ANALISIS STATUS SILIKA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) SEBAGAI DASAR REKOMENDASI APLIKASI SILIKA

(1)

ABSTRAK

ANALISA STATUS SILIKA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L) SEBAGAI DASAR REKOMENDASI APLIKASI SILIKA

Oleh

Sri Haryani

Silika merupakan unsur yang semakin dipertimbangkan dalam budidaya tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Merujuk berbagai hasil penelitian yang mengkaji peran silika dalam meningkatkan metabolisme dan produktivitas tanaman, maka beberapa negara pembudidaya tebu telah menetapkan silikat sebagai salah satu kebijakan kultur-teknis budidaya tebu. Sumber silika yang dimanfaatkan antara lain kalsium silikat. Bahan lain yang dipertimbangkan layak digunakan adalah abu ketel.

Seyogyanya abu ketel merupakan limbah insitu pabrik gula, yakni sebagai hasil dari pembakaran bagas di boiler pembangkit energi pabrik gula. Penggunaan abu ketel sebagai bahan silikat relatif murah dan memberikan hasil yang sama baik dengan sumber silika lainnya. Meskipun demikian, aplikasi di kebun memerlukan abu ketel dalam jumlah yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kandungan silika dalam tanaman tebu terkait dengan penambahan abu ketel sebagai sumber silikat. Contoh berbagai bagian tanaman dan korelasinya terhadap hasil


(2)

analisis silikat diharapkan mampu menjawab objek contoh tanaman sehingga mempermudah pemantauan status silika di kebun. Selain itu, diharapkan dapat diketahui dosis abu ketel yang memberikan hasil baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sekaligus mudah untuk diterapkan di kebun.

Penelitian ini diwujudkan dalam tiga seri percobaan yang dilaksanakan pada waktu bersamaan sepanjang Juni 2014 – Juli 2015, yakni percobaan pot, demplot dan survei kebun. Percobaan pot disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 5 ulangan dan 6 tingkat perlakuan. Kontrol, dosis aplikasi abu ketel 10 ton/ha, 50 ton/ha, 100 ton/ha, 150 ton/ha dan 200 ton/ha merupakan perlakuan yang diujikan di percobaan pot. Peubah – peubah pertumbuhan tanaman dan kandungan silikat di berbagai bagian tubuh tanaman digunakan sebagai pendekatan untuk memenuhi tujuan penelitian. Pada percobaan demplot, dosis abu ketel ditetapkan sebagai perlakuan adalah kontrol, 80 ton abu ketel/ha, 100 ton/ha dan 120 ton/ha. Peubah yang diamati sama dengan percobaan pot dengan harapan hasil yang diperoleh di percobaan pot terverifikasi di percobaan demplot. Survei kandungan silikat di kebun memanfaatkan contoh tanaman yang digunakan sebagai alat pemantauan kesuburan tanaman di kebun, yakni helai daun+1. Hasil survei yang diperoleh menjadi informasi yang menggambarkan sebaran silikat di kebun.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan silikat tertinggi pada bagian tanaman diperoleh pada di tulang daun (0.57 %) dan serasah (0.61 %) sedangkan pada daun+1 sebesar 0.32 %. Hasil ini menjelaskan immobilitas pergerakan silikat di dalam tubuh tanaman. Meskipun demikian, contoh daun+1 lebih layak dijadikan sebagai contoh tanaman untuk memonitor silikat di kebun, ditinjau dari sisi kepraktisan pengambilan dan pengumpulan di kebun. Pertimbangan lainnya adalah


(3)

koefisien korelasi yang menunjukkan hubungan dengan dosis abu ketel dan silika tanah total tergolong tinggi, yakni masing – masing 0.82 dan 0.63. Merujuk pada kebutuhan silikat tanaman dan hasil biomassa tanaman maka batas kritis silikat di PT GMP ditetapkan sebesar 0.30 %. Mengacu pada nilai kritis tersebut, hasil survei status silikat di kebun menunjukkan sebanyak 31.90 % blok contoh berada di bawah batas kritis. Sebaran kandungan silikat dari hasil survei tersebut menginformasikan bahwa wilayah Divisi V, VI, VII memerlukan tambahan silikat. Adapun sumber silikanya adalah abu ketel. Produktivitas tanaman pada dosis abu ketel 80 – 120 ton per hektare menunjukkan hasil yang baik. Oleh karena itu, dosis abu ketel 80 – 120 ton per hektare dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan silikat tanaman agar berproduksi dengan baik dan secara teknis dapat diterapkan di kebun.


(4)

ANALISA STATUS SILIKA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L) SEBAGAI DASAR REKOMENDASI APLIKASI SILIKA

Oleh SRI HARYANI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER AGRONOMI

Pada

Program Studi Magister Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PASCASARJANA MAGISTER AGRONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, Lampung, pada tanggal 31 Juli 1981, sebagai sulung dari 5 bersaudara dari pasangan bapak – ibu, Wid Wiyadi – Lasmi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Pertiwi Teladan pada tahun 1994 kemudian melanjutkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Metro yang diselesaikan pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Metro yang kemudian selesai pada tahun 2000. Selanjutnya, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, melalui seleksi ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 2000. Pendidikan Strata-1 diselesaikan pada tahun 2004.

Selama masa perkuliahan di Strata-1, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan di lembaga kemahasiswaan seperti UKMBS, SET, GAMATALA, BEM Fakultas Pertanian. Selain itu, penulis dipercaya sebagai asisten dosen pada mata kuliah Fisiologi Tumbuhan (2002), Dasar-Dasar Ilmu Tanah (2002 – 2003), Teknologi Pengelolaan Hara Biologis (2003 – 2004), Biologi dan Kimia Tanah (2004). Beberapa penghargaan dan prestasi di bidang kegiatan kemahasiswaan juga diperoleh Penulis, di antaranya penghargaan sebagai Mahasiswa terbaik Ilmu Tanah Angkatan 2000, bersama tim Unila mendapat Peringkat III dalam Lomba Cerdas Cermat Ilmu Tanah di PILMITANAS 2002, IPB Bogor. Pada tahun 2003


(9)

bersama tim Unila memperoleh peringkat IV dalam Soil Judging Contest pada acara JITI 2003 di Universitas Brawijaya Malang serta pada tahun yang sama penulis memperoleh peringkat II Mahasiswa Teladan Tingkat Fakultas Pertanian Unila.

Pada bulan September 2005, Penulis bergabung dengan PT Gunung Madu Plantations sebagai seorang staf peneliti junior bidang tanah di Research and Development Department. Dalam perkembangannya, wawasan dan pengetahuan penulis semakin bertambah meluas dan berkesempatan untuk menerapkan berbagai teori praktis dalam pekerjaan sehari – hari. Sebagai seorang peneliti, penulis turut aktif berpartisipasi dengan menelurkan ide yang kemudian dilaksanakan sebagai proyek penelitian baik yang dikerjakan secara internal perusahaan maupun bekerjasama dengan pihak luar seperti produsen pupuk dan universitas. Tujuan proyek penelitian adalah agar dapat memberikan manfaat serta dapat diterapkan untuk menunjang kegiatan budidaya tebu, khususnya di PT Gunung Madu Plantations. Beberapa penelitian telah dipublikasi resmi baik secara internal maupun eksternal perusahaan. Publikasi eksternal dilakukan melalui keikutsertaan dalam berbagai kegiatan tingkat nasional maupun internasional, di antaranya Seminar Nasional HITI di Surabaya (2012), dan Malang (2015), ISSCT (International Sugarcane Society Congress & Technologies) di Sao Paulo, Brasil (2013) serta RIHN Workshop di Yokohama National University, Jepang (2014).


(10)

i

SANWACANA

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas kesempatan dan karunia yang luar biasa karena atas ridha, kasih sayang dan kekuatan yang diberikan penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, tugas, dan tesis di Strata- 2 di tengah kesibukan penulis sebagai seorang karyawan, istri, dan ibu dari 2 orang bayi dengan hasil yang baik dan waktu sesuai harapan.

Penulis merasa berhutang budi dan sudah sepantasnya berterima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Ir. Abdul Kadir Salam. M.Sc., Ph. D. selaku Pembimbing Utama atas segala bimbingan, dorongan, motivasi yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan program S-2 ini.

2. Bapak Ir. Warsono, M. S., Ph. D. dan Ir. Agus Karyanto, M. Sc., Ph. D. selaku pembimbing kedua dan pembahas atas bimbingan dan motivasi yang diberikan dalam penyelesaian tugas akhir penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Magister Agronomi sekaligus sebagai Pembimbing Akademik, yang berkenan membimbing, memotivasi, mendorong, membantu serta menyumbangkan ide dan saran kepada penulis dalam kegiatan perkuliahan dan proses penelitian sehingga dapat berjalan lancar dan selesai dengan baik.

4. Bapak – ibu dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas perkenannya memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis serta atas


(11)

ii

pengertian, toleransi dan bantuan yang diberikan sehingga semua mata kuliah dapat penulis selesaikan dengan baik.

