STIGMA MASYARAKAT TERHADAP KOMUNITAS ANAK PUNK (Studi di Lapangan Saburai Kota Bandar Lampung)

(1)

(A Study in Saburai Square in Bandar Lampung) By

Yunari Setiawan

Student of Sociology Department in Faculty of Social and Political Sciences in Lampung University

With the coming of globalization era, there are many foreign cultures coming into Indonesia, so that undeniably many social groups raise in the community. These social groups raise from background of having similar common objectives or destinies from each individual. One of social groups formed by youngsters is punk group, where the formation of this group cannot be separated from the history of social and economy, racial identity, and culture in British. This was a qualitative research focusing in factors that influenced developments of punk community and public stigma growing in public toward punk community. Informants were determined using snow ball sampling. Data in this research came from primary data including deep interviews into the punk community and secondary data including zine; the book explaining the life of punk community. Informants in this research were 3 citizens living around Saburai square, and 2 members of punk community and they had met requirements for informant inclusion. The result showed that public stigma about punk community were that punk kids were a group of scum and trouble makers. The reasons of joining this community were the music style, punkers soul, equality and solid solidarity amongst punk members. Punk community had typical distinctive style from other people such as painted hair with pikes style, ear rings, and tattoos in their body. In fact, they were looking for freedom and self-identities. Their typical fashion style fully with symbols made their appearance making impressions of people with behaviors of anarchy, brutal, and trouble makers.


(2)

Oleh Yunari Setiawan

Mahasiswa Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung

ABSTRAK

Pada masa kini dengan adanya globalisasi, banyak sekali kebudayaan yang masuk ke Indonesia, sehingga tidak dipungkiri lagi muncul banyak sekali kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut muncul dikarenakan adanya persamaan tujuan atau senasib dari masing-masing individu. Salah satu kelompok yang dibahas adalah kelompok Punk terbentuknya kelompok ini tidak terlepas dari sejarah hidup sosial ekonomi Inggris, identitas rasial di Inggris, politik dan budaya di Inggris.Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif, dengan fokus penelitian yaitu, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan komunitas anak Punk, stigma yang berkembang di masyarakat terhadap komunitas anak Punk. Dalam penelitian ini, penentuan informan ditentukan melalui teknik bola salju (Snowball Sampling),Sumber data dalam penelitian ini adalah dari data primer yang meliputi wawancara secara mendalam serta terjun langsung dalam komunitas anak Punkdan data sekunder yang meliputi zine,buku, yang menjelaskan tentang kehidupan anak Punk.Informan dalam penelitian ini adalah 3 warga masyarakat yang tinggal di sekitar Saburai, dan 2 anggota komunitas anak Punkdan telah memenuhi kriteria informan yang ditentukan. Adapun kriteria dan informan yang ditunjuk atau dipilih dalam penelitian ini adalah warga masyarakat yang tinggal disekitar Saburai dan anggota komunitas anak Punk dilapangan Saburai. Hasil yang didapatkan dari penelitian yang penulis lakukan,berbagai stigma negatif yang berkembang di masyarakat terhadap komunitas anak Punk, seperti Punk sebagai sekumpulan anak berandal atau sekelompok anak pembuat onar. Dan alasan dari anggota Punk tergabung dalam komunitas ini, aliran musik, jiwa Punkers, equality dan rasa solidaritas sesama anggota Punk yang solid. Kelompok Punkmempunyai ciri khas style berbeda dengan orang kebanyakan seperti, rambut dicat dengan potongan ke atas, anting-anting dan tato yang menghiasi tubuh mereka.Tetapi sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang ingin mencari kebebasan dan jati diri mereka sendiri. Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, namun karena tampilan anak Punk yang cenderung menyeramkan seringkali dikaitkan dengan perilaku anarkis, brutal, bikin onar.


(3)

STIGMA MASYARAKAT TERHADAP KOMUNITAS ANAK PUNK

(Studi tentang komunitas anak punk di lapangan Saburai Bandar Lampung)

Oleh

YUNARI SETIAWAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yunari Setiawan dilahirkan di Kota Cilacap, 22 Januari 1990. Penulis adalah anak ke-2 dari 5 saudara dari pasangan Bapak Sunarya dan Ibu Suti Rubiyanti.

Jenjang pendidikan formal yang telah penulis tempuh antara lain Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita Unila Kota Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Kampung Baru dan lulus pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Kota Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004, Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Buana dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis baru terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah Lampung Barat.


(8)

MOTO


(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat yang tak henti-hentinya kepada umatnya. Solawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang selalu kita nantikan safaatnya kelak. Kupersembahkan skripsi sederhana ini kepada :

 Sang pencipta Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

 Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas semua doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Tak ada yang bisa menggantikan pengorbanan kalian, sehingga Allah senantiasa melindungi dan memberikan kesehatan pada kalian.

 Semua keluargaku yang telah memberikan nasehat-nasehatnya demi kelancaran skripsi ini.

 Semua teman-teman Sosiologi 2008, terimakasih atas perhatian, bantuan, dan dukungan kalian semoga Allah melancarkan usaha kita.


(10)

SANWACANA

Assalamuallaikum, wr.wb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang senatiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan sarat mencapai gelar Sarjana Sosiologi. Tak lupa sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Stigma Masyarakat Terhadap Komunitas Anak Punk” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Universitas Lampung. Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak lepas dari peran, bantuan, bimbingan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, dan keyakinan bahwa Allah SWT yang bisa membalasnya, penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Efendi, M.M. selaku Pembantu Dekan I FISIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung.

4. Ibu Dra. Anita Darmayantie, M.H. selaku sekertaris Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung.


(11)

5. Bapak Drs. Pairulsyah, M.H. selaku Dosen Pembimbing, terimakasih atas ilmu dan bimbingan yang telah bapak berikan kepada saya.

6. Bapak Drs. Suwarno, M.H.selaku Dosen Pembahas, terimakasih telah bersedia menjadi Dosen Pembahas, terimakasih untuk semua ilmu yang telah diberikan.

7. Ibu Dra. Anita Darmayantie, M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik, terimakasih telah melindungi saya dari berbagai permasalahan yang ada di kampus.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dengan segala ketulusannya.

9. Kedua orang tua-ku, terimakasih atas semua yang telah kalian berikan padaku. Apapun yang kulakukan tidak akan mungkin bisa menggantikan seluruh do’a serta pengorbanan kalian. Dan buat kakak dan ketiga adikku semoga Allah SWT melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada kalian.

10.Teman SOS 08,Deny Aseng, Rio Bewok, Kiki Cipet, Hendy Bolor, Mijwad, Fitra,Fajar, Waw Bro, Grace, Nestry, Esy, Ken, Febri, Iyan Kecemete, Panjoy, LONG LIFE brother’s dan juga buat teman-teman yang belum tersebut namanya TOSS!!! buat kalian semua.


(12)

11.Untuk semua teman-teman Punkers yang bersedia berbagi informasi Fitruk, Agus, Rudi, Anton, Bowo, Albar, Wiwid, Didik, Bendot, Diki, Penyol, Gendol, Sutir, Bandar, mas U’un terima kasih untuk kopi, rokok serta setumpuk informasi dalam bentuk obrolan panjang sambil menunggu fajar. Tetap berjuang kawan walaupun langit masih tetap menghitam.

Penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 28 Januari 2014 Penulis


(13)

DAFTAR ISI ABSTRAK PERNYATAAN HALAMAN JUDUL PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL Halaman I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 11

D.Kegunaan Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Stigma Masyarakat Terhadap Komunitas Anak Punk . 13 1. Tinjauan Stigma ... 13

B.Tinjauan Masyarakat ... 15

1. Mengenal Unsur-Unsur Masyarakat ... 21

C.Tinjauan Komunitas ... 22

D.Tinjauan Anak Punk ... 26

E. Kerangka Pikir ... 34

F. Bagan Kerangka Pikir ... 35

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 36

B. Fokus Penelitian ... 37

C. Penentuan Informan ... 38

D. Lokasi Penelitian ... 38


(14)

F. Teknik Analisis Data ... 42

1. Reduksi Data ... 42

2. Penyajian Data ... 43

3. Penarikan Kesimpulan ... 43

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A.Geografis Lampung ... 44

B.Topografi dan Demografi Lampung ... 46

C.Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 47

D.Sejarah Singkat Kelurahan Enggal ... 48

E. Daftar Kepemimpinan Kelurahan Enggal ... 50

F. Data Potensi Dasar Kelurahan Enggal ... 51

G. Orbitasi Kelurahan Enggal ... 52

H. Sejarah Punk di Bandar Lampung ... 53

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

B.Pembahasan ... 65

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Komunitas Anak Punk ... 65

2. Stigma Masyarakat Terhadap Komunitas Anak Punk ... 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 73

B.Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel


(16)

DAFTAR BAGAN Bagan


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Tetapi manusia dalam kehidupan pribadinya disebut sebagai makhluk individu yaitu makhluk yang hidup untuk dirinya sendiri. Dalam kaitannya dengan kehidupan pribadinya, manusia akan terus berusaha untuk bertahan hidup yaitu dengan terus berkarya dengan caranya sendiri. Dalam berkarya, hasil cipta karya manusia disebut budaya, atau manusia menciptakan kebudayaan. Dalam kebudayaan itu terdiri dari beberapa bagian yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur.

