkan terjadinya pembangunan ekonomi di banyak bidang. Menurut Kuznets pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk


(19)

menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya (Jhingan, 2010:57).

Pembangunan ekonomi yang baik dan berkelanjutan sangat diharapkan oleh negara seperti Indonesia karena dapat mengatasi masalah kemiskinan,

pengangguran, buta huruf meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberi perhatian lebih di bidang kesehatan dan pendidikan (Masriah, 2011:23). Dengan kata lain negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka ia akan mampu memberikan efek yang tinggi terhadap bidang-bidang yang lain sebab ketika suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi maka pendapatan nasional suatu negara akan terdongkrak naik sehingga bisa dialokasikan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur perekonomian. Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan utama suatu negara guna mensejahterakan

penduduknya. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya adalah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah ataupun ekspor dan impor. Dalam variabel model pertumbuhan ekonomi tersebut tentunya terdapat indikator-indikator dari variabel yang mempengaruhi besar kecilnya jumlah dari masing-masing variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, indikator dari variabel tersebut diantaranya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Inflasi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pengaruhnya termasuk kedalam pengeluaran pemerintah (G), Karena dana yang di alokasikan dari pengeluaran pemerintah ini diantaranya ditujukan untuk peningkatan Indeks Pembangunan Manusia, melalui indikator Indeks Pembangunan Manusia yakni peningkatan pendidikan, kesehatan ataupun taraf hidup masyarakat. Sedangkan,


(20)

inflasi pengaruhnya termasuk kedalam konsumsi (C), karena inflasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan dari tinggi ataupun rendahnya konsusmsi masyarakat. Atas dasar tersebut, penulis memilih IPM dan Inflasi sebagai variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung untuk dijadikan penelitian.

3.54 3.4 3.61 4.62 5.76 5.07 4.02 4.98 5.94 5.35 5.26 5.88 6.42 6.48 5.97 0 1 2 3 4 5 6 7

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013

Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: BPS Provinsi Lampung, Tahun 2014

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013

Berdasarkan Gambar 1, pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tahun 2000-2003 selalu mengalami peningkatan dari 3,4% untuk tahun 2000 naik sebesar 2,36% pada tahun 2007 menjadi 5,76%. Meskipun pada tahun 2000 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung mengalami penurunan sebesar 0,14% yang sebelumnya pada tahun 1999 sebesar 3,54% pada tahun 2000 turun menjadi 3,40%. Selanjutnya, meskipun pertumbuhan ekonomi provinsi Lampung tiap tahunnya masih wah pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetapi, Menurut BPS


(21)

Provinsi Lampung 2014 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung dari tahun 2009 hingga tahun 2012 selalu mengalami peningkatan namun tidak dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung mengalami ketidakstabilan pada tahun tersebut. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Lampung sebesar 5,26% dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,46% yang justru pertumbuhan ekonomi indonesia ini mengalami penurunan yang drastis dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2008 sebesar 5,89% mengalami penurunan sebesar 1,43% menjadi 4,46% tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung juga mengalami penurunan tetapi relatif kecil sebesar 0,09% dari tahun 2008 sebesar 5,35% menjadi 5,26% tahun 2009. namun pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung mengalami peningkatan yang tajam sebesar 0,62% hal yang sama juga terlihat pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami peningkatan yang drastis yaitu sebesar 1,74%. Di tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung mengalami peningkatan kembali sebesar 0,54% hal yang sama juga terlihat pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar 0,26%. Akan tetapi pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung mengalami peningkatan sebesar 0,06% sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,23% dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi lampung berdasarkan gambar 1 paling tinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,48% dan terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 3,4%. Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi diantaranya adalah pada tahun 2000, pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi lampung rendah salah satunya dikarenakan pasca krisis moneter yang melanda


(22)

perekonomian Indonesa tahun 1998-1999 menyebabkan pertumbuhan ekonomi indonesia tersebut cenderung memburuk dan masih dalam proses membangun. Sedangkan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan paling tinggi diantaranya disebabkan karena pada tahun tersebut semakin membaiknya kuantitas dan kualitas tenaga kerja, adanya penambahan modal dan kemajuan teknologi di Provinsi Lampung. Dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja ini tentunya meningkatkan juga hasil output produksi karena menurut solow pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari faktor tersebut. Selain itu juga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Lampung memiliki nilai yang tinggi ini dikarenakan membaiknya sektor pendidikan dan kesehatan yang merupakan indikator dari IPM, dan juga pada tahun tersebut inflasi masih berada dalam kategori normal.

Menurut Solow pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal dan teknologi. Sedangkan salah satu alat untuk mengukur pembangunan kualitas dan kuantitas tenaga kerja adalah Indeks Pembangunan Manusia (Todaro, 2003:150). Indeks pembangunan manusia merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembagian manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu kesehatan yang diukur dari rata-rata usia harapan hidup, pengetahuan dan pendidikan yang diukur dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf dan standar hidup layak


(23)

IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:

a. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran.

b. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang

dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).

c. Standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli.

Untuk mewujudkan tercapainya ketiga unsur tersebut dilakukan upaya konkrit dan berkesinambungan. Misalnya untuk mencapai umur panjang (Angka Harapan Hidup) yang tinggi, harus didukung oleh tingkat kesehatan yang baik, status gizi baik dan semua prasarana kesehatan lingkungan yang baik. Untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan, manusia harus meningkatkan kualitas pendidikannya, pembangunan pendidikan harus diutamakan dimana angka melek huruf ditingkatkan. Untuk itu rata-rata lama bersekolah harus diatas 12 tahun atau setingkat tamat SLTA.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berperan penting dalam pembangunan perekonomian modern sebab pembangunan manusia yang baik akan menjadikan faktor-faktor produksi mampu dimaksimalkan. Mutu penduduk yang baik akan mampu untuk berinovasi mengembangkan faktor-faktor


(24)

produksi yang ada. Selain daripada itu pembangunan manusia yang tinggi mengakibatkan jumlah penduduk akan tinggi pula sehingga akan menaikkan tingkat konsumsi. Hal ini akan mempermudah untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno,2006:430).

63

64.1 64.9

65.8 66

68.4 68.569.3869.78

70.370.9371.42 71.9472.45 73.24 56 58 60 62 64 66 68 70 72 74 76

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

Lampung Tahun 1999-2013

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumber: BPS Provinsi Lampung, Tahun 2014

Gambar 2.Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Lampung Tahun 1999-2013

Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Lampung dari tahun ke tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2009-2012 IPM Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebesar 70,93 meningkat sebesar 1,52 menjadi 72,45%. Hal yang sama juga


(25)

terus mengalami peningkatan dari 5,26% meningkat sebesar 1,22% menjadi 6,48%.

