EFEKTIVITAS METODE PERHITUNGAN STORET, IP DAN CCME WQI DALAM MENENTUKAN STATUS KUALITAS AIR WAY SEKAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS METODE PERHITUNGAN STORET, IP DAN CCME WQI DALAM MENENTUKAN STATUS KUALITAS AIR

WAY SEKAMPUNG PROVINSI LAMPUNG Oleh

HERI YUSRIZAL

Way Sekampung merupakan Sungai terpanjang di Provinsi Lampung dengan panjang ± 136 km dan catchment area 4.795,52 km2. Way Sekampung mengalir mulai dari wilayah Pemerintahan Kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Lampung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perbandingan perhitungan status kualitas air Way Sekampung dengan menggunakan metode STORET, IP, dan CCME WQI; mengetahui interpretasi ketiga metode tersebut dalam menghitung status kualitas air Way Sekampung; dan mengetahui efektivitas ketiga metode tersebut dalam memperkirakan status kualitas air di Way Sekampung melalui uji sensitivitas parameter.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Laporan Hasil Uji Way Sekampung Tahun 2013 dan 2014, dimana pada Tahun 2013 dilakukan 4 kali pengambilan sampel dan pada Tahun 2014 dilakukan 3 kali pengambilan sampel sehingga total 7 kali pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan ketiga metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Metode STORET dan CCME WQI unggul di dalam penggunaan serangkaian data yang berulang (time series data) hasil beberapa kali pengambilan sampel, sehingga status mutu airnya lebih menggambarkan kondisi kualitas air Way Sekampung pada periode tertentu. Metode IP unggul di dalam kecepatan waktu dan penghematan biaya, karena dengan menggunakan data tunggal, maka telah bisa menentukan kualitas air Way Sekampung. Kelemahan IP adalah karena status mutu air yang didapat hanya status mutu air sesaat, dan bukan berdasakan periode waktu.

Dari segi efektivitas metode dilihat berdasarkan uji sensitivitas parameter, maka metode CCME WQI lebih baik dibandingkan dengan metode STORET dan metode IP karena metode CCME WQI telah memperhitungkan besarnya selisih hasil pengujian yang melebihi baku mutu, dengan baku mutunya.


(2)

ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF CALCULATION METHOD STORET, IP AND CCME WQI TO DETERMINING THE STATUS OF WATER QUALITY

WAY SEKAMPUNG PROVINCE LAMPUNG By

HERI YUSRIZAL

Way Sekampung is the longest river in the province of Lampung with a length of ± 136 km and a catchment area of 4795.52 km2. Way Sekampung flow from the region Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran and South Lampung. This study aims to determine the results of the comparison calculation of the status of water quality Way Sekampung using STORET, IP, and CCME WQI; knowing the interpretation of the third method to calculate the status of water quality Way Sekampung; and determine the effectiveness of these three methods of estimating the status of water quality in Way Sekampung through parameter sensitivity test.

This research was conducted by using secondary data from Test Report Sekampung In 2013 and 2014, which in 2013 carried out 4 times the sampling and in 2014 performed 3 times the sampling so that a total of 7 times sampling on each of three sample locations different.

The results showed all three of these methods has advantages and disadvantages of each. CCME WQI and STORET method excel in the use of times series data, the results of sampling several times, so that better describe the water quality status of water quality conditions Way Sekampung at a certain period. IP methods excel in the speed of time and cost savings, due to the use of a single data, it has been able to determine the water quality Way Sekampung. IP weakness is due to the water quality status of water quality status obtained only for a moment, and instead based period of time.

Seen in terms of the effectiveness of the method is based on parameter sensitivity test, the CCME WQI method is better than the method STORET and IP methods because the method CCME WQI has considered the magnitude of the test results that exceed quality standards, with the quality standard.

Key words: The status of water quality, STORET, IP, CCME WQI, Way Sekampung.


(3)

EFEKTIVITAS METODE PERHITUNGAN STORET,

IP DAN

CCME WQI

DALAM MENENTUKAN

STATUS KUALITAS AIR WAY SEKAMPUNG

PROVINSI LAMPUNG

Oleh

HERI YUSRIZAL

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

AUr-T+

:Dn, Dyah'Ihdriana Kusumastuti, S.T., M.Sc. NIP 19691219 199512 2 001

2. Ketua Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

Idt

Tesis

Ena

I'lahasiswa

h.

hkok

Mahasiswa

EFEI(TIVITAS METODE PERHITUNGAN STORET, IP DAN CCME WQT DAIAM

MENENTUKAN STATUS KUALITAS AIR WAY SEKAMPUNG PROVINSI I.AMPUNG

HERI YUSRIZAL

1320011001

Magister Ilmu i-ingkungan

MENYETUJUI 1. KomisilPembimbing

t

I

h

$illq

S.T., M.Sc., "Ph,,D.

tmlns199s03

1 006

f(t,,,,n**

.

'

Dr.

Ir.

Henrie Buchari,

M.Si.


(5)

t

I MENGESAHKAN

L

Trm Penguji

Ketua

: Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., ph.D.

Anggrota

:

Dr. Dyah Indriana Kusumastuti, S.T., M.Sc.

Anggota :

Dr.

Ir.

Slamet

Budi

yuwono,

M.S.

Program Pascasarjana

.

Sudjanro,

M.S. 198103 1 002

@b

Af,,fy*


(6)

LEMBAR PERNYATAAI\

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenamya bahwa :

l-

Tesis dengan judul : "EFEKTIVITAS METODE PERHITUNGAN STORET, IP DAN CCME WSIDALAM MENENTUKAN STATUS KUALITAS AIR

wAY

SEKAMPUNG PROVINSI LAMPUNG" adalah karya saya sendiri

dan saya tidak melakukan penjiplakan atas karya penulis lain dengan cara

yang tidak sesuai dengan norma etika ihniah yang berlaku dalam masyarakat

akademik atau y arry disebut plagiarisme.

2-

Hak intelektual atas karrya

ini

diserahkan sepenuhnya kepada Universitas

Lampung.

Atas

pemyataan

ini

apabila dikemrdian

hmi

ternyata dit€mukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menangguqg akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya. Saya bersedia dan sang$p dituntut sesuai dengan hukum -yatg

berlaku.

Bandar Lampung, 09 April 2015

Pe!q,b4q] Pemyataan,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Batasan Masalah ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Keadaan Umum Wilayah ... 8

B. Kualitas Air Sungai ... 11

C. Indeks Polutan Air ... 19

D. Indeks Kualitas Air ... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Lokasi Penelitian ... 24

B. Data Sekunder ...…... 26

C. Bagan Alir Penelitian ... 27

D. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 28

1. Persiapan data sekunder ... 28

2. Analisis data kualitas air ... 29

3. Penentuan status kualitas air ……… 33

4. Membandingkan Perhitungan Status kualitas air dari 3 metode .. 34


(8)

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 35

A. Metode STORET ……… 35

B. Metode Indeks Pencemaran ………36

C. MetodeCCME WQI ....……… 38

D. Perbandingan Perhitungan Status Kualitas Air ……… 39

E. Interpretasi Metode Perhitungan ……… 41

F. Uji Sensitivitas Parameter ……… 43

1. Perhitungan minus parameter sulfida ... 43

2. Perhitungan minus parameter sulfida dan nitrit ... 45

3. Perhitungan minus parameter sulfida, nitrit dan tembaga ………… 46

4. Perbandingan status mutu air dengan menghilangkan 1,2, dan 3 parameter, dengan menggunakan metode STORET ... 48

5. Perbandingan status mutu air dengan menghilangkan 1,2, dan 3 parameter, dengan menggunakan metode IP ... 50

6. Perbandingan status mutu air dengan menghilangkan 1,2, dan 3 parameter, dengan menggunakan metodeCCME WQI... 54

V. RANGKUMAN,SIMPULAN DAN SARAN….………... 63

A. Rangkuman ………...………... 63

B. Simpulan …………...……… 65

C. Saran ...……… 66


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Lokasi Pengambilan Sampel ... 25

2. Perbandingan Status Mutu Air menggunakan metode STORET ... 50

3. Perbandingan Status Mutu Air menggunakan metode IP pada SK-01 ... 53

4. Perbandingan Status Mutu Air menggunakan metode IP pada SK-02 ... 53

5. Perbandingan Status Mutu Air menggunakan metode IP pada SK-03 ... 54


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Perusahaan yang menjadi objek pengawasan Tim PROPER ... 9

