109
menjadi 9 orang. Lima orang yang lain ialah Mr. Sartono PNI sebagai ketua, Sudjarwo BTI, Asrarudin Buruh, Abu Umar STII dan
Latjuba Masyumi “Merdeka” No.774, Tahun III, 6 Juli 1948:2.
2. Sidang Istimewa B.P. KNIP ke II
Sidang B.P. KNIP yang kedua berlangsung selama 3 hari yaitu tanggal 9, 10 dan 11 Juli 1948. Pada tanggal 9 Juli 1948 diadakan
sidang istimewa Badan Pekerja KNIP untuk mendengarkan laporan Panitia Enquete sekitar hasil penyelidikan pemogokan Delanggu. Mr.
Sartono selaku ketua panitia menerangkan bahwa dalam melakukan penyelidikan Panitia Enquete dibagi menjadi dua rombongan yaitu
rombongan pertama dan rombongan kedua. 1. Rombongan Pertama
Rombongan pertama terdiri dari Mr. Tambunan Parkindo, Mr. Luat Siregar P.K.I, Lobo Sunda Kecil, Maruto Partai Rakyat, dan
diketuai oleh Mr. Sartono PNI. Tugas dari rombongan ini adalah: a
melakukan pemeriksaan terhadap perbedaan angka tentang jumlah buruh yang memajukan tuntutan-tuntutan yaitu menurut keterangan
B.T.N 80.000 orang sedangkan menurut perhitungan dari pihak lain kurang lebih 13.000 orang.
b pemberian bahan makanan beras kepada buruh lepas sesuai
dengan tuntutan pihak yang mogok.
110
2. Rombongan kedua Rombongan ini terdiri atas Asrarudin Buruh, Latjuba
Masyumi, Abu Umar S.T.I yang diketuai oleh Sudjarwo. Tugas dari rombongan ini adalah menyelidiki pemberian bahan pakaian kepada
buruh maro. Diterangkan, bahwa pada tanggal 6 dan 7 Juli 1948 Panitia Enquete telah mengadakan pertemuan dengan Dewan Pimpinan B.T.N,
wakil-wakil bagian perindustrian dan pertanian B.T.N, wakil Kementrian Kemakmuran, Dr. Abutari akuntan partikelir dan
pemimpin-pemimpin umum beberapa perusahaan daerah Delanggu dengan dihadiri oleh beberapa kepala daerah dan beberapa anggota
badan eksekutif serta D.P.D Surakarta. Setelah itu ketua rombongan kedua juga memberikan laporannya juga. “Merdeka” No.779, Tahun
III, 12 Juli 1948:2. Dalam lanjutan sidang yang diadakan tadi malam, Badan
Pekerja telah membicarakan soal untuk menetapkan prosedur sidang Badan Pekerja selanjutnya dalam mempersoalkan pemogokan
Delanggu. Perhatian umum dalam sidang terbuka tersebut kali ini sangat besar, hingga ruang di belakang tempat duduk ketua sidang yaitu
Tedjakusuma malam itu penuh sesak. Sesudah dilakukan debat abtara anggota-anggota dari fraksi FDR buruh disatu pihak dan Ketua Panitia
Enquete Mr. Sartono serta dari beberapa wakil dari PNI dan Masyumi dilain pihak, akhirnya dapat dicapai jalan tengah dalam penetapan
prosedur tersebut, yaitu:
111
“Anggota-anggota sidang
Badan Pekerja diberi kesempatan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Panitia Enquete untuk menambah gegevens-gegevens dalam soal pemogokan
Delanggu ini dan sesudah diberikan keterangan, lalu dilakukan pemandangan umum untuk selanjutnya mengambil kesimpulan
dengan jalan mengajukan resolusi”.
“Merdeka” No.779, Tahun III, 12 Juli 1948:2. Akhirnya rapat malam itu ditutup pukul 22.30 dan akan
dilanjutkan pada Sabtu pukul 11.00 siang Pada tanggal 10 Juli 1948 dilanjutkan sidang B.P. KNIP untuk
mendengarkan laporan dari Panitia Enquete. Sidang B.P. KNIP masih dipimpin oleh Tedjakusuma karena ia sebagai wakil ketua badan
tersebut. Dalam sidang ini hadir juga para pimpinan B.T.N, pimpinan SOBSI dan badan-badan yang lain. Dalam persidangan tersebut, ketua
sidang sebelum mengambil keputusan terjadi perdebatan dalam sidang B.P. KNIP tentang pemogokan Delanggu, setelah diterima laporan
sementara dari komisi “fact finding” di bawah pimpinan Sartono hari ini dihentikan. Mosi Sartono diterima, di mana Pemerintah diusulkan
supaya melanjutkan pembicaraan dengan kaum pemogok. Dua buah mosi yang lainnya ditolak. Satu diantaranya yang berasal dari Asrarudin
wakil dari Front Demokrasi Rakyat FDR yang mengajukan mosi mendesak Pemerintah supaya mengabulkan tuntutan kaum pemogok.
Mosi yang lainnya diajukan oleh Sudjarwo dari Barisan Tani Indonesia B.T.I, yang mengusulkan supaya pasukan-pasukan Hizbullah segera
ditarik kembali dari daerah pemogokan, pasukan yang berada di sana menurut keterangan untuk melindungi petani-petani setelah pemimpin-
112
pemimpin pemogokan megucapkan ancaman-ancaman terhadap mereka. “Merdeka” No.779, Tahun III, 12 Juli 1948:2.
Sidang dilanjutkan pada tanggal 11 Juli 1948, terjadi perdebatan dalam B.P. KNIP, perdebatan terjadi antara Fraksi FDR-SOBSI-BTI
dan Masyumi dan PNI. Pembicaraan dalam sidang B.P. KNIP tentang pemogokan Delanggu menghasilkan 3 mosi yaitu:
1. Mosi Asrarudin Sobsi.