IPM Provinsi Lampung tertinggi terjadi pada tahun 2013 degan nilai IPM sebesar 73,24 dan terendah terjadi pada tahun 1999 dengan nilai sebesar 63. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi diantaranya adalah pada tahun 1999 tersebut perekonomian Indonesia masih dalam keadaan yang terpuruk

dikarenakan pada tahun tersebut terjadi krisis moneter. Kondisi perekonomian yang buruk tersebut berpengaruh dalam banyak hal, diantaranya juga berimbas kepada Indeks Pembangunan Manusia yang cenderung rendah. Untuk nilai IPM paling tinggi yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 73,24 dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah membaiknya pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung dan juga pada tahun tersebut inflasi berada pada kategori yang rendah.

Akan tetapi menurut BPS Provinsi Lampung tahun 2014, IPM Provinsi Lampung yang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya ini, hal yang sama tidak terlihat dengan pertumbuhan ekonomi yang dari tahun ke tahunnya cenderung mengalami ketidakstabilan. Selanjutnya jika dibandingkan dengan beberapa Provinsi di Sumatera, pertumbuhan ekonomi dan IPM Provinsi

Lampung ini adalah yang paling rendah. Beberapa Provinsi itu diantaranya adalah : Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,Bangka Belitung, dan Jambi.

Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam pengendalian ekonomi makro yang berdampak luas terhadap berbagai sektor ekonomi. Sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Jadi disini jika inflasi terjadi


(26)

secara berkepanjangan tentunya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi karena kebanyakan orang ingin menyimpan uangnya saja di Bank tanpa berpikir untuk ber-investasi yang dimana disini Investasi merupakan faktor yang paling menunjang bagi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi jika inflasi hanya berlangsung sementara dan tingkat inflasi yang masih dibatas wajar dengan syarat dan batas-batas yang masih toleran justru inflasi akan mendorong perekonomian.

Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kebijakan yang digunakan otoritas moneter, dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI) dalam upaya menanggulangi inflasi.

ITF merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode kedepan. Rendah dan stabilnya tingkat inflasi merupakan salah satu syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh sebab itu inflasi menjadi fokus pencapaian tujuan kebijakan moneter saat ini. Hal ini sejalan dengan tujuan BI yang mencapai dan memelihara kestabilan rupiah dalam kaitannya dengan harga barang dan jasa yang diukur dengan laju inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain (Undang-undang No.23 tahun 1999 yang telah diamandemen menjadi Undang-undang No.3 tahun 2004).

Secara umum, inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Yang berakibat pada turunnya daya beli masyarakat karena secara riil pendapatannya juga menurun. Jadi jika ada kenaikan harga pada suatu barang namun kenaikan itu bersifat sementara maka hal tersebut belum bisa di katatakan inflasi (Putong, 2003:254).


(27)

3,34 10,18 12,94 10,32 5,44 5,22 21,17 6,03 6,58 14,82 2,17 9,95 4,24 4,3 7,56 0 5 10 15 20 25

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Inflasi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013

Inflasi Sumber: BPS Provinsi Lampung, Tahun 2014

Gambar 3.Perkembangan Inflasi Provinsi Lampung tahun 1999-2013

Berdasarkan gambar 3, inflasi Provinsi Lampung dari tahun ke tahunnya

cenderung mengalami ketidakstabilan (fluktuatif). Berdasarkan data menunjukkan jika inflasi naik dari tahun sebelumnya ke tahun berikutnya pertumbuhan ekonomi cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan BPS Provinsi Lampung tahun 2014 pada tahun 2001,2002,2003,2005,2011,2013 pergerakan inflasi mengalami peningkatan, akan tetapi pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan inflasi sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

Masalah pertumbuhan ekonomi penting untuk diteliti dan dikembangkan karena dampak/pengaruhnya yang besar terhadap perekonomian di Indonesia. Berasarkan latar belakang di atas melalui variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan inflasi yang secara tidak langsung memberikan pengaruh yang nyata terhadap


(28)

indikator pertumbuhan ekonomi untuk itu, peneliti tertarik mengambil judul

“Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Inflasi

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Lampung”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

2. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

2. Untuk mengetahui hubungan antara inflasi dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), inflasi dalam mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. 2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat

untuk meneliti mengenai pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

E. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan


(29)

kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi diantaranya Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Ekspor ataupun Impor. Selain itu seiring berkembangnya zaman ada faktor lainnya yang mendukung laju pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan inflasi. Inflasi memberikan pengaruh terhadap konsumsi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang pengarunhya terhadap pengeluaran pemerintah.

Berdasarkan landasan berpikir diatas peneliti akan meneliti apakah nantinya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Lampung, untuk itu dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (X1) di Provinsi Lampung tahun 1999 – 2013, inflasi (X2) di Provinsi Lampung tahun 1999 – 2013 yang dinyatakan dalam persen (%). Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah pertumbuhan ekonomi (Y) di Provinsi Lampung 1999 – 2013 yang dinyatakan dalam persen (%). Dan dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (X1)

Inflasi (X2)

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi


(30)

F. Hipotesis

1. Diduga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung.

2. Diduga Inflasi berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakt meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat (Sukirno, 2006:423).


(32)

Menurut Sukirno, (1994:415) bahwa istilah pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan dari suatu perekonomian, sedangkan dalam analisis makro ekonomi tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara.

Menurut Kuznets pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya (Jhingan, 2010:57).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan dalam kegiatan ekonomi yang ditandai dengan kenaikan output barang dan jasa sehingga berakibat pada kenaikan pendapatan per kapita.

1. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno faktor-faktor penting yang dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi adalah: (1) Tanah dan kekayaan alam lainnya. (2) Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja. (3) Barang-barang modal dan tingkat teknologi. (4) Sistem sosial dan sikap masyarakat

Faktor produksi adalah sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan (Jhingan, 2010:67). Beberepa faktor ekonomi tersebut adalah: (1) Tanah dan kekayaan alam lainnya. (2) Akumulasi modal. (3) Organisasi. (4) Kemajuan teknologi. (5) Pembagian kerja dan skala produksi.


(33)

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan (Todaro, 2006). Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut (melalui

pertumbuhan produktivitas). Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi.

Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan seperti yang diuraikan sebagai berikut:

a. Teori Pertumbuhan Solow Dengan Unsur Human Capital

Teori ini memasukkan unsur human capital sebagai unsur yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Human capital berperan sama dengan kapital yang bersifat fisik. Model awal teori ini ditulis sebagai

Y (t) = K (t)α {A(t)H(t)}1-α...(1) .

Y : output

K : persediaan modal fisik A : kemajuan teknologi H : labor service


(34)

K dan H bersama-sama mempengaruhi output dan berlaku constant return to scale. Variabel H bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan jumlah tenaga kerja sebagaimana dinotasikan sebagai berikut.

H(t) = L(t) G(E), dimana L adalah jumlah tenaga kerja, G adalah fungsi dari

human capital per tenaga kerja yang digambarkan dalam tingkat pendidikan tenaga kerja (E). Variabel K dan L adalah dinamik dan dinotasikan sebagai berikut:

K = sK Y(t) dan L = nL(t)

sK adalah bagian dari output yang disisihkan untuk akumulasi modal dengan asumsi tidak ada depresiasi, dan n adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah tenaga kerja. Sementara itu teknologi sebagai faktor yang eksogen, dan SDM dinotasikan sebagai berikut H(t) = sH Y(t) dimana sH adalah bagian dari sumber daya yang dicurahkan untuk akumulasi modal sumber daya manusia. Dalam accounting growth persamaan i bisa diubah diubah dalam bentuk logaritma natural dengan membagi masing-masing sisi dengan L sehingga menjadi sebagai berikut.

Ln Yi/Li = αLn Ki/Li + (1-α) ln Hi/Li + (1-α) ln Ai ...(2).

Persamaan (2) menggambarkan kontribusi kapital per tenaga kerja, labor service per worker, dan residual terhadap output per worker. Persamaan tersebut dapat

diturunkan lagi dengan mengurangi αLn (Yi/Li) dan hasilnya adalah sebagai


(35)

Ln Yi/Li = α/(1- α) Ln Ki/Yi + ln Hi/Li + ln Ai ...(3).

Persamaan diatas menggambarkan output per tenaga kerja yang dipengaruhi oleh

capital-output ratio (K/Y), labor services per worker dan residual. Persamaan (2) dan (3) tidak jauh berbeda, tetapi persamaan (3) lebih menggambarkan perubahan dalam jangka panjang dalam variabel labor serviceper worker (H/L) dan residual (A) (Romer : 2006). A adalah residual yang menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi output per worker, dimana

termasuk di dalamnya adalah kemajuan teknologi.

Menurut Solow pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan, penambahan modal dan teknologi.

b. Walt Whiteman Rostow

W.W.Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut:

 Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)

1. Merupakan masyarakat yang mempunyai struktur pekembangan dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas.

2. Belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern

3. Terdapat suatu batas tingkat output per kapita yang dapat dicapai


(36)

1. Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat sedang berada dalam proses transisi.

2. Sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan modern ke dalam fungsi-fungsi produksi baru, baik di bidang pertanian maupun di bidang industri.

 Periode Lepas Landas (The take off)

1. Merupakan interval waktu yang diperlukan untuk emndobrak penghalang-penghaang pada pertumbuhan yang berkelanjutan.

2. Kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi diperluas

3. Tingkat investasi yang efektif dan tingkat produksi dapat meningkat 4. Investasi efektif serta tabungan yang bersifat produktif meningkat atau

lebih dari jumlah pendapatan nasional.

5. Industri-industri baru berkembang dengan cepat dan industri yang sudah ada mengalami ekspansi dengan cepat.

 Gerak Menuju Kedewasaan (Maturity)

1. Merupakan perkembangan terus menerus daimana perekonoian tumbuh secaa teratur serta lapangan usaha bertambah luas dengan penerapan teknologi modern.

2. Investasi efektif serta tabungan meningkat dari 10 % hingga 20 % dari pendapatan nasional dan investasi ini berlangsung secara cepat.

3. Output dapat melampaui pertamabahn jumlah penduduk


(37)

5. Tingkat perekonomian menunjukkkan kapasitas bergerak melampau kekuatan industri pad masa take off dengan penerapan teknologi modern

 Tingkat Konsumsi Tinggi (high mass consumption)

1. Sektor-sektor industri merupakan sektor yang memimpin (leading sector) bergerak ke arah produksi barang-barang konsumsi tahan lama dan jasa-jasa.

2. Pendapatn riil per kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar

masyarakat mencapai tingkat konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan pangan dasar, sandang, dan pangan.

3. Kesempatan kerja penuh sehingga pendapata nasional tinggi.

4. Pendapatan nasional yang tinggi dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi 5. Tingkat konsumsi yang tinggi memberikan pengaruh juga terhadap inflasi

Dari kedua teori diatas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan inflasi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung. Berdasarkan teori Solow pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan, penambahan modal dan teknologi.

Sedangkan salah satu alat untuk mengukur pembangunan kualitas dan kuantitas tenaga kerja adalah Indeks Pembangunan Manusia (Todaro, 2003:150).

Sedangkan inflasi beradasarkan teori Walt Whiteman Rostow yang membagi pertumbuhan ekonomi menjadi lima bagian pada tingkatan pertumbuhan ekonomi yang terakhir yaitu tingkat konsumsi yang tinggi inflasi berpengaruh kedalamnya


(38)

karena salah satu faktor penunjang dari inflasi adalah tinngkat konsumsi yang tinggi di masyarakat.

3. Manfaat Pertumbuhan Ekonomi

Manfaat Pertumbuhan Ekonomi antara lain sebagai berikut:

Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil

pembangunan nasional, pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan perkapita dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan juga produktivitasnya.

Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar penentuan prioritas pemberian bantuan luar negari oleh Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.

B. Inflasi dan Implikasinya

Inflasi merupakan masalah yang selalu dihadapi setiap perekonomian. Sampai dimana buruknya masalah ini berbeda diantara satu waktu ke waktu lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya.

Secara umum, inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Yang berakibat pada turunnya daya beli masyarakat karena secara riil pendapatannya juga menurun. Jadi jika ada kenaikan


(39)

harga pada suatu barang namun kenaikan itu bersifat sementara maka hal tersebut belum bisa di katatakan inflasi (Putong, 2003:254).

