Solidaritas Sosial Dalam Komunitas Punk Dengan Studi Deskriptif Pada Komunitas Punk Simpang Aksara Medan

(1)

SOLIDARITAS SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK

(Studi Deskriptif: Pada Komunitas Punk Simpang Aksara Medan)

D I S U S U N OLEH:

080901031

VANNY VIRGITA BATUBARA

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk dengan studi deskriptif pada komunitas punk Simpang Aksara Medan. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena terdapat suatu keterikatan berdasarkan kesetiakawanan dalam komunitas punk. Gambaran tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk memaparkan secara rinci mengenai jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas punk dan bentuk implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk tersebut.

Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah 9 orang punker yang berusia lebih dari 17 tahun dan merupakan bagian dari scene Simpang Aksara Medan selama lebih dari dua tahun, serta telah mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas punk.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa solidaritas sosial yang ada pada komunitas punk Medan, khususnya pada komunitas punk Simpang Aksara Medan adalah solidarita mekanik. Solidaritas mekanik terbentuk didasarkan oleh adanya individualitas rendah, keterlibatan komunitas dalam menghukum anggota yang menyimpang, konsensus terhadap pola-pola normatif penting, pembagian kerja yang rendah, kesadaran kolektif yang kuat dan memiliki hukum represif.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugrah-Nya yang di berikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk dengan studi deskriptif pada komunitas punk Simpang Aksara Medan disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini memaparkan mengenai hal yang dilakukan komunitas punk untuk membangun solidaritas sosial dalam komunitas dan bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan untuk menguatkan solidaritas sosial dalam komunitas punk.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan ketulusan yang mendalam serta mendidik penulis dengan kesabaran, semangat dan doa yang begitu suci dan ikhlas kepada penulis.

Melalui penulisan ini, penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:


(4)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi yang telah memberikan segenap ilmu pengetahuan semasa perkuliahan dan sebagai penguji dalam ujian seminar proposal dan ujian meja hijau penulis yang selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. T. Ilham Saladin, M.Sp., selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebagai penguji dalam ujian seminar proposal dan ujian meja hijau penulis yang selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Ria manurung M.Si, selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

5. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara terutama kepada Kak Fenni Khairifa, dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

6. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat Sosiologi 2008 yang sangat penulis sayangi buat Shanty J.V.N, Octa Virna Saragih, Riama


(5)

Siringo S.sos, Fitri Aprillia, Robby Surya Sitompul S.Sos, Frisillia Pardosi, Bresman Simamora, Sondang F.Y.H. S.Sos, Nari Rolinon Boang Manalu S.sos, Lenny Nababan, S.Sos. Hendra Hutagalung, Desi R.P.M, Diki Handika, Belman Siagian S.Sos, Amos Pasaribu S.sos, Richat Rajagukguk S.sos, Heberlin Tinambunan, Alexander Giovanni Simamora, Yan Berlianta Depari S.sos dan banyak lagi yang belum saya sebutkan yang selalu bersama-sama selama perkuliahan dan sampai saat ini dan masa yang akan datang.

7. Terima kasih saya ucapkan kepada abang dan kakak senior saya yang baik hati buat bang Zimi Syahputra S.sos, kak Gorenty Okseva S.sos, bang Prabu Tamba, S.Sos, kak Mutiara Ginting S.sos dan M. Gifari S.sos yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi saya ini.

8. Terima kasih buat teman-teman saya Mei Yuliarti, Tanti Mandasari, Gabeta Solin, Anto, Intan Sianturi, Tina Manurung yang selalu memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Terima kasih buat para informan yaitu komunitas punk scene Simpang Aksara Medan yang telah bersedia memberikan waktu dan kesempatan untuk memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah


(6)

yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Oktober 2013 Penulis

NIM : 080901031 Vanny Virgita batubara


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Perumusan Masalah... 6

1.3Tujuan Penelitian... 6

1.4Manfaat Penelitian... 6

1.5 Definisi Konsep... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunitas... 9

2.2 Punk... 11

2.2.1 Punk Merupakan Sebuah Subkultur... 14

2.3 Solidaritas Sosial... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 23

3.2 Lokasi Penelitian... 23

3.3 Unit Analisis dan Informan... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 25

3.5 Interpretasi Data... 26

3.6 Jadwal Kegiatan... 26


(8)

BAB IV DESKRIPSI DAN HASIL INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 28

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan... 28

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Medan Tembung... 30

4.1.3 Gambaran Komunitas Punk di Kota Medan... 31

4.1.3.1 Sejarah Komunitas Punk di Kota Medan... 31

4.1.3.2 Perkembangan Punker di Kota Medan... 33

4.1.3.3 Interaksi Sosial Komunitas Punk pada Scene Simpang Aksara Medan... 33

4.1.3.4 Lokasi Komunitas Punk Simpang Aksara... 36

4.2 Profil Informan... 36

4.3 Gambaran Solidaritas Sosial dalam Komunitas... 41

4.4 Bentuk Implementasi Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk... 45

4.4.1 Individualistas Rendah... 45

4.4.2 Keterlibatan Komunitas dalam Menghukum Anggota Menyimpang... 48

4.4.3 Konsensus Terhadap Pola-Pola Normatif Penting... 49

4.4.4 Pembagian Kerja Rendah... 55

4.4.5 Kesadaran Kolektif Kuat... 58

4.4.6 Hukum Represif... 61

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 64

5.2 Saran... 65


(9)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk dengan studi deskriptif pada komunitas punk Simpang Aksara Medan. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena terdapat suatu keterikatan berdasarkan kesetiakawanan dalam komunitas punk. Gambaran tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk memaparkan secara rinci mengenai jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas punk dan bentuk implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk tersebut.

Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah 9 orang punker yang berusia lebih dari 17 tahun dan merupakan bagian dari scene Simpang Aksara Medan selama lebih dari dua tahun, serta telah mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas punk.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa solidaritas sosial yang ada pada komunitas punk Medan, khususnya pada komunitas punk Simpang Aksara Medan adalah solidarita mekanik. Solidaritas mekanik terbentuk didasarkan oleh adanya individualitas rendah, keterlibatan komunitas dalam menghukum anggota yang menyimpang, konsensus terhadap pola-pola normatif penting, pembagian kerja yang rendah, kesadaran kolektif yang kuat dan memiliki hukum represif.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masyarakat merupakan sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya. Masyarakat dapat disebut juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang memiliki pemikiran dan tujuan yang sama, di mana dalam komunitas tersebut memiliki aturan dan nilai-nilai sosial sendiri sehingga menghasilkan perasaan yang sama. Ferdinand Tonnies mengatakan bahwa anggota dalam komunitas lebih bersifat homogen, yang memiliki lebih banyak persamaan dibandingkan dengan masyarakat, seperti memiliki harapan yang sama sehingga menyebabkan solidaritas sosial yang tinggi (Henslin, 2006:116). Hal ini disamakan pada masyarakat tradisional dengan rasa kolektif. Komunitas juga merupakan kelompok sosial yang bertempat tinggal di lokasi tertentu, di mana komunitas memiliki kebudayaan dan sejarah yang sama.

Di Kota Medan terdapat berbagai jenis komunitas, di antaranya komunitas punk. Mengutip dari wikipedia, punk merupakan subkultur (sub-budaya) yang pertama kali lahir di London, Inggris pada tahun 1980-an

diakses pada tanggal 11 Mei 2011, pukul

09.32).

Punk atau Public United Not Kingdom pada awalnya merupakan gerakan anak muda dari anak-anak kelas pekerja yang mengalami masalah ekonomi. Hal ini terjadi karena kemerosotan moral para tokoh politik dalam sistem pemerintahan yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Pada masa rezim Perdana Menteri Margareth Thatcher, dari Partai Konservatif,


(11)

yang kebijakan ekonominya sangat liberal, memberi peluang kapitalis mengembangkan pasar modal (ekonomi uang) tetapi di sisi lain mengabaikan kelas pekerja, membuat pengangguran semakin meningkat. Pada masa itu pemerintah Inggris menetapkan pajak yang sangat tinggi terhadap rakyatnya sehingga menimbulkan kemiskinan, kelaparan dan dan kesenjangan sosial. Masyarakat kelas pekerja menggunakan jalanan sebagai tempat mencari nafkah, membuat jejaring kerja, serta aksi protes yang diselingi karnaval dan musik (http:id.jalanan/kehidupan/atau/pelarian.anak punk.webarchivediakses pada tanggal 3 Januari 2012, pukul 14.26 WIB).

Punk juga dapat diartikan sebagai sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan “Do It Yourself” atau diartikan dengan “lakukan dengan dirimu sendiri”. Melalui ideologi yang dimiliki, komunitas punk mempunyai cara dalam melihat dan menilai suatu masalah yang dapat ditemui melalui lirik-lirik lagu yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan agama.

Para anak punk disebut juga dengan punkers. Para punker menginginkan kebebasan yang mutlak, tidak ada pengekangan peraturan yang dianggap tidak penting. Selain membebaskan diri dari sistem negara, punkers juga memiliki pemahaman tentang bebas dalam hal berpikir (state of mind). Hal ini berkaitan dengan ideologi yang dianut komunitas punk yaitu ideologi anarki.

Pada tahun 1955 sebelum komunitas punk ada, musik punk hanya merupakan bentuk aliran musik. Musik punk adalah musik yang menjadi milik generasi muda yang memberontak terhadap segala bentuk “kemapanan” hingga akhirnya terbentuk komunitas yang di dalamnya terdapat orang-orang yang menyukai aliran musik dan ideologi anarki (Sirait, 2010:1). Budaya punk mulai tumbuh dan berkembang di Indonesia, terutama Bandung dan Jakarta, sekitar awal tahun 1990 hingga masuk pada wilayah Medan.Informan IC, menyatakan bahwa Punk masuk ke Kota Medan sekitar tahun 1996, komunitas ini semakin meningkat


(12)

jumlahnya sejak tahun 2000-an. Para punker memiliki tempat berkumpul yang disebut dengan scene. Pertama kali komunitas punk hanya memiliki satu scene yaitu, di Jalan Abdullah Lubis. Hingga saat ini, komunitas punk di Kota Medan memiliki tujuh scene yaitu di Aksara, Titi Kuning, Juanda, Brayan, Setia Budi, Simpang Pemda dan Cemara asri.

