T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Pola Asuh Orang Tua pada Anak di Keluarga Buruh Pabrik Dusun Kadipaten Kabupaten Semarang T1 BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

HASIL PENELITIAN

4.1.1 Gambaran Umum Dusun Kadipaten
Menurut cerita turun – temurun orang yang pertama kali
menginjakkan kaki di tanah ini adalah Ki Surapati, Ki Surapati adalah
salah seorang priyayi adipati, yaitu seseorang yang memiliki gelar
kebangsawanan. Kemudian Ki Surapati berkelana dari Parakan sampai ke
berbagai daerah dan beristirahat di tanah Kadipaten. Sehingga tanah ini
menjadi sebuah petilasan (tempat yang pernah disinggahi oleh orang yang
dianggap penting), nantinya tanah ini akan diberi nama Kadipaten. Seiring
berjalannya waktu Kadipaten memiliki mbah Mustawi sebagai kepala
dusun yang pertama, mbah Asnawi sebagai kepala dusun yang kedua.
Kepemimpinan Mbah Asnawi berlangsung cukup lama dan menjadikan
dusun Kadipaten mulai berkembang.
Masyarakat dusun Kadipaten sendiri sebagian besar merupakan
masyarakat agraris atau petani, sampai pada tahun 1989 berdiri sebuah
pabrik PT. Kanindotex yang sekarang menjadi PT Apac Inti Corpora

dengan lahan seluas 85 Ha yang letaknya kurang lebih 500 m dari dusun
Kadipaten. Dalam perjanjian jual beli tanah dari masyarakat kepada pihak
pabrik sendiri sebenarnya ada perjanjian tidak tertulis bahwa dalam
menjalankan

kegiatan

operasional

pihak

pabrik

berkewajiban

mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari desa sekitar pabrik termasuk
warga dusun Kadipaten itu sendiri. Pembangunan pabrik tersebut
kemudian mengubah kehidupan masyarakat yang awalnya bekerja sebagai
petani kemudian mulai beralih sebagai karyawan pabrik yang dinilai saat
itu lebih menjanjikan dibandingkan dengan seorang guru.

Pembangunan pabrik tentu mengubah kondisi sosial ekonomi
bukan saja mengubah status pekerjaan menjadi karyawan pabrik tetapi
36

juga meningkatkan pendapatan masyarakat dusun Kadipaten. Pendapatan
masyarakat kian meningkat seiring dengan UMR (Upah Minimum
Regional) yang ditentukan setiap daerah, dengan menigkatnya pendapatan
secara bertahap dapat meningkatkan tingkat pendidikan pula.
4.1.2 Profil Informan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Dusun Kadipaten
Kabupaten Semarang

yang diperoleh dari wawancara 16 informan

meliputi 8 orangtua, 4 anak, dan 4 pengasuh terdapat fakta

bahwa

pembangunan pabrik di sekitar lingkungan mereka sangat membantu
warga dalam memperoleh pekerjaan.

Tabel 4.1 Tabel Informan
No Infoman
1. Ayah
Ibu
Anak
Pengasuh
2. Ayah
Ibu
Anak
Pengasuh
3. Ayah
Ibu
Anak
Pengasuh
4. Ayah
Ibu
Anak
Pengasuh