Inflasi, merupakan salah satu indikator penting dalam pengendalian ekonomi makro yang berdampak luas terhadap berbagai sektor ekonomi. Sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Jadi disini jika inflasi terjadi secara berkepanjangan tentunya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi karena kebanyakan orang ingin menyimpan uangnya saja di Bank tanpa berpikir untuk ber-investasi yang dimana disini Investasi merupakan faktor yang paling menunjang bagi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi jika inflasi hanya berlangsung sementara dan tingkat inflasi yang masih dibatas wajar dengan syarat dan batas-batas yang masih toleran justru inflasi akan mendorong perekonomian. Laju inflasi yang terlalu tinggi dapat mengganggu usaha pemerintah

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kebijakan yang digunakan otoritas moneter, dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI) dalam upaya

menanggulangi inflasi. ITF merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode kedepan. Rendah dan stabilnya tingkat inflasi merupakan salah satu syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh sebab itu inflasi menjadi fokus pencapaian tujuan kebijakan moneter saat ini. Hal ini sejalan dengan tujuan BI yang mencapai dan memelihara kestabilan rupiah dalam kaitannya dengan harga barang dan jasa yang


(40)

diukur dengan laju inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain (undang No.23 tahun 1999 yang telah diamandemen menjadi Undang-undang No.3 tahun 2004).

Tingkat inflasi, yaitu presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu. biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai di mana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang, inflasi yang rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayapyaitu inflasi yang mencapai 2 sampai 4 persen, biasanya tidak dapat dielakkan. Sering sekali inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya mencapai 5 sampai 10 persen atau sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang sangat tinggi, yaitu tingkatnya dapat mencapai beberapa ratus atau hebcrapa rihu persen. Kenaikan harga-harga seperti ini dinamakan inflasi hiper.

1. Teori Inflasi

Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Walaupun analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi terhadap inflasi sejak tahun 1970-an dapat dibedakan menjadi dua kelompok aliran, yakni Keynesian dan Monetaris namun dalam beberapa literatur disebutkan versi yang berbeda, dimana aliran inflasi dibagi menjadi, Klasik, Keynesian, Moneterisme, Ekspektasi, dan Strukturalis.


(41)

a. Teori Inflasi Klasik

Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat Klasik tersebut lebih jauh dapat dirumuskan sebagai berikut :

Inflasi = f(jumlah uang beredar, kredit)

b. Teori Inflasi Keynes

Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.

Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep

inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluran pemerintah, terutama yang berkaitan


(42)

dengan peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi :

Inflasi = f(jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi)

c. Teori Inflasi Moneterisme

Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing. Sehingga teori inflasi menurut Moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :

Inflasi = f(kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif)

d. Teori Ekspektasi

Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi


(43)

Inflasi = f(ekspektasi adaftif,ekspektasi rasional) e. Teori Strukturalis

Adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari struktur perekonomian yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian (faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang.

2. Jenis-jenis Inflasi

Menurut Putong (2003:260) Jenis inflasi menurut sifatnya adalah:

(1) Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun; (2) Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya 10 – 30% pertahun; (3) Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30% - 100% pertahun; (4) Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga 4 digit atau di atas 100%.

3. Faktor-faktor yang Menimbulkan Inflasi

Berdasarkan kepada faktor-faktor yang menimbulkannya inflasi dapat dibedakan kepada dua jenis: inflasi tarikan permintaan dan inflasi desakan biaya.

Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi tarikan permintaan terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani permintaan masyarakat yang wujud dalam pasaran.


(44)

Masalah kekurangan barang akan berlaku dan ini akan mendorong kepada kenaikan harga-harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada ketika perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat. Dalam periode seperti ini permintaan masyarakat bertambah dengan pesat dan perusahaan-perusahaan pada umumnya akan beroperasi pada kapasitasnya yang maksimal. Kelebihan-kelebihan permintaan yang masih wujud akan menimbulkan kenaikan harga-harga.

Disamping dalam masa pertumbuhan yang pesat dan tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi, inflasi tarikan permintaan dapat pula herlaku di dalam masa perang atau ketidakstabilan politik. Dalam periode seperti itu biasanya pemerintah berbelanja jauh melehihi pendapatannya yang didapat dari pajak atau sumber lain. O1eh sebab itu pemerintah harus mencetak uang dan meminjam dari bank-bank umum dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut akan meningkatkan penuintaan agregat dengan cepat. Apabila perusahaan-perusahaan tidak dapat melayani pertambahan permintaan tersebut inflasi tarikan permintaan akan berlaku.

Inflasi Desakan Biaya

Inflasi desakan biaya adalah masalah kenaikan harga-harga dalam perekonomian yang diakibatkan oleh kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga, walaupun mereka harus mengambil resiko akan menghadapi pengurangan dalam permintaan barang-barang yang diproduksikannya.


(45)

Sering kali inflasi desakan biaya akan diikuti oleh kenaikan dalam permintaan agregat. Kenaikan harga-harga yang bersumber dari kenaikan biaya produksi biasanya akan mendorong para pekerja untuk menuntut kenaikan gaji untuk mengimbangi kenaikan dalam biaya hidup. Kenaikarn gaji yang berlaku akan menambah permintaan agregat.

Kerap kali inflasi desakan biaya berlaku pada ketika perekonomian hampir atau telah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu pada ketika perekonomian menghadapi masalah kekurangan pekerja. Kenaikan harga-harga barang bersumber dari salah satu atau gabungan dari tiga faktor berikut: (I) para pekerja dalam perusahaan menuntut kenaikan upah, (ii) harga bahan mentah yang digunakan perusahaan bertambah tinggi, dan (iii) dalam perekonomian yang sedang mengalami perkembangan pesat pengusaha berusaha menaikkan margin keuntungannya.

4. Akibat Buruk Inflasi

Akibat buruk inflasi dapat dibedakan kepada dua aspek, yaitu: i. akibat buruknya kepada perekonomian dan

ii. akibatnya kepada individu-individu dan masyarakat.

Akibat Buruk Kepada Perekonomian

Sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan keuntungan akan menggalakkan investasi di masa


(46)

datang dan,ini akan mewujudkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi apabila inflasi menjadi lebih serius keadaannya, perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan. Pengalaman beberapa negara yang telah pernah mengalami inflasi hiper menunjukkan bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik dan tidak mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Terlebih dahulu ekonomi harus distabilkan, dan ini termasuk usaha menstabilkan harga-harga, sebelum pertumbuhan ekonomi yang teguh dapat diwujudkan.

Ketiadaan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang serius disebabkan oleh beberapa faktor penting seperti diuraikan di bawah ini:

1. lnflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif. Pada masa inflasi terdapat kecenderungan di antara pemilik modal untuk menggunakan uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif. Membeli rumah dan tanah dan menyimpan barang yang berharga akan lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif.

2. Tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi. Untuk menghindari kemerosotan nilai modal yang mereka pinjamkan, institusi keuangan akan menaikan tingkat bunga ke atas pinjaman-pinjaman mereka. Makin tinggi tingkat inflasi , makin tinggi pula tingkat bunga yang akan mereka tentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kegairahan penanam modal untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif.

3. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi di masa depan. Inflasi akan bertambah cepat jalannya apabila tidak dikendalikan.


(47)

Pada akhirnya inflasi akan menimbulkan ketidakpastian dan arah perkembangan ekonomi tidak lagi dapat diramalkan dengan baik. Keadaan ini akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.

4. Menimbulkan masalah neraca pembayaran. Inflasi menyebabkan harga barang impor lebih murah daripada barang yang dihasilkan di dalam negeri. Maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor berkembang lebih cepat tetapi sebaliknya perkembangan ekspor akan bertambah lambat. Disamping itu aliran modal keluar akan lebih banyak daripada yang masuk ke dalam negeri. Berbagai kecenderungan ini akan memperburuk keadaan neraca pembayaran, defisit neraca pembayaran yang serius mungkin berlaku. Hal ini seterusnya akan menimbulkan kemerosotan nilai mata uang.

Akibat Buruk Ke Atas Individu dan Masyarakat

Akibat buruk ke atas individu dan masyarakat dapat dibedakan kepada tiga aspek seperti yang diterangkan di bawah ini:

1. Memperburuk distribusi pendapatan. Dalam masa inflasi nilai harta-harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan pabrik dan pertokoan akan mengalami kenaikan harga yang adakalanya lebih cepat dari kenaikan inflasi itu sendiri. Sebaliknya, penduduk yang tidak mempunyai harta - yang meliputi sebahagian besar dari golongan masyarakat yang berpendapatan rendah - pendapatan riilnya merosot sebagai akibat inflasi. Dengan demikian inflasi melebarkan ketidaksamaan distribusi pendapatan. 2. Pendapatan riil merosot. Sebahagian tenaga kerja di setiap negara terdiri


(48)

dari pekerja-pekerja bergaji tetap. Dalam masa inflasi biasanya kenaikan harga-harga selalu mendahului kenaikan pendapatan. Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil sebahagian besar tenaga kerja. Ini berarti kemakmuran masyarakat merosot.

3. Nilai nil tabungan merosot. Dalam perekonomian biasanya masyarakat menyimpan sebahagian kekayaannya dalam bentuk deposito dan tabungan di institusi keuangan. Nilai riil tabungan tersebut akan merosot sebagai akibat inflasi. Juga pemegang-pemegang uang tunai akan dirugikan karena kemerosotan nilai riilnya.

5. Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dapat berpengaruh positif ketika inflasi masih bersifat normal dan dimungkinkan aliran antara produsen dan konsumen dapat berjalan dengan baik. Inflasi yang masih bersifat normal juga menjadi insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan produksinya. Hal ini juga sesuai dengan hukum penawaran dimana kenaikan harga akan meningkatkan produksi total yang mengindikasikan pertumbuhan ekonomi.

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Yang berakibat pada turunnya daya beli masyarakat karena secara riil pendapatannya juga menurun. Jadi jika ada kenaikan harga pada suatu barang namun kenaikan itu bersifat sementara maka hal tersebut belum bisa di katatakan inflasi (Putong, 2003:254).


(49)

Inflasi memiliki hubungan yang erat terhadap pertumbuhan ekonomi karena jika inflasi berlangsung secara terus menerus berdampak negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi misalkan saja jika tingkat inflasi yang terlalu tinggi ketika harga-harga di pasaran melambung naik maka produsen akan sangat kesulitan untuk memasarkan produksi mereka sebab dengan harga yang tingi maka

konsumen akan mengurangi konsumsi mereka bahkan bisa mengalihkan konsumsi kepada barang pengganti yang lebih murah hal ini akan merugikan produsen dan alur perputaran uang dalam masyarakat akan melambat sehingga pendapatan masyarakat akan menurun dan ini menjadi indikasi dari pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan teori dari Iskandar Putong yang mengatakan inflasi dapat berakibat buruk sebab kenaikan harga yang terus menerus kemungkinan tidak dapat terjangkau oleh masyarakat. Ketika terjadi inflasi masyarakat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan. Sedangkan pada saat itu terjadi siklus yang dimana perusahaan juga mengalami kelesuan sehinga berdampak langsung pada menurunnya pendapatan perusahaan dan buruh (Putong,2003:263).

C. Indeks Pembagunan Manusia

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, serta dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. Sejak itu indeks ini dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya. Amartya Sen menggambarkan indeks ini sebagai "pengukuran


(50)

vulgar" oleh karena batasannya. Indeks ini lebih berfokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan. Indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan

pembangunan manusianya.

IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:

a. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran.

b. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang

dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).

c. Standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli. Setiap tahun Daftar negara menurut IPM diumumkan berdasarkan penilaian diatas.

Manusia adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan

lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan yang produktif.

Untuk mewujudkan tercapainya ketiga unsur tersebut dilakukan upaya konkrit dan berkesinambungan. Misalnya untuk mencapai umur panjang (Angka Harapan Hidup) yang tinggi, harus didukung oleh tingkat kesehatan yang baik, status gizi baik dan semua prasarana kesehatan lingkungan yang baik. Untuk


(51)

memiliki pengetahuan dan keterampilan, manusia harus meningkatkan kualitas pendidikannya, pembangunan pendidikan harus diutamakan dimana angka melek huruf ditingkatkan. Untuk itu rata-rata lama bersekolah harus diatas 12 tahun atau setingkat tamat SLTA.

Disamping itu penduduk harus mempunyai kesempatan untuk merealisasikan pengetahuan dan keterampilannya dengan tersedianya lapangan pekerjaan, sehingga dapat direfleksikannya dalam kegiatan produktif yang menghasilkan pendapatan bagi manusia. Dengan pendapatan tersebut dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara meningkatnya daya beli. Akhirnya dengan ketiga unsur tersebut diatas diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan mencapai standar hidup layak.

Selain itu secara umum pembangunan manusia dalam pengertian luas

mengandung konsep teori pembangunan ekonomi, yang konvensional termasuk modal pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Modal pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan pembangunan SDM

menempatkan manusia terutama sebagai input pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai pemanfaat (beneficiaries) bukan sebagai objek perubahan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.