Komunitas ini lebih fokus pada musik di antaranya, di Kota Medan komunitas punk juga memiliki beberapa group band yang berkembang, seperti Gedebac-Gedebuc, Kontradiksi, SPR, Brutal Youth, Fuckta, Marhaen. Group musik yang dimiliki oleh komunitas punk di Kota Medan pada awalnya membawa lagu-lagu punk rock milik band punk luar negeri yang mereka peroleh dari kaset-kaset yang mereka dapatkan dari punkers yang berasal dari Jawa. Band-band punk di Kota Medan semakin berkembang dengan diadakan event musik yang juga bertujuan untuk mempererat solidaritas sesama punkers. Melalui acara-acara musik tersebut band-band punk Medan telah banyak menghasilkan kaset dan telah memperkenalkan hasil karyanya dengan anak punk di kota maupun negara lain. Melalui musik para punker menyampaikan protes dan kritik dalam bentuk kaset. Setiap punker mempunyai perhatian terhadap musik punk. Dalam hal ini para punker tersebut menjadi bagian dari tiap band punk.

Kegiatan yang dilakukan para punker didasari dengan etos “Do It

Yourself” seperti menyablon, membuat tattoo dan membuat piercing. Pada

umumnya punkers menggunakan tattoo dan piercing ditubuhnya. Punker menggunakan kreativitas dan solidaritas dalam komunitas sehingga dapat menciptakan produk-produk yang dapat dijual atau untuk dikonsumsi sendiri.


(13)

Dalam hal ini para punker dapat saling bertukar informasi dalam pembuatan produk yang merupakan salah satu realisasi dari etos kerja “Do It Yourself”.

Pada komunitas punk terdapat satu majalah yang disebut dengan fanzine. Fanzine merupakan media komunikasi di dalam komunitas ini. Fanzine membuat para punker dapat mengetahui perkembangan komunitas punk di scene lain atau bahkan di kota lain. Di dalam fanzine terdapat artikel-artikel dari para punker yang berisi tentang pemikiran, kegiatan dan informasi-informasi lainnya. Selain itu, para punker juga mempunyai kegiatan sosial seperti membantu atau memberi makanan kepada orang-orang sekitar yang disebut dengan food not bomb, dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil produksi dan kolektif. Di dalam komunitas ditemukan solidaritas sosial yaitu kesetiakawanan sesama anggota. Di dalam komunitas punk terdapat kesetiakawanan dengan individualitas rendah, keterlibatan komunitas dalam menghukum anggota yang menyimpang, konsensus terhadap pola-pola normatif penting, pembagian kerja yang rendah, kesadaran kolektif yang kuat dan memiliki hukum represif.

Adapun kesetiakawanan ini membangun ikatan yang kuat. Membangun solidaritas sosial merupakan hal yang mudah dibentuk karena setiap orang memiliki kepentingan yang berbeda. Pada dasarnya solidaritas sosial muncul karena adanya interaksi yang kuat serta memiliki sentimen yang kuat dalam suatu kelompok. Solidaritas sosial dalam komunitas punk dilihat dari sikap dan perilaku pada anggotanya. Dalam hal ini sikap dan perilaku anggota komunitas merupakan in group yang merupakan sikap di antara anggota komunitas. Sikap in group biasanya menunjukkan adanya faktor simpati dan perasaan yang dekat di antara anggota-anggota kelompoknya. Perasaan in group terhadap orang dapat bervariasi


(14)

dari sikap ramah tamah dan good will sampai menjadi solidaritas mati-matian (Narwoko, 2006: 34). Berdasarkan sikap in group para anggota komunitas akan memperoleh ikatan yang membangun interaksi yang lebih kuat. Ikatan yang ada di dalam komunitas punk merupakan ikatan yang terbentuk karena rasa kesetiakawanan dan rasa ketergantungan.

Ikatan yang kuat berdasarkan rasa kesetiakawanan dalam komunitas Seperti yang dijelaskan oleh Durkheim sebagai berikut:

Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama yang menunjukkan pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama, dan solidaritas itu didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan sebagainya (Nasution 2009:12).

Solidaritas mekanik masyarakat mengacu pada hubungan antar individu yang ada dalam masyarakat atau kelompok sosial. Dalam komunitas punk ditunjukkan dengan hubungan yang didasarkan pada persamaan moral, kepercayaan yang dianut dan diperkuat oleh pengalaman emosional yang sama.

Salah satu daerah di Kota Medan yang dapat dilihat komunitas punk adalah daerah Simpang Aksara. Pada saat ini ada dua puluh tujuh anggota pada scene Simpang Aksara. Komunitas punk yang memiliki scene di Simpang Aksara memiliki kegiatan yang tidak jauh berbeda dengan komunitas punk di scene lainnya. Selain berkumpul di scene Simpang Aksara yang terletak di dalam pasar tradisonal tersebut, para punker memiliki kegiatan masing-masing, seperti bersekolah, kuliah ataupun bekerja. Para punker sering harus melakukan kegiatan berpindah-pindah tempat berkumpul, karena aparat sering merazia komunitas ini. Komunitas punk Simpang Aksara ini selalu berkumpul sekitar pukul empat sore


(15)

hingga malam hari. Selain itu, kegiatan komunitas punk yang tidak terpublikasi oleh masyarakat yang disebut dengan underground. Oleh karena itu, peneliti tertarik ingin mengetahui jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas punk dan bentuk implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Solidaritas sosial apakah yang ada di dalam komunitas punk?

2. Bagaimana implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas punk dan bentuk implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk tersebut.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang berlangsungnya interaksi sosial dalam komunitas anak punk Medan yang


(16)

dikaitkan dengan kerangka pemikiran sosiologi perubahan sosial, yang berkaitan dengan solidaritas sosial.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan untuk memahami seluk beluk eksistensi komunitas anak punk Medan yang dapat dijadikan proses pembelajaran dalam menyikapi fenomena sosial dan menjadi bahan rujukan bagi penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial.

1.5Definisi Konsep 1. Solidaritas sosial

Konsep solidaritas sosial merupakan kepedulian secara bersama kelompok yang menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada persamaan moral, kolektif yang sama, dan kepercayaan yang dianut serta diperkuat oleh pengalaman emosional. Solidaritas sosial juga dipengaruhi interaksi sosial yang berlangsung karena ikatan kultural, yang pada dasarnya disebabkan munculnya sentimen komunitas (community sentiment) (dalam Nasution, 2009:9).

2. Komunitas

Dalam komunitas individu-individu di dalamnya dapat

memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin

yaitu communitas yang berarti kesamaan


(17)

2013, pukul 19.45). Komunitas merupakan sekumpulan individu yang memiliki pemikiran dan tujuan yang sama, di mana dalam komunitas tersebut memiliki aturan dan nilai-nilai sosial sendiri sehingga menghasilkan perasaan yang sama. Pada dasarnya komunitas terbentuk karena adanya rasa seperasaan, sepenanggungan dan saling membutuhkan. Setiap individu yang menjadi bagian dari komunitas melakukan interaksi sosial sehigga menciptakan hubungan sosial dan saling mengenal.

3. Komunitas Anak Punk

Komunitas anak punk merupakan sekelompok anak muda yang memiliki ideologi hidup atas kebebasan, antipenindasan dan antikemapanan, kelompok gerakan perlawanan anak muda yang memiliki etos Do It Yourself (lakukan dengan diri sendiri). Komunitas punk dapat dikenal dari hal fashion yang dikenakan seperti potongan rambut mohawk (berdiri tegak) ala suku Indian dengan warna terang, sepatu boots, rantai, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju lusuh.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Komunitas

Komunitas dapat diartikan sebagai masyarakat community atau masyarakat setempat, komunitas berasal dari bahasa lain yaitu communitas yang memiliki arti kesamaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas diakses pada tanggal 17 November 2013, pukul 19.45). Pada dasarnya komunitas terbentuk karena adanya rasa seperasaan, sepenanggungan dan saling membutuhkan. Setiap individu yang menjadi bagian dari komunitas melakukan interaksi sosial sehingga menciptakan hubungan sosial dan saling mengenal.

Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat diterjemahkan sebagai masyarakat”. Istilah yang menunjuk pada warga sebuah desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Apabila anggota sesuatu kelompok baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut memenuhi kepentingan hidup yang utama, kelompok tadi disebut masyarakat setempat (Santosa, 2009:83).

Hal utama pada komunitas adalah terdapat interaksi sosial yang rutin di antara anggota yang ada didalamnya. Rasa kesetiakawanan timbul karena adanya ikatan pada anggota. Anggota komunitas terjalin satu sama lain dan dapat dikatakan hidup bersama.

Dalam persfektif sosiologi komunitas dapat dibedakan dari masyarakat yang lebih luas (society) melalui kedalam perhatian bersama (a community of interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi (an attachment community)


(19)

pukul 21.31 WIB). Komunitas merupakan bentuk kecil dari masyarakat, di mana komunitas dapat juga dikatakan sebagai masyarakat tradisional. Seperti yang dijelaskan oleh Tonnies:

Ferdinand Tonnies menggunakan istilah Gemeinschaft atau “komunitas intim” untuk menggambarkan kehidupan pedesaan, tipe masyarakat di mana tiap anggota masyarakat mengenal yang lainnya. ia mencatat bahwa dalam masyarakat yang sedang berkembang, ikatan pribadi, hubungan kekerabatan, dan persahabatan seumur hidup.. (Henslin, 2006:116).

Anggota dalam komunitas lebih bersifat homogen, yang memiliki lebih banyak persamaan dibandingkan dengan masyarakat, seperti memiliki harapan yang sama sehingga menyebabkan solidaritas sosial yang tinggi. Hal ini disamakan pada masyarakat tradisional dengan rasa kolektif. Mengutip Santosa (2009:85) menjelaskan sebagai berikut:

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi timbulnya suatu community, antara lain sebagai berikut:

a. Adanya suatu interaksi yang lebih besar di antara anggota yang bertempat tinggal di satu daerah dengan batas-batas tertentu.

b. Adanya normal sosial manusia di dalam masyarakat, di antaranya kebudayaan masyarakat sebagai suatu ketergantungan yang normatif, norma kemasyarakatan yang historis, perbedaan social budaya antara lembaga kemasyarakatan dan organisasi masyarakat.

c. Adanya ketergantungan antara kebudayaan dan masyarakat yang bersifat normatif. Demikian jaga norma yang ada dalam masyarakat akan memberikan batas-batas pada kelakuan anggotanya dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi kelompok untuk menyumbangkan sikap kebersamaannya di mana mereka berada.