2. Sistem nilai untuk parameter dan baku mutu metode STORET ... 21

3. Lokasi Pengambilan Sampel ... 24

4. Waktu Pengambilan Sampel ... 25

5. Parameter yang diperiksa dan acuan metodenya ... 28

6. Nilai Perhitungan dan Status Mutu Air dengan metode STORET ... 35

7. Nilai Perhitungan dan Status Mutu Air dengan metode IP ... 37

8. Nilai Perhitungan dan Status Mutu Air dengan metodeCCME WQI... 38

9. Perbandingan Status Mutu Air dengan metode STORET, IP dan CCME WQI... 40

10. Perhitungan debit air sungai rata-rata Way Sekampung ... 41

11. Perbandingan Status Mutu Air dengan metode STORET, IP dan CCME WQI tanpa memperhitungkan parameter sulfida …... 43

12. Perbandingan Status Mutu Air dengan metode STORET, IP dan CCME WQI tanpa memperhitungkan parameter sulfida dan Nitrit ...…… 45

13. Perbandingan Status Mutu Air dengan metode STORET, IP dan CCME WQI tanpa memperhitungkan parameter sulfida dan Nitrit, dan Cu … 47 14. Perbandingan Status Mutu Air dengan menghilangkan 1,2, dan 3 parameter menggunakan metode STORET …………...…… 48


(11)

15. Perbandingan Status Mutu Air dengan menghilangkan 1,2, dan 3

parameter menggunakan metode IP…...…… 52 16. Perbandingan Status Mutu Air dengan menghilangkan 1,2, dan 3


(12)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi ke jenjang pascasarjana dan berhasil menyusun karya ilmiah berupa tesis, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Sains (M.Si). Dalam rangka studi pascasarjana dan menyusun tesis ini banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Mantan Gubernur Lampung (Bapak Sjachroedin Z.P.), Gubernur Lampung (Bapak M. Ridho Ficardo), Mantan Sekretaris Daerah Provinsi Lampung (Bapak Berlian Tihang), dan Sekretaris Daerah Provinsi Lampung (Bapak Arinal Djunaidi), yang telah memberikan izin belajar seluas-luasnya kepada penulis untuk melanjutkan studi ke jenjang pascasarjana di Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sujarwo, M.S. selaku direktur pascasarjana Universitas Lampung.

3. Bapak Gatot Eko Susilo, ST., M.Sc., PhD. selaku dosen pembimbing utama, Ibu Dr. Ir. Dyah Indriana Kusumastuti, M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua, dan Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.Si. selaku dosen pembahas, yang telah begitu banyak mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran


(13)

sejak awal pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis serta dorongan semangat untuk meningkatkan kemampuan akademik penulis.

4. Bapak Dr. Henrie Buchari, M.S. selaku Ketua program studi pascasarjana Ilmu Lingkungan dan Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si. selaku Sekretaris program studi pascasarjana Ilmu Lingkungan, yang telah memberikan kritik dan saran serta bantuan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis ini.

5. Teman-teman pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung angkatan 2013 Pak Andhi, Almo, Fahma, Riza dan Tiwi.

6. Istri tercinta, Amnia Burmella yang telah banyak memberikan motivasi dan dorongan serta inspirasi dan Anakku, Alif Arkan Al Ghiffari dan Attar Arkan Al Ghozi, pemberi cahaya keluarga, yang dapat menghilangkan kejenuhan dan kepenatan kerja.

7. Ir. Hj. Soraya, Abu Rosid Istomi, Eka Desmawati serta orang-orang yang telah berjasa membantu penyelesaian tesis ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Bandar Lampung, April 2015


(14)

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang Provinsi Lampung pada tanggal 07 Mei 1976. Penulis merupakan anak kesembilan dari sembilan bersaudara, pasangan Bapak Syamsul Bahrie (alm) dan Ibu Yusmar Emy (alm).

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Kampung Sawah Lama Kecamatan Tanjungkarang Timur diselesaikan pada tahun 1988. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Tanjungkarang diselesaikan pada tahun 1991. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Tanjungkarang lulus tahun 1994. Kemudian melanjutkan pendidikan sarjana S1 di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, lulus tahun 1999.

Penulis terhitung mulai tanggal (TMT) 03 April 2000 menjadi CPNSD pada Bagian Perekonomian Sub bagian Lingkungan hidup (cikal bakal BPLHD) Kabupaten Tulang Bawang. Pada tanggal 03 Mei 2005, Penulis diangkat menjadi Kasi Pengusahaan, Pengembangan dan Konservasi Dinas Pengendalian Dampak Lingkungan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Tulang Bawang. Setelah berganti-ganti posisi di Kabupaten Tulang Bawang, pada tanggal 31 Mei 2009 Penulis pindah tugas ke BPLHD Provinsi Lampung dan terakhir pada tanggal 28 Februari 2011, tercatat sebagai Kasi Laboratorium Pengujian pada UPT Pengelolaan Laboratorium Lingkungan BPLHD Provinsi Lampung.


(16)

Penulis menikah dengan Amnia Burmella, SH. pada tanggal 03 Juli 2003 dan telah dikaruniai dua orang anak yaitu Alif Arkan Al Ghiffari (kelas 3 SD) dan Attar Arkan Al Ghozi (TK).

Pada tahun akademik 2013/2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Lampung.


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan bagi setiap makhluk hidup. Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lain, tidak akan dapat hidup dan berkembang biak. Begitu vitalnya fungsi air akan kehidupan, sayangnya tidak diikuti dengan tindakan menjaga kualitas air itu sendiri. Manusia sebagai khalifah di muka bumi, seharusnya berperan sangat penting bagi kelestarian air baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas airnya.

Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, tidak disertai dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas air. Kebutuhan air semakin hari akan semakin meningkat. Salah satu sumber air yang utama pada air permukaan adalah sungai. Di Provinsi Lampung terdapat sejumlah sungai besar yang memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat, salah satu diantaranya adalah Way (sungai) Sekampung.

Way Sekampung merupakan Sungai terpanjang di Provinsi Lampung dengan panjang ± 136 km dan catchment area (daerah tangkapan air) 4.795,52 km2. Way Sekampung mengalir mulai dari wilayah Pemerintahan Kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak


(18)

2

sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km dengan catchment area 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda (Wikipedia, 2014).

Way Sekampung memiliki arti penting bagi masyarakat Lampung, karena dimanfaatkan untuk berbagai macam aktivitas. Sebagian besar penduduk yang bermukim di pinggir Way Sekampung juga memanfaatkan airnya sebagai bahan baku air minum. Penelitian telah menunjukkan bahwa 80% dari semua penyakit yang merenggut nyawa di negara-negara dunia ketiga secara langsung berkaitan dengan kualitas air minum yang buruk (Jeffre, 2008 dalam Ahaneku and Animashaun, 2013).

Sebagaimana layaknya sungai-sungai di Provinsi Lampung, Way Sekampung juga bertindak sebagai “pembuangan sampah” terpanjang di

Provinsi Lampung. Baik itu berasal dari limbah domestik, sisa/residu hasil pemupukan yang terbuang ke sungai, maupun sebagai pembuangan akhir limbah industri.

Penyebab penurunan kualitas air lainnya adalah adanya kandungan bahan atau senyawa organik dan anorganik yang berlebihan dalam perairan (Putri, 2001). Adanya senyawa organik dalam perairan akan dirombak oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Perombakan ini akan menjadi masalah jika senyawa organik terdapat dalam jumlah yang cukup besar, sehingga kebutuhan oksigen terlarut juga diperlukan dalam jumlah besar, akibatnya kadar oksigen terlarut di perairan mengalami penurunan sampai tingkat terendah.


(19)

3

Upaya peningkatan kualitas air sangat bergantung kepada upaya pengendalian limbah domestik dan limbah industri, kebijakan pemerintah dan kesadaran masyarakat tentang perlunya melestarikan sumber daya yang sangat vital yaitu air (Othman et al, 2012).

B. Identifikasi Masalah

Status Kualitas Air di Indonesia selama ini berpedoman kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman penentuan status mutu air. Berdasarkan Keputusan Menteri tersebut, status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.

Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003, terdapat dua metode untuk menentukan status mutu/kualitas air. Kedua metode itu adalah metode STORET dan metode indeks pencemaran (IP).