Umur


Pekerjaan

Waktu Kerja

43

Karyawan AIC

51

Karyawan Coca Cola

37

Karyawan TDSA

38

Karyawan ARA


44
18
39
46
14
55
37
14
63
38
11
49

Shifting

Karyawan AIC
Pelajar
Pengasuh


08.00-16.00
-

Karyawan AIC
Pelajar
Pengasuh

08.00-16.00
-

Karyawan AIC
Pelajar
Pengasuh

08.00-16.00
-

Karyawan USG
Pelajar
Pengasuh


07.00-21.00
-

Shifting

08.00-17.00

08.00-17.00

Sumber:Data yang diolah
4.1.3 Pola Asuh Orangtua
1. Membimbing
Keberhasilan

orangtua

dalam

membentuk


karakter

anak

bergantung pada hal – hal yang ditanamkan orangtua pada anaknya.
37

Berkaitan dengan hal tersebut pada umumnya orangtua buruh pabrik dusun
Kadipaten pada khususnya ayah menanamkan pendidikan agama kepada
anak sejak dini dimulai dari usia 3 tahun baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Secara langsung orangtua memberikan contoh – contoh beribadah
yang baik seperti cara mengaji, sholat, berpuasa serta pembelajaran
tentang norma – norma agama yang harus ditaati oleh sang anak. Orangtua
juga mengajak serta sang anak ketika waktu beribadah sudah tiba seperti
ketika saat tarawih ayah bersama – sama dengan anak pergi ke mushola
untuk menjalankan ibadah sholat tarawih.
Secara tidak langsung orangtua menanamkan pendidikan agama
melalui peran pak ustad dan guru agama di TPA (Tempat Pendidikan

Agama) dan di sekolah, pendidikan agama di TPA dilaksanakan ketika
sore hari sebelum sholat magrib.
Orangtua dusun Kadipaten menyadari perlunya menanamkan
pendidikan agama karena agama merupakan pondasi, pedoman hidup agar
anak selalu ada pada jalur yang baik. Dalam pendidikan semua agama
terkandung nilai – nilai kebaikan seperti menghargai, menghormati.
Pendidikan agama ini bersifat wajib bagi anak – anak keluarga buruh
pabrik dusun Kadipaten.
2. Mendisiplinkan
Kedisiplinan anak merupakan bagian dari karakter yang perlu
dibentuk oleh orangtua, dengan cara menanamkan kebiasaan – kebiasaan
tertentu dari sejak kecil. Berkaitan dengan hal tersebut orangtua buruh
pabrik dusun Kadipaten tidak pernah berhenti untuk mengingatkan,
menegur, bahkan memberikan hukuman atau ganjaran.
Cara ayah dalam melatih kedisiplinan anak dengan memberikan
peraturan – peraturan seperti membatasi jam bermain pada umumnya anak
harus sudah dirumah pada pukul 9 malam , kemudian waktu belajar adalah
setelah sholat isak, waktu nonton tv hanya satu jam kemudian pergi tidur,
38


kewajiban untuk selalu memberikan kabar ketika pergi keluar rumah
kepada orangtua maupun pengasuh, tepat waktu dalam beribadah.
Ibu selalu mendisiplinkan dengan mengingatkan, menegur dan juga
tidak segan – segan memberikan hukuman atau ganjaran ketika anak lalai
seperti ketika anak meninggalkan waktu belajar orangtua memberikan
hukuman dengan memotong uang saku anak, ketika anak meninggalkan
sholat karena belum bangun orangtua mengunci pintu kamar dari luar, dan
sesekali menjewer. Orangtua juga mengajarkan konsekuensi ketika anak
tidak mau mencuci baju sendiri maka anak tidak memiliki baju ganti yang
bersih untuk dipakai.
Ibu memberikan kelonggaran untuk tidak mengerjakan tugas
rumah seperti menyapu, mengepel, cuci piring ketika melihat kondisi anak
sedang dalam keadaan lelah sehabis kegiatan sekolah, namun ketika waktu
senggang dan anak tidak ada tugas lain maka orangtua akan kembali
memberikan tugas – tugas dirumah.
Melatih kedisiplinan anak dimaksudkan agar anak tidak kaget
ketika dia dewasa dan juga dapat hidup lebih teratur. Orangtua juga
menyadari bahwa anak pada zaman sekarang tidak dapat di didik dengan
kekerasan karena mereka khawatir anak akan memberontak dan menjadi
pembangkang.

3. Merawat
Merawat anak merupakan tanggungjawab wajib yang harus
dilakukan orangtua. Berkaitan dengan hal tersebut pada umumnya
orangtua buruh pabrik dusun Kadipaten khususnya ibu merawat anak baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung ibu merawat dengan cara memenuhi kebutuhan
anak seperti pendidikan, alat tulis, alat ekstrakulikuler, baju, sepatu, dan
perhatian. Perhatian dalam bentuk menyakan kabar, kondisi di lingkungan
sekolah, kegiatan di sekolah, tugas – tugas yang diberikan di sekolah.