Kolektif dalam komunitas merupakan hasil dari persamaan norma, dalam hal ini setiap anggota memiliki batasan-batasan sendiri pada perilaku anggotanya sehingga menciptakan sikap yang sama. Batasan-batasan norma dalam komunitas merupakan hal yang membedakan komunitas satu dengan komunitas lainnya.


(20)

2.2 Punk

Punk adalah satu ideologi yang dianut sekumpulan anak muda dari

golongan masyarakat kelas bawah, dalam hal ini punk diartikan sebagai suatu pemikiran mengenai pembrontakan terhadap masyarakat kelas atas yang mendominasi.

Punk adalah suatu ideologi tentang pemberontakan dan anti kemapanan. Etos yang menggerakkan segala hal yang berlaku dalam punk adalah etos D.I.Y. (Do It Yourself). Dalam budaya punk tidak terlepas dari individu dan kelompok. Individu yang mempunyai tujuan yang sama dengan individu lainnya mencari keamanan identitas diri dengan membentuk suatu kelompok sosial atau komunitas yang bisa memberikan rasa aman dan mewadahi apa yang menjadi tujuan mereka ).

Dalam melihat komunitas punk terdapat 3 komponen yang saling terkait dan merupakan satu kesatua Desember 2011, pukul 09.20 WIB). Ketiga komponen tersebut adalah punk sebagai ideologi, punk sebagai gaya hidup dan punk sebagai aliran musik.

1. Punk sebagai ideologi

Ideologi merupakan pemikiran yang dimiliki oleh individu. Individu yang telah menjadi bagian dari masyarakat atau komunitas akan memiliki ideologi yang sama dengan individu lain yang ada dalam masyarakat atau komunitas tersebut. Pada komunitas punk ideologi yang dianut adalah anarkisme, di mana anarkisme merupakan suatu paham yang diartikan dengan sesuaut tanpa aturan yang mengekang. Negara sebagai kekuatan yang menguasai lembaga-lembaga yang ada di dalamnya, dalam hal ini negara lebih memihak kepada pihak pemilik modal. Masyarakat akan membuat aksi penolakan pada sistem yang dianggap tidak memiliki keadilan, dalam hal ini komunitas punk melihat adanya kesenjangan


(21)

sosial akibat dari ideologi yang ada pada negara. Zainuddin Maliki (2012:22) menjelaskan sebagai berikut:

Ideologi, sebagaimana dasar pandangan dunia dan paradigma sosial, memuat keyakinan-keyakinan atau sistem keyakinan dan nilai-nilai tidak serta merta bisa diikuti oleh semua anggota masyarakat yang menerima dan merasa terikat dengan ideologi tersebut. Sebab, ketika ide atau nilai-nilai seperti itu harus diangkat menjadi sebagai ideologi, masih ada masalah yang sangat mendasar (Maliki, 2012:22).

Kesenjangan yang ditimbulkan dari masyarakat di dalam suatu negara merupakan bibit dari ideologi anarkis pada komunitas punk. Komunitas punk membentuk satu kelompok dari masyarakat kelas bawah yang bertujuan untuk menghilangkan adanya kesenjangan di dalam masyarakat. Marx menjelaskan sebagai berikut:

Dalam pemikiran Marx, negara sebagai kelas yang berkuasa melakukan penindasan dan represi terhadap rakyat. Penindasan ini sulit dihilangkan oleh rakyat karena semakin hari rakyat makin lemah dan negara makin kuat. Untuk melakukan pembebasan harus dilakukan suatu revolusi yang melibatkan pihak-pihak yang masih memiliki kesadaran kritis serta tidak termakan oleh ideologi yang disebarkan negara (Takwin, 2003:68).

Ideologi anarkis pada komunitas punk ditunjukkan dengan bentuk kemandirian yang mempunyai etos kerja Do It Yourself. Hal ini menunjukkan penolakan pada sistem pemerintah yang dianggap melakukan penindasan pada rakyat. Do It Yourself memiliki arti bahwa individu yang hidup tanpa pengekangan dan dapat memperjuangkan hidup dengan sumber daya pada diri individu tersebut.

2. Punk sebagai gaya hidup

Setiap individu memiliki gaya hidup masing-masing. Gaya hidup terbentuk dari adanya kebiasaan individu tersebut dalam menjalani hidupnya.


(22)

Setiap orang secara sadar menentukan gaya hidupnya, hal ini membuat seseorang tersebut berada pada kelompok dengan gaya hidup yang sama. Gaya hidup memperlihatkan diri seseorang secara keseluruhan, menentukan seseorang dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Menurut Bourdieu gaya hidup seseorang dipahami sebagai hasil dari interaksi antara manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam masyarakat, hasil dari pemikiran sadar yang terbentuk sepanjang sejarah hidupnya (Nainggolan,2013:8)

Seseorang yang merupakan bagian dari masyarakat atau komunitas tertentu memiliki gaya hidup yang sama dengan orang lain dalam masyarakat atau komunitasnya, di mana hal tersebut akan meciptakan ciri khas masing-masing. Hal ini terkait pada penampilan dan perilaku suatu masyarakat atau komunitas. Adanya ciri khas dari gaya hidup pada masyarakat atau komunitas dapat menjadi streotype pada masyarakat lain.

Pada komunitas punk terdapat gaya hidup yang ditunjukkan pada penampilan setiap punker. Gaya rambut mohawk (berdiri tegak) seperti penampilan rambut suku indian dan diwarnai dengan warna terang, menggunakan pakaian dengan dominasi wana hitam, celana ketat, menggunakan sepatu boots, dan memakai segala bentuk aksesoris seperti tindikan pada bagian tubuh, dan sebagainya.

3. Punk sebagai jenis musik

Genre atau jenis musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripannya satu sama lain. Musik punk merupakan bagian dari musik beraliran rock. Musik punk berirama keras sama halnya seperti musik rock, dalam musik


(23)

merupakan suatu kritik atau protes terhadap kehidupan sosial, politik dan budaya pada suatu negara.

Punk merupakan salah satu dari aliran musik bernada keras, yaitu salah satu aliran musik yang berirama keras. Tahun 1970 merupakan awal munculnya band yang beraliran punk, seperti Sex Pistols, The Damned dan Buzzcock. Musisi

punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang

menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat. Desember 2011, pukul 09.20 WIB).

Komunitas punk merupakan kelompok yang di dalamnya terdapat orang-orang yang menyukai musik punk. Pada komunitas ini musik merupakan hal yang paling dominan dibandingkan dengan kegiatan yang ada di dalamnya. Komunitas

punk dan perkembangan musik punk merupakan hal yang berkaitan erat. Dalam

hal ini, kelompok yang memiliki ideologi anarki atau kebebasan dapat mengaspirasikan hal tersebut melalui lagu pada musik punk, begitu juga sebaliknya.

2.2.1 Punk Merupakan Sebuah Subkultur

Subkultur merupakan budaya baru dalam masyarakat yang diciptakan oleh masyarakat minoritas. Masyarakat atau kelompok subkultur menunjukkan perbedaan dengan masyarakat atau kelompok mayoritas dengan gaya hidup dan simbol-simbol tertentu. Dalam hal ini, komunitas punk merupakan kelompok minoritas yang menjadi sebuah subkultur yang dianggap berbeda dan menyimpang oleh masyarakat. Mengutip pada Henslin (2006:50-51) sebagai berikut:


(24)

Subkultur dapat terbentuk di sekitar suatu kesenangan atau kegiatan apapun. Setiap subkultur mempunyai nilai dan normanya sendiri yang dimiliki bersama para anggota, yang memberikan mereka suatu identitas bersama. Setiap subkultur mempunyai istilah-istilah khusus yang menunjukkan sudut kehidupan kelompok, yang digunakan para anggotanya untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Setiap subkultur memberikan kepada anggotanya nilai-nilai dan cara-cara khas untuk memandang dunia.

Masyarakat subkultur memiliki identitas sendiri, hal ini berkaitan dengan simbol-simbol yang ada di dalamnya. Masyarakat subkultur yang membedakan diri dari masyarakat masyoritas disebabkan oleh adanya ketidakcocokan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan ideologi. Cohen (1995) menjelaskan sebagai berikut:

Subkultur muncul pada masyarakat yang sangat majemuk dan kompleks yang di dalamnya terdapat banyak orang yang mempunyai masalah yang sama terhadap kebudayaan dominan. Subkultur delinkuen, misalnya, muncul untuk menunjukkan rasa frustasi anak-anak kelas bawah yang gagal dalam memenuhi harapan budaya dominan di sekolahnya. Pada subkultur delinkuen anak-anak kelas bawah melakukan inovasi agar dapat berkompetisi dengan anak-anak lainnya dengan berbagai alternatif cara, baik secara positif maupun secara negatif (Siahaan, 2009: 23).

Masyarakat subkultur pada dasarnya memiliki perbedaan yang menimbulkan masalah dengan masyarakat mayoritas. Masyarakat minoritas menciptakan nilai-nilai dan norma-norma baru pada masyarakat disebabkan oleh adanya ketimpangan sosial dalam masyarakat. Aksi dalam menciptakan budaya baru merupakan kritik terhadap budaya lama pada masyarakat mayoritas.

Pada umumnya masyarakat subkultur atau masyarakat minoritas dikatakan menyimpang karena menciptakan budaya baru yang belum diterima


(25)

oleh masyarakat mayoritas. Penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok acap disebut dengan subkultur yang menyimpang (Henslin, 2006:50).

Asal mula terjadinya subkultur yang menyimpang karena ada interaksi di antara sekelompok orang yang mendapatkan status atau cap menyimpang. Melalui interaksi dan intensitas pergaulan yang cukup erat di antara mereka, maka terbentuklah perasaan senasib dalam menghadapi dilema yang sama. Para anggota dari subkultur seperti itu memiliki perasaan saling pengertian dan memiliki jalan pikiran, nilai dan norma serta aturan bertingkah laku yang berbeda dengan norma-norma sosial masyarakat pada umumnya (kultur dominan) (Henslin, 2006:50).

Hal ini berkaitan pada ideologi dan perilaku yang ada dalam komunitas

punk, di mana para punker memiliki rasa kesetiakawanan yang disebabkan

karena memiliki perasaan yang sama seperti halnya dianggap sebagai kelompok yang menyimpang di masyarakat.