Metode STORET mempunyai kelebihan dapat menyimpulkan status mutu air pada rentang waktu tertentu sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam. Kelemahan metode ini adalah memerlukan beberapa seri data yang cukup dalam penentuan kualitas air sungai sehingga memerlukan biaya yang relatif lebih besar dan waktu yang lebih panjang.

Metode Indeks Pencemaran mempunyai kelebihan yaitu dapat menentukan status mutu air sungai yang dipantau hanya dengan satu seri data sehingga memerlukan biaya dan waktu yang relatif sedikit. Kelemahannya


(20)

4

adalah karena data yang dapat dihitung adalah data tunggal, sehingga sering terjadi data tunggal tersebut tidak cukup mewakili kondisi kualitas sungai yang sebenarnya. Pengukuran dengan data tunggal yang lain (waktu yang berlainan), pada lokasi yang sama seringkali menghasilkan status mutu air yang berbeda. Hal ini menyebabkan perbedaan interpretasi mengenai status kualitas air sungai yang dipantau, sehingga dapat menimbulkan kerancuan atau perbedaan penafsiran bagi masyarakat awam.

Selama ini di dunia berkembang berbagai macam metode untuk menentukan status kualitas air. Malaysia melalui Department of Environment Malaysia mengembangkan WQI DOE Malaysia (Water Quality Index Department of Environment Malaysia). Metode ini menyederhanakan perhitungan status kualitas air, hanya dengan mengukur 6 (enam) parameter yaitu pH,Dissolved Oksigen, BOD, COD, TSS, dan Amonia.

Tahun 1970 berkembang Indeks Kualitas Air NSF (IKA NSF) oleh Brown, McClelland Deininger dan Tozer dengan beracuan pada Indeks Horton. Proyek ini mendapat dukungan sepenuhnya dari National Sanitation Foundation (NSF) sehingga untuk selanjutnya dinamakan dengan National Sanitation Foundation Water Quality Index(NSF WQI).

Pada Tahun 2001, Canadian Council of Ministers of the Environment

(Dewan Kementerian Lingkungan Canada) mengembangkan indeks kualitas air yang dinamakan CCME WQI (Canadian Council of Ministers of the Environtment Water Quality Index). Metode ini dianggap metode yang paling bisa menggambarkan status kualitas air secara komprehensif karena mendasarkan perhitungannya dengan pendekatan statistika.


(21)

5

Dengan banyaknya metode perhitungan status kualitas air, maka diperlukan perbandingan interpretasi ketiga metode yaitu STORET, IP, dan

CCME WQI di dalam memperkirakan status kualitas air. Interpretasi ini didapat dengan melakukan suatu perbandingan perhitungan status kualitas air di suatu daerah yang sama, dengan menggunakan metode perhitungan yang berbeda-beda. Dengan melakukan interpretasi ini maka dapat diketahui efektifitas metode perhitungan STORET, IP, dan CCME WQI di dalam melakukan perhitungan status kualitas air, salah satunya dengan cara melakukan uji sensitivitas parameter.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil perbandingan perhitungan status mutu/kualitas air Way Sekampung dengan menggunakan metode STORET, IP, danCCME WQI; 2. Bagaimana interpretasi ketiga metode tersebut dalam memperkirakan

status kualitas air di Way Sekampung;

3. Bagaimana efektivitas ketiga metode tersebut dalam memperkirakan status kualitas air di Way Sekampung melalui uji sensitivitas parameter.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah seperti di atas yaitu:


(22)

6

1. Mengetahui hasil perbandingan perhitungan status mutu/kualitas air Way Sekampung dengan menggunakan metode STORET, IP, danCCME WQI; 2. Mengetahui interpretasi ketiga metode tersebut dalam menghitung status

kualitas air Way Sekampung;

3. Mengetahui efektivitas ketiga metode tersebut dalam memperkirakan status kualitas air di Way Sekampung melalui uji sensitivitas parameter.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui status kualitas air Way Sekampung terkini;

2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode STORET, indeks pencemaran dan CCME WQI, sehingga tidak terjadi kesalahan penyimpulan status kualitas air.

3. Memberi masukan kepada Pemerintah mengenai alternatif penggunaan metode perhitungan status mutu air di Indonesia.

4. Memberi masukan kepada Pemerintah untuk mengembangkan metode indeks kualitas air (Water Quality Index) sendiri, yang sesuai dengan kondisi real sungai-sungai di Indonesia.

F. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Sungai yang dihitung status kualitas airnya adalah Way Sekampung, dengan menggunakan basis data sekunder dari UPT Pengelolaan


(23)

7

Lingkungan BPLHD Provinsi Lampung Kegiatan Pengambilan Sampel dan Pengujian Air Sungai secara laboratoris Tahun 2013 dan 2014;

2. Metode perhitungan status kualitas air yang dipakai adalah metode STORET, Indeks Pencemaran danCCME WQI;

3. Parameter yang dihitung status kualitas airnya adalah sebanyak 17 parameter yaitu: temperatur, DO, TDS, TSS, pH, BOD, COD, Sulfida, Nitrat, Nitrit, Sianida, total fosfat, Fluorida, MBAS (detergen), Minyak-lemak, Tembaga dan Seng.

4. Baku mutu yang digunakan adalah Kelas Air 3 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Lampiran 2 Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana Way Sekampung ditetapkan sebagai Sungai dengan peruntukan kelas air 3.


(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keadaan Umum Wilayah

Way Sekampung mempunyai 16 (enam belas) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Way Sekampung Batutegi, Way Ilahan Merabung, Way Tebu, Way Bulok, Way Semah, Way Sekampung anak, Way Sekampung Argo Guruh, Way Indomiwon, Way Kandis, Way Galih, Way Sulan Bekarang, Way Ketibung, Way Sulan, Way Sekampung Jabung, Way Sekampung Rawa Sragi, dan Way Pisang (BBWMS, 2012).

Dengan catchment area yang sangat luas, dan memiliki waduk Batutegi di bagian hulu dari sistem DAS Sekampung, serta mempunyai Bendungan Argoguruh yang melayani pemberian air bagi sawah di hilirnya, fungsi Way Sekampung sangat vital bagi penduduk di sekitarnya. Baik itu sebagai sumber air untuk keperluan hidup sehari-hari maupun sumber air untuk mengairi sawahnya.

Penurunan Kualitas Air Way Sekampung, merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari. Pertumbuhan laju penduduk yang semakin meningkat, penggunaan pupuk yang berlebihan bagi areal persawahan dan perkebunan di


(25)

9

sepanjang Way Sekampung, dan pertumbuhan industri yang semakin meningkat, kesemuanya memberikan kontribusi bagi penurunan kualitas air Way Sekampung.

Berdasarkan data dari Tim Proper Tahun 2014, paling tidak ada 16 (enam belas) Perusahaan/Industri yang menjadi objek pengawasan Tim PROPER yang membuang limbahnya di Sungai Way Sekampung, seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perusahaan yang menjadi objek pengawasan Tim PROPER, yang membuang limbahnya di DAS Sekampung Tahun 2014

No Nama Perusahaan Lokasi Adm (Kec.)

Jenis Produksi

Badan Penerima Buangan Air Limbah

Lokasi sungai

terdekat Wilayah DAS

1. PTPN VII UU. W.

BERULU Gd. Tataan Karet

Kali Kebagusan-W. Sekampung

W. Sekampung 2. PT. UMAS

J.AGROTAMA Skmp Udik Tapioka W. Buhong

W. Sekampung 3. PT. KIRIN M.FOODS Skmp Udik Nucleotic

Seasoning W. Buhong

W. Sekampung 4. PT. KONVERTA

MITRA A. Natar Kertas

Parit-Kali-W. Sekampung

W. Sekampung 5. PT. COCA COLA. AL Tj.Bintang Soft Drink

W. Sukanegara-W. Galih

W. Sekampung 6. PTPTN VII UU.

KEDATON Tj. Bintang Karet W. Galih

W. Sekampung 7. PTPN.VII UU.PEWA Natar Karet Parit-W. Kandis W.

Sekampung 8. PT. INDOFOOD SM Tj.Bintang Mie instan Parit-W. Galih W.