Menurut Fitrah Hamdani dalam Zaelani Tammaka (2007:164) “Subkultur’’ merupakan gejala budaya dalam masyarakat industri maju yang umumnya terbentuk berdasarkan usia dan kelas. Secara simbolis di ekspresikan dalam bentuk pencipta gaya dan bukan hanya merupakan penentang terhadap hegemoni atau jalan keluar dari suatu ketegangan sosial. Subkultur lebih jauh menjadi bagian dari ruang bagi penganutnya untuk memberikan otonomi dalam suatu tatanan sosial masyarakat industri yang semakin kaku dan kabur.


(18)

Pada masa kini dengan adanya globalisasi, banyak sekali kebudayaan yang masuk ke Indonesia, sehingga tidak dipungkiri lagi muncul banyak sekali kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut muncul dikarenakan adanya persamaan tujuan atau senasib dari masing-masing individu maka muncullah kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat, yang salah satunya sering dilakukan oleh beberapa anak muda yang membentuk kelompok. Pada mulanya hanya dari beberapa orang dan dalam lingkup sepermainannya saja, kemudian mulai berkembang menjadi suatu komunitas karena mereka merasa mempunyai satu tujuan dan ideologi yang sama.

Salah satu kelompok yang akan dibahas adalah kelompok Punk terbentuknya kelompok ini tidak terlepas dari sejarah hidup sosial ekonomi Inggris, identitas rasial di Inggris, politik dan budaya di Inggris. Dick Hebdige (1999:192) memandang Punk masa kini tengah menghadapi dua bentuk perubahan antara lain bentuk komoditas dalam hal ini antribut dan aksesoris yang dipakai oleh subkultur Punk telah dimanfaatkan oleh industri sebagai barang dagangan yang didistribusikan kepada konsumen untuk mendapatkan keuntungan.

Dari segi ideologis Punk merupakan ideologi yang mencangkup aspek sosial dan politik. Ideologi mereka dahulu sering di kaitkan dengan perilaku-perilaku yang menyimpang yang di lakukan oleh anak Punk. Berbagai perilaku Punk yang di anggap menyimpang telah di dokumentasikan dalam


(19)

media massa sehingga membuat identitas Punk dibalik aksesoris yang melekat pada tubuhnya dipandang sebagai seorang yang berbahaya atau berandalan. Punk sebagai subkultur telah membentuk suatu bangunan baru yang berbeda dengan budaya induk yang di anut oleh kaum muda sejak awal kemunculanya di Inggris sampai sekarang. Nilai - nilai yang menjadi substansi Punk sebagai subkultur tetap di yakini oleh anggotanya, walaupun Punk telah berganti generasi, akan tetapi sebagai subkultur, nilai-nilai dan eksistensi Punk masih di pertahankan hingga sekarang.

Kelompok Punk mempunyai ciri khas style berbeda dengan orang kebanyakan seperti, rambut dicat dengan potongan ke atas, anting-anting dan tato yang menghiasi tubuh mereka. Kelompok Punk biasa berkumpul di beberapa titik keramaian pusat kota, Punk bukan hanya aliran tetapi jiwa dan

kepribadian, mereka tetap kembali kepada diri mereka masing-masing. Motto dari anak-anak Punk ialah, Equality (persamaan hak) itulah yang

membuat banyak remaja tertarik bergabung didalamnya. Punk sendiri lahir karena adanya persamaan terhadap jenis aliran musik Punk dan adanya gejala perasaan yang tidak puas dalam diri masing-masing sehingga mereka mengubah gaya hidup mereka dengan gaya hidup Punk (Ronaldo, 2008:17).

Punk menurut Feedfury (2008:24) yang berkembang di Indonesia lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan. Dengan gaya hidup yang anarkis yang membuat mereka merasa mendapat kebebasan. Namun kenyataannya gaya hidup Punk ternyata


(20)

membuat masyarakat resah dan sebagian lagi menganggap dari gaya hidup mereka yang mengarah ke barat-baratan. Sebenarnya, Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan.

Kita dapat melihat jumlah anak Punk di Indonesia memang tidak begitu banyak, tapi ketika mereka turun ke jalanan, setiap mata tertarik untuk melirik gaya rambutnya yang mohawk dengan warna-warna terang dan mencolok. Belum lagi atribut rantai yang menggantung di saku celana, sepatu boots, tato, jaket kulit penuh badge atau peniti, serta gelang berbahan kulit dan besi seperti paku yang terdapat di sekelilingnya yang menghiasi pergelangan tangannya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari busana mereka. Begitu juga dengan celana jeans super ketat yang dipadukan dengan baju lusuh, membuat image yang buruk terhadap anak Punk yang anti sosial. Kebanyakan masyarakat menganggap anak Punk sebagai sampah masyarakat.

Tetapi sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang ingin mencari kebebasan dan jati diri mereka sendiri. Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, dan tatacara hidup yang dicuri dari kelompok-kelompok kebudayaan lain yang lebih mapan, merupakan upaya membangun identitas berdasarkan simbol-simbol. Gaya Punk merupakan hasil dari kebudayaan negara barat yang ternyata telah diterima dan diterapkan dalam kehidupan oleh sebagian anak-anak remaja di Indonesia, dan telah menyebabkan budaya nenek moyang terkikis dengan nilai-nilai yang negatif.


(21)

Gaya hidup Punk mempunyai sisi negatif dari masyarakat karena tampilan anak Punk yang cenderung menyeramkan seringkali dikaitkan dengan perilaku anarkis, brutal, bikin onar, dan bertindak sesuai keinginannya sendiri, mengakibatkan pandangan masyarakat akan anak Punk adalah perusak, karena mereka memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma di dalam masyarakat. Selain itu, seringnya mereka berkumpul di malam hari menimbulkan persepsi masyarakat bahwa mereka juga suka mabuk-mabukan, sex bebas dan pengguna narkoba.

Awal pembentukan komunitas Punk terdapat prinsip dan aturan yang tidak ada satu orangpun yang menjadi pemimpin karena prinsip mereka adalah kebersamaan atau persamaan hak diantara anggotanya. Dengan kata lain, Punk berusaha menyamakan status yang ada sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka. Sebenarnya prinsip anak Punk adalah bebas tetapi bertanggung jawab, artinya mereka juga berani bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang dijalani para “Punkers” memang sangat aneh, maka pandangan miring dari masyarakat selalu ditujukan pada mereka. Padahal diantara “Punkers” banyak yang mempunyai kepedulian sosial yang sangat tinggi (Marshall, 2005:28).

Komunitas anak Punk mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak terlibat tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek kehidupan lainnya. Dan juga komunitas anak Punk mempunyai landasan etika ”kita dapat melakukan sendiri”. Beberapa komunitas Punk di


(22)

kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, dan Lampung merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Komunitas tersebut membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian berkembang menjadi semacam toko kecil yang disebut “Distro”.

Tak hanya CD dan kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) serta tato. Produk yang dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Komunitas Punk yang lain yaitu Distro merupakan implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda zaman sekarang yang banyak menggunakan barang bermerk luar negeri, dan sangat berbeda jauh dengan komunitas anak Punk yang lebih cenderung menggunakan barang dari hasil kreatifitas mereka sendiri. Hal inilah yang mencirikan dan membentuk jati diri dari komunitas anak Punk. Jika mereka ingin diterima pada komunitas tersebut, maka harus menyesuaikan dengan apa yang ada dan menjadi identitas komunitas tersebut ( Ridwan Hardiansyah, 2011:31).

Berbeda dengan kebanyakan komunitas lainnya, kelompok Punk tidak memperdulikan pendapat orang tentang gaya hidup mereka, anggota komunitas Punk sangat menikmati kehidupan yang mereka jalani, seolah-olah mereka tidak mempunyai beban hidup. Di antara mereka ada yang memilih hidup di jalanan. Namun demikian, bukan tanpa alasan mereka memilih jalan hidup seperti itu. Mereka menganggap hidup di jalanan


(23)

merupakan suatu kebebasan. Mereka menginginkan kebebasan yang tidak mereka dapat dari tempat lain, dan menginginkan kebebasan yang lebih agar mereka bisa melakukan apa yang mereka inginkan.

Pandangan anggota komunitas Punk sangatlah banyak dan bermacam-macam. Maksudnya adalah ada dari anggota komunitas Punk yang masih hidup bersama orang tua, aktif sekolah, namun juga bekerja. Ada juga anggota komunitas Punk yang hidup terpisah dari orang tua mereka dan memilih hidup di jalanan dengan anggota komunitas Punk yang lain. Kehidupan keras di jalanan berpengaruh terhadap perkembangan mental mereka. Hal inilah yang menyebabkan anak Punk terlihat lebih kuat dibandingkan dengan anak sebaya mereka yang tidak hidup di jalanan, namun terkadang mereka yang hidup di jalanan sering berlaku agresif (Singgih Gunarsa, 1983:242).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang komunitas anak Punk dalam kehidupan sosial di Kota Bandar Lampung. Masalah ini memiliki arti penting karena banyak pendapat yang terbangun dikalangan masyarakat tentang kehidupan anak Punk, dikarenakan sikapnya yang tertutup dan hanya mau berinteraksi dengan kalangan mereka saja. Akibat sikap tersebut, masyarakat tidak jarang memiliki persepsi berbeda ketika terucap “kata Punk”.