James vander Zaden, 1979 (Sunarto 2004:213) menjelaskan bahwa perilaku yang menyimpang tidak saja dilakukan secara perorang, tapi tak jarang juga dilakukan secara berkelompok. Penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Perilaku pada anggota komunitas punk dianggap sebagai perilaku menyimpang pada masyarakat minoritas. Hal ini disebabkan oleh perilaku tersebut diluar kebiasaan dari budaya yang sudah ada, seperti yang dijelaskan oleh J. Dwi Narwoko(2006: 98-99) sebagai berikut:

Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa seorang berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagaian besar masyarakat perilaku atau tindakan tersebut di luar kebiasaan, adat istiadat, aturan dan nilai-nilai atau norma sosial yang berlaku. Adalah suatu hal yang mutlak apabila di dalam setiap kelompok masyarakat akan selalu disertai dengan sejumlah tata tertib dan aturan yang diakui bersama keberadaannya.


(26)

2.3 Solidaritas Sosial

Masyarakat atau kelompok sosial memiliki keterikatan yang dapat membuat setiap anggota dalam masyarakat atau suatu kelompok memiliki rasa ketergantungan satu sama lain, hal ini disebut dengan solidaritas sosial. Konsep solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim, ia menjelaskan bahwa solidaritas sosial adalah kesetiakawanan yang menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada persamaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama (Lawang, 1994: 181).

Elemen-elemen yang ada dalam solidaritas sosial merupakan satu kesatuan yang menunjukkan tingkat solidaritas di dalam suatu masyarakat atau kelompok sosial. Salah satu elemen yang ada dalam solidaritaas komunitas punk adalah ideologi yang dianut.

Setiap anggota memiliki satu ideologi yang sama sehingga dapat menciptakan tujuan yang searah. Ideologi merupakan suatu bentuk pemikiran. Dari asal kata, istilah ideologi dapat dipecah menjadi kata idea dan logos. Secara harfiah dapat diartikan sebagai aturan atau hukum tentang ide (Takwin, 2003:10). Ideologi pada setiap individu memiliki perbedaan dengan ideologi yang dimiliki individu tersebut saat menjadi bagian dari masyarakat atau kelompok sosial, Bagus Takwin (2013:6-7) menjelaskan sebagai berikut:

Dalam konteks kelompok atau masyarakat, ideologi seringkali digunakan sebagai dasar bagi usaha pembebasan manusia. Dalam hal ini, ideologi memiliki pengertian sebagai sekumpulan gagasan yang menjadi panduan bagi sekelompok manusia dalam bertingkah laku mencapai tujuan tertentu. Dengan cara menurunkan gagasan-gagasan dalam ideologi menjadi sejumlah kerangka aksi dan aturan-aturan tindakan, sekelompok manusia bertindak membebaskan diri dari sesuatu yang dipersepsi sebagai kekangan atau penindasan.


(27)

Kebebasan dalam berpikir merupakan bentuk dari pengetahuan-pengetahuan yang dapat menciptakan suatu ideologi. Melalui ideologi yang dimiliki akan membentuk perilaku secara personal maupun saat individu menjadi bagian dari masyarakat atau kelompok sosial. Di dalam komunitas punk terdapat idoelogi anarkisme yang mengasilkan perilaku bebas dan berupaya menciptakan masyarakat tanpa kelas.

Kebebasan berpikir yang mencegah orang-orang untuk melihat sesuatu yang benar di masyarakat dan sebaliknya memaksa mereka menuruti kehendak mereka yang disebut penguasa dari pemerintahan, seperti melawan pikiran-pikiran orang yang sudah dimapankan, yang menganggap negatif karena melihat penampilan orang lain yang berbeda, menyimpang di luar kebiasaan. Kebebasan untuk bersuara, berkarya dan berpendapat yang selama ini suara masyarakat tidak pernah dipublikasikan mengenai segala hal yang menurut komunitas punk tidak cocok. Dalam hal ini para punker berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar yang disebut dengan musik punk. diakses 20 Desember 2011, pukul 09.20 WIB).

Pengertian ideologi ditinjau dari pendekatan aliran yaitu sebagai kebenaran sejati menjadi dasar ideologi dalam arti positif yang secara kasar dapat disimpulkan sebagai seperangkat nilai dan aturan atau hukum yang dipercayai dapat membantu manusia menjalani hidupnya (Takwin, 2003:12). Hal ini menunjukkan kepada persamaan moral yang dimiliki setiap individu dalam masyarakat.

Dalam dunia-kehidupan sehari-hari, syarat yang mempertahankan hidup adalah dengan belajar menggunakan norma-norma kelompok yang tersedia. Seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari berpikir-membedakan antara yang baik dan yang buruk secara reflektif, yakni mengikuti norma-norma yang telah diterima begitu saja (Santosa, 2009:229). Persamaan moral dalam komunitas


(28)

menjadi salah satu ciri yang menunjukkan adanya solidaritas sosial. Misalnya, komunitas punk terdapat persamaan nilai dalam berpenampilan dan perilaku, hal ini berkaitan dengan prinsip kebebasan yang dianut dalam komunitas tersebut.

Lukacs memandang ideologi berisi sekumpulan pengetahuan yang dipercayai suatu kelas. Pengetahuan-pengetahuan yang diungkapkan dengan bahasa. Memperjuangkan ideologi kelas tertentu adalah mengungkapkan pengetahuan-pengetahuan tertentu lewat bahasa (Takwin, 2003:20). Hal ini menunjukkan bahwa suatu masyarakat atau komunitas memiliki kesadaran kelas, khususnya pada komunitas punk yang berupaya menghilangkan adanya kelas dalam masyarakat.

Ideologi juga dapat dianggap sebagai evaluasi pengalaman yang dijelaskan oleh Kinlock sebagai berikut:

Menjelaskan bahwa ideologi biasanya mengacu kepada sistem keyakinan yang menjadi dasar tindakan sekelompok orang. Ideologi merupakan sistem evaluasi yang bisa menjelaskan pengalaman kita dapat difahami dan dianggap logis. Oleh karena ituideologi mendorong dan mendasari tindakan seseorang, sehingga sangat dibutuhkan untuk menghadapi realitas kehidupan. Ideologi memberikan suatu tatanan nilai yang komperhensif sehingga menjadikan kehidupan ini lebih bermakna... Ideologi juga cenderung merepresentasikan simbol pandangan dunia yang melegitimasi kepentingan ekonomi politik elit... (Maliki, 2012:21)

Adanya pengalaman emosional yang sama pada setiap anggota masyarakat merupakan elemen yang membentuk solidaritas sosial. Ideologi yang terbentuk pengalaman dapat membentuk ideologi yang memiliki perbandingan dari tindakan sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan adanya rasa sepenanggungan dan saling memerlukan antara anggota komunitas.


(29)

Sepenanggungan dapat diartikan bahwa setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri yang memungkinkan peranannya tadi dapat dijalankan sehingga ia mempunyai kedudukan yang pasti (Santosa, 2009:84). Rasa sepenanggungan pada setiap anggota masyarakat terbentuk karena telah merasa menjadi bagian dari masyarakat tersebut.

Dalam hal lain, anggota masyarakat juga memiliki rasa saling membutuhkan. Saling memerlukan adalah anggota merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya dalam hal kebutuhan dan kebutuhan psikologisnya, seperti mencari perlindungan apabila dalam ketakutan dan sebagainya (Santosa,2009:84). Setiap individu akan memperoleh rasa nyaman saat berada dalam masyarakat atau kelompok yang menganggap individu tersebut bagian dari masyarakat atau kelompok itu. Perasaan baik yang ada pada setiap anggota masyarakat di dalamnya merupakan satu perasaan yang sama. Rasa seperasaan membuat setiap anggota dalam komunitas memiliki kolektif yang sama. seperti yang dijelaskan oleh Santosa (2009:84) sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan seperasaan adalah perasaan yang membawa akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang atau anggota komunitas sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami, perasaan kami, dan sebagainya. Perasaan tersebut terutama timbul apabila orang-orang tersebut mempunyai kepentingan yang sama di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pada unsur seperasaan ini, kepentingan individu diselaraskan dengan kepentingan kelompoknya sehingga dia merasakan kelompoknya sebagai struktur sosial masyarakatnya.

Suatu masyarakat memiliki visi dan misi yang sama sehingga anggota yang berjumlah banyak di dalamnya tetap merupakan satu bentuk yang tidak lain. Rasa seperasaan pada setiap anggota masyarakat akan mengarah pada kesadaran


(30)

kolektif. Hal ini terjadi karena setiap anggota telah menganggap anggota lain yang ada di dalam masyarakat yang sama merupakan bagian dari dirinya.

Hal ini juga berkaitan pada kolektif pada komunitas, dimana dalam komunitas akan ditemukan adanya kolektif yang sama, yang kemudian akan membentuk solidaritas sosial. Seperti yang dijelaskan oleh Maliki (2012:90) sebagai berikut:

Masyarakat terintegrasi karena adanya kesepakatan di antara anggota masyarakat terhadap nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Nilai-nilai kemasyarakatan ini oleh Durkheim disebut dengan kesadaran kolektif (Collective Conciousness). Kesadaran kolektif ini berada di luar diri individu (exterior), namun memiliki daya pemaksa terhadap individu-individu sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kesadaran kolektif adalah suautu konsensus masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran kolektif tersebut bisa berwujud aturan-aturan moral, aturan-aturan-aturan-aturan agama, aturan-aturan-aturan-aturan tentang baik dan buruk, luhur dan mulia dan sebagainya. Kesadaran kolektif juga merupakan salah satu wujud dari fakta sosial yang berkaitan dengan moralitas bersama (Maliki, 2012:90).

Kesadaran kolektif berkaitan dengan persamaan moral yang diciptakan oleh ideologi melalui pengalaman sebelumnya. Persamaan moral dalam komunitas menjadi salah satu ciri yang menunjukkan adanya solidaritas sosial. Dalam hal ini, persamaan moral seperti memiliki ideologi yang sama, di mana komunitas punk berideologi anarki atau dengan kata lain bebas dalam berpikir, berpendapat dan bertindak tanpa harus tunduk pada aturan sistem yang telah ada.

Kesadaran kolektif dalam masyarakat dibentuk karena adanya rasa seperasaan dan sepenanggungan. Hal ini terjadi karena setiap anggota di dalamnya merasa bertanggung jawab dan merasa memiliki terhadap segala sesuatu yang ada dalam masyarakat tersebut.


(31)

Solidaritas sosial terbagi menjadi dua, yaitu solidaritas organik dan solidaritas mekanik. Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas sosial ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan tersebut akan bertambah sebagai hasil bertambahnya spesialisasi pembagian pekerjaan, memungkinkan dan meningkatkan bertambahnya perbedaan di kalangan individu (Nasution 2009).

