103
d. Tanggapan Pemerintah dalam Menyelesaikan Peristiwa Pemogokan di Delanggu antara B.T.N dan L.B.T
1. Pembentukan Enquete Komisi Panitia Angket.
Pemerintah pada
tanggal 26 Juni 1948 melalui Kementrian
Penerangan mengumumkan untuk mencapai jalan yang sebaik-baiknya dalam hal penyelesaian antara B.T.N dan L.B.T, Pemerintah hari ini
membentuk “Enquete Komisi” yang bertugas dan kewajiannya:
a. Menyelidiki perihal yang menjadi perselisihan, sebab-sebab
perselisihan dan keadaan perburuhan dan keamanan perusahaan B.T.N di Delanggu.
b. Memajukan usul-usul yang konkret kepada Pemerintah untuk
menyelesaikan perselisihan tersebut dalam waktu yang singkat. “Merdeka” No.767, Tahun III, 28 Juni 1948:3.
Yang dimaksud dengan Enquete menurut Undang-Undang Darurat No.16 Tahun 1951, Bagian IV pasal 10 yiitu:
1 Jika suatu perselisihan perburuhan dapat membahayakan
kepentingan negara atau kepentingan umum dan penyelesaian perburuhan dengan jalan perantaraan telah gagal, sedangkan kedua
belah pihak yang berselisih tidak suka menyerahkan perkara mereka pada juru pemisah atau dewan pemisah, maka Menteri Perburuhan
dapat memerintahkan diadakannya enquete.
2 Menteri Perburuhan menentukan bentuk dan tugas panitia enquete
dan waktu dalam mana enquete harus selesai. Sedangkan pasal 11 berbunyi:
1 Panitia enquete menyampaikan laporan tentang hasil
penyelidikannya dengan disertai pendapatnya tentang ketentuan apa yang dapat diambil kepada Menteri Perburuhan yang meneruskannya
kepada Panitia Pusat.
2 Laporan dan pendapat Panitia Enquete dapat diumumkan oleh
Menteri Perburuhan. Majalah “Tinjauan Masa’alah Perburuhan No. 45 Tahun III,
AgustusSeptember 1951: 11, lihat juga “Warta Sarbupri No.17 Tahun II, 30 Agustus 1951:7
Panitia Enquete terdiri atas Mr. Sartono PNI sebagai ketua, Latjuba Masyumi, Asrarudin Buruh, Abu Umar STII dan
104
Sudjarwo BTI. Panitia Enquete ini mengadakan peninjauan dan penyelidikan di pabrik karung dan pada 7 perkebunan milik B.T.N
sampai tanggal 2 Juli 1948. Langkah pertama dari Panitia Enquete ini ialah mengumpulkan feiten material sebanyak-banyaknya disekitar
pemogokan Delanggu dan tidak dianjurkan menyimpulkan sendiri hasil penyelidikannya. Ternyata Panitia Angket ini memperoleh dukungan
dari anggota yang sedang bersengketa karena pada tanggal 3 Juli 1948 telah berhasil memberikan laporan tentang hasil penelitiannya pada
sidang BP. KNIP. “Merdeka” No.774, Tahun III, 6 Juli 1948:2. Banyak pemimpin yang membenarkan sikap Pemerintah bahwa
bukan waktunya untuk mengadakan pemogokan dalam perusahaan- perusahaan vital yang justru pada saat Republik Indonesia berjuang
mati-matian dalam menghadapi blokade ekonomi Belanda yang sangat jitu sejak “Renville” berhubung daerah Republik Indonesia telah
menjadi kecil dan terkepung sama sekali. A.H. Nasution, 1979:36.
2. Peranan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat B.P. KNIP.