Dalam Human Development Report pertama tahun 1990, UNDP mengingatkan, tujuan utama pembangunan adalah kesejahteraan manusia (human welfare). Indikator kemajuan tidak hanya dengan pendapatan perkapita, tetapi harus


(52)

mencapai pembangunan manusia. Maka kebijakan-kebijakan pemerintahan yang diambil merupakan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Berhasilnya pembangunan di suatu daerah maupun suatu negara dapat dilihat di wilayah itu. Oleh sebab itu perlu dibuat suatu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan manusia melalui konkrit kenikmatan yang dicapai oleh manusia itu sendiri, upaya untuk

membuat ukuran/tingkat pencapaian pembangunan manusia pada suatu daerah harus mampu memberikan gambaran tentang kesejahteraan penduduk dan sekaligus besaran tingkat capaian terhadap sasaran ideal pada waktu tertentu.

Indeks Pembangunan Manusia/IPM (Human Development Index/HDI)

merupakan indikator komposit tunggal pembangunan manusia, tetapi telah memperhatikan tiga hal yang paling penting yaitu angka harapan hidup waktu lahir, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah sebagai ukuran pencapaian pendidikan serta pengeluaran konsumsi yang mencerminkan kemampuan daya beli.

2. Defenisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI)

merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Secara umum metode penghitungan IPM yang disajikan dalam penelitian ini sesuai dengan metode yang digunakan The United Nations Development Programme (UNDP) dalam menghitung HDI ( Human Devolepment Index ).


(53)

Sejak 1990 setiap tahunnya, Laporan Pembangunan Manusia (Human

Development Report) telah menerbitkan indeks pembangunan manusia (human development index - HDI) yang mengartikan definisi kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar pendapatan domestik bruto (PDB). HDI memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi) dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli/ PPP, penghasilan). Indeks tersebut bukanlah suatu ukuran yang menyeluruh tentang pembangunan manusia. Sebagai contoh, ia tidak menyertakan indikator-indikator penting seperti misalnya

ketidaksetaraan dan sulit mengukur indikator-indikator seperti penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan politik. Indeks ini memberikan sudut pandang yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau hubungan yang rumit antara penghasilan dan kesejahteraan.

Komponen-komponen Indeks Pembanguan Manusia menurut The United Nations Development Programme (UNDP) dalam Laporan Pembangunan Manusia

(Human Development Report) setiap tahun sejak tahun 1990 telah menerbitkan indeks pembangunan manusia (human development index - HDI) terdiri dari :


(54)

a. Usia Hidup

Usia hidup diukur dengan angka hidup waktu lahir (life expectancy at birth)

yang biasa dinotasikan dengan e0. Karena Indonesia tidak memiliki sistem vital registrasi yang baik maka e0 dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup (live-births) dan rata-rata anak yang masih hidup (still living) per wanita usia 15-49 tahun menurut kelompok umur lima tahunan. Penghitungan e0 dilakukan dengan menggunakan sofware mortpak life. Angka e0 yang diperoleh dengan metode tidak langsung ini merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei.

b. Pengetahuan

Seperti halnya UNDP komponen IPM pengetahuan diukur dengan dua

indikator yaitu angka melek huruf (literacy rate) penduduk 10 tahun keatas dan rata-rata lama sekolah (mean-years of schooling). Sebagai catatan, UNDP

dalam publikasi tahunan HDR sejak 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sejak 1995 mengganti ratarata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi karena alasan kesulitan memperoleh datanya sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua kurang sesuai dengan indikator dampak. Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah,

tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.


(55)

c. Standar Hidup Layak

Berbeda dengan UNDP yang menggunakan indikator GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator standar

hidup layak. Penulisan ini menggunakan indikator ”rata-rata pengeluaran per

kapita riil yang disesuaikan” (adjusted real per capita expenditure). Sumber data yang digunakan adalah Susenas dan survei lain yang mendukung.

3. Tahapan Penghitungan IPM dan Penentuan Status IPM

Tahapan penghitungan IPM yaitu: Tahap pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM (e0, Pengetahuan dan Standard Hidup Layak) dengan hubungan matematis sebagai berikut :

Indeks = (Xi) = (Xi - Xmin)/(Xmaks-Xmin)

Xi = Indikator Komponen IPM ke – i (i = 1,2,3) Xmin = Nilai minimum Xi

Xmaks = Nilai Maksimum Xi

Persamaan diatas akan menghasilkan nilai 0 < Xi < 1, untuk mempermudah cara membaca skala dinyatakan dalam 100 persen sehingga interval nilai menjadi 0 < Xi < 100.

Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan hubungan matematis

IPM = 1/3 Xi = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3))

dimana :


(56)

X(2) = 2/3 (Indeks Melek Huruf) + 1/3 (Indeks Rata-rata lama sekolah) X(3) = Indeks Konsumsi per Kapita yang disesuaikan

Tabel 1. Karakteristik Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

INDIKATOR NILAI

MAKSIMUM

NILAI MINIMUM

CATATAN

Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar

global (UNDP)

Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar

global (UNDP) Rata-rata Lama

Sekolah

15 0 Sesuai standar

global (UNDP) Konsumsi Per Kapita 732,72 300000 (1996) UNDP

menggunakan GDP per

Yang Disesuaikan 360.000

(1999)

Kapita riil yang disesuaikan Sumber : Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perencanaan Pembangunan Manusia (BPS, Bappenas,UNDP)

Keterangan:

1. Rendahdengan nilai IPM kurang dari 50

2. Menengah Bawahdengan nilai IPM berada diantara 50 sampai kurang dari 66 3. Menengah Atasdengan nilai IPM berada antara 66 sampai kurang dari 80 4. Tinggidengan nilai IPM lebih atau sama dengan 80

Jika status pembangunan manusia masih berada pada kriteria rendah hal ini berarti kinerja pembangunan manusia daerah tersebut masih memerlukan perhatian khusus untuk mengejar ketinggalannya. Begitu juga jika status pembangunan manusia masih berada pada kriteria menengah hal ini berarti pembangunan manusia masih perlu ditingkatkan.


(57)

Jika daerah tersebut mempunyai status pembangunan manusia tinggi hal ini berarti kinerja pembangunan manusia daerah tersebut sudah baik/optimal maka perlu dipertahankan agar kualiatas sumber daya manusia tersebut lebih produktif sehingga memiliki produktivitas yang tinggi.

Indeks Pembagunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu meliputi: harapan hidup (eo), Tingkat Pendidikan, dan Pendapatan.

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan Kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi (Todaro, 2006:54).

Solow menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal dan teknologi. Salah satu alat untuk mengukur pembangunan kualitas dan kuantitas tenaga kerja adalah IPM (Todaro, 2003:150).

4. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Pertumbuhan Ekonomi.

Hubungan antara IPM dan pertumbuhan ekonomi pengaruhnya adalah positif, jika IPM meningkat tentunya pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.