Anggota masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik memiliki kesadaran kolektif yang tinggi. Dalam hal ini menggambarkan sesuatu mengenai elemen-elemen penting dari kedua tipe struktur sosial itu. Seperti yang dijelaskan Sunarto (2004:128) sebagai berikut:

Solidaritas mekanik memperlihatkan berbagai komponen, seperti adanya kesadaran kolektif yang didasarkan pada sifat ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola normatif yang sama. Hal ini terjadi karena adanya rasa memiliki (menjadi bagian) dari anggota kelompok tersebut. Didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama yang menunjukkan pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen bersama. Ciri-cirinya adalah berdasar kesamaan, tidak ada ketergantungan, tidak ada pembagian kerja, solidaritas berdasarkan kepercayaan dan kesetiakawanan.

Keterikatan antara anggota masyarakat dengan soliaritas mekanik dibentuk dengan rasa kesetiakawanan. Solidaritas sosial dalam komunitas punk diciptakan oleh rasa kesetiakawanan tanpa ada hal yang bersifat memaksa. Hal ini dimaksudkan bahwa anggota dalam komunitas punk memiliki rasa seperasaan, rasa percaya dan rasa memiliki komunitas tersebut.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan, mencari dan menganalisis faktor-faktor mengenai suatu masalah. Penelitian mencakup aktivitas menelaah suatu masalah dengan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang terandalkan kebenarannya (obyektif dan sahih) (Maleong, 2006). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Taylor dan Bogdan (1984:5) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Suyanto, 2005:166). Sedangkan pendekatan deskriptif adalah pendekatan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Maleong, 2006). Berkenaan dengan penelitian ini maka akan menjelaskan dan menggambarkan berbagai situasi dan kondisi yang ada.

3.2 Lokasi Penelitian

Berdasarkan hasil pra penelitian observasi, peneliti menemukan ada tujuh scene komunitas punk di Kota Medan yaitu Simpang Aksara, Titi Kuning, Juanda, Brayan, Setia budi, Simpang Pemda dan Cemara Asri. Dari kunjungan lokasi, peneliti menemukan bahwa salah satu pusat pertemuan dari ke tujuh scene adalah


(33)

di Simpang Aksara. Di lokasi ini memiliki representatif para punker dari ke tujuh scene komunitas punk di Kota Medan. Oleh karena itu, peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1998:2). Unit analsis masalah kualitatif tediri dari tingkat yang sangat mikro, yaitu pikiran dan tindakan individu, sampai dengan konteks yang paling makro. Informan dalam penelitian ini adalah informan kunci dan informan biasa, informan kunci yaitu informan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

- Anak punk yang berusia lebih dari 17 tahun

- Anak punk yang merupakan bagian dari komunitas punk Medan selama lebih dari dua tahun,

- Anak punk yang mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas punk Medan.

Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh peneliti. Informan merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2007: 108). Di dalam pemilihan informan digunakan metode Snowbolling.

Adapun informan yang menjadi subjek penelitian adalah para punker Kota Medan khususnya yang memiliki scene di Simpang Aksara Medan. Dari para punker ini peneliti akan menggali informasi mengenai solidaritas yang terbentuk dalam komunitas punk Medan. Jumlah informan adalah 9 orang. Dari ketiga


(34)

kriteria di atas telah ditemukan enam orang informan kunci yaitu, T.L, K.N, J.O, E.W, I.C dan A.R. Ada tiga informan biasa yaitu, R.D, F.H dan Y.N.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Dalam pengumpulan data pada sembilan orang anak punk. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer adalah dengan cara:

a. Wawancara mendalam, yaitu proses dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan mengadakan tanya jawab dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara secara tatap muka kepada anak punk yang menjadi responden.

b. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin 2007: 115). Pengamatan secara langsung kepada objek yang diteliti guna melihat bentuk kegiatan yang diadakan dalam komunitas anak punk Medan.

2. Data sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi


(35)

dari berbagai buku-buku referensi, dokumen dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memfokuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. (Bogdan & Biklan, 1982 dalam Moleong, 2006: 280-281).

Akhirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data dilakukan dalam proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan penelitian.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Pra proposal 

2. ACC penelitian  3. Penyusunan proposal

penelitian

 

4. Seminar proposal penelitian

5. Revisi proposal

penelitian


(36)

6. Penelitian lapangan     7. Pengumpulan data dan

analisa data

     

8. Bimbingan skripsi     

9. Penulisan laporan akhir      

10. Sidang meja hijau 

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengalami beberapa kendala dan keterbatasan yaitu:

1. Dalam memilih informan, peneliti kesulitan dalam menemui para informan yang tepat yang mengetahui sebagian besar mengenai punk untuk diwawancarai. Hal ini disebabkan oleh karena lamanya seseorang menjadi punk tidak menjamin ia mengatahui punk secara keseluruhan.

2. Dalam memperoleh informasi dari informan, peneliti kesulitan untuk bertemu dengan informan kunci karena informan memiliki kesibukan lain.

3. Peneliti merasa kesulitan dalam memperoleh data-data tertulis disebabkan masih sedikitnya referensi-referensi yang berkaitan dengan komunitas punk.


(37)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan salah satu dari 30 daerah tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 KM². Kota ini merupakan pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur.

Sebagaian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Secara geografis Kota Medan terletak antara 3º.27´ - 3º.47´ LU dan 98º.35´ - 98º.44´ BT.

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian Sumber Daya Alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, di mana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya. Pada tahun 2011, penduduk Kota Medan mencapai 2.117.224 jiwa dibanding hasil sensus penduduk 2010, terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 19.614 jiwa (0,94%).


(38)

Di Kota Medan terdapat data gelandangan, pengemis, anak jalanan dan anak punk pada Badan Pusat Statistik Kota Medan.

Tabel: Banyaknya Gelandangan, Pengemis, Anak Jalanan dan Anak Punk yang diterbitkan Tahun 2011

No Tahun/Bulan Year/Month

Jumlah yang bertindak Number to be acted

Banyaknya operasi Number of operation

(Kali/Time)

(1) (2) (3)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Januari/January Februari/February Maret/March April/April Mei/May Juni/June Juli/July Agustus/August September/September Oktober/October November/November Desember/December 45 19 20 14 12 16 24 59 20 15 34 23 4 3 3 4 5 6 5 4 4 3 5 3

Jumlah/Total 301 39

Sumber: Polisi Pamong Praja medan Source: Legal order service of Medan City (Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Kota Medan memiliki sebanyak dua puluh satu kecamatan, yaitu Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Belawaan Kota, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan


(39)

Medan labuhan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Tuntungan.

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Medan Tembung

Secara geografis Kecamatan Medan Tembung berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara dan timur, Kecamatan Medan Denai di sebelah selatan dan Kecamatan Medan Perjuangan di sebelah barat. Kecamatan Medan Tembung merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 7,78 KM².

Kecamatan Medan Tembung dihuni oleh 133.784 orang penduduk di mana penduduk terbanyak berada di Kelurahan Bantan yakni sebanyak 29.693 orang dan jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Tembung yakni sebanyak 9.821 orang.

Keadaan ekonomi di Kecamatan Medan Tembung terdapat sejumlah pasar dan pertokoan sudah ramai mendukung kegiatan perekonomian di Kecamatan Medan Tembung, di antaranya terdapat 6 pasar, 13 pertokoan, 12 mini market dan 1 plaza. Selain itu, terdapat 5 SPBU dan 30 agen minyak tanah di Kecamatan Medan Tembung ini. Untuk fasilitas bengkel kendaraan bermotor, sudah banyakbengkel yang ada di kecamatan ini yaitu sebanyak 11 bengkel sepeda motor dan 23 bengkel mobil (Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan).


(40)

4.1.3 Gambaran Komunitas Punkdi Kota Medan 4.1.3.1 Sejarah KomunitasPunk di Kota Medan

Komunitas punk masuk ke Kota Medan sejak sekitar tahun 1995. Hal ini terjadi karena adanya dua orang anak muda Medan yang pindah ke Kota Jakarta untuk melanjutkan kuliah sehingga pada saat kembali ke Kota Medan, dua anak muda tersebut mengenalkan ideologi punk kepada anak muda Kota Medan. Dikutip dalam skripsi Sirait (2001: 62), menyebutkan bahwa Fahmi dan Hendra adalah orang yang berperan penting dalam perkembangan komunitas punk Kota Medan. Hal ini dijelaskan pada hasil wawancara penulis pada informan IC (lk,29tahun) sebagai berikut:

“Punk masuk tahun berapanya nggak ada yang pastinya, cuma kalau masuk ke Indonesia budaya punk itu, komunitas mulai ada 92-an lah, kalau untuk di Medan banyak juga yang ke luar-luar Jawa. Jadi, mereka sendiri dulu, waktu dia balik dia bawa kemari mulai cerita tentang punk, 95-an lah mungkin”

Komunitas punk di Kota Medan muncul diawali dengan adanya komunitas undergorund. Komunitas underground merupakan komunitas dari band-band yang memiliki aliran musik rock (Sirait, 2010:60). Di dalam hal ini musik punk merupakan bagian dari musik rock, oleh karena itu sekumpulan orang yang menyukai musik punk merupakan bagian dari komunitas underground. Pada komunitas underground, penyuka musik punk disebut dengan punker. Para Punker yang merupakan pendahulu di Kota Medan sering disebut pioneer. Pada awalnya pioneer memiliki satu sekretariat dan sejak tahun 2001 sekretariat sudah tidak digunakan. Hal ini disebabkan karena jumlah para punker yang meningkat, sehingga membuat


(41)

scene masing-masing. Scene merupakan tempat berkumpul para punker. Bagi para punker, scene merupakan kelompok-kelompok kecil dari keseluruhan komunitas punk di Kota Medan. Hal ini dijelaskan dari hasil wawancara dengan informan penulis, TL (lk, 28tahun) sebagai berikut:

“Dulu kita punya sekretariat juga tapi bukan yang struktural, beda lah kan. Mulai tahun 2001, kami sendiri pun generasi keduanya. Sekarang ya ada banyak scene”

Pioneer di dalam komunitas punk adalah komunitas inalum brother

hood. Komunitas inalum brotherhood berada di Jalan Abdullah Lubis Medan. Pada saat ini punker yang merupakan pioneer dalam komunitas inalum brotherhood telah memiliki keluarga dan kegiatan masing-masing sehingga membuat sekretariat tidak digunakan lagi. Hal ini dijelaskan dari hasil wawancara dengan informan penulis, IC (lk, 29tahun) sebagai berikut:

“Dulu pioneernya itu inalum brotherhood, itu yang pertama kali di Medan. Masih sikit anggotanya, orang-orangnya pun udah pada berkeluarga”

Komunitas inalum brotherhood merupakan komunitas punk yang hanya fokus pada musik, sehingga pada saat itu komunitas punk hanya merupakan komunitas yang di dalamnya terdapat orang-orang yang menyukai aliran musik yang sama, yaitu musik punk (Sirait, 2010:61). Di dalam hal ini kegiatan yang ada pada komunitas inalum brotherhood hanya pada bidang musik.