5. Rekan sekelas ‘Soccer mate’ : Pak Dudy Arfian, Kak ‘Izul” Iskandar Zulkarnain, Pak Heri Kundarto, Ibu Lenni Marlina, Ibu Endang Sri Ambarwati, Ibu Nur Aflamara, Mbak Meliya Indriyati, Reni Mitasari, Annisa Ayu Fitri, dan Sri Nurmayanti, atas suka duka, keluh kesah, tawa canda, bantuan, motivasi selama masa perkuliahan dan penyelesaian tesis. 6. Ibu Rita dan Mbak Ambar, atas bantuan yang diberikan dari sisi

administrasi perkuliahan.

7. Pimpinan PT Gunung Madu Plantations, Bapak Hi. Muhammad Jimmy Mahshun dan Bapak Ir. Sunaryo selaku Pimpinan R & D Departmen, atas kesempatan dan dispensasi serta kemudahan bagi penulis untuk mengikuti kegiatan perkuliahan dan menyelesaikan program S-2 di tengah kewajiban dan tugas di perusahaan.

8. Bapak Ir. Heru Gunito dan Ibu Norma Mulyani, atas dukungan, motivasi dan bantuan yang diberikan dalam penyelesaian tugas perusahaan yang seharusnya diemban penulis.

9. Tim Soil Field dan Soil Lab. R & D Department : Pak Suwoto, Pak Unang, Razi, Mbak Luluk, Mbak Siwi, Hani, Eka, Bu Ana, Mbak Rita, Mei, Pak Hari, Pak Agus, Pak Surana, dan tim lapangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas kerjasama, bantuan dalam menyiapkan, melaksanakan penelitian serta analisis laboratorium.

10.Daniel, Bang Tua, dan Pak Bambang atas kerjasama dan bantuan yang diberikan untuk mengatur fasilitas antarjemput dari Site GMP – Unila (pp)


(12)

iii

selama masa kuliah dan penyelesaian tesis serta Dodi dan Heri atas bantuan editing gambar dan dokumentasi file.

11.Pak Wagiman, Pak Susyanto, dan Pak Narsan yang sabar mengantar jemput penulis selama masa perkuliahan hingga penyelesaian tesis.

12.Keluarga besar Penulis, bapak – ibu penulis, ibu mertua, Om Robi dan Bulek Ika, Mamang Pandi, Mbak Putri, Mbak Niken Bulek Itin, dan Bulek Ari (almh.) atas do’a, motivasi, dukungan, dan bantuan serta keikhlasan mengasuh cucu sekaligus ponakan yang penulis titipkan selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir.

13.Suami dan pendamping hidup yang penulis cintai, Henky Wibowo, yang dengan ikhlas serta tulus memberikan dukungan moral, do’a, pengertian dan dukungan luar biasa yang tanpa semuanya mungkin penulis tidak dapat menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir dengan baik.

14.Anak – anak penulis yang amat penulis sayangi, M. Hisyam Wibowo dan Sofia Rahma Wibowo, para bayi yang masih amat dini usianya namun telah memberikan pengertian, dukungan, motivasi, keikhlasan serta obat penyembuh yang luar biasa ampuh melalui tatapan mata polos, senyum ceria dan teriakan kanak –kanak yang menyegarkan dan meringankan kala beban kerja dan tugas kuliah terasa berat.

Penulis berharap bahwa karya ini dapat memberikan manfaat bagi khasanah keilmuan di lingkungan pendidikan dan kemajuan perusahaan tempat penulis bekerja serta bagi penulis sendiri.


(13)

Dengan penuh syukur kepada Allah SWT

Karya ini kupersembahkan kepada :

Keluarga kecilku, Suami Henky Wibowo, anak – anak

M. Hisyam Wibowo dan Sofia Rahma Wibowo, Kedua orang

tua, Bapak Wid Wiyadi & Ibu Lasmi, keluarga besarku,

almamater, serta PT Gunung Madu Plantations.


(14)

iv

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ………...

DAFTAR GAMBAR ………...

I. PENDAHULUAN……….………

1.1 Latar Belakang dan Masalah ………..………...

1.2 Tujuan ………...

1.3 Kerangka Pemikiran ……….

1.4 Hipotesis ………...

II. TINJAUAN PUSTAKA ………..

2.1 Abu Ketel ………..

2.2 Silika………..

2.2.1 Silika dalam Tanah ………….………... 2.2.2 Reaksi Kimia Silika ………….………... 2.2.3 Silika dalam Tanaman………... 2.2.4 Manfaat Silika bagi Tanaman……….…...…... 2.2.4.1Pengaruh terhadap cekaman biotik ……….…. 2.2.4.2Pengaruh terhadap cekaman abiotik………... 2.2.4.3Produktivitas tanaman... III. BAHAN DAN METODE..………

3.1 Percobaan Pot ………....

3.1.1 Tempat dan Waktu ………..……. 3.1.2 Bahan Percobaan ………... 3.1.3 Rancangan Percobaan dan Pengamatan …………... 3.1.3.1 Rancangan Percobaan……… 3.1.3.2 Pelaksanaan Percobaan………... 3.1.3.3 Pengamatan………

3.2 Percobaan Demplot………...………..

3.2.1Tempat dan Waktu……… 3.2.2 Bahan Percobaan………... 3.2.3 Rancangan Percobaan………... 3.2.3.1 Rancangan Percobaan……….... 3.2.3.2 Pelaksanaan Percobaan……….. 3.2.3.3 Pengamatan……… 3.3 Survei Sebaran Status Hara Silika ………..…... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kandungan Silikat Tanaman Tebu………... 4.2 Penentuan Kebutuhan Silikat Tanaman Tebu……...………...

vi vii 1 1 2 3 5 6 6 7 7 8 9 10 10 11 12 `13 13 13 13 14 14 16 16 19 19 19 20 20 21 21 23 25 25 30


(15)

v

4.3 Sebaran Status Silikat di Kebun………..…. 4.4 Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Tebu……….……. V. KESIMPULAN DAN SARAN………..………... 5.1 Kesimpulan...

5.2 Saran……….

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN………..

36 40 48 48 49 50 56


(16)

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Klasifikasi komponen silika di dalam tanah………... Denah percobaan pot.………... Denah percobaan demplot……… Serangan hama penggerek di batang primer perlakuan abu ketel 200 ton/ha. ………... Hubungan antara nutrisi dan hasil tanaman yang menunjukkan titik kritis ………..………. Hubungan antara kandungan silikat dalam daun+1 dan silikat tanah terekstrak ammonium asetat dengan biomassa tanaman dalam yang ditumbuhkan dalam pot ………. Sebaran persentase pasir dan silikat di PT Gunung Madu Plantations……….. Perakaran tanaman tebu………. Kurva tinggi tanaman batang ke-1 dan ke-2 di percobaan pot... Kurva pergerakan lengas tanah percobaan pot………... Kurva tinggi dan populasi tanaman di percobaan demplot……

8 14 20 30 33 34 39 40 41 44 44


(17)

DAFTAR TABEL Tabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Sifat fisika dan kimia abu ketel ……….………... Perlakuan yang diujikan di percobaan pot...………... Hasil analisis abu ketel ………….………. Perlakuan yang diujikan di percobaan demplot……….. Hasil analisis silikat jaringan tanaman..……….. Hasil analisis silikat-total, terlarut dan daun+ pada

percobaan pot.………. Silikat yang terangkut saat panen………... Kandungan silikat pada tanah dan daun+1………. Biomassa tanaman di atas tanah percobaan pot….……….… Jumlah blok contoh dan status silikat “kritis”………. Populasi tanaman per pot umur 1 – 4 bulan, panjang dan diameter ruas percobaan pot……….

Hasil pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman tebu di percobaan skala demplot………. Hasil analisis silikat tanah dan tanaman percobaan demplot..

6 14 15 20 25 28 31 32 35 37 42 45 47


(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Pengaruh silikat pada performa tanaman tebu baik dari sisi produktivitas maupun ketahanan terhadap cekaman lingkungan pada dekade terakhir makin disadari menjadi suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam praktik budidaya tebu. Tanaman tebu mengakumulasi silika sebesar 400 kg/ha (Meyer dan Keeping, 2005), yang lebih besar dari serapan N, 162 - 254 kg/ha (Franco, dkk., 2010), P, 34.95 – 57.97 kg/ha (Rakkiyappan, dkk. 2007) dan K, 200 kg/ha (Ng Kee Kwong, 2003). Oleh karenanya kebutuhan tebu akan silika-tersedia adalah sama penting dengan unsur hara makro seperti N, P, dan K.

Namun, perkebunan tebu khususnya di Indonesia tidak ada yang secara khusus memberikan perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan silika pada tanaman tebu meskipun tersedia bahan in situ yang cukup banyak dan murah dibandingkan sumber silika lainnya, yakni abu ketel pembangkit listrik (boiler) pabrik gula. Abu ketel merupakan produk sisa dari pembakaran bagas sebagai bahan bakar boiler. Pan dkk. (1977) melaporkan kandungan silika abu ketel dari boiler pabrik gula sekitar 28 %. Aplikasi abu ketel tersebut nyata meningkatkan produktivitas tebu per hektare sebesar 20 % dibandingkan kontrol.