(24)

Punk mulai hadir di Bandar Lampung sekitar tahun 1996, sebelum tahun tersebut Punk telah menyebar di beberapa kota besar di Indonesia antara lain Jakarta, Bali, Bandung, dan Yogyakarta. Punk di Kota Bandar Lampung pada waktu itu belum terlalu berkembang, namun setelah tahun 1996 sedikit demi sedikit Punkers di Bandar Lampung mulai menunjukan eksistensinya, mereka mulai berkumpul di tengah kota, pertengahan tahun 1997 Punkers mulai membentuk Scene di depan bioskop Kim Jaya Tanjungkarang Pusat.

Semakin lama jumlah Punkers yang berkumpul di depan bioskop Kim Jaya semakin ramai. Jumlah mereka bisa mencapai puluhan orang, mereka selalu datang setiap malam bahkan ada sekitar lima sampai sepuluh Punkers yang setiap hari berdiam di sana, biasanya jumlah terbanyak dapat ditemui pada sabtu malam atau malam minggu.

Tahun 1998, Scene di depan bioskop Kim Jaya berpindah ke lapangan Saburai tepatnya dilantai merah. Tidak berbeda dengan di depan bioskop Kim Jaya, di lapangan Saburai jumlah Punkers yang berkumpul semakin ramai, selain beberapa Scene yang di sebutkan di atas ada beberapa Scene lain yang terdapat di Kota Bandar Lampung. Walaupun tidak berada di pusat keramaian tetapi Scene ini cukup ramai didatangi Punkers untuk berkumpul beberapa Scene ini merupakan tempat tinggal seorang atau beberapa Punkers yang dijadikan tempat berkumpul. Scene tersebut antara lain di daerah Kaliawi, Teluk Betung, Sukarame, Way Halim, Bakti dan Kampung Baru (Ridwan Hardiansyah, 2011:16).


(25)

Berdasarkan hasil prariset terhadap salah satu anggota komunitas Punk yang berada di scene Saburai Kota Bandar Lampung menyimpulkan bahwa Punk adalah gaya hidup yang mencari kebebasan baik itu dari berpakaian, bermusik dan jiwa, tanpa adanya kekangan dari siapa pun, akan tetapi tidak semua anggota komunitas Punk mengatakan begitu, semua itu kembali ke diri mereka masing-masing pasti terdapat berbagai makna yang berbeda apabila mengartikan kata Punk, tetapi itulah Punk yang menghargai perbedaan antara satu dengan yang lain karena didalam komunitas Punk terdapat makna Equality (persamaan atau tidak mempermasalahkan perbedaan) kebebasan didalam komunitas Punk adalah suatu hak yang mutlak bagi setiap Punkers dalam artian berani bertanggung jawab atas apa yang telah mereka lakukan (sumber: wawancara prariset).

Hingga kini, perkembangan komunitas Punk terus meluas di Kota Bandar Lampung. Jumlah anak Punk yang terjaring razia oleh Dinas Sosial Kota Bandar Lampung pada bulan februari 2012 sebanyak 4 orang, yang keseluruhannya adalah laki-laki. Pada bulan maret 2012 terdapat 7 orang anak Punk yang terkena razia, peningkatan anak Punk yang terjaring razia dalam kurun waktu satu bulan menegaskan eksistensi anak Punk yang terus meningkat dan berkembang di Kota Bandar Lampung.

(Data Dinas Sosial, 2012)

Dari beberapa kasus, anak Punk yang hidup di jalanan berkembang di bawah tekanan dan dicap sebagai pengganggu ketertiban. Ada yang berpendapat


(26)

mereka sering dianggap sebagai pengganggu keamanan para pengendara mobil dan motor, misalnya ketika para pengendara mobil tidak bersedia memberikan uang ketika mereka mengamen, mereka tidak segan-segan mencoret mobil orang tersebut.

(sumber: wawancara prariset).

Pada awal kehadirannya, Punkers di Bandar Lampung tidak memiliki banyak kegiatan hal yang dilakukan hanya berkumpul dan mengobrol. Punkers hanya mengikuti Punk sebatas gaya hidup dan musik, Punkers belum mengerti ideologi dan kebudayaan Punk. Hingga akhirnya Punkers melakukan Travelling ke berbagai kota di Indonesia, istilah perjalanan ke kota lain yang dilakukan Punkers lazim disebut Travelling, biasanya Travelling dilakukan Punkers secara beramai-ramai.

Mereka pun selalu mencari cara termurah untuk mencapai tempat tujuan, hal ini dikarenakan para Punkers tidak membawa uang ketika melakukan Travelling, kalaupun dalam perjalanan mereka kekurangan uang maka mereka akan mengamen untuk mencari uang, baru melanjutkan perjalanan dengan menumpang kendaraan seperti truk untuk bisa mencapai tempat tujuan.


(27)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan pada latar belakang masalah, rumusan dari penelitian ini adalah :

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya komunitas anak Punk di Lapangan Saburai Kota Bandar Lampung?

2. Bagaimana stigma yang berkembang di masyarakat tentang komunitas anak Punk di Lapangan Saburai Kota Bandar Lampung?

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dianjurkan, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan komunitas anak Punk di Lapangan Saburai Kota Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan stigma yang berkembang di masyarakat tentang komunitas anak Punk di Lapangan Saburai Kota Bandar Lampung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis diharapkan dapat membantu dan meningkatkan wawasan yang berkaitan dengan ruang lingkup Sosiologi.


(28)

2. Secara praktis diharapkan berguna sebagai bahan masukan dan acuan bagi masyarakat serta pihak-pihak lain dalam menanggapi persepsi yang berbeda terhadap kehidupan komunitas anak Punk di Kota Bandar Lampung.

3. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat mengambil makna positif di balik kehidupan komunitas anak Punk di Kota Bandar Lampung.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stigma Masyarakat Terhadap Komunitas Anak Punk 2.1.1. Tinjauan Stigma

Stigma merupakan tingkah laku selektif yang bertujuan untuk pencapaian makna, bahwa makna tersebut yang menjadi stigma seseorang yang akan mempengaruhi suatu tindakan sehingga membentuk pola-pola tertentu dan suatu sistem pemikiran

Proses internal yang memungkinkan seorang individu untuk memilih, rangsangan yang sampai pada mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsang dari lingkungan, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku individu, munculnya proses internal tersebut dipengaruhi oleh beberapa beberapa faktor :

1. Orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern (kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi harapan, pengalaman asa lalu dan kepribadian,

2. Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu seperti (benda, orang, proses dan lain-lain)


(30)

3. Stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana dari orang itu sendiri. (Mulyana, 2001:167).

Dalam proses stigma, banyak individu melalui panca indera, namun tidak menyampaikan itu semua secara acak. Individu tersebut mengenali objek-objek secara spesifik dan kejadian-kejadian tertentu yang memiliki pola tertentu. Alasannya sederhana saja, karena persepsi individu adalah suatu proses aktif yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai rangsangan yang diterima (Mulyana, 2001:170).

Stigma adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu, sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya. Dalam proses ini terdiri dari beberapa tahap yaitu tahapan pertama terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, tahapan kedua yaitu stimulasi pada penginderaan diinterprestasikan dan dievaluasi (Dreverdalam Sasanti, 2003).

Stigma tidak dapat terelakkan karena sebelum individu merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, maka individu harus terlebih


(31)

dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi atau stigma mensyaratkan tentang kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan juga diri sendiri. Dalam banyak kasus, rangsangan yang menarik perhatian individu cenderung dianggap sebagai penyebab kejadian-kejadian berikutnya (Mulyana, 2001:169).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa stigma adalah proses manusia dalam merespon kejadian yang terjadi dilingkungan sekitar yang berdampak pada orang itu sendiri maupun orang lain.

2.1.2. Tinjauan Masyarakat

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.

Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.

Manusia merupakan bagian dari kehidupan makhluk sosial yang ada dimuka bumi, kumpulan dari manusia inilah yang kemudian dikenal sebagai


(32)

masyarakat. Pengertian masyarakat sendiri secara umum diartikan sebagai sebuah kesatuan yang terjadi antara dua orang atau lebih yang berda dalam sebuah wilayah dalam jangka waktu tertentu.

Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kolektif manusia menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk membeda-bedakan berbagai macam kesatuan manusia tadi. Kecuali istilah paling lazim yaitu masyarakat, ada istilah khusus untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus yang merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok, dan perkumpulan. Kelima istilah sebutan itu beserta konsepnya, syarat-syarat pengikatnya, serta ciri-ciri lainya.

Menurut Abdul Syani (1987) bahwa masyarakat sebagai community dapat dilihat dari sudut pandang sebagai community sebagai unsur statis yang artinya community terbentuk dalam suatu wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukan bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Community sebagai unsur dinamis yaitu suatu proses terbentuknya psikologis dan hubungan antar manusia yang di dalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan dan tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional.