(42)

Pada saat ini komunitas punk memiliki jumlah anggota yang semakin meningkat. Jumlah punker yang bertambah tersebut menciptakan scene baru di berbagai bagian Kota Medan.

4.1.3.2 Perkembangan Punker di Kota Medan

Pada awalnya komunitas punk di Kota Medan memiliki satu scene yaitu, di Jalan Abdullah Lubis. Sejalan dengan semakin bertambah jumlah

punk di Kota Medan tempat berkumpulnya para anak punk tersebut pun

semakin menyebar, seperti di Pringgan, Dr.Mansyur dan lainnya. Dari hasil observasi, saat ini terdapat tujuh scene di Kota Medan, yaitu di Simpang Aksara, Titi Kuning, Juanda, Brayan, Setia budi, Simpang Pemda dan Cemara Asri. Hal yang sama diperoleh dari hasil wawancara dengan informan penulis KN (lk, 27tahun) sebagai berikut:

“scenenya ada di Titi Kuning, Simpang Pemda, di Juanda, di Brayan, Cemara Asri sama di dekat Setia Budi juga”

Scene dibentuk sebagai tempat berkumpul para punker pada masing-masing bagian di daerah Kota Medan. Scene juga dijadikan sebagai tempat bertemu dan berinteraksi antara punker di dalam scene maupun dengan punker yang berasal dari scene, maupun kota atau negeri lain. Dari hasil observasi di lapangan, peneliti menemukan ada 3 orang punker pendatang yang berasal dari Kota Pematang Siantar dan 1 orang punker yang berasal dari Kota Pekanbaru di komunitas punk Simpang Aksara, Medan.

4.1.3.3 Interaksi Sosial Komunitas Punk pada Scene Simpang Aksara

Pada komunitas punk Simpang Aksara, Medan terdapat punker berusia dari 15 tahun sampai 30 tahun, dalam hal ini jumlah punker laki-laki


(43)

lebih banyak jumlahnya dari pada punker perempuan. Para punker memiliki kegiatan pribadi di luar kegiatan komunitas punk. Dari hasil data di lapangan sebagian besar punker telah memiliki pekerjaan atau telah mempunyai pendapatan. Di dalam komunitas punk terdapat punker yang merupakan seorang mahasiswa dan seorang yang memiliki pekerjaan. Hal ini dilakukan pada waktu pagi hari hingga sore hari. Oleh karena itu, pada saat sebelum berkumpul di scene setiap punker melakukan kegiatan sehari-hari seperti masyarakat pada umumnya.

Dari hasil observasi, penulis melihat bahwa para punker berkumpul pada masing-masing scene dari pukul empat sore hingga malam hari. Pada

scene masing-masing para punker berinteraksi dengan membuat

kegiatan-kegiatan, seperti menyablon, membuat tattoo, membuat piercing, dan membuat artikel. Beberapa kegiatan yang dilakukan di dalam scene yaitu seperti, membuat tattoo dan membuat piercing. Hal ini dapat dilakukan pada satu scene karena tidak membutuhkan ruang yang khusus atau peralatan yang banyak, sedangkan kegiatan mengadakan acara musik dibuat pada tempat-tempat umum, seperti di pendopo USU, di ITM dan di Pitu Cafe, di Karya Bakti, Medan Johor dan di Berastagi. Dalam hal ini, acara-acara yang diadakan ditempat umum merupakan acara musik punk.

Acara musik mendapatkan partisipasi yang lebih besar, artinya para punker dari berbagai scene di Kota Medan dan bahkan dari luar Kota Medan maupun luar negeri ikut berpartisipasi dalam kegiatan musik. Selain itu dalam komunitas punk terdapat kegiatan menyablon, yaitu memberi tulisan atau gambar pada kain. Hal ini dilakukan di salah satu rumah punker yang telah


(44)

menjadi tempat berkumpul komunitas punk tersebut, misalnya punker yang memiliki rumah telah membuka usaha jasa sablon.

Pada sore hari para punker berkumpul di scene Simpang Aksara Medan. Para punker pada komunitas Simpang Aksara mulai berkumpul pada pukul empat sore hingga malam hari. Kegiatan yang dilakukan pada scene ini adalah berkumpul dan menjual barang dari hasil karya sendiri, seperti stiker, gelang yang dibuat dengan tali dan dikaitkan dengan aksesori lain serta menerima jasa tattoo dan piercing.

Di dalam komunitas punk Simpang Aksara solidaritas yang ditunjukkan karena adanya rasa seperasaan, sepenanggungan dan kesamaan. Hal ini ditunjukkan dalam hal saling mengenal antara yang satu dengan lainnya. Para punker berupaya untuk tetap ikut berpartisipasi dalam kegiatan komunitas, hal ini ditunjukkan pada saat menjual hasil karya di tempat berjualan. Kegiatan yang diadakan oleh komunitas punk se-Kota Medan juga dapat menciptakan adanya rasa kesetiakawanan, di dalam hal ini ditunjukkan pada kebebasan punker menjadi bagian scene di mana saja. Hal ini dijelaskan dari hasil wawancara penulis dengan informan RD (lk, 22tahun) sebagai berikut:

“Sebenarnya komunitas punk ini nggak ada larangan untuk gabung di scene mana aja”

Interaksi yang terjadi dalam komunitas punk terjalin melalui adanya kegiatan yang diadakan. Hal ini menciptakan adanya solidaritas sosial pada setiap punker. Seorang Punker memiliki kebebasan dalam memasuki satu scene yang ada di Kota Medan maupun di luar Kota Medan.


(45)

4.1.3.4 Lokasi Komunitas Punk Simpang Aksara Medan

Komunitas punk Simpang Aksara, memiliki letak scene yang berada di dalam pasar tradisional aksara bagian sudut pasar tersebut. Scene tersebut juga terletak berdekatan dengan simpang lampu merah. Komunitas punk Simpang Aksara memiliki satu tempat berjualan, yang menjual setiap hasil karya para punker, seperti stiker, membuat tattoo dan membuat piercing. Para

punker merupakan warga setempat dan ada juga yang merupakan warga

pendatang dari berbagai kota.

4.2 Profil Informan

Profil informan dalam penelitian ini merupakan anak punk yang tergabung dalam satu komunitas di Kota Medan. Berikut adalah daftar 9 punker yang menjadi informan dalam penelitian ini:

1. T.L (lk, 28 tahun)

T.L merupakan pria yang berusia 28 tahun. T.L memiliki suku pakpak yang lahir di Kota Kabanjahe. Saat ini T.L memiliki usaha kecil di bidang konveksi dan percetakan sablon di rumah. Di rumah tersebut ia tinggal bersama istri dan dua orang anaknya di Jalan Bajak Lima, Sisingamangaraja Medan. T.L telah bergabung dalam komunitas punk sejak ia berada di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, tahun 1999. Pada awalnya T.L mengenal punk dari teman sekolah yang merupakan seorang

punker. TL pada awalnya sering berkumpul di scene Aksara Medan,

namun semenjak berkeluarga ia pindah ke daerah Sisingamangaraja Medan. Pertama kali punk memiliki tempat berkumpul yang masih


(46)

berbentuk sekretariat di Jalan Abdullah Lubis Medan, komunitas punk tergabung dalam komunitas inalum brotherhood. Dalam komunitas inalum

brotherhood T.L merupakan angkatan kedua, pada tahun 2001. T.L

memiliki sebuah band bernama RKA atau merupakan singkatan dari Rel Kereta Api. Nama RKA tersebut awalnya tercipta dari tempat tinggal atau tempat T.L dan teman-teman punk berkumpul di kawasan Rel Kereta Api.

2. K.N (lk, 27 tahun)

K.Nadalah pria berusia 27 tahun, yang merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara di keluarganya. Ketiga saudara K.N telah memiliki pekerjaan yang tetap, sedangkan ia lebih memilih hidup di jalanan dengan teman-teman punk lainnya.K.N tinggal di Jalan Pimpinan, Aksara, Medan.Sejak K.N duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Pertama sudah mulai mengenal dunia punk hingga tahun 2000 saat ini. K.N sudah berada di scene Aksara sejak tahun 2008, sebelumnya ia selalu berpindah-pindah scene untuk melakukan tour band.

Dalam komunitas punk K.N memiliki sebuah band. K.N adalah salah satu personil band Gedebac Gedebuc yang telah ada sejak tahun 2008. K.N membuat lapak atau tempat berjualan stiker dan menerima jasa

tattoo dan piercing. Scene yang berada di dalam pasar tradisional

membuat K.N memiliki ide untuk membuat tempat jualan tersebut. Pada lapak K.N juga diperdagangkan barang dari punker lainnya. Dalam hal memperoleh untung, K.N juga berbagi dengan punker lain, sehingga usaha yang ia miliki sudah merupakan milik komunitas.


(47)

3. J.O (lk, 30 tahun)

J.O merupakan punker yang berasal dari Kota Pekanbaru, J.O merupakan pria kelahiran Padang, Sumatera Barat. J.O memiliki Suku Batak. Pertama kali J.O masih berada di kelas dua Sekolah Menengah Pertama, tahun 1996 mengenal punk. Hingga saat ini ia sudah berusia 30 tahun masih bertahan menjalani hidup dijalanan. Semenjak tahun 2007 J.O sudah sering berkumpul dengan punker Simpang Aksara. Hal ini terjadi semenjak ia tamat kuliah. J.O tingkal di Jalan Gaharu, Medan. Saat di Kota Medan ia mempunyai band yang beraliran punk. Bersama K.N dan beberapa teman lainnya, memiliki band yang bernama Gedebac Gedebuc.