IPM adalah indikator yang digunakan untuk mengukur perkembangan manusia, yakni angka harapan hidup, melek huruf, rata-rata lama sekolah, pengeluaran


(58)

per-kapita. Sehingga IPM merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu Negara ataupun Daerah.

Solow menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja. Tingginya angka harapan hidup di Provinsi Lampung berpotensi untuk menambah tenaga kerja untuk diperkerjakan pada sektor-sektor ekonomi di Provinsi Lampung.

D. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Aris Budi Susanto dan Lucky Rachmawati (2013) “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Di Kabupaten Lamongan”tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hasil regresi menunjukkan secara simultan dan persial IPM dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian Amira Salhab (2011) “Pengaruh Inflasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Bali”, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, jumlah tenaga kerja dan

pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil regresi

menunjukkan secara simultan dan persial terhadap pertumbuhan ekonomi di Bali. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, hasil penelitian menunjukkan secara parsial dan simultan tingkat inflasi, jumlah tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali.


(59)

Adanya inflasi atau kenaikan harga akan menjadi insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan produksinya.

Hasil penelitian Lestari Sukarmiati (2008) “Pengaruh sumber daya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang”, menunjukan bahwa tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam jangka pendek dan jangka panjang SDM mempunyai pengaruh tehadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel pengeluaran pendidikan, pengeluaran kesehatan dan jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka panjang variabel yang berpengaruh adalah jumlah penduduk. Pengeluaran pendidikan dan pengeluaran kesehatan juga tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian Sitepu dan Sinaga (2005) yang berjudul “Dampak Investasi sumberdaya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di

Indonesia”. yang bertujuan untuk menganalisis dampak investasi sumberdaya

manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dan kiskinan di Indonesia.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa investasi sumber daya manusia mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan rumah tangga. indeks rasio kemiskinan, indeks kesenjangan dan indeks intensitas kemiskinan juga menurun, kecuali rumah tangga bukan angkatan kerja.


(60)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (timeseries) yang diperoleh dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta berbagai sumber lainnya yang relevan seperti jurnal, publikasi ilmiah di internet, buku, dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. Data Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Inflasi berupa data tahunan.

B. Batasan Peubah Variabel

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui (Azwar, 2001). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas antara lain :


(61)

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembagunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu meliputi: harapan hidup (eo), Tingkat Pendidikan, dan

Pendapatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks yang berupa data tahunan dari Indeks Pembangunan Manusia.

b. Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga keseluruhan dan terjadi secara berkelanjutan serta mempengaruhi harga barang dan jasa yang lainnya (Boediono,1989). Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi Provinsi Lampung dari Indeks Harga Konsumen (IHK) berupa data tahunan dalam satuan persen (%).

2. Variabel Terikat/tergantung (Dependent Variabel)

Variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel yang lain. Besarnya efek tersebut diamati dari ada tidaknya, timbul-hilangnya, membesar mengecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak sebagai akibat perubahan pada variabel lain (Azwar,2001). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat


(62)

bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 1994). Data pertumbuhan ekonomi pada penelitian ini berupa data tahunan yang berebentuk dalam satuan persen (%).

C. Metode Analisis Data

Alat analisis yang digunakan yaitu analisis asosiatif dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi adalah studi ketergantungan dari variabel dependen pada satu atau lebih variabel lain yaitu variabel independen (Gujarati, 1999). Dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan program SAS V.8.1 dengan tujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap

dependennya. Model yang digunakan dalam analisis adalah IPM dan tingkat Inflasi yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut :

LnY = β0 + β1Ln X1+ β2LnX2 + t

Dimana :

Y= Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung tahun 1999-2013 (%) X1= IPM Provinsi Lampung tahun 1999-2013

X2= Inflasi Provinsi lampung tahun 1999-2013 (%)

β0= Konstanta

β1= Koefisien regresi untuk IPM

β2= Koefisien regresi untuk Inflasi ℇt= Eror term


(63)

D. Uji Asumsi Klasik

Gujarati (2003) mengemukakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linier agar hasil tersebut dapat dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain:

a. Model regresi adalah linier, yaitu linier di dalam parameter

b. Residual variabel pengganggu (µ) mempunyai nilai rata-rata nol (zero mean value of disturbance µ).

c. Homokedastisitas atau varian dari µ aadalah konstan. d. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu (µ). e. Kovarian antara µ dan variabel independen (X1) adalah nol.

f. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang diestimasi.

g. Tidak ada multikolinieritas.

h. Variabel penggangu harus berdistribusi normal atau stokastik.

Berdasarkan kondisi tersebut didalam ilmu ekonometrika, agar sesuatu model dikatakan baik dilakukan beberapa pengujian.

a. Pengujian Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilangar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu


(64)

dengan analisis grafik dan uji statistik.

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram yang menyesatkan khusunya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distibusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesunguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.


(65)

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun graik normal plot dapat

disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal, tidak menceng (skewness) ke kiri dan ke kanan. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya dekat dari garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi mememenuhi asumsi normalitas.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan :

 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

 Jika data meyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memnuhi asumsi normalitas.


(66)

2. Analisis statistik

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, pada hal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu

dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik

sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Nilai z statistik untuk skewness dapat dihitung dengan rumus :

Sedangkan nilai z kurtois dapat dihitung dengan rumus :

Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolomogorov-Smirnov (K-S), uji Shapiro-Wilk (S-W), uji Peason Chi-square, uji Cramer-von Mises, dan uji Anderson-Darling.

Uji data tersebut dilakukan dengan membuat hipotesis:

HO : Data residual berdistribusi normal. Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

One sample Normality Test

Test Statistic P Value

Shapiro-Wilk W 0,894861 Pr < W 0,0795

Kolmogorov-Smirnov D 0,16704 Pr > D >0,1500

Cramer-von Mises W-Sq 0,094665 Pr > W-Sq >0,1238


(67)

Besarnya nilai uji Kolomogorov-Smirnov, Shapiro-Wilk, Cramer-von Mises, dan Anderson Darling untuk nilai statistik dan p Value nilainya signifikan dan >0,05 hal ini berarti H0 diterima yang berararti data residual terdistribusi normal.

b. Pengujian Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Kebanyakan data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil,sedang, dan besar).

Akibat terjadinya heteroskedastisitas maka setiap terjadi perubahan pada variabel terikat mengakibatkan errornya (residual) juga berubah sejalan atau kenaikan atau penurunannya. Dengan kata lain konskuensinya apabila variabel terikat bertambah maka kesalahan juga akan bertambah(Gujarati, Damodar N., 1988: 401).