(19)

2

PT Gunung Madu Plantation, setiap tahunnya menghasilkan sekitar ± 30,000 ton abu ketel. Pemanfaatan limbah padat ini, selama itu semata hanya ditujukan sebagai campuran kompos bagas atau dibuang ke kebun tanpa pertimbangan tujuan ataupun dampak. Oleh karena itu abu ketel berpotensi sebagai sumber pupuk silika menilik kuantitas abu ketel dan kandungan silikanya yang relatif besar.

Informasi mengenai tingkat kebutuhan silika tanaman tebu dan pemenuhannya dari abu ketel boiler pabrik gula diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap kemanfaatan abu ketel (dalam hal ini silika) dan petunjuk yang berguna untuk aplikasi secara teknis di kebun, khususnya di PT Gunung Madu Plantations.

1.2Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mempelajari kandungan silika pada organ tanaman tebu (akar, batang, daun, dan pucuk);

2. Mempelajari sebaran status silikat tanaman (daun+1) di areal pertanaman tebu sebagai acuan wilayah yang memerlukan aplikasi silikat;

3. Menera status silika pada jaringan tanaman tebu sebagai landasan untuk menyusun rekomendasi aplikasi silikat;

4. Menganalisa pertumbuhan dan produktivitas tanaman tebu yang diaplikasi silika asal abu ketel.


(20)

3

1.3Kerangka Pemikiran

Di perkebunan tebu di berbagai negara seperti Afrika Selatan (Meyer dan Keeping, 2005), Australia (Berthelsen dkk., 1999), Amerika Serikat (McCray dkk., 2011), Brasil (Camargo dkk., 2011) aplikasi silika sudah menjadi bagian dari sistem budidaya tebu. Hal ini dilandasi oleh peran silika dalam perlindungan tanaman terhadap cekaman biotik maupun abiotik. Savant dkk. (1999) menerangkan bahwa fungsi silika pada tanaman ditujukan untuk : 1) penguatan dinding sel (tidak mudah roboh), 2) perlindungan terhadap hama dan penyakit, 3) pengurangan kehilangan air akibat transpirasi, 4) pengurangan efek keracunan logam berat, dan 5) merupakan elemen penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal pada beberapa spesies tanaman.

Aplikasi silika pada perkebunan tebu dilakukan menggunakan berbagai macam sumber, yakni kalsium silikat, kalium silikat, slag/terak baja, abu ketel batu bara, dan abu ketel boiler pabrik gula. Sumber silika yang berasal dari slag atau abu ketel batubara tidak digunakan secara luas mengingat kandungan logam berat kedua bahan tersebut cukup besar (Smolka-Danielowska, 2006; Mack dan Gutta, 2009). Pada umumnya, perkebunan tebu di beberapa negara lebih banyak menggunakan kalsium silikat dan sebagian kecil abu ketel dari boiler sebagai sumber silika.

Dosis aplikasi kalsium silika bervariasi, yakni 1 – 3 tons/acre (McCray dkk., 2011) atau setara dengan 2.47 – 7.41 ton/ha, sementara dosis abu ketel boiler pabrik gula berkisar 80 ton/ha. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saeroji dkk. (2010) menunjukkan bahwa aplikasi abu ketel boiler pabrik gula pada dosis 120 ton/ha di


(21)

4

tanah Ultisol PT Gunung Madu Plantations memberikan penekanan terhadap serangan hama penggerek batang dan perbaikan pertumbuhan tanaman tebu.

Aplikasi silika seperti halnya aplikasi pupuk pada umumnya berlandaskan pada hasil analisis hara di tanah maupun jaringan tanaman. McCray dkk. (2011) merekomendasikan kalsium silikat pada berbagai takaran dengan mengacu hasil analisis silika jaringan tanaman yang dikorelasikan dengan hasil gula. Sementara itu, menengok aktivitas monitoring kesuburan tanah dan status hara dalam jaringan tanaman yang berlangsung setiap tahun di PT Gunung Madu Plantations, analisis hara makro seperti C, N, P, K, Ca, Mg dan beberapa parameter lainnya seperti pH, KTK, KB, dan tekstur tanah telah rutin dilakukan. Analisis hara-hara mikro dilakukan apabila muncul kasus- kasus tertentu atau khusus pada percobaan tertentu. Sementara itu analisis silika masih sangat jarang dilakukan.

Performa tanaman tebu di kebun menunjukkan kerentanan yang terus meningkat terhadap cekaman lingkungan baik karena kekurangan air saat musim kering atau pun ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit. Diyakini aplikasi silika merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk menekan dampak penurunan produktivitas tebu akibat berbagai gangguan cekaman lingkungan. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saeroji dkk. (2010) telah memberikan petunjuk pentingnya silika terhadap keberlangsungan produktivitas tanaman tebu di PT Gunung Madu Plantations. Penerapan aplikasi secara teknis di kebun memerlukan dukungan hasil analisis yang dapat memberikan gambaran jelas


(22)

5

terhadap kemudahan teknik aplikasi dan manfaat yang diperoleh dari silika untuk pertumbuhan tebu.

1.4Hipotesis

1. Status silika pada jaringan tanaman dapat digunakan sebagai landasan untuk rekomendasi aplikasi silika.

2. Sebaran status silika di areal pertanaman tebu merupakan indikator dalam rekomendasi penentuan prioritas area kebun yang perlu diaplikasi silika. 3. Status silika yang ditetapkan pada nilai tertentu dapat dijadikan landasan

untuk menyusun rekomendasi aplikasi silika.

4. Aplikasi abu ketel pada taraf dosis ≥ 100 ton/ha dapat mendukung pertumbuhan tanaman, meningkatkan produktivitas tebu, dan secara teknis masih dapat diaplikasikan.


(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abu Ketel

Abu ketel merupakan residu bagas yang digunakan sebagai bahan bakar boiler. Umumnya abu ketel digunakan sebagai amelioran tanah di perkebunan tebu. Sementara manfaat lainnya dilaporkan oleh Hussein dkk. (2014) sebagai bahan pengganti semen dalam pembuatan concrete. Adapun karakteristik fisika dan kimia dari abu ketel dilaporkan oleh Goyal dkk. (2007) (Tabel 1).

Tabel 1. Sifat fisika dan kimia abu ketel.

No. Komposisi

1. SiO2 (%) 62.43

2. Al2O3 (%) 4.38

3. Fe2O3 (%) 6.98

4. CaO (%) 11.8

5. MgO (%) 2.51

6. SO3 (%) 1.48

7. K2O (%) 3.53

8. LOI (%) 4.73

9. Densitas (g/cm3) 2.52 10. Luas permukaan (cm2/g) 5140 11. Ukuran partikel (µm) 28.90 12. Warna Abu – abu kemerahan Diambil dari Goyal dkk. (2007).


(24)

7

Tabel 1 menunjukkan bahwa abu ketel memiliki silika dalam jumlah besar. Selain itu, abu ketel juga mengandung beberapa unsur hara diantaranya kalium, kalsium dan magnesium dalam jumlah relatif tinggi.

2.2 Silika

Untuk tumbuh dan berkembang, tanaman memerlukan nutrisi yang terdiri dari unsur – unsur hara makro dan mikro. Di luar unsur – unsur tersebut, masih ada unsur - unsur yang dapat memicu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada kondisi tertertentu, salah satunya adalah silika (Savant dkk., 1999). Di kerak bumi, silika merupakan unsur yang paling banyak dijumpai kedua setelah oksigen (Meyer dan Keeping, 2000). Penelitian mengenai silika telah dimulai sejak tahun 1840, hasilnya menunjukkan bahwa sodium silika direkomendasikan sebagai pupuk silika oleh Justius von Leibig (Snyder dkk., 2006). Pemupukan silika memberi manfaat ganda, yaitu :

 Tanaman : meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, serangan serangga, dan kondisi iklim yang kurang menguntungkan.

 Tanah : memperbaiki sifat fisika, kimia tanah, ketersediaan air, serta memelihara hara dalam bentuk tersedia bagi tanaman.

2.2.1 Silika Dalam Tanah

Secara umum, tanah mengandung 50 – 400 g Si kg-1. Bentuk silika di dalam tanah adalah SiO2 dan berbagai aluminosilika. Kuarsa, plagioklas, ortoklas, feldspar, smektit, kaolin, vermikulit, serta silika amorfs merupakan berbagai bentuk yang umum dijumpai di dalam tanah. Asam monosilikat dan polisilikat merupakan bentuk silika


(25)

8

terlarut di dalam tanah. Komponen silika di dalam tanah secara gamblang dijabarkan oleh Matichenkov dan Bocharnikova (1999) (Gambar 1).

Gambar 1. Klasifikasi komponen silika di dalam tanah (Matichenkov dan Bocharnikova, 1999)

Pemupukan silika merupakan upaya yang ditujukan untuk menyediakan silika dalam bentuk yang dapat diserap tanaman. Bahan – bahan yang digunakan sebagai sumber silikat untuk pemupukan berupa : 1) bahan an-organik meliputi kalsium silika, terak baja, abu terbang pembangkit listrik, kalium silika, kalsium silika hidrat, silika gel, thermo-phosphate. 2) bahan organik : sisa tanaman (jerami, bagas, abu ketel) (Snyder dkk., 2006).