39

Secara tidak langsung orangtua melalui peran pengasuh berusaha
untuk tetap merawat anak ketika keberadaan orangtua sedang bekerja.
Adanya pengasuh dalam lingkungan keluarga dapat membantu tugas
orangtua, pengasuh berperan sebagai pengganti orang tua dalam merawat
dan menjaga anak selama mereka bekerja. Tugas – tugas yang diberikan
orangtua kepada pengasuh meliputi menyediakan makanan, menyuapi,
menyiapkan kebutuhan sekolah, menjaga anak dalam kondisi baik dan
sehat, memandikan anak paling kecil, menjaga anak selalu dalam
pengawasan orang dewasa agar tetap aman, kemudian memastikan
kebutuhan anak selama orangtua bekerja dapat terpenuhi seperti makan,
mandi, menyiapkan perlengkapan sekolah, menghindarkan anak dari hal –
hal yang berbahaya disekitarnya.
Pengasuh tidak melakukan hal – hal lain seperti mendidik,
mendisiplinkan anak karena menganggap itu bukan bagian dari tugas yang
diberikan orangtua oleh karena itu membimbing, mendidik dan
mendisiplinkan bukan tugas yang harus pengasuh lakukan.
4. Mendidik
Tugas mendidik ini pada umumnya dilakukan berbarengan dengan
kegiatan membimbing, mendisiplinkan. Berkaitan dengan hal tersebut
orangtua buruh pabrik mendidik anak melatih sejak kecil bukan saja
agama akan tetapi belajar dan tanggungjawab dengan memberikan tugas –
tugas kecil seperti menyapu, mengepel, cuci piring, cuci baju, cuci motor,
membereskan mainan, merapikan tempat tidur.
Menurut ayah agama merupakan kewajiban nomor satu yang harus
dijalankan anak ketika orangtua sudah memberikan contoh, teladan serta
arahan yang baik tentang nilai – nilai agama namun anak tidak
menjalankan tugasnya maka orangtua akan mengingatkan, menegur, dan
apabila masih belum dilaksanakan makan ada hukuman seperti dijewer
dan di kunci pintu kamarnya sebagai efek jera.

40

Ibu lebih berperan dalam melakukan diskusi berkaitan dengan
masa depan anak seperti ketika anak akan masuk ke sekolah baru maka
orangtua akan berdiskusi dengan anak dan memberikan pengarahan
sekolah mana yang bisa dituju sang anak yang sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan anak, namun keputusan yang diambil merupakan
keinginan anak itu sendiri selama masih pada jalur yang benar orangtua
akan mendukung dan meminta pertanggungjawaban atas pilihan yang
diambil dengan giat belajar dan tidak bolos.
Tujuan dari kegiatan mendiskusikan ini agar anak tidak
menggantungkan diri pada orang tua mulai melatih mengambil keputusan
dan bertanggungjawab terhadap pilihan yang diambil. Selain itu diskusi
juga amat penting karena untuk mengetahui perkembangan anak,
mengetahui masalah yang mungkin dihadapi, dan tetap menjaga kedekatan
antara orangtua dan anak.
Dalam pergaulan ayah memberi kebebasan penuh pada anak dalam
memilih teman untuk bergaul tanpa membeda – bedakan dari mana asal
mereka, agama, orangtua mendukung apabila anak pergi keluar rumah
untuk berkumpul dengan teman – temannya dengan tujuan anak dapat
belajar untuk mengenal, membedakan, dan menghindari hal – hal yang
baik dan yang buruk sendiri. Orangtua hanya memberikan arahan untuk
menjaga prinsip dalam bergaul ketika terjadi perselisihan dengan teman
maka anak harus dapa menyelesaikannya sendiri.
Ibu lebih sering memberikan apresiasi pada anak ketika dia
mendapat sebuah keberhasilan, apresiasi tersebut berupa memberi anak
mainan, hp, ucapan selamat untuk menambah semangat anak, dan ajakan
jalan – jalan bersama, pujian terhadap hasil kerja anak. Apresiasi ini
diberikan atas permintaan anak itu sendiri, namun tidak semua permintaan
akan di kabulkan hanya permintaan yang sesuai dengan kemampuan
orangtua serta benar – benar bermanfaat untuk anak. Apresiasi diberikan
sebagai bentuk dukungan dari orangtua dan bentuk kebanggaan orangtua