Uji heteroskedastisitas merupakan salah satu penyimpangan terhadap asumsi kesamaan varians (homokedastisitas), yaitu bahwa varians error bernilai sama untuk setiap kombinasi tetap dari X1,X2,...,Xp. Masalah heteroskedastisitas timbul apabila variabel gangguan mempunyai varian yang tidak konstan. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka diduga OLS tidak lagi bersifat BLUE (best linier unbiased estimator), karena ia akan menghasilkan dugaan dengan galat baku yang tidak akurat. Ini dapat berakibat pada uji hipotesis dan dugaan selang kepercayaan yang dihasilkan juga tidak akurat dan akan menyesatkan (misleanding). Dalam


(1)

Kriteria pengujiannya adalah:

1) Ho ditolak dan Ha diterima, jika nilai t Prob < α 5% 2) Ho diterima dan Ha ditolak, jika nilai t Prob > α 5%

Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata secara statistik terhadap variabel terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap variabel terikat.


(2)

85

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan terkait tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Model regresi pengaruh indeks pembangunan manusia dan inflasi terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung tahun 1999-2013 layak

digunakan karena telah memenuhi dan melewati uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

2. Hasil uji koefisien determinasi (R2) pengaruh indeks pembangunan manusia dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi mempunyai besaran nilai R2 yang tinggi yaitu 0,7826. Nilai ini berarti model yang dibentuk cukup baik dimana 78,26 persen variasi variabel dependen tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel-variabel independen yakni indeks pembangunan manusia dan inflasi .Sedangkan 21,74 persen sisanya

dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model. Diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk menganalisis variabel-variabel lain yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.


(3)

3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi, yang artinya jika indeks pembangunan manusia di Provinsi Lampung mengalami pertumbuhan atau kenaikan maka tingkat pertumbuhan ekonomi di provinsi Lampung akan mengalami peningkatan. Tingginya IPM memberikan pengaruh yang baik terhadap produksi karena IPM yang baik pengaruhnya dalam produksi melalui peningkatan kualitas dan skill para tenaga kerja mampu meningkatkan hasil output produksi yang mana output produksi yang baik pada suatu daerah cenderung memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah tersebut.

4. Inflasi menunjukkan pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Inflasi tidak selamanya berpengaruh negatif bagi pertumbuhan ekonomi jika inflasi atau kenaikan harga tersebut masih bersifat normal atau dalam batas yang wajar pengaruhnya malah menyebabkan suatu perusahaan menjadi insentif dalam meningkatkan hasil produksinya. Hal ini juga sesuai hukum penawaran dimana kenaikan harga akan meningkatkan produksi total yang mengindikasikan pertumbuhan ekonomi.

B. Saran

Dari berbagai kesimpulan yang telah dirangkum di atas, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung maka dapat disarankan sebagai berikut:


(4)

87

1. Dari hasil penelitian menunjukkan IPM berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Walau IPM Provinsi Lampung ini selalu mengalami Peningkatan tiap tahunnya akan tetapi jika dibandingkan dengan IPM di beberapa Provinsi di Sumatera, IPM Provinsi Lampung berada pada urutan yang terendah. Jadi harapan kedepannya bagaimana caranya agar IPM Provinsi Lampung ini semakin membaik lagi. Untuk itu diharapkan kepada pemerintah melalui sektor-sektor yang menunjang bagi peningkatan IPM seperti sektor kesehatan dan pendidikan untuk lebih diperbaiki dan

ditingkatan lagi yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan IPM. Yang nantinya juga diharapkan agar Provinsi Lampung ini IPM nya mampu bersaing tidak hanya di Sumatera bahkan secara Nasional.

2. Inflasi sebagai salah satu variabel dalam penelitian ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung, ini berarti dengan adanya inflasi dalam golongan merayap rendah menurut putong (2003:260) diharapkan agar industri-industri lebih intensif lagi dalam meningkatkan hasil produksinya. Karena dengan meningkatnya hasil produksi ini memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

3. Disarankan agar selanjutnya penelitian-penelitian mengenai hal-hal yang dijelaskan oleh penulis dalam penulisan ini dapat mengambil variabel-variabel lain sehingga dapat menambah wawasan tentang kondisi Provinsi Lampung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Damiri, Johannis. dan Khoirunnisa. (2012). Modul SAS : Basics, Management Science / Operation Research dan Econometricts and Time Series.

E-Book data dan Informasi kinerja pembangunan 2004-2012.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: BP Universitas Diponogoro.

Gujarati, Damodar. (2003). Basic Econometrics. Edisi Keempat. McGrow-Hill- New.

Gujarati, Damodar. 2010. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hj.Masriah, dkk. 2011. Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan. Malang : UM Press.

Jhingan, M. 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajagrafindo persada.

Putong, Iskandar. 2003. Ekonomi Mikro & Makro. Jakarta: Ghalia indonesia.

Salhab, Amira, Lasmini Sudjono. 2011. Pengaruh Inflasi, Jumlah Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Bali. Jurnal of economic.

Susanto, Budi. dan Lucky Rachmawati 2013. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Lamongan.

Sitepu dan Sinaga. Dampak Investasi Sumber Daya Manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia: Pendekatan Model Computable General Equlibrium.

Sukarniati, Lestari. 2008. Pengaruh Sumber Daya Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dalam Jangka Pendek Dan Jangka Panjang, (http://perpust.ckmgenesys)


(6)

Sukirno, Sadono.2006. Pengantar Teori Makro Ekonomi . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Susdiknas. 2003. Undang-undang republik indonesia Nomor 20 tahun 2003.

Todaro, Michael, P. dan Stephen C. Smith. (2003). Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Jakarta: Erlangga.

Yuwono, Prapto.(2005). Pengantar Ekonomertika, Yogyakarta: Andi Offset.

(http://eprints.undip.ac.id/16937/1/Deddy_Rustiono.pdf,)

(http://jurnalmanajemen.blogspot.com/2010/01/dampak-investasisumberdaya- manusia.)

http://www.bps.go.id/aboutus.php?inflasi=1

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/lampung/Pages/Kajian- Ekonomi-Regional-Provinsi-Lampung-Triwulan-IV-2013-.aspx

(http://www.mediafire.com/download/lyp98lna3lfpo23/UUSisdiknas+no+ 20+tahun+2003.pdf.)

www.google.com /Multikolinearitas/Principal Component Regression (PCR) Metode Jitu Untuk Mengatasi Masalah Multikolinearitas.