2.2.2 Reaksi Kimia Silika

Beberapa reaksi kesetimbangan silika di dalam tanah dan air adalah sebagai berikut :  Al2Si2O5 + 2H+ + 3H2O = 2 Al3+ + 2H4SiO4, log Ko =15.12


(26)

9

 Al2Si2O5(OH)4 + 6H+ = 2Al3+ + 2H4SiO4 + H2O, log Ko = 5.45  Fe2SiO4 + 4H+ = 2Fe2+ + 2H4SiO4, log Ko = 19.76  MnSiO3 + 2H+ + H2O = Mn2+ + 2H4SiO4, log Ko = 10.25  Mn2SiO4 + 4H+ = 2Mn2+ + H4SiO4, log Ko = 24.45  ZnSiO4 + 4H+ = 2Zn2+ + H4SiO4, log Ko = 13.15  PbSiO4 + 4H+ = 2Pb2+ + H4SiO4, log Ko = 18.45

Asam monosilika dapat bereaksi dengan aluminum, besi, mangan, dan logam berat seperti Pb dan Zn. Kehadiran ion H+ dapat mendisposisi ikatan tersebut dan menghasilkan formasi asam monosilika (Snyder dkk., 2006). Kelarutan silika dipengaruhi oleh pH, suhu, dan tekanan. Silika di bawah pH 8 akan berbentuk sebagai asam monosilikat dan pada pH di atas 8, silika akan terionisasi dan membentuk ion silika (Sheikholeslami dkk., 2001).

Anion dari asam monosilikat [Si(OH)3]O- dapat menggantikan anion fosfat [HPO4] 2-yang berikatan dengan Ca, Mg, Al, dan Fe. Silika juga dapat menggantikan fosfat dari molekul DNA & RNA yang menyebabkan molekul DNA & RNA, menjadi lebih stabil Snyder dkk. (2006).

2.2.3 Silika Dalam Tanaman

Konsentrasi silika antarspesies tanaman bervariasi antara 1 s.d 100 g Si kg-1 berat kering. Silika diserap tanaman dalam bentuk asam monosilikat atau asam orthosilikat (H4SiO4). Tanaman penyerap silika dalam jumlah besar di antaranya adalah tebu (300


(27)

10

– 700 kg Si ha-1), padi (150 300 kg Si ha-1), dan gandum (50 150 kg ha-1). Silika diserap melalui mekanisme difusi atau aliran massa (Meyer dan Keeping, 2000; Savant dkk.,1999; Snyder dkk., 2006).

Di dalam tubuh tanaman, asam monosilikat bergerak dari akar menuju daun secara pasif melalui xylem. Silika terkonsentrasi pada jaringan epidermis sebagai lapisan membrane silika-selulosa serta berasosiasi dengan pektin dan ion kalsium. Peningkatan konsentrasi silika menyebabkan terjadinya polimerisasi asam monosilikat yang dikenal sebagai silicon gel atau biogenic opal, SiO2 amorf yang terhidrasi dengan sejumlah molekul air. Sebanyak 90 % silika di jaringan tanaman berada dalam bentuk phytoliths atau struktur silika-selulosa. Struktur ini menguatkan sistem tubuh tanaman (Meyer dan Keeping, 2000; Savant dkk.,1999; Snyder dkk., 2006).

2.2.4 Manfaat Silika Bagi Tanaman

Aplikasi silika dilaporkan oleh banyak penelitian memberikan pengaruh positif terhadap tumbuh kembang tanaman, di antaranya dalam menghadapi cekaman baik biotik maupun abiotik dan meningkstkan produktivitas tanaman (Snyder dkk., 2006). Silika memberi manfaat pada berbagai jenis tanaman seperti padi, tebu, gandum, barley, tanaman hortikultura (Meyer dan Keeping, 2005) dan kapas (Gogi dkk., 2010).

2.2.4.1Pengaruh terhadap cekaman biotik

Akumulasi silika pada jaringan epidermis menyebabkan penebalan membran silika-selulosa, berasosiasi dengan pektin dan ion kalsium sehingga terbentuk lapisan ganda


(28)

11

yang melindungi serta menguatkan tanaman secara mekanik. Silika dapat juga berikatan dengan kompleks organik di dinding sel epidermis sehingga meningkatkan ketahanan terhadap degradasi oleh enzim yang dilepaskan jamur, seperti jamur blas padi (Magnoporthe grisea M.E. Barr). Silika juga berasosiasi dengan kompleks lignin-karbohidrat pada dinding sel epidermis padi. Silika merangsang aktivitas kitinase dan mempercepat aktivasi peroksidase dan polipenoksidase setelah infeksi oleh jamur (Snyder dkk., 2006).

Aplikasi amelioran tanah yang mengandung silika menekan kerusakan jaringan tanaman akibat serangan hama penggerek pucuk (Saeroji dkk., 2010). Hama mealybug yang menyerang tanaman kapas mengalami kematian nimfa 10 – 61 kali lebih tinggi pada perlakuan silika (Gogi dkk., 2010).

2.2.4.2Pengaruh terhadap cekaman abiotik

Akumulasi silika pada dinding sel dan jaringan xylem menyebabkan tanaman lebih tahan terhadap tekanan transpirasi tinggi yang disebabkan oleh cekaman kekeringan atau suhu tinggi. Membran silika-selulosa pada jaringan epidermis melindungi tanaman dari kehilangan air berlebihan akibat transpirasi. Hal ini disebabkan adanya pengecilan ukuran stomata (Snyder dkk., 2006). Silika juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kondisi salin dalam penurunan efek toksisitas logam berat (Meyer dan Keeping, 2000). Tanaman gandum yang diaplikasi silika lebih tahan terhadap cekaman kekeringan yang ditunjukkan dengan kebocoran elektrolit yang menurun (Karmollachaab dkk., 2013).


(29)

12

2.2.4.3Produktivitas Tanaman

Optimasi hara silika menghasilkan peningkatan biomassa dan volume akar, serta memperlebar luas area penyerapan. Aplikasi pupuk silika pada padi meningkatkan bobot bulir bernas (Savant dkk.,1999). Sementara pada jeruk, terjadi percepatan pertumbuhan sebesar 30 – 80 % dan jumlah buah dihasilkan meningkat akibat hara silika (Snyder dkk., 2006). Saeroji dkk. (2010) mencatat peningkatan hasil tebu per hektare sebesar 39.9 % lebih tinggi dari kontrol pada aplikasi bahan amelioran yang mengandung silika sebesar 7.97 %. Aplikasi kalsium silikat di Australia pada dosis 12 t/ha meningkatkan hasil panen tebu sebesar 32, 35, dan 23 % lebih tinggi dari kontrol berturut – turut untuk wilayah Innisfail, Mossman dan Bundaberg (Berthelsen dkk., 2003).


(30)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abu Ketel

Abu ketel merupakan residu bagas yang digunakan sebagai bahan bakar boiler. Umumnya abu ketel digunakan sebagai amelioran tanah di perkebunan tebu. Sementara manfaat lainnya dilaporkan oleh Hussein dkk. (2014) sebagai bahan pengganti semen dalam pembuatan concrete. Adapun karakteristik fisika dan kimia dari abu ketel dilaporkan oleh Goyal dkk. (2007) (Tabel 1).

Tabel 1. Sifat fisika dan kimia abu ketel.

No. Komposisi

1. SiO2 (%) 62.43

2. Al2O3 (%) 4.38

3. Fe2O3 (%) 6.98

4. CaO (%) 11.8

5. MgO (%) 2.51

6. SO3 (%) 1.48

7. K2O (%) 3.53

8. LOI (%) 4.73

9. Densitas (g/cm3) 2.52 10. Luas permukaan (cm2/g) 5140 11. Ukuran partikel (µm) 28.90 12. Warna Abu – abu kemerahan Diambil dari Goyal dkk. (2007).


(31)

7

Tabel 1 menunjukkan bahwa abu ketel memiliki silika dalam jumlah besar. Selain itu, abu ketel juga mengandung beberapa unsur hara diantaranya kalium, kalsium dan magnesium dalam jumlah relatif tinggi.

2.2 Silika

Untuk tumbuh dan berkembang, tanaman memerlukan nutrisi yang terdiri dari unsur – unsur hara makro dan mikro. Di luar unsur – unsur tersebut, masih ada unsur - unsur yang dapat memicu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada kondisi tertertentu, salah satunya adalah silika (Savant dkk., 1999). Di kerak bumi, silika merupakan unsur yang paling banyak dijumpai kedua setelah oksigen (Meyer dan Keeping, 2000). Penelitian mengenai silika telah dimulai sejak tahun 1840, hasilnya menunjukkan bahwa sodium silika direkomendasikan sebagai pupuk silika oleh Justius von Leibig (Snyder dkk., 2006). Pemupukan silika memberi manfaat ganda, yaitu :

 Tanaman : meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, serangan serangga, dan kondisi iklim yang kurang menguntungkan.