41

terhadap prestasi yang diperoleh sang anak. orangtua juga mengajarkan
untuk selalu bersyukur atas capaian yang sudah didapat.
5. Respon Anak
Masa remaja merupakan masa dimana tingkat emosional seseorang
belum stabil, begitu juga dengan pola pikir yang berbeda dari sudut
pandang orangtua. Berkaitan dengan hal tersebut pada umumnya anak
keluarga buruh pabrik dusun Kadipaten dapat menerima arahan, serta
tugas – tugas yang diberikan oleh orangtua.
Anak menyadari bahwa tujuan dari tugas – tugas tersebut
merupakan bagian dari cara orangtua melatih tanggungjawab dan disiplin.
Mereka juga menyadari bahwa sebagai remaja muncul perasaan, sedih,
marah dan jengkel terhadap orangtua.
Adapun anak memiliki cara mengantisipasi hukuman yang
diberikan orangtua dengan menabung sehingga ketika orangtua memotong
uang saku tabungan tersebut dapat digunakan. Anak juga memanfaatkan
internet sebagai sumber informasi belajar ketika orangtua tidak bisa
mendampingi.
Menyadari

kesibukan

orangtua

merupakan

upaya

untuk

membahagiakan keluarga, memenuhi kebuthan keluarga, namun mereka
merasa orangtua perlu memberikan perhatian yang lebih kepada anak.
4.1.4 Hambatan Orangtua dalam Mendidik
Berkaitan dalam proses mendidik, merawat, membimbing, dan
mendisplinkan anak orangtua menyadari bahwa terdapat hambatan –
hambatan yang dihadapi. Hambatan tersebut seperti sikap atau respon anak
sendiri yang sering menolak, mengeluh dan mencari – cari alasan untuk
tidak menjalankan tugas sehingga memunculkan rasa emosional orangtua
sendiri. Kesibukan bekerja diakui orangtua dan anak sangat mengurangi
waktu kebersamaan.

42

4.1.5 Temuan
Berkaitan dengan faktor penghambat terdapat temuan dalam
penelitian ini. Kondisi keuangan dianggap sebagai hambatan karena dalam
merawat anak, mendidik, menjaga anak membutuhkan biaya yang tidak
sedikit seperti biaya pendidikan, keperluan sekolah, dan permintaan
pribadi dari anak mengakibatkan terjadinya perselisihan antara orangtua
dan anak. Tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor penghambat
karena pendidikan orangtua yang tidak lulus smp tidak dapat membimbing
anak dalam belajar, orangtua merasa tidak mampu memahami pelajaran
untuk masa kini. Tingkat pendidikan juga melatar belakangi orangtua
melakukan tindakan salah dalam mendidik seperti mengajarkan anak
berbohong, menjewer, dan berkata kasar pada anak.
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Pola Asuh Orangtua
1. Membimbing
Orangtua memiliki peran sebagai pembimbing untuk membina
anak selama proses pendewasaan itu berlangsung, orangtua buruh pabrik
dusun Kadipaten membimbing anak dalam kegiatan ibadah yang
ditanamkan sejak kecil. Dalam hal tersebut upaya ayah dalam membentuk
karakter anak dengan menanamkan nilai – nilai agama secara langsung
seperti memberikan teladan – teladan yang baik dengan beribadah tepat
waktu, juga mendampingi anak ketika kegiatan ibadah tersebut
berlangsung seperti ketika mengaji dan shalat berjamaah.
Hal tersebut dituangkan dalam pernyataan menurut Helmawati
(2014:60) salah satu metode pendidikan dalam keluarga adalah melalui
pembinaan ibadah: “dalam agama islam dengan cara mengajarkan shalat,
berpuasa berpuasa, ibadah haji, zakat. Dalam agama Kristen dan katolik
mengajak berdoa bersama baik di gereja maupun tempat – tempat ziarah