(33)

Manusia hidup bersama dan ditandai dengan adanya hubungan atau pertalian satu sama lainnya, paling tidak setiap individu sebagai anggotanya (masyarakat) mempunyai kesadaran akan keberadaan individu yang lainnya karena hidup bersama bagi masyarakat sangat penting, manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri secara berkelanutan dan manusia baru dapat disebut sebagai manusia yang sempurna apabila ia ternyata dapat hidup bersama dengan masnusia lainnya.

Menurut Munandar Soelaeman (2001: 122) menyatakan bahwa masyarakat disebut pula kesatuan sosial, mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat. Persepsi dari jiwa manusia, yang dapat diketahui, pertama melalui sikap, perbuatan dan kelakuan sebagai penjelmaan yang lahir, kedua melalui pengalaman batin dalam roh manusia perseorangan sendiri. Dalam memperoleh “superiorotas”, setiap orang dapat merasakan sebagai sesuatu yang lebih tinggi nilainya daripada orang yang berada dalam lingkungan masyarakat. Persepsi yang “kokoh-kuat”, adalah merupakan perwujudan pribadi yang menyatakan dengan sikap atau tindakan terhadap hal yang dialaminya. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.


(34)

Dalam bahasa inggris dipakai istilah society, yang berasal dari kata latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti ikut serta berparisipasi. Berbicara masyarakat tidak terlepas dari beberapa sekelompok individu sehingga membentuk masyarakat itu sendiri, maka kita dapat simpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan atau sekelompok orang yang hidup disuatu tempat atau wilayah dan berinteraksi dengan lingkungannya. Suatu masyarakat majemuk itu merupakan masyarakat yang terdiri dari satuan-satuan sosial yang secara relatif berdiri sendiri (Koentjaranigrat, 1990:143).

Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama, yang bisa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkatan umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.

Kondisi umum yang menyebabkan munculnya masyarakat sendiri salah satunya disebabkan adanya naluri alami manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya hubungan dengan manusia yang lain. Dengan demikian, manusia akan memiliki reflek bawah sadarnya untuk selalu berusaha mencari manusia lainnya dalam upaya menyempurnakan kodratnya sebagai makhluk hidup yang mempunyai akal


(35)

dan pikiran. Manusia tidak akan mampu memilki kehidupan yang lengkap, jika manusia tidak mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan atau berada disebuah kawasan dimana tidak terdapat manusia lain.

Secara umum, terdapat beberapa pengertian masyarakat yang banyak dikemukakan oleh para ahli sosiologi di dunia, beberapa pengertian masyarakat tersebut diantaranya dikemukakan oleh:

1. Menurut Smith, Stanley dan Shores (1950:5) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda.

2. Menurut Znaniecki (1950:145) menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.

3. W F Connell (1972:68-69) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah:

a. Suatu kelompok yang berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam


(36)

rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu.

b. Kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun-temurun dan mensosialkan anggota-anggotnya melalui pendidikan.

c. Seorang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi.

d. Endan Encang (1982:14) yang menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

4. Koentjaraningrat (1990:144) masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi, suatu negara modern misalnya merupakan suatu kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi.


(37)

2.1.3. Mengenal Unsur-Unsur Masyarakat

Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kolektif manusia menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk membeda-bedakan berbagai macam kesatuan manusia, kecuali istilah yang paling lazim, yaitu masyarakat ada istilah-istilah khusus untuk menyebutkan kesatuan-kesatuan khusus yang merupakan unsur-unsur masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok dan perkumpulan (Koentjaranigrat, 1990:143).

Lantas bagaimanakah suatu kelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat. Ada beberapa unsur yang menjadi syarat bagi kelompok manusia untuk bisa disebut masyarakat, beberapa syarat tersebut diantaranya adalah :

1. Adanya dua orang atau lebih manusia pada kelompok tersebut dan berada di tempat yang sama.

2. Adanya kesadaran dari setiap anggotanya, bahwa mereka merupakan bagian dari sebuah kesatuan.

3. Adanya proses interaksi yang cukup lama di mana dari hasil interaksi ini akan tercipta anggota baru yang bisa berkomunikasi serta mampu menciptakan aturan dari setiap anggotanya. Menciptakan sebuah kebudayaan dari hasil pemikiran bersama yang disepakati dan menjadi media penghubung diantara setiap anggotanya.


(38)

Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu atau kelompok yang saling berinteraksi antara satu sama lain yang mempunyai hubungan emosional dan juga saling melengkapi dalam struktur sosial.

2.1.4. Tinjauan Komunitas

Setiap orang membutuhkan dukungan satu dengan lainnya, tidak ada seorang pun yang mampu untuk hidup sendiri. Sadar ataupun tidak, setiap orang pasti hidup dalam sebuah kelompok atau komunitas. Kelompok sosial terdiri dari beberapa organisme yang terdiri dari berbagai macam individu dan secara umum memiliki ketertarikan yang sama. Dalam suatu komunitas, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. (http://alexbudiyanto.web.id/belajar-dari-komunitas.html).

Komunitas merupakan istilah yang sering digunakan pada percakapan sehari-hari dari berbagai kalangan. Seperti halnya kebanyakan istilah yang maknanya bisa beragam dan tergantung pada konteks kalimatnya. Menurut Stewart E Perry (2001) dalam CED Definition and Terminology memandang komunitas sebagai kategori yang mengacu pada orang yang saling berhubungan berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan bersama yang khusus atau komunitas sebagai satu kategori manusia yang berhubungan satu sama lain karena didasarkan pada lokalitas tertentu yang sama, yang karena kesamaan lokalitas itu secara tak langsung membuat mereka mengacu pada


(39)

kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Menurut Carrol Anne Odgin (1998) ada beberapa faktor yang dapat membedakan komunitas dengan kelompok-kelompok individu lain yaitu:

1. Pembatasan yang berdasarkan hal ini bisa dirumuskan siapa yang menjadi anggota dan bukan anggota komunitas tersebut.

2. Tujuan yang merupakan landasan keberadaan komunitas itu sendiri. 3. Kemandirian yakni memiliki kebebasan sendiri untuk menentukan

apa yang dilakukan dan cara memasuki komunitas. (http://eprints.upnjatim.ac.id/2644/).

Menurut pandangan Soerjono Soekamto (2003:150), dalam kehidupan masyarakat komunitas memiliki ikatan solidaritas antar individu, yang bisa ditentukan oleh kesamaan-kesamaan yang mencakup kesamaan dalam hal perasaan, adat istiadat, bahasa, norma-norma sosial, dan cara-cara hidup bersama yang pada umumnya dinamakan cummunity sentiment / perasaan komunitas. Ada pun perasaan komunitas antara lain:

1. Seperasaan, unsur seperasaan akibat seseorang berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang yang berada dalam kelompok tersebut, sehingga semuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai “kelompok kami”.

2. Sepenanggungan, setiap individu sadar akan perananya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya dalam kelompok yang dijalankan,sehingga dia mempunyai kedudukan yang pasti dalam darah dagingnya sendiri.


(40)

3. Saling memerlukan, individu yang tergabung dalam masyarakat setempat, merasa dirinya tergantung pada “komuniti”.

Sedangkan menurut pendapat Arthur Hilman (1951), komunitas ini mempunyai kriteria yang relatif sama, yaitu mempunyai ciri kehidupan bersama yang relatif besar berstandar pada peranan atau derajat hubungan sosial yang sentimental. Komunitas (community) dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu :

1. Community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah / tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukan dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga dapat disebut sebagai suatu kelompok masyarakat setempat.

2. Community dipandang sebagai unsur dinamis, artinya menyangkut suatu proses yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar manusia. Jika dipandang dari segi proses hubungan antar manusianya, maka didalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional.

(http://blog.unila.ac.id/abdulsyani/files/2009/08/dinamika 1pdf ).

Komunitas terbentuk oleh berbagai tujuan, pandangan dan pemahaman tentang pengetahuan menciptakan proses. Berbagi pengalamaman menciptakan keyakinan mendalam dan aturan dasar tentang menjadi angota sebuah komunitas. Pemahaman pengetahuan menciptakan proses yang menjadikan sebuah anggota dapat melihat apakah kegiatan mereka berguna


(41)

bagi lingkungan sekitarnya dan usaha yang terus-menerus untuk menciptakan teori, alat dan hubungan antar anggota.

Suatu komunitas mengandung tiga karakteristik diantaranya adalah:

1. Para anggota suatu komunitas berbagi identitas, nilai-nilai, dan pengalaman mereka masing-masing.

2. Mereka yang didalam komunitas memiliki berbagai sisi dan hubungan langsung, interaksi terjadi bukan secara terisolasi melainkan, melalui hubungan-hubungan tatap muka dan dalam berbagai keadaan atau tata cara.

3. Komunitas menunjukkan suatu resiprositas yangS mengekspresikan derajat teretentu kepentingan jangka panjang dan mungkin bahkan altruisme (mementingkan orang lain), kepentingan jangka panjang didorong oleh pengetahuan dengan siapa seseorang berinteraksi, dan altuarisme dapat dipahami sebagai suatu rasa kewajiban dan tanggung jawab (C.P.F Luhlima,2008:14).