 Tanah : memperbaiki sifat fisika, kimia tanah, ketersediaan air, serta memelihara hara dalam bentuk tersedia bagi tanaman.

2.2.1 Silika Dalam Tanah

Secara umum, tanah mengandung 50 – 400 g Si kg-1. Bentuk silika di dalam tanah adalah SiO2 dan berbagai aluminosilika. Kuarsa, plagioklas, ortoklas, feldspar, smektit, kaolin, vermikulit, serta silika amorfs merupakan berbagai bentuk yang umum dijumpai di dalam tanah. Asam monosilikat dan polisilikat merupakan bentuk silika


(32)

8

terlarut di dalam tanah. Komponen silika di dalam tanah secara gamblang dijabarkan oleh Matichenkov dan Bocharnikova (1999) (Gambar 1).

Gambar 1. Klasifikasi komponen silika di dalam tanah (Matichenkov dan Bocharnikova, 1999)

Pemupukan silika merupakan upaya yang ditujukan untuk menyediakan silika dalam bentuk yang dapat diserap tanaman. Bahan – bahan yang digunakan sebagai sumber silikat untuk pemupukan berupa : 1) bahan an-organik meliputi kalsium silika, terak baja, abu terbang pembangkit listrik, kalium silika, kalsium silika hidrat, silika gel, thermo-phosphate. 2) bahan organik : sisa tanaman (jerami, bagas, abu ketel) (Snyder dkk., 2006).

2.2.2 Reaksi Kimia Silika

Beberapa reaksi kesetimbangan silika di dalam tanah dan air adalah sebagai berikut :  Al2Si2O5 + 2H+ + 3H2O = 2 Al3+ + 2H4SiO4, log Ko =15.12


(33)

9

 Al2Si2O5(OH)4 + 6H+ = 2Al3+ + 2H4SiO4 + H2O, log Ko = 5.45  Fe2SiO4 + 4H+ = 2Fe2+ + 2H4SiO4, log Ko = 19.76  MnSiO3 + 2H+ + H2O = Mn2+ + 2H4SiO4, log Ko = 10.25  Mn2SiO4 + 4H+ = 2Mn2+ + H4SiO4, log Ko = 24.45  ZnSiO4 + 4H+ = 2Zn2+ + H4SiO4, log Ko = 13.15  PbSiO4 + 4H+ = 2Pb2+ + H4SiO4, log Ko = 18.45

Asam monosilika dapat bereaksi dengan aluminum, besi, mangan, dan logam berat seperti Pb dan Zn. Kehadiran ion H+ dapat mendisposisi ikatan tersebut dan menghasilkan formasi asam monosilika (Snyder dkk., 2006). Kelarutan silika dipengaruhi oleh pH, suhu, dan tekanan. Silika di bawah pH 8 akan berbentuk sebagai asam monosilikat dan pada pH di atas 8, silika akan terionisasi dan membentuk ion silika (Sheikholeslami dkk., 2001).

Anion dari asam monosilikat [Si(OH)3]O- dapat menggantikan anion fosfat [HPO4] 2-yang berikatan dengan Ca, Mg, Al, dan Fe. Silika juga dapat menggantikan fosfat dari molekul DNA & RNA yang menyebabkan molekul DNA & RNA, menjadi lebih stabil Snyder dkk. (2006).

2.2.3 Silika Dalam Tanaman

Konsentrasi silika antarspesies tanaman bervariasi antara 1 s.d 100 g Si kg-1 berat kering. Silika diserap tanaman dalam bentuk asam monosilikat atau asam orthosilikat (H4SiO4). Tanaman penyerap silika dalam jumlah besar di antaranya adalah tebu (300


(34)

10

– 700 kg Si ha-1), padi (150 300 kg Si ha-1), dan gandum (50 150 kg ha-1). Silika diserap melalui mekanisme difusi atau aliran massa (Meyer dan Keeping, 2000; Savant dkk.,1999; Snyder dkk., 2006).

Di dalam tubuh tanaman, asam monosilikat bergerak dari akar menuju daun secara pasif melalui xylem. Silika terkonsentrasi pada jaringan epidermis sebagai lapisan membrane silika-selulosa serta berasosiasi dengan pektin dan ion kalsium. Peningkatan konsentrasi silika menyebabkan terjadinya polimerisasi asam monosilikat yang dikenal sebagai silicon gel atau biogenic opal, SiO2 amorf yang terhidrasi dengan sejumlah molekul air. Sebanyak 90 % silika di jaringan tanaman berada dalam bentuk phytoliths atau struktur silika-selulosa. Struktur ini menguatkan sistem tubuh tanaman (Meyer dan Keeping, 2000; Savant dkk.,1999; Snyder dkk., 2006).

2.2.4 Manfaat Silika Bagi Tanaman

Aplikasi silika dilaporkan oleh banyak penelitian memberikan pengaruh positif terhadap tumbuh kembang tanaman, di antaranya dalam menghadapi cekaman baik biotik maupun abiotik dan meningkstkan produktivitas tanaman (Snyder dkk., 2006). Silika memberi manfaat pada berbagai jenis tanaman seperti padi, tebu, gandum, barley, tanaman hortikultura (Meyer dan Keeping, 2005) dan kapas (Gogi dkk., 2010).

2.2.4.1Pengaruh terhadap cekaman biotik

Akumulasi silika pada jaringan epidermis menyebabkan penebalan membran silika-selulosa, berasosiasi dengan pektin dan ion kalsium sehingga terbentuk lapisan ganda


(35)

11

yang melindungi serta menguatkan tanaman secara mekanik. Silika dapat juga berikatan dengan kompleks organik di dinding sel epidermis sehingga meningkatkan ketahanan terhadap degradasi oleh enzim yang dilepaskan jamur, seperti jamur blas padi (Magnoporthe grisea M.E. Barr). Silika juga berasosiasi dengan kompleks lignin-karbohidrat pada dinding sel epidermis padi. Silika merangsang aktivitas kitinase dan mempercepat aktivasi peroksidase dan polipenoksidase setelah infeksi oleh jamur (Snyder dkk., 2006).

Aplikasi amelioran tanah yang mengandung silika menekan kerusakan jaringan tanaman akibat serangan hama penggerek pucuk (Saeroji dkk., 2010). Hama mealybug yang menyerang tanaman kapas mengalami kematian nimfa 10 – 61 kali lebih tinggi pada perlakuan silika (Gogi dkk., 2010).

2.2.4.2Pengaruh terhadap cekaman abiotik

Akumulasi silika pada dinding sel dan jaringan xylem menyebabkan tanaman lebih tahan terhadap tekanan transpirasi tinggi yang disebabkan oleh cekaman kekeringan atau suhu tinggi. Membran silika-selulosa pada jaringan epidermis melindungi tanaman dari kehilangan air berlebihan akibat transpirasi. Hal ini disebabkan adanya pengecilan ukuran stomata (Snyder dkk., 2006). Silika juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kondisi salin dalam penurunan efek toksisitas logam berat (Meyer dan Keeping, 2000). Tanaman gandum yang diaplikasi silika lebih tahan terhadap cekaman kekeringan yang ditunjukkan dengan kebocoran elektrolit yang menurun (Karmollachaab dkk., 2013).


(36)

12

2.2.4.3Produktivitas Tanaman

Optimasi hara silika menghasilkan peningkatan biomassa dan volume akar, serta memperlebar luas area penyerapan. Aplikasi pupuk silika pada padi meningkatkan bobot bulir bernas (Savant dkk.,1999). Sementara pada jeruk, terjadi percepatan pertumbuhan sebesar 30 – 80 % dan jumlah buah dihasilkan meningkat akibat hara silika (Snyder dkk., 2006). Saeroji dkk. (2010) mencatat peningkatan hasil tebu per hektare sebesar 39.9 % lebih tinggi dari kontrol pada aplikasi bahan amelioran yang mengandung silika sebesar 7.97 %. Aplikasi kalsium silikat di Australia pada dosis 12 t/ha meningkatkan hasil panen tebu sebesar 32, 35, dan 23 % lebih tinggi dari kontrol berturut – turut untuk wilayah Innisfail, Mossman dan Bundaberg (Berthelsen dkk., 2003).


(37)

48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kandungan silikat tertinggi dari bagian tanaman yang masih hidup dijumpai di tulang daun, yakni sebesar 0.57 %, dan serasah mengandung 0.61 % silikat. 2. Dijumpai hubungan yang erat antara dosis dan silikat di tanah dan tanaman.

Koefisen korelasi antara dosis dengan silikat total sebesar 0.70, dengan silikat tersedia sebesar 0.68, dan dengan silikat daun sebesar 0.82. Koefisien korelasi antara Silikat-total dengan Silikat-tersedia dan Silikat-daun+1 juga tinggi, yakni masing – masing 0.63 dan 0.60.