43

lainnya. Yang bertujuan mengarahkan anak untuk dekat Tuhan yang
Maha Esa dan mencegah berbuat keji dan mungkar.”
Semua agama mengajarkan kebaikan di dalamnya tertanam nilai –
nilai moral saling menghargai dan menghormati, agama bertujuan sebagai
pedoman hidup anak dalam kehidupan sehari – hari.
2. Mendisiplinkan
Upaya mendisiplinkan anak dalam keluarga buruh pabrik dusun
Kadipaten adalah dengan memberikan peraturan dan tugas – tugas
dirumah pada sang anak seperti membatasi jam bermain pada umumnya
anak harus sudah dirumah pada pukul 9 malam , kemudian waktu belajar
adalah setelah sholat isak, waktu nonton tv hanya satu jam kemudian pergi
tidur, kewajiban untuk selalu memberikan kabar ketika pergi keluar rumah
kepada orangtua maupun pengasuh, tepat waktu dalam beribadah pada
umumnya peran ini dilakukan oleh ayah.
Ketika anak meninggalkan waktu belajar ibu memberikan
hukuman dengan memotong uang saku anak, ketika anak meninggalkan
sholat karena belum bangun orangtua mengunci pintu kamar dari luar, dan
sesekali menjewer. Orangtua juga mengajarkan konsekuensi ketika anak
tidak mau mencuci baju sendiri maka anak tidak memiliki baju ganti yang
bersih untuk dipakai.
Berkaitan dengan hal tersebut menurut Helmawati (2014:60)
mengatakan “Orang tua sebagai pendidik

hendaknya memberikan

pemahaman sejak dini bahwa setiap perbuatan akan ada konsekuensinya.
Artinya setiap yang diperbuat manusia akan ada akibatnya, jika berbuat
baik tentu mendapat ganjaran. Begitu sebaliknya jika berbuat kesalahan
maka ia akan mendapat hukuman”.
Tugas orangtua dalam mendisiplinkan anak bertujuan agar anak
dapat hidup lebih teratur dan timbul rasa tanggungjawab pada diri anak
dengan menerapkan peraturan – peraturan atau tugas tertentu beserta

44

konsekuensi yang akan diberikan kepada anak jika tidak mematuhi
peraturan tersebut.
3. Merawat
Orangtua buruh pabrik dusun Kadipaten pada umumnya dengan
cara memenuhi kebutuhan anak

seperti pendidikan, alat tulis, alat

ekstrakulikuler, baju, sepatu, dan perhatian. Perhatian dalam bentuk
menayakan kabar, kondisi di lingkungan sekolah, kegiatan di sekolah,
tugas – tugas yang diberikan di sekolah.
Pengasuh juga memliki peran merawat anak ketika keberadaan
orangtua sedang bekerja. Adanya pengasuh dalam lingkungan keluarga
dapat membantu tugas orangtua, pengasuh berperan sebagai pengganti
orang tua dalam merawat dan menjaga anak selama mereka bekerja. Tugas
– tugas yang diberikan orangtua kepada pengasuh meliputi menyediakan
makanan, menyuapi, menyiapkan kebutuhan sekolah, menjaga anak dalam
kondisi baik dan sehat, memandikan anak paling kecil, menjaga anak
selalu dalam pengawasan orang dewasa agar tetap aman, kemudian
memastikan kebutuhan anak selama orangtua bekerja dapat terpenuhi
seperti makan, mandi, menyiapkan perlengkapan sekolah, menghindarkan
anak dari hal – hal yang berbahaya disekitarnya.
Berkaitan dengan hal tersebut menurut Akmal Janan Abror
(2009:18) “pola asuh ini merupakan sikap orang tua dalam berhubungan
dengan anak – anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi antara
lain adalah cara orang tua memberikan peraturan kepada anaknya, cara
memberikan hadiah, atau cara memberikan hukuman, cara orang tua
menunjukkan otorisasnya dan cara orang tua memberikan perhatian atau
tanggapan terhadap keinginan anak sehingga sehingga dengan demikian
yang dimaksud pola asuh adalah bagaimana cara mendidik orang tua,
baik secara langsung maupun tidak langsung”.
Cara orang tua dengan menunjukkan perhatian dan tanggapan
terhadap keinginan anak berarti bahwa orang tua melakukan kegiatan
45