Menurut KBBI Online14, komunitas adalah kelompok (organisme) yang hidup dan saling berinteraksi di suatu daerah tertentu. (http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/).

Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan


(42)

interest atau values (Kertajaya Hermawan, 2008). Proses pembentukannya bersifat horisontal karena dilakukan oleh individu-individu yang kedudukannya setara. Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional (Soenarno, 2002). Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama, adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi. Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapainya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.

http://airachma.wordpress.com/2009/10/11/pengertian-komunitas

Dengan kata lain pengertian komunitas dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang terdiri dari beberapa organisme atau individu yang saling berinteraksi antara satu sama lain.

2.1.5. Tinjauan Anak Punk

Munculnya Punk didasari atas semangat pemberontakan terhadap segala bentuk kemapanan dalam masyarakat. Semangat ini berasal dari komunitas anak-anak muda kulit putih kelas pekerja di London. Mereka adalah kelompok marginal dalam masyarakatnya, dan tentunya sering menghadapi tekanan persoalan sosial dan ekonomi. Anak-anak muda ini telah mencapai


(43)

titik jenuh sekaligus pesimis terhadap kehidupannya, dari keadaan itu maka mereka memulai suatu gaya hidup baru yang berbeda dari kehidupan yang pada saat itu dianggap mapan.

Gaya hidup ini menimbulkan suatu bentuk kebudayaan sendiri yang berbeda dengan masyarakat umum, perbedaan ini menjadikan Punk sebuah subkultur dalam masyarakat dengan gaya hidup, cara berpakaian, aliran musik, ideologi dan berbagai hal lainnya yang berbeda dari masyarakat umum semakin menguatkan eksistensi subkultur Punk dalam masyarakat. Gaya berpakaiannya yang sangat khas menjadi suatu ciri tersendiri dari budaya Punk, dengan menggunakan apa saja yang ingin digunakan dalam berpakaian bahkan yang tidak lazim seperti penggunaan rantai, peniti, dan barang-barang lainnya yang bagi masyarakat umum tidak lazim digunakan dalam berpakaian. Penggunaan pakaian mewah dan berbagai hal lain dalam berpenampilan menjadikan budaya Punk benar-benar ingin berbeda dari masyarakat umum yang pada saat munculnya Punk, adalah masyarakat yang memuja kemapanan.

Audifax Alfahri addin (2006:122) Mengkategorikan kelompok Punk sebagai salah satu gaya hidup alternative, Punk bertujuan untuk membedakan diri, menunjukan perilaku yang berlandaskan perlawanan terhadap budaya mainstream. Punk mengenakan pakaian yang mencolok dengan berbagai aksesoris pin dan paku yang menempel, sehingga tampak berbeda dengan


(44)

gaya pakaian remaja pada umumnya gaya hidup resistensi Punk hanya berlaku pada kelompok Punk itu sendiri.

Fitrah Hamdani dalam Zaelani Tammaka (2007:164) “Punk sebagai Subkultur’’ merupakan gejala budaya dalam masyarakat industri maju yang umumnya terbentuk berdasarkan usia dan kelas. Secara simbolis di ekspresikan dalam bentuk pencipta gaya dan bukan hanya merupakan penentang terhadap hegemoni atau jalan keluar dari suatu ketegangan sosial. Subkultur lebih jauh menjadi bagian dari ruang bagi penganutnya untuk memberikan otonomi dalam suatu tatanan sosial masyarakat industri yang semakin kaku dan kabur.

Dick Hebdige dari Brimingham School British cultural dalam bukunya “Asal Usul Dan Ideologi Subkultur Punk” menggambarkan komunitas anak Punk merupakan subkultur pemuda yang berasal dari kelas pekerja sebagai tanggapan atas kehadiran komunitas kulit hitam yang ada di inggris, hal ini terlepas dari sejarah hidup sosial dan ekonomi inggris, identitas rasial di inggris, politik dan budaya di inggris. Sebagai subkultur, Dick Hebdige (1999:192) menggambarkan Punk masa kini telah menghadapi dua bentuk perubahan yaitu : atribut dan aksesoris yang dipakai oleh subkultur Punk telah dimanfaatkan oleh industri atribut dan aksesoris yang dipakai oleh anak Punk yang digunakan sebagai simbol identitas, kini dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko jalanan yang menjual aksesoris Punk dan dikonsumsi secara umum.

Dari segi ideologis, Punk merupakan ideologi yang mencangkup aspek sosial dan politik. Ideologi mereka lebih sering dikaitkan dengan perilaku-perilaku


(45)

menyimpang yang dilakukan oleh anak Punk. Berbagai perilaku anak Punk yang menyimpang telah didokomentasikan dalam media massa, sehingga membuat identitas Punk dibalik aksesoris yang melekat di tubuhnya dipandang sebagai seorang yang berbahaya dan berandalan.

Identifikasi merupakan cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasi diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya, proses identifikasi sangat penting dalam dinamika dan perkembangan kepribadian, jika orang harus belajar mereduksi tegangan dengan mencoba-coba sendiri mungkin manusia tidak pernah cukup berkembang untuk berfungsi sebagai makhluk independen (Freud Alwisol, 2005:31).

Do it yourself merupakan sebuah etika yang lahir dari Punk era ’80-an yang mencoba mengembalikan makna Punk kepada makna awalnya dimana Punk saat itu telah mengalami pergeseran makna. Do it yourself merupakan batas-batas yang dihasilkan dari praktik kehidupan Punkers, batas-batas ini tidak dikonsepkan secara rumus, bagi Punkers, Do it yourself adalah sebuah etika yang pengertiannya dapat dipahami hanya melalui praktik dalam kehidupan.

Sehingga pemaknaan etika Do it yourself pun berbeda diantara para Punkers, sebagian para Punkers hanya menganggap etika Do it yourself hanya sebatas masalah musik, sebagian yang lain ada yang memandang sebagai pegangan keseluruhan dalam hidup Punkers. Dasar dari etika Do it yourself adalah kemandirian dalam melakukan sesuatu dan diawali dari diri sendiri, individu


(46)

yang menentukan segala yang baik bagi dirinya sendiri tanpa adanya paksaan. Etika Do it yourself merupakan wujud praktis dari pernyataan bahwa “semua orang bisa mengerjakan segala sesuatunya dengan kemampuan diri sendiri”(Ridwan Hardiansyah, 2011:27).

Pembentukan identitas diri pada orang dewasa dilakukan dengan pengenalan awal memodifikasi dan mensistesis sebuah struktur psikologi baru, lebih dari menyimpulkan bagian-bagiannya atau bersifat keseluruhan. Orang dewasa harus memastikan dan mengukur kemampuan, kebutuhan, daya tarik dan keinginan mereka sehingga dapat diekspresikan dalam ruang lingkup sosial untuk membentuk suatu identitas, penampilan mereka pun mulai tampak berbeda dengan orang kebanyakaan, penampilan Punkers menjadi identitas untuk menunjukan kepada masyarakat umum bahwa mereka ada. Aksesoris yang mereka buat pun bermacam-macam, setiap aksesoris memiliki maknanya masing-masing (Kroger, 2007:39).

Generasi muda yang tergabung dalam komunitas Punk merasa menemukan konsep dan pemikiran mereka terhadap gaya unik dan khas yang ditonjolkan oleh punk. Komunitas punk di Indonesia sangat diwarnai oleh budaya dari barat atau Amerika dan Eropa. Biasanya perilaku mereka terlihat dari gaya busana yang mereka kenakan seperti sepatu boots, potongan rambut mohawk ala suku Indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, rantai, spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas


(47)

rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai Punker, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi beberapa anak muda memilih jalan hidup Punk yaitu :

1. Internal : faktor keluarga, keinginan sendiri, pemberontakan terhadap pengekangan kehidupan.

2. Eksternal : kondisi keadaan lingkungan sekitar, faktor pergaulan, rasa solidaritas antar sesama yang begitu besar (Marshall, 2005:28).

Kelompok sosial Punk terbagi lagi menjadi subkelompok-subkelompok yang lebih kecil, subkelompok tersebut berbeda satu sama lain dengan ciri khasnya masing-masing. Subkelompok tersebut yaitu :

1. Street Punk adalah sebutan bagi para Punkers yang sering nongkrong di jalanan dan di tempat keramaian lainnya, mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan bahkan kadang berpindah tempat atau berkelana keluar kota untuk menyebarkan ideologi Punk. Perasaan “kenyamanan” yang dirasakan subjek akhirnya membuat subjek semakin menikmati dirinya sebagai Punkers. Subjek semakin terlibat dengan pergaulan di dunia Punk, dengan segala atribut dan simbol yang ditunjukan. Pola pikir subjek pun ikut terbawa dalam dunia Punk, subjek merasa Punk adalah suatu pilihan yang tepat bagi dirinya. Pengertian Punk yang pertama, yaitu sebagai suatu bentuk tren remaja dalam bentuk fesyen dan musik. Kedua, Punk suatu keberanian dalam melakukan perubahan dan pemberontakan. Ketiga,


(48)

Punk sebagai bentuk perlawanan yang “hebat” karena menciptakan musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan mereka sendiri (O’Hara, 1999:41).