3. Daun+1 dapat digunakan sebagai sampel tanaman yang memadai untuk menera kecukupan silikat di PT GMP.

4. Dengan merujuk kebutuhan silikat tanaman berdasarkan metode CNC dan merujuk perkebunan tebu lainnya, batas kritis silikat di kebun PT GMP adalah sebesar 0.30 % silikat daun +1. Kisaran yang dianggap optimum adalah 0.30 – 0.40% yang setara dengan aplikasi 100 – 120 ton abu ketel per hektar.

5. Hasil survei status silikat di kebun menunjukkan sebanyak 31.90 % blok contoh berada di bawah batas kritis. Sebaran status silikat di kebun terkait dengan tekstur tanah di sepanjang bentangan kebun PT GMP. Divisi – divisi yang


(38)

49

paling memerlukan tambahan silikat adalah Divisi V, VI, VII dengan sebaran kebun yang tanamannya mengandung silikat 0.30 % lebih banyak dibandingkan divisi lainnya.

6. Percobaan verifikasi di kebun menegaskan hubungan yang erat antara silikat tanah total dan silikat daun+1. Kedua analisis ini dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mendeteksi kecukupan silikat di kebun.

7. Dosis abu ketel yang cukup baik dalam memperbaiki media perakaran tanaman dan memberikan hasil tanaman yang cukup baik berada di kisaran 80 – 120 ton per hektare.

5.2 Saran

Analisis silikat daun+1 sebagai alat untuk mendeteksi kecukupan silikat di kebun harus disandingkan dengan analisis tanah, yakni silikat total, agar penafsiran data tidak menjadi rancu dan salah interpretasi. Survey status silikat dengan menggunakan daun+1 tanaman dapat diperluas berdasarkan varietas yang ditanam, bulan tanam, dan kategori tanaman sehingga diperoleh data yang lebih lengkap dan dapat memperbaharui informasi, seperti nilai kritis dan optimum silikat daun+1. Pemilihan dosis 80 – 120 ton abu ketel per hektar lebih ditekankan lagi pada aspek ekonomis dan teknis aplikasi di lapang serta kesediaan bahan baku. Jika di masa depan dijumpai lagi sumber silikat yang jauh lebih murah dan mudah diaplikasikan dibandingkan abu ketel, maka untuk menelurkan keputusan diperlukan sebuah studi yang komprehensif.


(39)

50

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1975. Report on semi detailed soil survey of the Gunung Batin sugarcane project area Lampung. Ministry of Agriculture Agency for Agricultural Research and Development : Soil Research Institute.105 hal.

Berthelsen, S., Noble, A.D., dan Garside, A.L. 1999. An assessment of soil and plant silicon levels in North Queensland. Proc. Aust. Soc. Sugar Cane Technol., 21: 92 – 100.

Berthelsen, S., Noble, A.D., Kingston, G., Hurney, A., Rudd, A. dan Garside, A. 2003. Final Report SRDC Project CLW009, Improving yield and ccs in sugarcane through the application of silicon based amendments. Sugar Research and Development Corporation. 138 pp.

Camargo, M. S., Junior, A.R.G., Wyler, P. dan Korndorfer, G.H. 2011. Silicate fertilization in sugarcane : effects on soluble silicon in soil, uptake and occurrence of stalk borer (Diatraea saccharalis). 19th World Congress of Soil Science, Soil Solutions for a Changing World. 1 – 6 August 2010, Brisbane, Australia. 259 – 262.

Currie, H. A. dan Perry, C. C. 2009. Chemical evidence for intrinsic ‘Si’ within Equisetum cell walls. Phytochemistry, 70: 2089 – 2095.

Franco, H. C. J., de Oliveira, A. C. A., Otto, R., Vitti, A. C. dan Trivelin, P. C. O. 2010. Dry matter and nitrogen accumulation of sugarcane related to


(40)

51

nitrogen fertilization in Brazil. 19th World Congress of Soil Science, Soil Solutions for a Changing World, 1 – 6 August 2010, Brisbane, Australia. 99 – 102.

Gogi, M.D., Ahmed, S., Ashfaq, M., Arif, M. J., Mukhtar, A. dan Nauman, M. 2010. The silicon accumulation in cotton plant at different concentration and doses of sodium silicate and effect on honeydew secretion, longevity and mortality of 1st instar of mealybug (Phenacoccus solinopsis). Pak. Entomol. 32(1): 29 – 36.

Goyal, A., Kunio, H., Ogata, dan Mandula. 2007. Properties and reactivity of sugarcane bagasse ash. 12th International Colloqium On Structural and Geotechnical Engineering. 1: 1 – 5.

Hussein, A. A. E., Shafiq, N., Nuruddin, M, F. dan Memon, F. A. 2014. Compressive strength and microstructure of sugarcane bagasse ash concrete. Res. J. Appl. Sci. Eng. Technol., 7(12): 2569 – 2577.

Karmollachaab, A., Bakhshandeh, A., Gharineh, M. H., Telavat, M. R. M. dan Fathi, G. 2013. Silicon application on physiological characteristics and grain yield of wheat under drought stress condition. International Journal of Agronomy and Plant Production, 4(1): 30 – 37.

Kraska, J.E dan Breitenbeck, G.A. 2010. Simple, robust method for quantifying silicon in plant tissue. Communication in Soil Science and Plant analysis. 41: 2075 – 2085.

Kuntohartono, T. 1999. Stadium pertumbuhan batang tebu. Buletin Gula Indonesia, 14(4). 3 – 8.


(41)

52

Kvedaras, O. L., Byrne, M. J., Coombes, N. E., dan Keeping, M. G. 2009. Influence of plant silicon and sugarcane cultivar on mandibular wear in the stalk borer Eldana saccharina. Agricultural and Forest Entomology, 11. 301 – 306.

Le Blond, J.S., Horwell, C.J., Williamson, B.J. dan Oppenheimer, C. 2010. Generation of crystalline silica from sugarcane burning. J. Environ. Monit. 12(7): 1459 – 1470.

Ma, J. F., Tamai, K., Yamaji, N., Mitani, N., Konishi, S., Katsuhara, M., Ishiguro, M., Murata, Y., dan Yano. M. 2006. A silicon transporter in rice. Nature, 40: 688 – 691.

Ma, J. F., Yamaji, N., dan Mitani-Ueno, N. 2011. Transport of silicon from roots to panicles in plants. Proc. Jpn. Acad., Ser. B. (5): 377 - 385

Mack, B. dan Gutta, B. 2009. An analysis of steel slag and its use in acid mine drainage (AMD) treatment. National Meeting of the American Society of Mining and Reclamation : Revitalizing the Environmnet: Proven Solutions and Innovative Aproaches. May 30 – June 5 2009. ASMR, 3134 Montavesta Rd., Lexington, KY. 21 pp.

Matichenkov, V. V. dan Bocharnikova, E. A. 1999. Effect of silicon fertilization on physical and chemical soil properties. International Conference “Silica in Agriculture”, Fort Lauderdale, Florida, 26 – 30 September 2009. 10 pp.

McCray, J. M. dan Mylavarapu, R. 2010. Sugarcane nutrient management using leaf analysis. Florida Cooperative Extension Service Fact Sheet SS-AGR-335. UF/IFAS Electronic Data Information Source (EDIS) Database.


(42)

53

University of Florida, Gainesville, FL (2010). Diakses 30 Juli 2015. http://edis.ifas.ufl.edu/ag345.

McCray, J. M., Rice, R.W. dan Baucum, L.E. 2011. Calcium silicate recommendations for sugarcane on Florida Organic Soils. SS-AGR-350. 5 pp. Florida Cooperative Extension Service Fact Sheet SS-AGR-335. UF/IFAS Electronic Data Information Source (EDIS) Database. University of Florida, Gainesville, FL (2010). Diakses 13 Februari 2014. http://edis.ifas.ufl.edu/ag350.

McCray, J. M. dan Ji, S. 2012. Calibration of sugarcane response to calcium silicate on Florida Histosols. Journal of Plant Nutrition, 35: 1192 – 1209.

Meyer, J. H. 1975. Advances in the interpretation of foliar analysis of sugarcane in the South African sugar industry. Proc. S. Afr. Sug. Technol. 49:129 – 136.

Meyer, J.H. dan Keeping, M. G. 2000. Review of research into the role of silicon for sugarcane production. Proc. S. Afr. Sug. Technol. Ass. 74: 29 – 40.

Meyer, J.H. dan Keeping, M.G. 2005. Impact of silicon in alleviating biotic stress in sugarcane in South Africa. Proc. ISSCT. 5: 96 – 103.

Miles, N. 2010. Challenges and opportunities in leaf nutrient data interpretation. Proc. S. Afr. Sug. Technol. Ass. 83: 205 – 215.

Ng Kee Kwong, K. F. 2003. The effects of potassium on growth, development, yield and quality of sugarcane. In Potassium for sustainable production, Pasricha, N S and S K Bansal (eds). Proceedings of international symposium on role of potassium in nutrient management for sustainable


(43)

54

crop production in India. International Potash Institute, Basel, Switzerland. 430 – 444.

Pan, Y. C., Eow, K. L. dan Ling, S. H. 1977. The effect of bagasse furnace ash on the growth of plant cane. Proc. Int. Soc. Sugar Cane Technol., 883 – 889.