mendidik secara langsung. Sementara adanya pengasuh di dalam keluarga
merupakan cara orangtua dalam melaksanakan kewajiban dalam merawat
dan menjaga secara tidak langsung.
4. Mendidik
Pola asuh orangtua buruh pabrik dapat terlihat dalam upaya
mendidik anak, mendidik merupakan tugas yang tidak dapat dilepaskan
dengan membimbing, mendisiplinkan serta merawat anak. Sejak kecil
ayah menanamkan nilai agama dengan dibimbing secara langsung. Agama
merupakan kewajiban nomor satu yang harus dijalankan anak ketika
orangtua sudah memberikan contoh, teladan serta arahan yang baik
tentang nilai – nilai agama namun anak tidak menjalankan tugasnya maka
ibu akan mengingatkan, menegur, dan apabila masih belum dilaksanakan
makan ada hukuman seperti dijewer dan di kunci pintu kamarnya sebagai
efek jera. Senyata cara pengasuh menjaga anak adalah dengan komunikasi
satu arah karena berkaitan dengan keselamatan anak dan kesehatan yang
harus dijaga.
Berkaitan dengan hal tersebut menurut Helmawati (2014:138)
“Pola asuh otoriter, pola asuh otoriter pada umunya menggunakan pola
komunikasi satu arah. Cirinya adalah menekankan bahwa segala aturan
orang tua harus ditaati oleh anaknya. Orang tua biasanya memaksakan
pendapat atau keinginannya kepada anak dan bertindak semena- mena
tanpa dapat dikritik oleh anak.” Orangtua merasa perlu menanamkan
pendidikan agama karena agama merupakan pegangan hidup anak dalam
kehidupan sehari – hari.
Upaya mendidik juga dilakukan orangtua dengan berperan sebagai
pemberi pengarahan, ibu melakukan diskusi berkaitan dengan masa depan
anak seperti ketika anak akan masuk ke sekolah baru maka orangtua akan
berdiskusi dengan anak dan memberikan pengarahan sekolah mana yang
bisa dituju sang anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak,
namun keputusan yang diambil merupakan keinginan anak itu sendiri
46

selama masih pada jalur yang benar orangtua akan mendukung dan
meminta pertanggungjawaban atas pilihan yang diambil dengan giat
belajar dan tidak bolos.
Berkaitan dengan hal tersebut menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2004:68) “Demokratis, pola asuh demokratis menampilkan pemimpin
yang mendorong dan membantu anggota keluarga untuk membicarakan
dan memutuskan semua kebijakan.” Orangtua juga memotivasi anak
dengan pujian – pujian serta kata – kata motivasi agar anak lebih semangat
dalam belajar dan berprestasi.
Dalam pergaulan ayah memberi kebebasan penuh pada anak dalam
memilih teman untuk bergaul tanpa membeda – bedakan dari mana asal
mereka, agama, orangtua mendukung apabila anak pergi keluar rumah
untuk berkumpul dengan teman – temannya dengan tujuan anak dapat
belajar untuk mengenal, membedakan, dan menghindari hal – hal yang
baik dan yang buruk sendiri. Orangtua hanya memberikan arahan untuk
menjaga prinsip dalam bergaul ketika terjadi perselisihan dengan teman
maka anak harus dapa menyelesaikannya sendiri.
Berkaitan dengan hal tersebut menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2004:68) “Laissez faire, pola asuh laissez faire memberikan kebebasan
penuh bagi anggota keluarga untuk mengambil keputusan individu dengan
partisipasi orang tua yang minimal.”
Orangtua bermaksud mendidik berdasarkan pengalaman anak
sendiri, dengan begitu anak dapat memilih hal – hal yang baik dan buruk
berdasarkan pengalaman mereka.
5. Respon Anak
Pada umumnya anak keluarga buruh pabrik dusun Kadipaten dapat
menerima arahan, serta tugas – tugas yang diberikan oleh orangtua. Anak
menyadari bahwa tujuan dari tugas – tugas tersebut merupakan bagian dari
cara orangtua melatih tanggungjawab dan disiplin. Mereka juga menyadari