2. Punk Hardcore karena gaya pemikirannya dan aliran musiknya lebih mengarah kepada gaya hardcore, Hardcore Punk mulai berkembang pada tahun 1980-an di Amerika Serikat bagian utara. Musik dengan aliran Punk rock dengan beat-beat yang cepat menjadi musik wajib bagi mereka. Jiwa pemberontakan juga sangat kental dalam kehidupan sehari-hari, terkadang sesama anggota pun mereka sering bermasalah (Marshall, 2005:109).

3. Punk Rock Elite merupakan komunitas yang sudah jarang nongkrong dengan komunitas Punk di pinggir jalan, mereka lebih memilih nongkrong di suatu distro, ataupun kafe. Anggota glam Punk biasanya merupakan para seniman, apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari sering mereka tuangkan sendiri dalam berbagai macam karya seni. Mereka benar-benar menjauhi perselisihan dengan sesama komunitas ataupun dengan orang-orang lainnya (Marshall, 2005:109).

4. Curst Punk merupakan penganut dari paham crust Punk yang biasa disebut crusties. Crusties sering melakukan berbagai macam pemberontakan dalam kehidupan mereka sehari-hari, cursties merupakan orang-orang yang antisosial, mereka hanya mau bersosialisasi dengan sesama crusties saja (Ridwan Hardiansyah, 2011:7).


(49)

5. Anarko Punk merupakan Punk yang sangat idealis dengan ideologi yang mereka anut, Anarkisme, antiotoriter serta antikapitalis menjadi ideologi yang mereka usung. Anarko Punk merupakan salah satu kelompok Punk yang keras, aksi yang mereka lakukan biasanya dengan unjuk rasa (Ridwan Hardiansyah, 2011:7).

6. Ska Punk merupakan sebuah penggabungan antar musik Punk dengan musik asal Jamaica yang biasa disebut reggae, merka juga memiliki jenis tarian tersendiri yang biasa mereka sebut dengan skanking atau pogo.

7. Oi atau Skinhead terdiri dari para holigan yang identik dengan pertandingan sepakbola. Kaum Oi biasa disebut skinhead atau bootboys. Kebanyakan dari mereka berasal dari kelas pekerja, skinhead menganut prinsip pekerja keras dan kelompok skinhead ini memiliki ciri khas dengan potongan rambut ala tentara atau botak.

Dari serangkaian bentuk dan pengertian tentang Punk maka dapat disimpulkan bahwa Punk adalah sekelompok anak muda yang berlandaskan anti kemapanan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan ingin mencari kebebasan serta jati diri mereka sendiri dengan gaya pakaian serta simbol-simbol yang sangat berbeda dengan orang kebanyakan, juga perlawanan terhadap pengekangan kebebasan maupun ketidakpuasan atas sistem sosial yang ada.


(50)

2.1.6. Kerangka Pikir

Perkembangan komunitas Punk di Bandar Lampung sudah berkembang pesat mengikuti komunitas Punk di kota-kota besar lainnya, namun semakin berkembangnya komunitas Punk semakin berkembang pula persepsi masyarakat terhadap komunitas Punk karena gaya berpakaian dan tingkah perilaku mereka sangat berbeda dengan masyarakat sekitar, sikapnya yang tertutup dan hanya mau berinteraksi dengan kalangan sejenis saja, ketertutupan Punkers pun menjadi sebuah pertanyaan tersendiri. Akibat dari sikap tersebut, masyarakat tidak jarang memiliki persepsi berbeda terhadap komunitas Punk. Sikapnya yang terbuka dan dijalankan setiap Punkers ternyata banyak diminati dikalangan remaja. Punk pun berkembang menjadi subkelompok kecil yang memiliki ciri khas masing-masing.


(51)

Gambar 1.Bagan kerangka pikir

Komunitas anak Punk

Faktor yang mempengaruhi - Internal

- Eksternal

Sikap-sikap anak Punk: -sikap dan prilaku

-kebiasan anak Punk

-cara berpakaian

Stigma Masyarakat

-

Positif

-

Negatif


(52)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nasir (1988:63) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa. Tujuan utama dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan secara holistik dengan menggunakan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Selain itu menurut Iqbal (2002:22), metode penelitian deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu. Adapun tujuan metode deskriptif diantaranya sebagai berikut :

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada.


(53)

2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

4. Menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Berdasarkan uraian di atas, maka tipe penelitian deskriptif kualitatif dianggap relevan untuk dipakai dalam penelitian ini, karena diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang ada pada masa sekarang berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran tentang Stigma Masyarakat Terhadap Komunitas Anak Punk, di Kota Bandar Lampung.

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif sangat penting karena dengan adanya fokus penelitian memberikan batasan dalam studi dan batasan pengumpulan data, sehingga dalam pembatasan ini peneliti akan fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Oleh sebab itu menurut Iqbal (2002:24) penetapan fokus penelitian memiliki dua tujuan, yaitu:

1. Penetapan fokus penelitian untuk membatasi studi, bahwa dengan adanya fokus penelitian, tempat penelitian menjadi layak, sekaligus


(54)

membatasi penelitian pada kategori yang mengandung data atau informasi dari kategori-kategori tersebut.

2. Penetapan fokus penelitian secara efektif untuk menentukan kriteria sumber informasi dalam menjaring informasi yang mengalir masuk, agar temuannya memiliki arti dan nilai yang strategis bagi informan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka, fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan komunitas anak Punk.

2. Stigma masyarakat terhadap komunitas anak Punk.

3.3.Penentuan Informan

Menurut Lexy Moleong (1989:132) informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan harus sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.

Dalam penelitian ini, penentuan informan ditentukan melalui teknik bola salju (Snowball Sampling), dari sample awal kemudian bergulir dan menggelinding kepada sampel lanjutan sehingga segenap karakteristik, elemen yang diperlukan, diperoleh data informan lanjutan dapat dijajaki kemungkinannya dengan meminta petunjuk, atau saran dari informan awal, sehingga menjamin


(55)

validitas data yang diperoleh. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan kriteria:

1. Masyarakat yang mempunyai banyak waktu dan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian yang berada di lapangan parkir Saburai Bandar Lampung.

2. Komunitas anak Punk yang berada di lapangan parkir Saburai Bandar Lampung.

3.4.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini, berada di Kota Bandar Lampung tepatnya di lapangan parkir Saburai, karena di lokasi ini terdapat P.S (Pasar seni) yang merupakan tempat berkumpulnya komunitas anak Punk.

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian merupakan unsur yang sangat penting digunakan untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam (Indepth interview) yaitu melakukan wawancara langsung dengan informan mengenai pokok bahasan penelitian. Wawancara mendalam ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara dengan tujuan mendapatkan keterangan secara mendalam dari permasalahan yang dikemukakan.


(56)

Wawancara mendalam ini dilakukan melalui berbincang-bincang secara langsung atau berhadapan muka dengan yang diwawancarai. Penyusunan pedoman wawancara dilakukan sebelum penelitian dilakukan, pokok–pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara(Moleong, 2002:136)

2. Observasi

Pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh peneliti memiliki peranan yang besar dalam proses penelitian yang dilakukan. Pengamatan merupakan hal yang penting dalam penelitian kualitif karena teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman langsung, memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data(Moleong, 2002:126).

Observasi adalah dengan sengaja dan sistematis mengamati aktifitas individu lain. Alat utama peneliti adalah panca indera, sedangkan kesengajaan dan sistematis merupakan sifat-sifat tindakan yang secara eksplisit dicantumkan disini. Faktor kesengajaan itu bersangkutan dengan tanggung jawab ilmiah yang melakukan observasi, sedangkan sistematis merupakan ciri kerja ilmiah.


(57)

Dalam penelitian ini,metode observasi yang digunakan adalah metode observasi partisipan. Peneliti ikut serta dalam objek yang diteliti, dengan metode ini, peneliti berusaha mengetahui bagaimana kehidupan anggota komunitas anak Punk dengan mengamati cara subjek melakukan hubungan interpersonal, dan kegiatan apa saja yang dilakukannya sehari-hari.

3. Dokumentasi

Metode ini tidak kalah pentingnya dengan metode lain. Selain itu, dalam melaksanakan metode inipun tidak terlalu sulit. Artinya apabila ada kekeliruan sumber datanya tetap belum berubah. Dalam metode dokumentasi, benda mati bukan benda hidup.

Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, surat kabar, majalah. Sedangkan Guba dan Lincoln mengatakan bahwa dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Metode dokumentasi ini sangat perlu sekali bagi peneliti untuk menguatkan data-data yang telah diperoleh dengan menggunakan observasi dan wawancara. Dengan metode ini, keadaan data yang diperoleh dengan cara observasi dan wawancara akan semakin kuat keadaanya.


(58)

3.6.Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data deskriptif kualitatif, yang menjelaskan, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

Penentuan penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka data yang muncul berupa rangkaian kata-kata bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumentasi, dan pita rekaman) dan biasanya diproses kira-kira sebelum digunakan (melalui pencatatan, pengetikan) tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun atau teks yang diperluas.