Rakkiyappan, P., Thangavelu, S., Bhagyalakshmi, Radhamani, R. 2007. Uptake of nitrogen, phosphorus and potassium by some promising mid late maturing sugarcane clones. Sugar Tech., 9(1) : 23 – 27.

Raven, J. A. 2003. Cycling silicon - the role of accumulation in plants. New Phytologist, 158: 419 – 430.

Reynolds O. L., Keeping, M.G., Meyer, J.H. 2009. Silicon-augmented resistance of plants to herbivorous insects: a review. Ann. Appl. Biol. 155 171–186 10.1111/j.1744-7348.2009.00348.x

Saeroji, S., Sunaryo, dan Gunito, H. 2010. The effect of bagasse furnace ash application on sugarcane resistance to top borer Scirpophaga nivella intacta Snellen (Lepidoptera : Pyralidae). Proc. Int. Soc. Sugar Cane Technol., 27: 1 – 8.

Sastrowijono, S. 1998. Perakaran tanaman tebu (Bagian II). Buletin Gula Indonesia, 23(3): 3 – 7.

Savant, N.K., Korndorfer, G.H., Datnoff, L.E. dan Snyder, G.H. 1999. Silicon nutrition and sugarcane production : a review. J. Plant Nutr. 22(12): 1853 – 1903.


(44)

55

Shakoor, S. A. 2014. Silicon to silica bodies and their potential roles: an overview. Int. J. Agric. Sci. 4(2): 111 – 120.

Sheikholeslami, R., Al-Mutaz, I. S., Koo, T. dan Young, A. 2001. Pretreatment and the effect of cations and anions on prevention of silica fouling. Desalination, 139: 83 – 95.

Smolka-Danielowska, D. 2006. Heavy metals in fly ash from a coal-fired power station in Poland. J. of Environ. Stud. 15(6): 943 – 946.

Snyder, G. H., Matichenkov, V. V., dan Datnoff, L. E. 2006. Handbook of Plant nutrition : Chapter 19 Silicon. 18 pp.

http://www.siliforce.com/pdf/7c/Snyder%20Mati%20Les%20effets%20d u%20Silicium.pdf Diakses pada 10/24/2013.

Yalawar, S., Pradeep, S. Kumar, M. A. A., Hosamani, V., dan Rampure, S. 2010. Biologi of sugarcane internode borer, Chilo sacchariphagus indicus (Kapur). Karnataka Journal of Agricultural Science, 23(1): 140 – 141.


(45)

A. Percobaan Pot

Tabel 14. Data rerata analisa Si jaringan tanaman : bagian tanaman di bawah permukaan tanah (dalam persen berat kering).

Perlakuan Bagian di bawah permukaan tanah Akar Tunggul Sisa bibit Rerata 0 0.46 0.25 0.26 0.32 10 0.49 0.31 0.24 0.35 50 0.50 0.50 0.20 0.40 100 0.45 0.50 0.20 0.38 150 0.41 0.49 0.35 0.42 200 0.43 0.45 0.41 0.43

Rerata 0.45 0.42 0.28 0.38

Tabel 15. Data rerata analisa Si jaringan tanaman : bagian tanaman di atas permukaan tanah (dalam persen berat kering).

Perlakuan

Bagian di atas permukaan tanah

Serasah Daun+1 Tulang

Daun+1 Pelepah+1 Helai

daun

Tulang

daun Pelepah Batang Pucuk Rerata

0 0.10 0.39 0.34 0.35 0.29 0.29 0.45 0.26 0.29 0.25 10 0.12 0.42 0.38 0.35 0.35 0.32 0.50 0.29 0.31 0.28 50 0.17 0.60 0.41 0.39 0.35 0.38 0.56 0.27 0.32 0.31 100 0.17 0.66 0.41 0.40 0.36 0.40 0.63 0.33 0.31 0.30 150 0.20 0.68 0.40 0.41 0.34 0.40 0.72 0.38 0.30 0.33 200 0.20 0.70 0.39 0.44 0.33 0.41 0.78 0.38 0.32 0.38


(46)

Tabel 16. Hasil Pengamatan Pertumbuhan tanaman umur 1 – 4 bulan setelah tanam : Tinggi tanaman (cm).

Perlakuan Batang ke-1 Batang ke-2

1 2 3 4 1 2 3

0 10.60 29.60 41.20 53.60 13.60 26.60 34.40 10 8.80 30.20 42.40 56.80 15.20 27.20 37.60 50 9.40 30.80 45.00 57.80 15.00 26.80 36.20 100 9.40 31.40 46.40 60.00 15.80 28.40 37.40 150 8.40 28.60 44.60 58.60 14.60 27.80 38.60 200 8.60 29.60 45.80 58.60 16.00 31.00 42.60 rerata 9.20 30.03 44.23 57.57 15.03 27.97 37.80

Tabel 17. Hasil Pengamatan Pertumbuhan tanaman umur 1 – 4 bulan setelah tanam : populasi tanaman per pot, panjang dan diameter ruas.

Perlakuan Umur (bulan setelah tanam) Panjang ruas (cm)ke- Diameter ruas (cm) ke-

1 2 3 4 3 6 3 6

0 1.00 2.40 2.20 5.40 3.24 2.96 1.80 1.76 10 1.00 3.00 2.80 4.00 3.64 3.10 1.86 2.00 50 1.00 3.20 3.00 4.60 3.90 3.20 1.84 1.94 100 1.00 3.20 3.20 4.80 3.50 4.10 1.86 2.04 150 1.00 3.00 2.60 4.40 3.70 3.70 1.88 2.04 200 1.00 2.80 2.80 4.20 3.80 3.70 1.86 2.04

rerata 1.00 2.93 2.77 4.57 3.63 3.46 1.85 1.97


(47)

Tabel 18. Hasil Pengukuran Biomassa Tanaman Tebu Varietas GP 11 umur 4 bulan yang ditumbuhkan dalam pot.

Perlakuan

Biomassa tanaman (gram berat kering) Bagian bawah

permukaan tanah

Atas permukaan tanah

0 56.47 109.29

10 56.32 118.65

50 73.06 127.32

100 66.68 127.95

150 61.24 127.51

200 71.06 129.39

rerata 64.14 123.35

Tabel 19. Hasil analisis tanah di percobaan pot. Perlakuan pH

H2O

C-org N-tot KTK Ca-dd Mg-dd K-dd KB Al-dd P-tersedia Si-dd Si-Tot

% me/100 gram % ppm % %

0 5.98 2.22 0.16 5.24 1.18 0.49 0.32 37.94 0.50 143.06 8.34 38.21 10 6.00 2.17 0.16 5.38 1.17 0.46 0.29 36.88 0.49 147.32 7.72 46.33 50 6.18 2.27 0.17 5.40 1.33 0.60 0.45 45.17 0.47 156.30 10.28 48.30 100 6.25 2.43 0.17 5.56 1.36 0.65 0.53 45.98 0.35 154.45 10.71 46.21 150 6.37 2.54 0.18 6.08 1.43 0.79 0.71 48.61 0.32 166.40 11.33 47.32 200 6.53 2.70 0.19 6.17 1.51 0.91 0.79 52.03 0.20 167.20 11.40 48.91 rerata 6.22 2.39 0.17 5.64 1.33 0.65 0.51 44.43 0.39 155.79 9.96 45.88


(48)

Tabel 20. Anova variabel pengamatan : analisis kimia tanah Variabel Fhit. Notasi KK (%)

pH H2O 39.12 ** 1.23 C-org 14.45 ** 5.12 N-total 1.92 tn 10.51

KTK 1.79 tn 11.59 Ca-dd 6.51 ** 8.98 Mg-dd 23.69 ** 12.20

K-dd 28.31 ** 16.81 KB 4.35 ** 14.37 Al-dd 7.46 ** 24.78 P-tersedia 2.40 tn 9.06 Si-terlarut 1.76 tn 3.44 Si-total 26.54 * 10.26

Tabel 21. Anova variabel pengamatan : analisis silikat tanaman

Variabel Fhit. notasi

KK (%)

akar 1.10 tn 16.21

seresah 7452.03 ** 0.55

daun 4.32 ** 28.45

tunggul 12.56 ** 16.02 bibit 8.43 ** 23.78 tulang daun 17.52 ** 12.79 pelepah 1.45 tn 11.85 batang ruas 1 -6 9.67 ** 11.22 batang ruas 7 - pucuk .31 tn 17.88

pucuk .92 tn 15.91

Daun +1 5.69 ** 15.04 Tulang daun +1 .73 tn 10.16 pelepah + 1 7.97 ** 11.31


(49)

Tabel 22. Anova variabel pengamatan : pertumbuhan tanaman Variabel Umur (bulan) Fhit. Notasi KK (%) Tinggi tanaman 1 0.58 tn 25.45

batang ke-1 2 0.51 tn 10.32 3 1.48 tn 8.41 4 0.54 tn 11.71 Tinggi tanaman 1 0.58 tn 17.08 Batang ke-2 2 3.44 * 7.02