Sekampung 9. PT. GARUDA FOOD Katibung Makanan

Kacang W. Galih Lunik

W. Sekampung 10. PT. WAY KANDIS Rajabasa Karet W. Kandis W.

Sekampung 11. PT. PHILIPS SEAFOOD INDONESIA T. Karang

Timur Rajungan W. Galih Lunik

W. Sekampung

12. PT. KONVERTA

MITRA BADI Natar Kertas

Parit-Kali–Way Sekampung W. Sekampung 13. PT. FLORINDO MAKMUR KATIBUNG

Katibung Tapioka W. Sulan W. Sekampung 14. PT. KEONG NA Natar Nata de Parit-Kali Way W.


(26)

10

Sumber : Bidang Pengawasan BPLHD Provinsi Lampung, 2014.

Daerah Hulu Way Sekampung berada di Pegunungan Bukit Barisan Barat dengan elevasi sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah sungai Sekampung merupakan dataran rendah dengan garis kontur di bawah 100 meter dan memiliki kemiringan 0-4% (BBWS Mesuji Sekampung, 2010).

Kondisi geologi Wilayah Sungai Sekampung yang merupakan bagian dari Wilayah Sungai Seputih Sekampung secara umum meliputi:

1. Batuan Pra tersier terdiri dari batuan malihan, batuan sedimen, dan batuan terobosan, seperti: Sekis Way Galih, Diorit Sekampung, dan Granodorit Branti;

2. Batuan Tersier terdiri dari batuan sedimen dan batuan gunung api, seperti: Formasi Campang, Formasi Tarahan, Granit jati baru, dan satuan andesit; 3. Batuan Kuarter terdiri dari batuan sedimen, batuan gunung api, dan

endapan permukaan seperti: Formasi Lampung, Formasi Kasai, Aluvium Tua, dan endapan rawa (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1993 dalam BBWS Mesuji Sekampung, 2010).

Iklim di Wilayah Sungai Sekampung umumnya memiliki iklim tropis sepanjang tahun, bertemperatur relatif seragam dengan suhu rata-rata bulanan berkisar 26oC 27oC, memiliki kelembaban tinggi, dan bercurah hujan lebat (BBWS Mesuji Sekampung, 2010).

coco Sekampung Sekampung Tabel 1 (lanjutan)

15. PT. PANJI SABURAI

PUTRA T.bintang Rajungan W. Galih

W. Sekampung 16. PT. SUGAR LABINTA Katibung Gula

Rafinasi W. Galih

W. Sekampung


(27)

11

B. Kualitas Air Sungai

Berdasarkan PP 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana /sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya tingkat pencemaran. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolan Lingkungan Hidup, bahwa yang dimaksud pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.


(28)

12

Menurut Lee (2006), variabel iklim seperti sinar matahari dan curah hujan merupakan faktor yang berdampak penting bagi kualitas air. Saeni (1989 dalam Istomi, 2013) mendefinisikan pencemaran adalah peristiwa adanya penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktifitas manusia ke dalam lingkungan yang biasanya dapat memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungannya

Menurut PP no 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa yang dimaksud pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Kristanto (2002 dalam Istomi, 2013) mendefinisikan pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya.

Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan hidup manusia baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial, terdapat suatu bahan pencemar (polutan), yang ditimbulkan oleh proses aktivitas manusia yang berakibat merugikan terhadap kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung (Sutrisnoet al,1991).

Penyebab lain pencemaran menurut Soemarwoto (1992) jika terdapat gangguan terhadap daur suatu zat, yaitu laju produksi suatu zat melebihi laju penggunaan zat, sehingga terjadi pembuangan. Odum (1971) mendefinisikan pencemaran juga disebabkan apabila terjadi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki terhadap air, tanah dan udara. Dengan


(29)

13

demikian apabila dilihat dari media yang dicemari, maka pencemaran dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pencemaran air, tanah dan udara.

Sumber pencemar perairan dibedakan menjadi 2 yaitu sumber domestik yang berasal dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit dan sebagainya, dan sumber non domestik yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, dan sumber pencemar lainnya (Sastrawijaya, 2000).

Menurut Husin dan Eman (1991), sumber pencemar perairan dibedakan menjadi 2 yaitu point sources dan non point sources. Point sources adalah pencemaran yang dapat diketahui secara pasti sumbernya misalnya limbah industri. Non point sources adalah pencemaran yang tidak diketahui secara pasti sumbernya yaitu pencemar yang masuk ke perairan bersama air hujan dan limpasan permukaan.

Perairan dinyatakan tercemar jika parameter fisik, kimia, dan biologinya mengalami perubahan. Beberapa indikator atau tanda bahwa air telah tercemar adalah : perubahan suhu air; perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen; perubahan warna, bau dan rasa air; timbulnya endapan, koloid, dan bahan terlarut; adanya mikroorganisme; dan meningkatnya radioaktivitas air (Wardhana, 2001).

Untuk mengetahui tingkat pencemaran suatu perairan perlu dilakukan pengujian parameter kualitas air. Parameter air yang umum diuji untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah parameter fisika, kimia dan biologis air. Parameter fisika air berupa suhu, daya hantar listrik, kekeruhan, konsentrasi padatan terlarut dan tersuspensi. Parameter kimia air seperti nilai


(30)

14

keasaman (pH), oksigen terlarut,BOD, COD, minyak dan lemak, logam berat dan bahan pencemar lainnya, sedangkan parameter biologis air dapat berupa bakteriEscherichia coli, mikrobentos dan bioindikator lainnya.

Parameter Fisika Perairan a. Suhu Air

Suhu perairan merupakan salah satu parameter fisika yang dapat mempengaruhi sebaran organisme akuatik dan reaksi kimia. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh komposisi substrat, kekeruhan, air hujan, luas permukaan perairan yang langsung mendapat sinar matahari serta suhu perairan yang menerima air limpasan (Koessoebiono, 1979).

b. Kekeruhan (Turbidity)

Kekeruhan terutama disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran koloid sampai dispersi kasar (Klein, 1972 dalam Istomi, 2013). Kristanto (2002 dalam Istomi, 2013) menyatakan kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu seperti bahan organik, jasad renik, lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang atau terapung dan sangat halus sekali. Semakin keruh air, semakin tinggi daya hantar listriknya dan semakin banyak pula padatannya.


(31)

15

c. Padatan Terlarut dan Padatan tersuspensi

Kristanto (2002, dalam Istomi, 2013) menyatakan padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan sebagainya. Sedangkan padatan terlarut adalah padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan padatan tersuspensi terdiri dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya.

Padatan tersuspensi dan padatan terlarut dibedakan dengan penyaring berpori 0,45 mikron. Partikel yang lolos pada saringan ukuran tersebut dikenal sebagai padatan terlarut, sedangkan partikel yang tidak lolos pada saringan tersebut dikenal sebagai padatan tersuspensi (Putri, 2001).

d. Daya Hantar Listrik (DHL)

Menurut Saeni (1989, dalam Istomi 2013) daya hantar listrik menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Konduktivitas air tergantung dari konsentrasi ion dan suhu di dalam air. Sehingga kenaikan padatan terlarut akan mempengaruhi kenaikan daya hantar listrik (Fardiaz, 1992).


(32)

16

Parameter Kimia Perairan a. Keasaman (pH)

Nilai pH suatu perairan mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air. Menurut Saeni (1989, dalam Istomi 2013), nilai pH perairan air tawar berkisar antara 5 sampai 9. Suatu perairan yang produktif dan ideal bagi usaha perikanan adalah perairan yang pH-nya berkisar antara 6,5 8,5.

b. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut (DO) adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan miligram per liter (Gurnham, 1965 dalam Istomi 2013). Oksigen terlarut dipergunakan sebagai indikator pencemaran limbah organik dalam perairan, semakin besar oksigen terlarut menunjukkan tingkat pencemaran relatif kecil. Fardiaz (1992) menyatakan suatu perairan dikatakan telah tercemar, bila konsentrasi oksigen terlarutnya telah menurun sampai di bawah batas yang dibutuhkan untuk kehidupan biota.

Suatu perairan dikatakan tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen bagi biota air apabila kadar DO (Dissolved Oxygen) di bawah 2 mg/L. Hanya beberapa jenis ikan dan hewan air lainnya yang dapat bertahan hidup pada kondisi oksigen terlarut dalam air sebanyak 2 4 mg/L (Streamkeeper, 1991).