Analisa data kualitatif menurut Milles dan Huberman (1992:16-19) meliputi tiga komponen analisa yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilikan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari data-data tertulis di lapangan. Selain itu, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi, cara yang dipakai dalam reduksi


(59)

data dapat melalui seleksi yang panjang, melalui ringkasan atau singkat menggolongkan kedalam suatu pola yang lebih luas.

2. Penyajian Data (Display)

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan menganalisis. Penyajian data lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi Data)

Mencari arti benda-benda, mencatat keterangan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi, dan alur sebab akibat dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan senantiasa diuji kebenarannya, kekompakannya, dan kecocokan, yang merupakan validitasnya sehingga akan memperoleh kesimpulan yang jelas kebenarannya.


(60)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Geografis

Kota Bandar Lampung merupakan kota pelabuhan, sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat daya Pulau Sumatera ini memiliki posisi geografis yang sangat menguntungkan. Letaknya di ujung Pulau Sumatera berdekatan dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian Negara. Kota ini menjadi pertemuan antara lintas tengah dan timur Sumatera. Kendaraan dari daerah lain di Pulau Sumatera harus melewati Bandar Lampung bila menuju ke Pulau Jawa. Pada umumnya kendaraan tersebut transit di terminal Rajabasa. keluar dan masuknya kendaraan baik bus, angkutan kota maupun minibus ke terminal ini, ternyata mampu mendatangkan pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) Kota Bandar Lampung yang pada tahun anggaran 2000 mencapai Rp 11,9 milyar.

Angkutan jalan raya mampu menyumbang Rp 273 milyar dari total kegiatan ekonomi tahun 2000. Sumbangan lapangan usaha ini paling besar dibanding angkutan lain misalnya air. Banyaknya kendaraan yang keluar masuk melewati Bandar Lampung ini menambah padatnya jalan-jalan kota. Sejalan dengan perkembangan kota, kendaraan pribadi maupun umum pun semakin


(61)

menjamur, ditambah lagi dengan kendaraan pengangkut hasil bumi dari pelosok daerah Propinsi Lampung yang akan dikirim ke Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan provinsi.

Kota Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan, Kota Bandar Lampung juga merupakan pusat pereknomian dari Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis, karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antara pulau Sumatra dan pulau Jawa. Sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan industri dan pariwisata.

Secara geografis kota Bandar Lampung terletak pada kedudukan 50 20’ sampai dengan 50 30’ Lintang Selatan dan 1050 28’ sampai dengan 105037’ Bujur Timur. Ibukota Provinsi Lampung ini berada di teluk Lampung yang terletak di ujung selatan pulau Sumatera. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197 Km2 yang terdiri dari 13 Kecamatan dan 98 Kelurahan.

Secara administrative kota Bandar Lampung dibatasi oleh:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin dan Ketibung Lampung Selatan serta Teluk Lampung.


(62)

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan.

4.2. Topografi dan Demografi

Kota Bandar Lampung berada di bagian selatan Propinsi Lampung (Teluk Lampung) dan ujung selatan Pulau Sumatera. Dengan kondisi topografi, Propinsi Lampung sebagai berikut:

1. Daerah berbukit sampai bergunung, dengan ciri khas lereng-lereng yang curam dengan kemiringan lebih dari 25% dan ketinggian rata-rata 300 meter dpl. Daerah ini meliputi Bukit Barisan, kawasan berbukit di sebelah Timur Bukit Barisan, serta Gunung Rajabasa. 2. Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh

bukit-bukit sempit, kemiringan antara 8% hingga 15%, dan ketinggian antara 300 meter sampai 500 meter dpl. Kawasan ini meliputi wilayah Gedong Tataan, Kedaton, Sukoharjo, dan Pulau Panggung di Daerah Kabupaten Lampung Selatan, serta Adirejo dan Bangunrejo di Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

3. Dataran alluvial, mencakup kawasan yang sangat luas meliputi Lampung Tengah hingga mendekati pantai sebelah Timur. Ketinggian kawasan ini berkisar antara 25 hingga 75 meter dpl., dengan kemiringan 0% hingga 3%.


(63)

4. Dataran rawa pasang surut di sepanjang pantai Timur dengan ketinggian 0,5 hingga 1 meter dpl.

5. Di tengah-tengah kota mengalir beberapa sungai seperti sungai Way Halim, Way Balau, Way Awi, Way Simpur di wilayah Tanjunh Karang dan Way Kuripan, Way Kuwala mengalir di wilayah Teluk Betung. Daerah hulu sungai berada di bagian Barat, daerah hilir sungai berada di sebelah Selatan yaitu wilayah pantai. Luas wilayah yang datar hingga landai meliputi 60% total wilayah, landai landai hingga miring meliputi 35% total wilyah, dan sangat miring hingga curam meliputi 4% total wilayah.

Secara demografis penduduk Kota Bandar Lampung terdiri dari berbagai suku bangsa (heterogen), kepadatan penduduk pada tahun 2007 sebesar 382,29 orang/Km2 laju pertumbuhan penduduk pertahun 2,22% pada tahun 2006 tingkat migrasi di Kota Bandar Lampung4,8% per tahun. Besarnya jumlah penduduk kota Bandar Lampung pada tahun 2007 sebesar 753.975 jiwa, dimana penduduk yang masuk kedala usia produktif yakni umur 15-64 tahun sebesar 583.685 jiwa atau 69,107% (Data Kuantitatif Penyusunan Profil Daerah Tahun 2007 BAPPEDA Kota Bandar Lampung).

4.3. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung

Sebelum tanggal 18 Maret 1964 provinsi Lampung merupakan Kerisidenan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 14 tahun 1964, Kerisidenan Lampung ditingkatkan menjadi Provinsi Lampung Ibu


(64)

Kotanya Tanjung Karang-Teluk Betung. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1983 Kotamadya daerah tingkat II Bandar Lampung terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983 dan sejak tahun 1999 berubah nama menjadi Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1982 tentang perubahan wilayah maka Kota Bandar Lampung dimekarkan dari 4 kecamatan 30 kelurahan menjadi 9 kecamatan dengan 58 kelurahan. Berdasarkan surat keputusan Gubernur/KDH Tingkat 1 Lampung Nomor G/185.B.111/Hk/1988 serta surat persetujuan MENDAGRI Nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei 1987 tentang pemekaran kelurahan di Kota Bandar Lampung, maka Kota Bandar Lampung di mekarkan menjadi 9 kecamatan dan 84 kelurahan. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 4 Tahun 2001 tentang pembentukan, penghapusan dan penggabungan kecamatan dan kelurahan, maka Kota Bandar Lampung menjadi 13 kecamatan dan 98 kelurahan.

4.4. Sejarah Singkat Kelurahan Enggal

Sejarah Kelurahan Enggal disusun berdasarkan fakta yang masih ada, dan keterangan dari beberapa orang tua-tua kampong yang masih hidup dan berdomosili di Kotamadya Bandar Lampung seperti :

1. Bapak H. Ali Thosin pendiri bangunan masjid perdana yang sekarang disebut Masjid AL-Yaqin pada tahun 1885.


(65)

2. Bapak Muhanmad Ali yang pernah menjabat sebagai Carik Desa pada tahun 1919 dan berdomisili di Kelurahan Enggal.

Bertitik tolak dengan keterangan tersebut diatas, maka dalam menyusun profil Kelurahan Enggal benar-benar berdasarkan pada kenyataan. Dengan demikian Kelurahan Enggal bukan daerah transmigrasi atau desa gabungan dari desa lain tetapi adalah desa asli, sebagai perintis Kelurahan Enggal adalah orang-orang pendatang dari Daerah Banten dengan tujuan bercocok tanam/tani dan buruh tani.

Adapun kata Enggal berasal dari kata/bahasa jawa barat yang berarti baru, yang berarti kampung Enggal adalah kampung baru, dasar pemikiran yang diambil oleh warga ketika itu adalah sebagai berikut :

1. Baru mengenai wilayahnya, oleh karena kampung Enggal merupakan kawasan yang baru dibuka.

2. Baru mengenai penduduknya, oleh karena penduduk kampung Enggal ketika itu merupakan penduduk antara lain :

- Penduduk yang datang sebagian besar dari Daerah Banten yang bekerja sebagai tani/buruh tani.

- Penduduk yang datang dari Daerah Sumatera Bagian Selatan yaitu Bengkulu yang bekerja sebagai Pegawai Pemeritahan Belanda.

- Penduduk pengungsian dari Teluk Betung sebagai akibat dari meletusnya Gunung Krakatau pada Tahun 1883.


(66)

Pada mulanya Kelurahan Enggal mempunyai batas wilayah yang sangat luas yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Simpur. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Lungsir.

3. Sebelah Timur berbatasan dSengan Gunung Klutum, namun setelah terjadi pemekaran wilayah pada Tahun 1962 sebelah Timur kini menjadi Kelurahan Rawa Laut.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Baru/Jalan Suprapto.