4. A.R (lk, 25 tahun)

A.R adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Pria berusia 25 tahun ini tinggal di Jalan Gaharu, Medan, sedangkan rumah orangtua A.R berada di Suka Ramai Medan. Dalam scene, A.R memiliki kegiatan lain, yaitu menawarkan jasa membuat tattoo, hal ini dilakukan A.R karena ia memang mempunyai keahlian dalam bidang seni gambar. Melalui keahliannya dalam melukis tubuh seseorang, A.R dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejak kelas 2 Sekolah Menengah Atas A.R sudah mulai mengenal punk dari musik yang ia ketahui dari teman sekolahnya, tahun 2001.

5. I.C (lk, 29 tahun)

I.C merupakan pria berusia 29 tahun. Sejak duduk di bangku kelas 1 Sekolah Menengah Atas I.C sudah mengenal musik punk, tahun 1999. I.C saat ini tinggal di komplek YPPIA, daerah jalan Dr.Mansyur Medan.


(48)

Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 I.C sering berkumpul dengan para punker di Simpang Aksara Medan.Sejak tahun 2012 I.C tinggal membuat tempat berkumpul di jalan Dr.Mansyur, hal ini terjadi karena tempat berkumpul tersebut dekat dengan tempat tinggalnya dan telah banyak punker baru yang bertempat tinggal di sekitar scene tersebut. Dalam komunitas punk, I.C memiliki band yang bernama SPR atau Street Punk Rocker. Band ini telah ada sejak tahun 1997, namun sering terjadi pergantian personil dan pada tahun 2007 I.C menjadi salah satu personil band SPR. Selain menjadi personil band, Icoi juga bekerja sebagai pembuat tattoo dan airbrush di usahanya sendiri yang terletak di Rantau Prapat.

6. E.W (lk, 25 tahun)

E.W adalah pria yang berusia 25 tahun. E.W memiliki tempat tinggal di Kelurahan Tembung.Ia tinggal di kamar koss dengan salah satu punker lain, yaitu badai. E.W sudah mengenal tentang punk sejak ia berada di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama, tahun 2000. E.W tertarik dan mulai bergabung dengan komunitas punk saat ia kelas 2 Sekolah Menengah Pertama, tahun 2001.E.W mulai sering berkumpul di komunitas punk scene Simpang Aksara sejak tahun 2007 hingga saat ini. Pada saat sebelumnya, E.W merupakan punker di Kota Pematang Siantar. E.W tertarik dengan punk disebabkan oleh lirik-lirik lagu pada musikpunk.

7. Y.N (pr, 18 tahun)

Y.N merupakan salah satu dari punker perempuan atau sering juga disebut dengan ladies punk. Y.N berusia 18 tahun dan masih kuliah


(49)

jurusan kimia disalah satu universitas swasta di Kota Medan. Y.N tinggal di Suka Ramai, Medan. Y.N merupakan seorang anak yang berasal dari orangtua yang memiliki dua agama, yaitu memiliki ibu beragama kristiani dan seorang ayah beragama muslim. Saat ini Y.N beragama kristiani, sama seperti ibunya.

Y.N mengenal punk sejak sekitar tiga tahun lalu, yaitu tahun 2010 hingga saat ini. Y.N memiliki tempat tinggal di belakang pasar Aksara Medan.Y.N merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara.

8. F.H (pr, 20 tahun)

F.H merupakan perempuan yang berasal dari Pematang Siantar. F.H telah tergabung dalam komunitas ini sejak tahun 2005 lalu, tepatnya saat ia berada di kelas dua Sekolah Menengah Pertama. Namun F.H bergabung dengan komunitas punk di Medan sejak tahun 2008. Ia tinggal di Jalan Gaharu Medan F.H merasa tertarik terhadap punk ketika ia pertama kali berkenalan dan mulai sering berkumpul dengan para punker lainnya di Siantar.

Semenjak F.H bergabung dalam komunitas punk telah banyak pengalaman dan pelajaran yang ia dapatkan. F.H pernah melakukan perjalanan jauh tanpa menggunakan uang sedikitpun. Para punker beramai-ramai pergi menuju ke Bali dengan menumpang truk-truk, kereta api minyak dan berjalan kaki. Saat itu di Bali sedang diadakan acara musik punk besar sehingga punker dari berbagai kota lainnya ingin menghadiri acara tersebut.


(50)

9. R.D (lk,22 tahun)

R.D berusia 22 tahun,ia telah bergabung dalam komunitas punk di Simpang Aksara sejak tahun 2005. R.D tinggal di Jalan Pahlawan Medan, R.D merasa tertarik terhadap punk karena teman-teman dalam komunitas punk berbeda dan memiliki wawasan yang luas. Pada awalnya R.D hanya ikut-ikutan berkumpul dalam komunitas punk di Jalan Sutomo Medan dan berdandan ala punk. Sekitar tahun 2008 R.D bermain di scene Simpang Aksara, R.D menjelaskan tidak ada larangan untuk bergabung di scene manapun, sehingga sampai saat ini R.D menjadi bagian komunitas punk dalam scene Simpang Aksara.

4.3 Gambaran Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk Medan

Louis Wirth (1945) dalam Henslin 2006 mendefinisikan kelompok minoritas (minority group) sebagai orang-orang yang dipilih untuk diperlakukan tidak setara dan yang menganggap diri mereka sebagai objek diskriminasi kolektif. Komunitas punk merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat. Adanya kelompok minoritas merupakan kelompok yang menciptakan suatu norma baru dalam masyarakat dominan. Pada kelompok minoritas terdapat ikatan sosial yang kuat, dalam hal ini pada komunitas punk memiliki suatu ikatan kesetiakawanan yaitu solidaritas sosial.

Menurut Emile Durkheim, solidaritas sosial adalah derajat di mana anggota suatu kelompok dipersatukan oleh nilai yang dimiliki bersama dan ikeatan sosial lain (Henslin, 2006: 102). Pada komunitas punk solidaritas sosial yang terbentuk adalah solidaritas mekanik. Solidaritas mekanik terbentuk


(51)

berdasarkan oleh adanya individualitas rendah, keterlibatan komunitas dalam menghukum anggota yang menyimpang, konsensus terhadap pola-pola normatif penting, pembagian kerja yang rendah, kesadaran kolektif yang kuat dan memiliki hukum represif. Di dalam solidaritas mekanik ditemukan adanya rasa sepenanggungan, saling memerlukan dan rasa seperasaan, seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Sepenanggungan

Sepenanggungan dapat diartikan bahwa setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri yang memungkinkan peranannya tadi dapat dijalankan sehingga ia mempunyai kedudukan yang pasti (Santosa, 2009:84). Pada suatu komunitas terdapat rasa sepenanggungan. Sepenanggungan dapat diartikan sebagai rasa memiliki pada individu di dalam komunitas atau masyarakat tersebut. Individu merasa memiliki peran dalam mempertahankan solidaritas dalam komunitas atau masyarakat. Hal ini diutarakan oleh informan, T.L (lk, 28 tahun) sebagai berikut:

“Kita sama komunitas ini memang udah cinta, kalau udah cinta pasti kasih yang terbaik. Aku nggak masalah rumah tempat tinggal aku dipakai untuk basecamp gini. Maklum lah, kan kawan-kawan banyak juga yang nggak punya tempat tetap. Kebetulan aku udah punya rumah tetap, ya nggak masalah digunakan untuk tempat ketemu atau ngumpul-ngumpul”

Hal lain diutarakan oleh informan, A.R (lk, 25 tahun) sebagai berikut:

“...membantu kawan-kawannya yang dijalan untuk maju, yang tadi nggak bisa gini jadi bisa. Cari skill, itulah kalo sekarang orang cari skill di punk, maen musik”


(52)

Selain itu hal lain diungkapkan oleh informan, K.N (lk, 27 tahun) sebagai berikut:

“Kalau kami semua punk di tiap scene di Medan, misalnya kalau ada anak punk yang sakit nanti semua patungan bantuin yang sakit itu”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan, F.H (pr, 20 tahun) sebagai berikut:

“Di sini juga saling peduli. Kalau ada kawan yang sakit, udah nggak ada orangtuanya, kita kolektivan untuk bayar rumah sakitnya”

Hal lain juga diutarakan oleh informan, R.D (lk, 22 tahun) sebagai berikut:

“Komunitas ini persaudaraannya kuat, misalnya ada yang udah punya usaha sendiri, kawan punk lain dikasih kerjaan sama dia. Biar sama-sama bisa menikmati”

b. Saling memerlukan

Saling memerlukan adalah anggota merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya dalam hal kebutuhan dan kebutuhan psikologisnya, seperti mencari perlindungan apabila dalam ketakutan dan sebagainya (Santosa,2009:84). Setiap individu yang ada dalam komunitas memiliki interaksi yang kuat. Hal ini dapat menciptakan adanya rasa saling memerlukan. Di dalam komunitas, setiap individu memiliki pemikiran dan kebutuhan yang sama sehingga membuat setiap individu saling berkaitan. Hal ini diungkapan oleh informan, K.N (lk, 28 tahun) sebagai berikut:


(53)

“...Kalau ada yang di Medan ada butuh apa-apa, punk yang di kota lain pasti peduli. Mereka kasih support sama kita, gitu juga sebaliknya”

Hal yang sama diutarakan oleh informan, E.W (lk, 25 tahun) sebagai berikut:

“...Punk yang di luar negeri selalu ngasih support sama punk-punk yang ada di sini”

Hal lain diutarakan oleh informan, J.O (lk, 30 tahun) sebagai berikut:

“Dalam membuat album aja kami saling butuh. Ada kawan-kawan yang udah punya studio nanti bisa dipakai”

Hal lain diutarakan oleh informan, F.H (pr, 20 tahun) sebagai berikut:

“Kawan-kawan punk udah kayak keluarga. Dulu aku pernah ketangkap, aku langsung nelpon kawan-kawan ya terus dikeluarin”

c. Rasa seperasaan

Seperasaan adalah perasaan yang membawa akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang atau anggota komunitas sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami, perasaan kami, dan sebagainya (Santosa, 2009:84). Di dalam komunitas, setiap individu memiliki rasa seperasaan yang sama. Hal ini dapat membentuk adanya rasa kolektif. Individu merasa bahwa individu lain dalam komunitas merupakan bagian dari dirinya. Rasa seperasaan akan membuat setiap individu merasa nyaman dan senang berada dalam kelompok tersebut. Hal ini diungkapkan oleh informan saya, J.O (lk, 29 tahun) sebagai berikut:


(54)

“Kalau punk di kota lain ada masalah, nanti kami pasti buat aksi solidaritas. Misalnya masalah punk di Aceh kemarin”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan, R.D (lk, 22 tahun) sebagai berikut:

“Sesama punk saling support, waktu maslah di Aceh kemarin punker-punker dari luar negeri banyak yang datang ke sini mau tau gimana yang di Aceh”

Hal lain juga diungkapkan oleh informan, T.L (lk, 28 tahun) sebagai berikut:

“Kita semua saling men-support lah, misalnya aja musik. Kegiatan-kegiatan kita kan jalur bawah tanah, jadi cara penyebarannya dengan cara saling mendukung antara punk sini dengan punk sana”

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa solidaritas sosial dalam komunitas punk didasari oleh rasa sepenanggungan, saling memerlukan dan seperasaan. Dalam hal ini para punker mengidentifikasi dirinya sebagai anggota komunitas. Ketiga hal tersebut menciptakan kenyamanan dan rasa terlindungi dalam komunitasnya sehingga menciptakan hubungan yang lebih dekat antara punk pada satu kota sampai punk berlainan berlainan negara yang memiliki jarak tempat yang jauh.