(33)

17

c. Kebutuhan Oksigen Biologi (Biological Oxygen Demand)

Menurut Wardhana (2001), kebutuhan oksigen biologi atau

Biological Oxygen Demand (BOD) merupakan suatu parameter yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme perairan untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan buangan organik di dalam air. Kebutuhan oksigen biologi adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam perairan. Menurut Saeni (1989, dalam Istomi 2013), reaksi biologis pada pengukuran BOD dilakukan pada suhu inkubasi 20oC selama 5 hari. Hal ini disebabkan karena pada periode waktu 5 hari kesempurnaan oksidasi mencapai 60 70 persen. Sedangkan suhu 20oC yang digunakan merupakan nilai rata-rata untuk daerah perairan arus lambat di daerah iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator.

Menurut Jaya (1994) semakin besar nilai BOD, semakin besar tingkat pencemaran air oleh bahan organik. Nilai BOD5 hampir tidak

pernah sama denganCOD, kecuali jika mikroba mampu mendorong rantai makanan untuk mendekati kesempurnaan. Pada kondisi ekologis yang terbaik,BODdapat mendekati nilaiCOD(Gaudy dan Gaudy, 1980).

d. Logam Berat

Logam berat adalah logam yang mempunyai densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terletak di sudut kanan bawah daftar berkala, mempunyai


(34)

18

afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari periode 4 sampai 7 (Saeni, 1989 dalam Istomi, 2013).

Beberapa logam berat merupakan logam yang paling berbahaya dan merupakan unsur polutan seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg). Pencemaran logam berat ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air), berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang, berbahaya bagi kesehatan manusia dan dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem.

Parameter Biologis Perairan Mikroorganisme

Mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan yang berasal dari kegiatan industri yang dibuang ke perairan, baik sungai, danau maupun laut. Bila bahan-bahan pencemar berada dalam jumlah yang banyak berarti mikroorganisme akan ikut berkembang biak. Pada perkembangbiakan mikroorganisme tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembang pula.

Data kualitas air yang diperoleh dari hasil pengukuran/pengujian, tidak dapat secara langsung menjelaskan status mutu air karena data kualitas air tersebut masih berupa data mentah dari parameter kualitas air yang diukur. Beberapa ilmuwan mengembangkan sebuah metode untuk mengubah parameter kualitas air yang berjumlah banyak menjadi nilai tunggal. Metode


(35)

19

Water Pollution Index (USA) seperti metode STORET dan Indeks Pencemaran, serta CCME (Canada) adalah metode indeks kualitas air (IKA) yang dikembangkan ilmuwan-ilmuwan untuk penentuan status mutu air .

Dalam konteks pengelolaan kualitas air dan lingkungan sungai menurut Bovee et al. (1988) dan Parparove et al. (2006) dalam Saraswati (2014), status mutu air harus bisa dikuantifikasikan dan diekspresikan dengan suatu indeks tunggal (single index) kualitas air (IKA) yang dapat dihubungkan dengan strategi operasional manajemen sungai yang ekologis dan berkelanjutan.

Konsep IKA mengadopsi ide indeks biotik yang telah ada sejak 1908 yaituSaprobity Index dimana kehadiran atau tidak adanya satu atau beberapa organisme menjadi penanda kondisi lingkungan setempat (Ellenberg et al. 1991, Johnson et al, 1993, Cairns dan Pratt, 1993 dalam Saraswati 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Camejo et al. (2013) menyatakan bahwa setiap metode WQI mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Beberapa metode dapat mengklasifikasi air pada periode waktu tertentu sehingga lebih akurat dengan time series data sedangkan metode yang lain menggunakan data tunggal. WQI memperhitungkan parameter yang berpengaruh di dalam perhitungan berdasarkan sumber air, lokasi geografis tertentu dan kondisi lingkungan.

C. Indeks Polutan Air /Water Pollution Index (WPI)

Menurut Ramirez et al. (1997) dalam Desmawati (2014), Indeks Polutan Air dikembangkan pertama kali di Kolombia oleh Ramirez et al.


(36)

20

Perkembangan indeks polusi untuk menilai kualitas perairan pedalaman Kolombia diperoleh dari data multi variabel berupa parameter kimia, fisika yang memberikan indikasi kontaminasi.

Indeks Polutan Air yang digunakan di Indonesia berupa metode STORET dan metode Indeks Pencemaran.

a. Metode STORET

Metode STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode STORET ini dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air.

Secara prinsip metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air.

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode STORET dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data kualitas air dan debit air secara periodik untuk mendapatkan data dari waktu ke waktu (time series data) minimal 2 seri data;

2. Membandingkan data hasil pengukuran/pengujian dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu sesuai dengan kelas air;

3. Jika hasil pengukuran/pengujian memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran/pengujian<baku mutu) maka diberi skor 0.

4. Jika hasil pengukuran/pengujian tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran /pengujian melebihi baku mutu), maka diberi skor :


(37)

21

Tabel 2. Sistem nilai untuk parameter dan baku mutu metode STORET

Jumlah parameter

Nilai Parameter

Parameter

Fisika Kimia Biologi

<10

Maksimum -1 -2 -3

Minimum -1 -2 -3

Rata-rata -3 -6 -9

≥10

Maksimum -2 -4 -6

Minimum -2 -4 -6

Rata-rata -6 -12 -18

Sumber : (Canter, 1977 dalam Kepmen LH no. 105/2003)

5. Menghitung jumlah negatif dari seluruh parameter dan menentukan status mutu airnya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai dariUS-EPA (Unites States Environmental Protection Agency)dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu:

(1) Kelas A : baik sekali, skor = 0, memenuhi baku mutu (2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10, cemar ringan

(3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30, cemar sedang (4) Kelas D : buruk, skor-31, cemar berat

b. Metode Indeks Pencemaran

Sumitomo dan Nemerow (1970 dalam Kepmen LH 115 Tahun 2003), Universitas Texas, A.S., mengusulkan suatu indeks yang berkaitan dengan senyawa pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukan. Indeks ini dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran (Pollution Index) yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Indeks ini memiliki konsep yang


(38)

22

berlainan den Pencemaran dikembangka atau sebagian d

Metode status mutu a titik pengujian/

Rumus adalah :

D. Indeks Kualitas A Metode Kua

(Canadian Counc

Sarawati dkk. 2014 jumlah paramete dengan rumus :

F1=

Frequencyya F2=

22

dengan Indeks Kualitas Air (Water Quality

n (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, ke kan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh ba an dari suatu sungai (Kepmen LH No 115 tahun 2003 tode Indeks Pencemaran ini digunakan unt u air untuk data tunggal, atau tidaktime series dat

ujian/pengukuran.

umus yang digunakan untuk menghitung Inde

as Air

Kualitas air yang biasa digunakan di Canada

ouncil of Ministers of the Environment) (Lumb 2014). Metode ini menggabungkan 3 elemen

ter kualitas air yang tidak mencapai tujuan kua us :

X 100

yaitu jumlah kejadian target tidak tercapai (F2)

X 100

22

ty Index). Indeks n, kemudian dapat bagian badan air hun 2003).

untuk menentukan

s data, pada suatu

ndeks Pencemaran

da adalah CCME

b dkk 2006 dalam n yaitu scopeatau n kualitas air (F1)


(39)

23

Amplitudeyaitu se

F3=

, ,

Dimananse = nor =1

#

Kemudian indeks kua

Penelit air Danau Ohri menyatakan bahw mengevaluasi kua parameter yang menjadi masalah Oleh karena itu, minum maka dila kekeruhannya.