4.5. Berikut ini riwayat kepemimpinan Kelurahan Enggal.

No. NAMA TAHUN KETERANGAN

1. Kgs.M.Saleh 1883 s/d 1990 Asal Banten 2. Japar 1990 s/d 1910 Asal Banten 3. Abdurrahman 1910 s/d 1919 Asal Banten 4. Mj. Yunus 1919 s/d 1922 Asal Bengkulu

5. Hi.Sam’un 1992 s/d 1924 Cilegon Banten

6. Aliman 1924 s/d 1926 Asal Serang 7. M. Dani 1926 s/d 1930 Asal Serang 8. M. Ali 1930 s/d 1942 Asal Serang 9. Arkani 1942 s/d 1967 Asal Serang 10. A. Halim 1967 s/d 1986 Asal Serang 11. Sahri Halim 1986 s/d 1989 Asal Serang 12. Nazaruddin Burhan 1989 s/d 1999 Asal Lampung 13. Bahirumsyah.S.Sos 1999 s/d 2000 Asal Lampung


(67)

14. Ishak Yatim.S.Sos 2000 s/d 2006 Asal Bengkulu 15. Uripno,Ak.SH 2006 s/d 2007 Asal Jawa Tengah 16. Laila Soraya,S.Tp.MM 2007 s/d 2007 Asal Sum-Sel 17. Wiwied Priyanto 2007 s/d 2008 Asal Jawa Tengah 18. Jancobi Sjaheru 2008 s/d 2009 Asal Sum-Sel

19 Samsul Bahri 2009 Asal Sum-Sel Sumber: Data Monografi Kelurahan.

4.6. Data Potensi Dasar 1. Letak Kelurahan

Kelurahan Enggal terletak pada bagian Tenggara Kecamatan

Tanjungkarang Pusat dengan ketinggian dari permukaan Laut ±75 meter.

2. Luas Kelurahan dan Tata Guna Tanah

Luas wilayah Kelurahan Enggal 60 Ha yang terdiri dari

1. Untuk perumahan 375.500 m² 2. Untuk perkantoran dan lapangan olah raga 119.400m²

3. Untuk jalan, kuburan, rumah ibadah 102.100m² jumlah 600.000m²

3. Iklim dan Curah Hujan

1. Curah hujan terbanyak per tahun yaitu pada bulan desember sampai bulan mei.


(68)

3. Keadaan tanah atau sumber air, walaupun masuk musim kemarau di Kelurahan Enggal, air sumur dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari, umumnya masyarakat menggunakan air minum dari PAM.

4.7. Orbitasi Kelurahan

Jarak Kelurahan Enggal dengan pusat-pusat fasilitas di Kecamatan maupun dengan Ibukota Bandar Lampung dan Ibukota Provinsi Lampung cukup dekat yaitu :

1. Jarak dengan Ibukota Kecamatan ± 3 Km. 2. Jarak dengan Ibukota Bandar Lampung ± 3 Km. 3. jarak dengan Ibukota Provinsi Lampung ± 5 Km.

Batas-batas Kelurahan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjungkarang Kecamatan Tanjungkarang Pusat.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Telukbetung Utara.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Gotong Royong dan Kelurahan Pelita Kecamatan Tanjungkarang Pusat.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Rawa Laut dan Kelurahan Kota Baru Kecamatan Tanjungkarang Timur.


(69)

Namun pada Tahun 1969 terjadi pemekaran kembali untuk yang kedua kalinya dibagian Barat menjadi Kelurahan Gotong Royong, dan pada Tahun 1972 terjadi pemekaran yang ketiga kalinya, dibagian barat menjadi Kelurahan Pelita. Pada saat ini Kelurahan Enggal mempunyai luas wilayah 60 Ha.

4.8. Sejarah Punk di Bandar Lampung

Punk mulai hadir di Bandar Lampung sekitar tahun 1996, sebelum tahun tersebut Punk telah menyebar dibeberapa kota besar di Indonesia antara lain Jakarta, Bandung dan Yogyakarta sejak tahun 1980. Punk telah berkembang menjadi subkelompok sosial, sikapnya yang tertutup sekaligus terbuka ternyata telah banyak diminati oleh kalangan remaja, setelah tahun 1996 sedikit demi Punkers di Bandar Lampung mulai menunjukan eksistensinya, mereka mulai berkumpul di tengah kota pada pertengahan tahun 1997, Punkers mulai membentuk scene di depan bioskop Kim Jaya semakin lama jumlah Punkers yang berkumpul di depan bioskop Kim Jaya semakin ramai jumlah mereka bisa mencapai puluhan orang. Pada tahun 1998 scene di depan bioskop Kim Jaya berpindah ke lapangan Saburai tidak berbeda dengan di depan bioskop Kim Jaya, di lapangan Saburai jumlah Punkers yang berkumpul semakin ramai.

Scene akhirnya berpindah lagi pada tahun 2000, Punkers memilih Plaza Artomoro sebagai tempat berkumpul, di Plaza Artomoro jumlah Punkers yang berkumpul semakin banyak lagi dibandingkan dengan scene depan


(70)

bioskop Kim Jaya maupun lapangan Saburai, hampir di Plaza Artomoro setiap harinya di penuhi oleh Punkers. Karena pertengkaran dengan remaja yang berdomisili di sekitar Plaza Artomoro, Punkers kembali harus pindah scene, Punkers memilih menempati kembali scene di lapangan Saburai dan itu berlanjut sampai sekarang.


(1)

bioskop Kim Jaya maupun lapangan Saburai, hampir di Plaza Artomoro setiap harinya di penuhi oleh Punkers. Karena pertengkaran dengan remaja yang berdomisili di sekitar Plaza Artomoro, Punkers kembali harus pindah scene, Punkers memilih menempati kembali scene di lapangan Saburai dan itu berlanjut sampai sekarang.


(2)

VI . KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dengan melihat hasil penelitian dan pembahasan juga dengan memperhatikan rumusan masalah, maka terdapat kesimpulan antara lain:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan komunitas anak Punk - Aliran musik (festival musik Punk)

- Equality (persaman/kebebasan)

- Solidaritas yang tinggi antara sesama komunitas anak Punk 2. Stigma masyarakat terhadap komunitas anak Punk

- Punk hanya sekumpulan anak berandalan - Punk sebagai pembuat onar/keributan

- Punk membuat penghasilan pedagang di saburai berkurang

Mayoritas masyarakat memandang remaja yang menjadi anak Punk telah menganut gaya hidup yang tidak sesuai dengan lingkungan sekitar sebab kebebasan yang dianut oleh anak Punk telah disalah artikan lewat perilaku anak Punk di scene seperti nongkrong sambil mabuk-mabukan, membuat kegaduhan, berperilaku acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar dengan mengabaikan norma yang berlaku dan mempengaruhi remaja lain untuk menjadi anak Punk sehingga menimbulkan keresahan masyarakat.


(3)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut, kepada:

1. Komunitas anak Punk

Para Punkers diharapkan untuk memikirkan kembali gaya hidup sebagai seorang anak Punk dan mulai merencanakan masa depan, serta mewujudkan tujuan-tujuan hidupnya dengan bakat dan potensi yang mereka miliki. Segeralah kembali pulang ke rumah, mandi yang bersih, ciumlah tangan ke dua orang tua dan minta maaflah atas apa yang telah kita perbuat selama ini.

2. Masyarakat

Diharapkan memiliki sikap yang lebih bijaksana dalam memandang keberadaan komunitas Punk, mencoba memahami bagaimana budaya Punk dan kehidupan seorang Punkers yang sebenarnya, serta berpikir positif dengan tidak menciptakan stigma-stigma negatif terhadap komunitas Punk.

3. Pemerintah setempat dan kepolisian

Melakukan pembinaan khusus untuk program-program latihan kerja agar anak Punk mampu menjalani kehidupanya dengan baik. Misalnya memberikan wadah atau tempat aspirasi bermusik sebagai ajang berprestasi bagi aliran musik Punk, kemudian memberikan fasilitas untuk latihan band dan penggunaan sound systemnya. Penanganan terhadap komunitas Punk sebaiknya jangan bersifat parsial, tetapi diarahkan untuk


(4)

75

mencari akar permasalahan dari kehidupan anak Punk itu sendiri dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan problem yang sedang dihadapi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hardiansyah, Ridwan. 2011. Sedikit Cerita Punk Dari Bandar Lampung. Indie Book Corner. Jogjakarta.

Iqbal, hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Koentjaraningrat . 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta. Jakarta. Marshall, G. 2005. Skinhead Nation Truth about The Skinhead Cult. London:

Dunnon.

Milles, M.B dan A.M Humberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. Moleong, Lexy. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda. Nasir, Muhammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Ronaldo. 2008. Proses Internalisasi Nilai pada Remaja Punk di Yoggyakarta. Syani, Abdul. 1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Fajar Agung

Jakarta. Internet : http://www.borneotribune.com/pandora/komunitas-punk-siapa-mereka.html http://airachma.wordpress.com/2009/10/11/pengertian-komunitas http://www.thebrooms28.co.cc/2010/01/sejarah-punk-dan-punk-rock http://vanilavanka.blogspot.com/2011/06/fenomena-anak-punk-di-indonesia.html http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/


(6)

http://www.jakartabeat.net/musik/151-sejarah-komunitas-punk-jakarta-bagian-2.html

http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/psikologi/prosesinternalisasinilaipada-remaja-punk-diyogyakarta

www.anneahira.com/pengertian-masyarakat.htm

http://alexbudiyanto.web.id/belajar-dari-komunitas.html

http://eprints.upnjatim.ac.id/2644/