4.4 Bentuk Implementasi Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk 4.4.1 Individualitas Rendah

Di dalam komunitas akan ditemukan kekompakan di antara anggota komunitas, kekompakan komunitas adalah inti kebersamaan yang


(55)

menggambarkan ketertarikan anggota komunitas terhadap komunitasnya. Kekompakan yang terbentuk menjadi sebuah sebuah solidaritas sosial. Hal ini merupakan suatu solidaritas yang tergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat sama dan menganut kepercayaan dan pola normatif sama pula. Oleh karena itu, individualitas tidak berkembang, individualitas itu terus menerus dilumpuhkan akibat tekanan untuk konformitas yang besar sekali. Seperti yang diungkapkan oleh informan, T.L (lk, 28 tahun) sebagai berikut:

“Kita semua saling men-support lah, misalnya aja musik. Kegiatan-kegiatan kita kan jalur bawah tanah, jadi cara penyebarannya dengan cara saling mendukung antara punk sini dengan punk sana”

Hal yang sama juga diutarakan oleh informan, R.D (lk, 22 tahun) sebagai berikut:

“Komunitas ini persaudaraannya kuat, misalnya ada yang udah punya usaha sendiri, kawan punk lain dikasih kerjaan sama dia. Biar sama-sama bisa menikmati”

Selain itu diungkapkan oleh informan, K.N (lk, 27 tahun) sebagai berikut:

“Kalau kami semua punk di tiap scene di Medan, misalnya kalau ada anak punk yang sakit nanti semua patungan bantuin yang sakit itu”

Individualitas yang rendah dalam komunitas punk membangun suatu kesaamaan. Pada umumnya struktur dalam suatu komunitas akan menentukan peran individu di dalamnya. Di dalam komunitas punk tidak memiliki struktur atau posisi yang membedakan antara punker yang satu dengan punker


(1)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai solidaritas sosial dalam komunitas punk Medan adalah sebagai berikut:

1. Solidaritas sosial yang ada pada komunitas punk merupakan solidaritas mekanik, dimana para anggotanya terikat oleh rasa kesetiakawanan. Kesetiakawanan terbentuk dengan adanya rasa sepenanggungan, saling memerlukan dan rasa seperasaan. Ketiga hal tersebut menciptakan kenyamanan dan rasa terlindungi dalam komunitasnya sehingga menciptakan hubungan yang lebih dekat antara punk pada satu kota sampai punk berlainan berlainan negara yang memiliki jarak tempat yang jauh.

2. Bentuk implementasi solidaritas mekanik dalam komunitas punk adalah sebagai berikut:

a. Individualistik rendah, membentuk suatu kesamaan, di mana setiap

punker memiliki posisi yang sama dalam komunitas punk tersebut. Hal ini menyebutkan bahwa di dalam komunitas punk tidak terdapat seorang ketua atau pemimpin yang biasa ada dalam komunitas.

b. Keterlibatan komunitas dalam menghukum anggota menyimpang, yaitu ketika seorang punker melakukan hal yang tidak sesuai dengan nilai dan aturan yang ada dalam komunitas punk, maka punker tersebut akan mendapat hukuman dari anggota punk lainnya dan punker yang menyimpang tersebut tidak dianggap merupakan bagian dari komunitas.


(2)

c. Konsensus terhadap pola-pola normatif penting, yaitu memiliki ideologi yang sama. Di dalam komunitas punk memiliki sebuah ideologi adalah ideologi anarki, di mana ideology anaraki tersebut diaplikasikan melalui seni music. Di dalam komunitas punk memiliki persamaan moral adalah persamaan perilaku, pakaian dan musik.

d. Pembagian kerja rendah, hal ini berkaitan pada etika kerja Do It Yourself

yaitu suatu tindakan yang dilakukan dari diri sendiri sehingga menciptakan ketidaktergantungan pada individu tersebut.

e. Kesadaran kolektif kuat, yaitu setiap anggota komunitas punk merasa bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti acara musik, penanggungan dana anggota punk serta memperkuat hubungan kesetiakawanan, seperti pada saat menerima tekanan.

f. Hukum represif, yang merupakan hukum yang ada dalam komunitas

punk berupa bentuk pengucilan atau tidak menggakui anggota yang menyimpang tersebut. Seorang punker tersebut akan disebut dengan

losser.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian mengenai solidaritas sosial dalam komunitas punk

Medan, peneliti memiliki saran atau masukan sebagai berikut:

1. Ada baiknya komunitas punk beraktifitas di siang hari, hal ini bertujuan agar tidak mengganggu ketentraman masyarakat sekitar saat mengadakan kegiatan di tempat umum. Dalam hal ini komunitas punk masih dianggap komunitas


(3)

2. Komunitas punk harus lebih menunjukkan karya-karya yang dapat dihargai oleh masyarakat. Komunitas punk lebih aktif dalam kegiatan bakti sosial ataupun kepedulian terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan prestasi yang membanggakan. Hal ini bertujuan untuk mengubah pandangan negatif masyarakat terhadap komunitas punk.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Badan Pusat Statistik Kota Medan. Kota Medan dalam Angka 2012.

Badan Pusat Statistik Kota Medan. Kecamatan Medan Tembung dalam Angka 2012.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Ginting, Mutiara. 2011. Skripsi: Perilaku “Ngelem” Pada Anak Jalanan (Studi

Kasus Pada Anak Jalanan di Jalan Ngumban Surbakti Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara: Mutiara Ginting Departemen Sosiologi NIM: 070901049.

Henslin, M.James. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi: Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Henslin, M.James. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi: Jilid 2.

Jakarta: Erlangga.

Huraerah, Abu dan Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Lawang, Robert M.Z. 1994. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Maliki, Zainuddin. 2012. Rekonstruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Maleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhary, Ikhwan. 2008. Punkers Kota Medan dan Dekonstruksi Budaya Pop. Jurnal: Madani, volume 9, Nomor 1, Februari 2008.

Nainggolan, Irma S. 2013. Gaya Hidup Mahasiswa Kost (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip USU). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara: Irma S. Nainggolan Departemen Sosiologi NIM:060901023.


(5)

Nasution, Zulkarnain. 2009. Solidaritas Sosial dan Partisipasi Masyarakat Desa Transisi. Malang: UMM Press.

Santosa, Slamet. 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Siahaan, Jokie M.S. 2009. Perilaku Menyimpang. Jakarta: PT. Indeks.

Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Suyanto, bagong & Sutira. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syarbaini, Syahrial dan Rusdiyanta. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Takwin, Bagus. 2003. Akar-akar Ideologi. Yogyakarta: Jalasutra.

Situs internet

Anneahira. Komunitas Punk Indonesia

(diakses 10 Mei 2011, pukul 10.46 WIB)

Appe, Firmansyah. Komunitas Punk (Representasi Konstruk Psikologi Sosial).

diakses 22 April 2013, pukul 15.54 WIB)

Choiriyah, Miyah. 2009. Skripsi: Gaya Hidup Komunitas Punk di Kota Malang.

(diakses pada tanggal 10 Mei 2011, pukul 11.37)

Erickningrat. 2009. Jalanan, Kehidupan atau Pelarian. http:id.jalanan/kehidupan/atau/pelarian.anak punk.webarchive (diakses 3 Januari 2012, pukul 14.26 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas (diakses pada tanggal 17 November 2013, pukul 19.45)


(6)

Karib, Fathun. 2007. Komunitas Punk di Jakarta.

09.20 WIB)

Mahmudisiwi. Konsep Komunitas dan Masyarakat dalam Perfektif Sosiologi.

http://mahmudisiwi.staff.ipb.ac.id/2011/05/06/konsep-komunitas-dan-masyarakat-dalam-perspektif-sosiologi/ (diakses pada tanggal 17 November 2013, pukul 21.31 WIB)

Punk, Medan. 2008. Medan Punk(diakses 27

April, pukul 13.20 WIB)

Rudianto. 2011. Skripsi: Perilaku Sosial Komunitas Motor. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara: Rudianto Departemen

Sosiologi NIM: 040901040.http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23845

Sakwati, Monalisa. 2011. Kajian Durkheim tentang Solidaritas Sosial

(diakses pada tanggal 2 Januari 2013, pukul 16.12 WIB)

diakses 14 Desember 2012, pukul 19.34 WIB)

Sirait, Markus. B.T. 2010. Skripsi: Deskripsi Musik, Gaya Hidup dan Perfomance Komunitas Street Punk di Kota Medan. Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Markus B.T. Departemen Etnomusikologi NIM: 040707013.http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20123 (diakses pada tanggal 2 Januari 2913, pada pukul 16.37 WIB)

Wicaksono, Gunawan. 2012. Punk Indonesia Awalnya Dari Inggris:Asal-Usul Istilah Punk.

diakses 22 Maret 2012, pukul 21.30 WIB)

Wijaya, Yanri Kusma. 2011. Sejarah Punk, Lifestyle, Bahasa serta Simbol-Simbol yang Menyertainya. Kompasiana.

diakses 21 Maret 2012,


Dokumen yang terkait

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 1 14

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 23

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 16

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 7

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 3

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 4 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunitas - Solidaritas Sosial Dalam Komunitas Punk Dengan Studi Deskriptif Pada Komunitas Punk Simpang Aksara Medan

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Solidaritas Sosial Dalam Komunitas Punk Dengan Studi Deskriptif Pada Komunitas Punk Simpang Aksara Medan

0 0 8