23

u sejauh mana target tidak tercapai (F3) dengan r

, ,

normalised sum of the excursions= =1

#

ks kualitas air CWQI dihitung dengan rumus :

litian yang dilakukan Damo dan Icka (2012) hrid Albania dengan menggunakan metode

ahwa CCME WQI adalah metode yang kualitas air untuk sistem persediaan air. Ke g sangat penting di dalam perhitungan. K ah utama di dalam pengelolaan kualitas air minum u, air Danau Ohrid Albania, sebelum dijadikan dilakukan penyaringan terlebih dahulu untuk me

23

an rumus :

, ,

=1

#

us :

2012) tentang kualitas ode CCME WQI

ng efektif untuk Kekeruhan adalah Kekeruhan juga inum di Albania. kan bahan baku air menurunkan kadar


(40)

24

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Way Sekampung Tahun 2013 dan 2014, dimana pada Tahun 2013 dilakukan 4 kali pengambilan sampel dan pada Tahun 2014 dilakukan 3 kali pengambilan sampel sehingga total 7 kali pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda seperti terdapat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Lokasi Pengambilan Sampel

No. TITIK PENGAMBILAN

SAMPEL Desa/Kec/Kab

KOORDINAT GPS

1. Titik 1

Ds. Sukoharjo II Kec. Sukoharjo Kab. Pringsewu

104o58’65,1”BT 05o19’60,3”LS

2. Titik 2

Ds. Mandah Kec. Natar Kab. Lampung Selatan

105o10’75,6”BT 05o11’94,2”LS

3. Titik 3

Ds. Bandar Agung Kec. Sragi Kab. Lampung Selatan

105o47’32,6”BT 05o36’69,6”LS


(41)

25

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilaksanakan selama 7 kali dalam kurun waktu 2 tahun pada tahun 2013 dan 2014, seperti terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Waktu Pengambilan Sampel

No. PENGAMBILAN SAMPEL WAKTU

1. I Februari 2013

2. II April 2013

3. III Juni 2013

4. IV Oktober 2013

5. V Juni 2014

6. VI September 2014


(42)

26

B. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari Kegiatan Pengambilan Sampel dan Pengujian Air Sungai secara Laboratoris Tahun 2013 dan 2014 BPLHD Provinsi Lampung, untuk Way Sekampung.

Pengambilan Sampel dilakukan oleh Personil Pengambil Contoh Uji UPT Pengelolaan Laboratorium Lingkungan BPLHD Provinsi Lampung dan selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium UPT Pengelolaan Laboratorium Lingkungan BPLHD Provinsi Lampung yang telah terakreditasi.

Pada setiap pengambilan contoh, maka langsung diukur parameter fisiknya yaitu : pH, Suhu, Daya Hantar Listrik (DHL), Dissolved Oxygen

(DO), Kekeruhan (Turbidity), TDS (Total Dissolved Solid), dan Salinitas. Sedangkan untuk parameter kimia akan dianalisa di laboratorium setelah diawetkan berdasarkan parameternya. Parameter kimia yang diuji di laboratorium terdiri dariBOD(Biological Oxygen Demand),COD(Chemical Oxygen Demand), Amonia, Nitrat, Nitrit, Sulfat, Sulfida, total fosfat, Sianida, Chlorida, MBAS/detergen, Fluorida, Minyak Lemak, Tembaga dan Seng serta 1(satu) parameter fisika yaitu Padatan Total Tersuspensi (TSS).


(43)

27

C. Bagan Alir Penelitian

Penghitungan status kualitas air dengan metode STORET, IP danCCME WQI

Melakukan perbandingan hasil perhitungan status kualitas air dengan metode STORET,

IP dan CCME WQI

Melakukan interpretasi metode perhitungan status kualitas air STORET, IP

danCCME -WQI

Melakukan uji sensitivitas parameter untuk mengetahui efektivitas metode perhitungan

status kualitas air STORET, IP

danCCME -WQI

Mulai

Pembahasan

Selesai

Persiapan dan pengumpulan data hasil pengujian Way Sekampung


(44)

28

D. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah: 1. Persiapan data sekunder.

Data sekunder berupa parameter uji laboratorium yang dilakukan UPT Pengelolaan Laboratorium Lingkungan BPLHD Provinsi Lampung Tahun 2013 dan 2014, sebagai data untuk melakukan analisis menentukan status kualitas air Way Sekampung.

Tabel 5. Parameter yang diperiksa dan acuan metodenya

No Parameter Satuan Acuan Metode

1. Temperatur º C Electrometric; SNI 06-6989.23-2005 2. Daya Hantar Listrik µs/cm Electrometric; SNI 06-6989.1-2004 3. DO mg/L Electrometric; SNI 06-6989.14-2004 4. Kekeruhan NTU Electrometric; SNI 06-6989.25-2005 5. TDS mg/L Electrometric; SNI 06-2413.3.7-1991 6. Salinitas % Electrometric; SNI 06-2413.3.12-1991 7. PTT mg/L Gravimetric; SNI 06-6989.3-2004 8. pH - Electrometric; SNI 06-6989.11-2004 9. BOD mg/L Titrimetric; SNI 6989.72-2009 10. COD mg/L Spektrofotometri; SNI 6989.2-2009 11. Sulfat mg/L Spektrofotometri; SNI 06-6989.20-2004 12. Sulfida mg/L Spektrofotometri; MANUAL BOOK DR 8131-2010

13. NH3-N mg/L Spektrofotometri; SNI 06-6989.30-2005

14. NO3-N mg/L Spektrofotometri; MANUAL BOOK DR 8039-2010

15. NO2-N mg/L Spektrofotometri; SNI 06-6989.9-2004

16. Sianida mg/L Spektrofotometri; MANUAL BOOK DR 8027-2010

17. Chlorida mg/L Titrimetric; SNI 06-6989.19-2004 18. PO4- P mg/L Spektrofotometri; SNI 06-6989.31-2005


(45)

29

Tabel 5 (lanjutan)

19. Fluorida mg/L Spektrofotometri; MANUAL BOOK DR 8029-2010

20. MBAS mg/L Spektrofotometri; SNI 06-6989.51-2005 21. Minyak Lemak µg/L Gravimetric; JIS No. 24 K-0102, 1998 22. Tembaga mg/L Spektrofotometri; MANUAL BOOK DR 8506-2010

23. Seng mg/L Spektrofotometri; MANUAL BOOK DR 8009-2010 Dari 23 parameter yang diperiksa, hanya 17 parameter yang akan dijadikan dasar perhitungan untuk menentukan status kualitas airnya, dikarenakan 6 parameter lainnya seperti Daya Hantar Listrik, Kekeruhan, Salinitas, Sulfat, Amonia dan Klorida, tidak mempunyai acuan baku mutunya didasarkan pada PP 82 Tahun 2001 kelas air : III.

2. Analisis data kualitas air

Data sekunder yang telah dikumpulkan akan dianalisa untuk menentukan status kualitas airnya dengan menggunakan metode STORET, metode Indeks Pencemaran (IP) dan metodeCCME WQI.

A. Metode STORET

Langkah perhitungan metode STORET adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data kualitas air dan debit air secara periodik untuk mendapatkan data dari waktu ke waktu (time series data) minimal 2 seri data;

2. Membandingkan data hasil pengukuran/pengujian dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu sesuai dengan kelas air;


(46)

30

3. Jika hasil pengukuran/pengujian memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran/pengujian<baku mutu) maka diberi skor 0. 4. Jika hasil pengukuran/pengujian tidak memenuhi nilai baku mutu

air (hasil pengukuran /pengujian melebihi baku mutu), maka diberi skor seperti pada Tabel 2.:

5. Menghitung jumlah negatif dari seluruh parameter dan menentukan status mutu airnya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Unites States Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu:

(1) Kelas A : baik sekali, skor = 0, memenuhi baku mutu (2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10, cemar ringan

(3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30, cemar sedang (4) Kelas D : buruk, skor≥ -31, cemar berat

B. Metode Indeks Pencemaran (IP)

Langkah perhitungan metode Indeks Pencemaran adalah sebagai berikut :

1. Memilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang.

2. Menghitung Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi

pengambilan cuplikan.

3. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO. Maka menentukan


(47)

31

nilai teoritik atau nilai maksimum Cim(misal untuk DO, maka Cim

merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil

pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lijhasil perhitungan, yaitu :

( Ci/Lij)baru=

( )

4. Jika nilai baku Lijmemiliki rentang :

- Untuk Ci≤ Lijrata-rata

( Ci/Lij)baru=

[ ( ) ]

{( ) ( ) }

- Untuk Ci > Lijrata-rata

( Ci/Lij)baru=

[ ( ) ]

{( ) ( ) }

5. Parameter dengan baku mutu nilai rentang contohnya pH. Perlu menghitung Lijrata-rata dari Lijmaksimum ditambah Lijminimum

dibagi 2.

6. Untuk parameter yang lain digunakan persamaan sebagai berikut : - Jika nilai Ci/Lij< 1 digunakan Ci/Lij uji.

- Jika nilai Ci/Lij>1 maka digunakan rumus :

(Ci/Lij ) baru = 1 +P.log (Ci/Lij) hasil pengukuran, dimana P adalah

konstanta dan nilainya ditentukan bebas disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5).