47

bahwa sebagai remaja muncul perasaan, sedih, marah dan jengkel terhadap
orangtua.
. Berkaitan dengan hal tersebut dalam Sudarwan Danim (2010:55)
“Gaya kepengasuhan keluarga dan orangtua memiliki dampak tertentu
pada anak, seperti halnya kepengasuhan guru kepada peserta didiknya.
Gaya demokratis orang tua menumbuhkan komunikasi dan pemecahan
masalah secara terbuka antara orangtua dan anak – anak mereka.
Sebaliknya orang tua yang otoriter dapat menghasilkan anak – anak takut
dan antikreatif, disamping ketergantungan yang laten. Orang tua yang
permisif dapat mengakibatkan anak memberontak”. Artinya cara orang tua
dalam mendidik anak berdampak pada kepribadian yang terbentuk dalam
diri anak, anak akan bisa saja menolak tugas yang diberikan karena
kondisi emosional yang sedang tidak baik, ketika emosi anak sudah stabil
sebenarnya anak menyadari bahwa tujuan orangtua memberikan tugas
adalah untuk melatih disiplin dan tanggungjawab.
Disisi lain mereka yang telah menyadari bahwa tujuan orangtua itu
baik, untuk melatih anak agar lebih disiplin, bertanggungjawab. Masa –
masa yang masih labil ini mereka belum teratur atau rajin untuk
menjalankan tugas dari orangtua tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut
dalam Sunarto dan Agung Hartono (2013:147-168) “Perkembangan afektif
ditandai dengan perkembangan dalam mengendalikan emosi disertai
dengan nilai, moral dan sikap. Emosi berkaitan dengan perasaan marah,
sedih, senang, cinta kasih. Nilai – nilai kehidupan berkaitan dengan
memahami norma – norma yang berlaku. Moral berkaitan dengan
kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang
salah. Moral merupakan control dalam bersikap dan bertingkah laku
sesuai nilai – nilai hidup”. Artinya kesadaran anak dalam menyikapi cara
mendidik orang tua menunjukkan perkembangan afektif anak dalam
membedakan perbuatan yang benar dan salah.

48

4.2.2 Hambatan Orangtua dalam Mendidik
Hambatan – hambatan dalam mendidik anak disadari oleh
orangtua. Hambatan tersebut seperti sikap atau respon anak sendiri yang
sering menolak, mengeluh dan mencari – cari alasan untuk tidak
menjalankan tugas sehingga memunculkan rasa emosional orangtua
sendiri.. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Syaiful Basri Djamarah
(2004:62) “Bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa
kecewa, iri hati, diliputi prasangka, dan suasana psikologi lainnya.
Perasaan – perasaan tersebut dapat menghambat komunikasi sampai
batas – batas tertentu”. Artinya suasana psikologi orang tua dan anak
dapat mempengaruhi komunikasi yang terjadi dan tersampaikannya
maksud dari komunikasi tersebut.
Kondisi ekonomi menjadi salah satu faktor penghambat karena
menurut

orangtua

memenuhi

kebutuhan

merupakan

bagian

dari

tanggungjawab mereka sehingga apabila ada permintaan anak yang tidak
terpenuhi dapat memunculkan perselisihan antara anak dan orangtua.
Begitu pula tingkat pendidikan orangtua, orangtua yang tidak lulus
smp selama ini mereka membimbing anak dalam belajar sampai batas
anak bersekolah di tingkat sekolah dasar ketika memasuki tingkat sekolah
menengah pertama mereka tidak mampu mengikuti pelajaran anak saat itu
sehingga tidak membimbing anak dalam belajar. Anak secara mandiri
belajar dari internet dan orangtua memberikan les tambahan di luar
sekolah.

49