(48)

32

7. Menent Ci/Lijba

8. Menent

C. MetodeCC

Langkah pe 1. Meng

menca

F1=

2. Meng (F2) de

F2=

3. Meng denga

F3=

, ,

Dimana =1

#

32

nentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum da

ijbaik yang maksimum maupun yang rata-rata.

nentukan nilai PIjdengan rumus :

CCME WQI

h perhitungan metodeCCME WQIadalah sebag nghitung scope atau jumlah parameter kualita ncapai tujuan kualitas air (F1) dengan rumus :

X 100

nghitungFrequencyyaitu jumlah kejadian targe dengan rumus:

X 100

nghitungAmplitudeyaitu sejauh mana target tida ngan rumus :

, ,

ananse = normalised sum of the excursions= =1

#

32

dari keseluruhan ta.

bagai berikut : itas air yang tidak us :

rget tidak tercapai

tidak tercapai (F3)

, ,

= =1


(49)

33

4. Meng

3. Penentuan sta Masing menentukan airnya adalah :

(1) Kelas (2) Kelas (3) Kelas C (4) Kelas

Untuk adalah :

0 ≤ P

1,0 < P 5,0 < P

Pij > 10 , c

CCME

menghasilka dalam 5 kela

95–100 80–94 65–79 45–64

33

nghitung indeks kualitas air CWQI dihitung deng

n status kualitas air.

sing-masing metode mempunyai bahasa te n status kualitas air. Untuk Metode STORET lah :

as A : baik sekali, skor = 0, memenuhi as B : baik, skor = -1 s/d -10, cemar ringa as C : sedang, skor = -11 s/d -30, cemar seda as D : buruk, skor≥-31, cemar ber uk metode Indeks Pencemaran (IP) , evaluasi t

≤ PIj ≤ 1,0 , memenuhi baku mutu (kondisi

1,0 < PIj ≤ 5,0 , cemar ringan

5,0 < PIj ≤ 10 , cemar sedang

10 , cemar berat.

E WQI (2001), menjelaskan untuk metode kan angka antara 0 (terjelek) hingga 100 (terba

las dalam merefleksikan status kualitas air, yai 100 excellent(istimewa/baik sekali)

94 good(baik) 79 fair(cukup) 64 marginal(rendah)

33

dengan rumus :

tersendiri untuk ET, status kualitas

nuhi baku mutu ingan

sedang berat

si terhadap nilai PI

kondisi baik)

ode CCME WQI

baik) yang terbagi aitu :


(50)

34

0–44 poor(buruk)

4. Membandingkan perhitungan status kualitas air dari 3 metode yaitu : STORET, Indeks pencemaran danCCME WQI.

Berdasarkan perhitungan status kualitas air Way Sekampung dengan 3 metode tersebut, dapat diketahui masing-masing kelemahan dan kelebihan dari ketiga metode tersebut, sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana interpretasi ketiga metode tersebut dalam menghitung status kualitas air Way Sekampung.

5. Melakukan uji sensitivitas parameter untuk mengetahui efektivitas metode perhitungan status kualitas air dari 3 metode yaitu : STORET, Indeks Pencemaran danCCME WQI.

Uji sensitivitas parameter dilakukan dengan cara mengeluarkan satu parameter atau lebih dari perhitungan skor untuk ketiga metode tersebut. Parameter yang dipilih adalah parameter yang sangat berpengaruh di dalam perhitungan skor. Setiap pengeluaran satu parameter, akan dilakukan perhitungan status mutu air yang baru, sehingga kemudian akan terlihat trend status mutu air yang dihitung pada masing-masing metode tersebut. Trend ini akan menggambarkan tingkat sensitivitas metode perhitungan baik itu STORET, IP, danCCME WQIdi dalam melakukan perhitungan status kualitas air Way Sekampung.


(51)

68

DAFTAR PUSTAKA

Ahaneku I. Edwin and Animashaun I. Murtala. 2013. Determination of Water Quality Index of River Asa. Ilorin Nigeria.

Al Janabi, Zahra Zahraw, Al Kubaisi Abdul Rahman, Al Obaidy, Abdul Hameed M Jwad. 2012. Assesment of Water Quality of Tigris River by using Water Quality Index (CCME WQI). Department of Biology. College of Science for Woman. Baghdad University. Journal Al-Nahrain University. Vol 15. Anonim. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 115 tahun 2003

tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Anonim. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung. 2012. http://litbang.bantenprov.go.id/2012/Amirwandi_Hita-Makalah-DAS-Sekampung-Sebagai-Pilot-Proyek-Alokasi-Air-DUWRMT1.pdf, diakses tanggal 18 Desember 2014.

BBWS Mesuji Sekampung, 2010, Pola Penyusunan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Seputih Sekampung, Bandar Lampung.

Camejo Jorge, Pacheco Osvaldo, Guevara Miguel. 2013. Study of Water Quality Classifier. University of Porto. Portugal.

CCME Water Quality Index 1.0 User,s Manual. 2001. Canadian Water Quality Guidelines for the Protection of Aquatic Life. Canadian Council of Ministers of the Environment.

Damo Robert and Icka Pirro. 2012. Evaluation of Water Quality Index for Drinking Water. University of Korca. Albania. Journal Environment Study

vol. 22.

Desmawati Eka. 2014. Sistem Informasi Kualitas Air Sungai di Wilayah Sungai Provinsi Lampung Berbasis wqi. Tesis Magister Teknik Universitas Lampung.


(52)

69

Gaudy, A.F. and E.T. Gaudy. 1980. Microbiology for Environmental scientists and Engineers. McGraw Hill Book Company. New York.

Gurnham, C.F. 1965.Industrial wastewater Control. Academy Press. New York.

Husin, Y.A. dan K. Eman. 1991. Metode dan Teknik Analisa Kualitas Air. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian IPB. Bogor.

Istomi, Abu Rosid. 2013. Kajian Status Kualitas Air Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Mesuji. Tesis Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung.

Jaya. 1994. Pedoman Analisis Kualitas Air dan Tanah Sedimen Perairan Payau Balai Budidaya Air Payau. Jepara.

Jubaedah Dade, Hariyadi Sigit, Muchsin Ismudi, Kamal M. Muchlis. 2014. Water Quality Index of Floodplain River Lubuk Lampam South Sumatera Indonesia.International Journal of Environmental Science and Development

Vol.6 No.4.

Koessoebiono. 1979. Dasar-Dasar Ekologi Umum. Bag. IV (Ekologi Perairan). Sekolah Pascasarjana Program Studi Lingkungan IPB. Bogor.

Laporan Kegiatan Pengambilan Sampel dan Pengujian Air Sungai secara Laboratoris Tahun 2013. BPLHD Provinsi Lampung.

Laporan Kegiatan Pengambilan Sampel dan Pengujian Air Sungai secara Laboratoris Tahun 2014. BPLHD Provinsi Lampung.

Lee Gartner. 2006. A Sensitivity analysis of the Canadian Water Quality Index. Canadian Council of Ministers of the Environment.

Muslimin, Saraswati, Sri Puji. 2013. Kajian Status Mutu Air di Sungai Gajahwong dengan berbagai Indeks Kualitas Air. Jurnal Lingkungan Tropis. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Second Edition. W. B.Saunders Co. Philadelphia. London.

Othman Faridah, M.E. Alaa Eldin, Mohamed Ibrahim. 2012. Trend Analysisof Tropical Urban River Water Quality in Malaysia. Journal of Environmental Monitoring14. p.3164-3173.

Putri, L.S.E. 2001. Pola Penyebaran Spasial dan Temporal Bahan Organik, Logam Berat dan Pestisida Di Perairan Sungai Ciliwung. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saraswati, S.P., Sunyoto, Kironoto, BA, Hadisusanto, S., 2014. Kajian Bentuk Sensitivitas Rumus Indeks PI, STORET, CCME untuk Penentuan Status Mutu Perairan Sungai Tropis di Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Soemarwoto, O. 1992. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. PT Gramedia. Jakarta.


(53)

70

Sutrisno, C. Totok, Sucihasti dan Eny. 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Streamkeeper, 1991. Streamkeeper's Field Guide: Watershed Inventory and Stream Monitoring Methods.

Wardhana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta.

Wikipedia. 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung, diakses tanggal 16 Desember 2014 WIB.


(1)

32 7. Menent

Ci/Lijba

8. Menent

C. MetodeCC

Langkah pe

1. Meng

menca

F1=

2. Meng

(F2) de

F2=

3. Meng

denga

F3=

, ,

Dimana =1

#

32 nentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum da

ijbaik yang maksimum maupun yang rata-rata. nentukan nilai PIjdengan rumus :

CCME WQI

h perhitungan metodeCCME WQIadalah sebag

nghitung scope atau jumlah parameter kualita

ncapai tujuan kualitas air (F1) dengan rumus :

X 100

nghitungFrequencyyaitu jumlah kejadian targe

dengan rumus:

X 100

nghitungAmplitudeyaitu sejauh mana target tida

ngan rumus :

, ,

ananse = normalised sum of the excursions= =1

#

32 dari keseluruhan

ta.

bagai berikut :

itas air yang tidak

us :

rget tidak tercapai

tidak tercapai (F3)

, ,

= =1


(2)

4. Meng

3. Penentuan sta

Masing

menentukan

airnya adalah :

(1) Kelas

(2) Kelas

(3) Kelas C

(4) Kelas

Untuk

adalah :

0 ≤ P

1,0 < P

5,0 < P

Pij > 10 , c

CCME

menghasilka

dalam 5 kela

95–100

80–94

65–79

45–64

nghitung indeks kualitas air CWQI dihitung deng

n status kualitas air.

sing-masing metode mempunyai bahasa te

n status kualitas air. Untuk Metode STORET

lah :

as A : baik sekali, skor = 0, memenuhi

as B : baik, skor = -1 s/d -10, cemar ringa

as C : sedang, skor = -11 s/d -30, cemar seda

as D : buruk, skor≥-31, cemar ber

uk metode Indeks Pencemaran (IP) , evaluasi t

≤ PIj ≤ 1,0 , memenuhi baku mutu (kondisi

1,0 < PIj ≤ 5,0 , cemar ringan

5,0 < PIj ≤ 10 , cemar sedang

10 , cemar berat.

E WQI (2001), menjelaskan untuk metode

kan angka antara 0 (terjelek) hingga 100 (terba

las dalam merefleksikan status kualitas air, yai

100 excellent(istimewa/baik sekali)

94 good(baik)

79 fair(cukup)

64 marginal(rendah)

dengan rumus :

tersendiri untuk

ET, status kualitas

nuhi baku mutu

ingan

sedang

berat

si terhadap nilai PI

kondisi baik)

ode CCME WQI

baik) yang terbagi


(3)

34 0–44 poor(buruk)

4. Membandingkan perhitungan status kualitas air dari 3 metode yaitu :

STORET, Indeks pencemaran danCCME WQI.

Berdasarkan perhitungan status kualitas air Way Sekampung

dengan 3 metode tersebut, dapat diketahui masing-masing kelemahan dan

kelebihan dari ketiga metode tersebut, sehingga dapat diketahui sampai

sejauh mana interpretasi ketiga metode tersebut dalam menghitung status

kualitas air Way Sekampung.

5. Melakukan uji sensitivitas parameter untuk mengetahui efektivitas

metode perhitungan status kualitas air dari 3 metode yaitu : STORET,

Indeks Pencemaran danCCME WQI.

Uji sensitivitas parameter dilakukan dengan cara mengeluarkan

satu parameter atau lebih dari perhitungan skor untuk ketiga metode

tersebut. Parameter yang dipilih adalah parameter yang sangat

berpengaruh di dalam perhitungan skor. Setiap pengeluaran satu

parameter, akan dilakukan perhitungan status mutu air yang baru,

sehingga kemudian akan terlihat trend status mutu air yang dihitung pada

masing-masing metode tersebut. Trend ini akan menggambarkan tingkat

sensitivitas metode perhitungan baik itu STORET, IP, danCCME WQIdi


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahaneku I. Edwin and Animashaun I. Murtala. 2013. Determination of Water

Quality Index of River Asa. Ilorin Nigeria.

Al Janabi, Zahra Zahraw, Al Kubaisi Abdul Rahman, Al Obaidy, Abdul Hameed M Jwad. 2012. Assesment of Water Quality of Tigris River by using Water Quality Index (CCME WQI). Department of Biology. College of Science for

Woman. Baghdad University. Journal Al-Nahrain University. Vol 15.

Anonim. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Anonim. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung. 2012. http://litbang.bantenprov.go.id/2012/Amirwandi_Hita-Makalah-DAS-Sekampung-Sebagai-Pilot-Proyek-Alokasi-Air-DUWRMT1.pdf, diakses tanggal 18 Desember 2014.

BBWS Mesuji Sekampung, 2010, Pola Penyusunan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Seputih Sekampung, Bandar Lampung.

Camejo Jorge, Pacheco Osvaldo, Guevara Miguel. 2013. Study of Water Quality Classifier. University of Porto. Portugal.

CCME Water Quality Index 1.0 User,s Manual. 2001. Canadian Water Quality Guidelines for the Protection of Aquatic Life. Canadian Council of

Ministers of the Environment.

Damo Robert and Icka Pirro. 2012. Evaluation of Water Quality Index for Drinking Water. University of Korca. Albania. Journal Environment Study

vol. 22.

Desmawati Eka. 2014. Sistem Informasi Kualitas Air Sungai di Wilayah Sungai Provinsi Lampung Berbasis wqi. Tesis Magister Teknik Universitas Lampung.


(5)

69 Gaudy, A.F. and E.T. Gaudy. 1980. Microbiology for Environmental scientists

and Engineers. McGraw Hill Book Company. New York.

Gurnham, C.F. 1965.Industrial wastewater Control. Academy Press. New York.

Husin, Y.A. dan K. Eman. 1991. Metode dan Teknik Analisa Kualitas Air. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian IPB. Bogor.

Istomi, Abu Rosid. 2013. Kajian Status Kualitas Air Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Mesuji. Tesis Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung.

Jaya. 1994. Pedoman Analisis Kualitas Air dan Tanah Sedimen Perairan Payau Balai Budidaya Air Payau. Jepara.

Jubaedah Dade, Hariyadi Sigit, Muchsin Ismudi, Kamal M. Muchlis. 2014. Water Quality Index of Floodplain River Lubuk Lampam South Sumatera Indonesia.International Journal of Environmental Science and Development

Vol.6 No.4.

Koessoebiono. 1979. Dasar-Dasar Ekologi Umum. Bag. IV (Ekologi Perairan). Sekolah Pascasarjana Program Studi Lingkungan IPB. Bogor.

Laporan Kegiatan Pengambilan Sampel dan Pengujian Air Sungai secara Laboratoris Tahun 2013. BPLHD Provinsi Lampung.

Laporan Kegiatan Pengambilan Sampel dan Pengujian Air Sungai secara Laboratoris Tahun 2014. BPLHD Provinsi Lampung.

Lee Gartner. 2006. A Sensitivity analysis of the Canadian Water Quality Index.

Canadian Council of Ministers of the Environment.

Muslimin, Saraswati, Sri Puji. 2013. Kajian Status Mutu Air di Sungai Gajahwong dengan berbagai Indeks Kualitas Air. Jurnal Lingkungan Tropis. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Second Edition. W. B.Saunders Co. Philadelphia. London.

Othman Faridah, M.E. Alaa Eldin, Mohamed Ibrahim. 2012. Trend Analysisof Tropical Urban River Water Quality in Malaysia. Journal of Environmental

Monitoring14. p.3164-3173.

Putri, L.S.E. 2001. Pola Penyebaran Spasial dan Temporal Bahan Organik, Logam Berat dan Pestisida Di Perairan Sungai Ciliwung. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saraswati, S.P., Sunyoto, Kironoto, BA, Hadisusanto, S., 2014. Kajian Bentuk Sensitivitas Rumus Indeks PI, STORET, CCME untuk Penentuan Status Mutu Perairan Sungai Tropis di Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Soemarwoto, O. 1992. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. PT Gramedia. Jakarta.


(6)

Sutrisno, C. Totok, Sucihasti dan Eny. 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Streamkeeper, 1991. Streamkeeper's Field Guide: Watershed Inventory and Stream Monitoring Methods.

Wardhana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta.

Wikipedia. 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung, diakses tanggal 16 Desember 2014 WIB.