3 1.01 tn 16.21 Populasi/pot 2 1.04 tn 22.55 3 2.14 tn 18.99 4 2.47 tn 15.47 Panjang ruas ke-3 4 0.54 tn 19.61 Panjang ruas ke-6 4 2.47 tn 18.11 Diametr ruas ke-3 4 0.23 tn 6.97 Diameter ruas ke-6 4 1.36 tn 10.70

Tabel 23. Anova variabel pengamatan : biomassa tanaman

Biomassa tanaman Fhit. Notasi KK (%)

Akar 2.587 tn 19.12

tunggul 0.248 tn 31.16

bibit 2.248 tn 19.34

serasah 0.464 tn 15.81

daun 1.405 tn 20.33

batang 0.150 tn 24.84

pelepah 0.722 tn 19.37

tulang daun 1.565 tn 18.14 total bawah 4.868 ** 11.45 total atas 0.637 tn 17.90


(50)

Tabel 24. Analisis profil tinggi tanaman percobaan pot : batang ke-1

Tabel 25. Analisis profil tinggi tanaman percobaan pot : batang ke-2

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Adj Pr > F G - G H-F-L time 3 191.3666667 63.7888889 249.61 <.0001 <.0001 <.0001 time*group 15 9.2333333 0.6155556 2.41 0.0069 0.0200 0.0162

Error(time) 72 18.4000000 0.2555556

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Adj Pr > F G - G H-F-L time 3 38536.49167 12845.49722 1190.78 <.0001 <.0001 <.0001 time*group 15 153.05833 10.20389 0.95 0.5194 0.4944 0.4974

Error(time) 72 776.70000 10.78750


(51)

B. Percobaan di kebun

Tabel 26. Pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman

Variabel Umur (bln) Dosis abu ketel (ton/ha) Uji F0.05 KK (%)

0 (kontrol) 80 100 120

Panjang ruas

(cm) 8 9.24 9.52 11.30 10.40

tn

29.00 Diameter ruas

(cm) 8 2.32 2.38 2.37 2.40

tn

1.84 Berat per batang 12 1.29 1.29 1.47 1.21 tn 9.49 Rendemen 12 7.27 7.88 7.29 8.64 tn 6.37 Ton tebu 12 94.86 113.65 111.50 102.79 tn 6.75

Tabel 27. Analisis profil tinggi tanaman percobaan demplot.

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Adj Pr > F G - G H-F-L time 5 1008690.569 201738.114 5083.34 <.0001 <.0001 <.0001 time*group 15 380.486 25.366 0.64 0.8246 0.6884 0.7225

Error(time) 40 1587.444 39.686


(52)

Tabel 28. Analisis profil populasi tanaman percobaan demplot.

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Adj Pr > F G - G H-F-L time 5 23224.62500 4644.92500 6.63 0.0001 0.0154 0.0102 time*group 15 13315.20833 887.68056 1.27 0.2674 0.3374 0.3305

Error(time) 40 28039.33333 700.98333

Tabel 29. Hasil analisis kimia tanah dan silikat tanaman

Dosis pH

C.Org N-tot

Kation Tertukar

KB Al-dd

P-tersedia

Si

abu ketel H2O

KTK Ca Mg K Terlarut Total

Tanaman (umur 4

bln)

(ton/ha) % me/100 gram % me/100gr ppm %

0 (kontrol) 5.00 1.51 0.13 4.96 1.48 0.43 0.30 44.54 0.78 72.16 36.76 93.09 0.21 80 5.11 1.70 0.14 6.53 1.66 0.59 0.37 40.01 0.76 63.45 38.82 97.78 0.25 100 5.09 1.79 0.15 6.62 1.83 0.49 0.36 41.47 0.68 116.10 38.85 96.64 0.27 120 5.15 2.10 0.19 6.39 1.82 0.58 0.55 45.85 0.68 147.84 38.17 99.10 0.28


(53)

C. Survei kebun

Tabel 30. Hasil analisis korelasi komponen tekstur dan Silikat daun+1

Sidaun+1 Liat Debu Pasir Sidaun+1 Pearson Correlation 1 .252** .111** -.103**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 8237 8237 8237 8237


(1)

Tabel 20. Anova variabel pengamatan : analisis kimia tanah

Variabel Fhit. Notasi KK (%)

pH H2O 39.12 ** 1.23

C-org 14.45 ** 5.12

N-total 1.92 tn 10.51

KTK 1.79 tn 11.59

Ca-dd 6.51 ** 8.98

Mg-dd 23.69 ** 12.20

K-dd 28.31 ** 16.81

KB 4.35 ** 14.37

Al-dd 7.46 ** 24.78

P-tersedia 2.40 tn 9.06

Si-terlarut 1.76 tn 3.44

Si-total 26.54 * 10.26

Tabel 21. Anova variabel pengamatan : analisis silikat tanaman

Variabel Fhit. notasi

KK (%)

akar 1.10 tn 16.21

seresah 7452.03 ** 0.55

daun 4.32 ** 28.45

tunggul 12.56 ** 16.02

bibit 8.43 ** 23.78

tulang daun 17.52 ** 12.79

pelepah 1.45 tn 11.85

batang ruas 1 -6 9.67 ** 11.22

batang ruas 7 - pucuk .31 tn 17.88

pucuk .92 tn 15.91

Daun +1 5.69 ** 15.04

Tulang daun +1 .73 tn 10.16

pelepah + 1 7.97 ** 11.31


(2)

Tabel 22. Anova variabel pengamatan : pertumbuhan tanaman Variabel Umur (bulan) Fhit. Notasi KK (%)

Tinggi tanaman 1 0.58 tn 25.45

batang ke-1 2 0.51 tn 10.32

3 1.48 tn 8.41

4 0.54 tn 11.71

Tinggi tanaman 1 0.58 tn 17.08

Batang ke-2 2 3.44 * 7.02

3 1.01 tn 16.21

Populasi/pot 2 1.04 tn 22.55

3 2.14 tn 18.99

4 2.47 tn 15.47

Panjang ruas ke-3 4 0.54 tn 19.61

Panjang ruas ke-6 4 2.47 tn 18.11

Diametr ruas ke-3 4 0.23 tn 6.97

Diameter ruas ke-6 4 1.36 tn 10.70

Tabel 23. Anova variabel pengamatan : biomassa tanaman

Biomassa tanaman Fhit. Notasi KK (%)

Akar 2.587 tn 19.12

tunggul 0.248 tn 31.16

bibit 2.248 tn 19.34

serasah 0.464 tn 15.81

daun 1.405 tn 20.33

batang 0.150 tn 24.84

pelepah 0.722 tn 19.37

tulang daun 1.565 tn 18.14

total bawah 4.868 ** 11.45

total atas 0.637 tn 17.90


(3)

Tabel 24. Analisis profil tinggi tanaman percobaan pot : batang ke-1

Tabel 25. Analisis profil tinggi tanaman percobaan pot : batang ke-2

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Adj Pr > F G - G H-F-L time 3 191.3666667 63.7888889 249.61 <.0001 <.0001 <.0001 time*group 15 9.2333333 0.6155556 2.41 0.0069 0.0200 0.0162

Error(time) 72 18.4000000 0.2555556

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Adj Pr > F G - G H-F-L time 3 38536.49167 12845.49722 1190.78 <.0001 <.0001 <.0001 time*group 15 153.05833 10.20389 0.95 0.5194 0.4944 0.4974

Error(time) 72 776.70000 10.78750


(4)

B. Percobaan di kebun

Tabel 26. Pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman

Variabel Umur (bln) Dosis abu ketel (ton/ha) Uji F0.05 KK (%)

0 (kontrol) 80 100 120

Panjang ruas

(cm) 8 9.24 9.52 11.30 10.40

tn

29.00 Diameter ruas

(cm) 8 2.32 2.38 2.37 2.40

tn

1.84

Berat per batang 12 1.29 1.29 1.47 1.21 tn 9.49

Rendemen 12 7.27 7.88 7.29 8.64 tn 6.37

Ton tebu 12 94.86 113.65 111.50 102.79 tn 6.75

Tabel 27. Analisis profil tinggi tanaman percobaan demplot.

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Adj Pr > F G - G H-F-L time 5 1008690.569 201738.114 5083.34 <.0001 <.0001 <.0001 time*group 15 380.486 25.366 0.64 0.8246 0.6884 0.7225


(5)

Tabel 28. Analisis profil populasi tanaman percobaan demplot.

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Adj Pr > F G - G H-F-L time 5 23224.62500 4644.92500 6.63 0.0001 0.0154 0.0102 time*group 15 13315.20833 887.68056 1.27 0.2674 0.3374 0.3305

Error(time) 40 28039.33333 700.98333

Tabel 29. Hasil analisis kimia tanah dan silikat tanaman

Dosis pH

C.Org N-tot

Kation Tertukar

KB Al-dd

P-tersedia

Si

abu ketel H2O

KTK Ca Mg K Terlarut Total

Tanaman (umur 4

bln)

(ton/ha) % me/100 gram % me/100gr ppm %

0 (kontrol) 5.00 1.51 0.13 4.96 1.48 0.43 0.30 44.54 0.78 72.16 36.76 93.09 0.21

80 5.11 1.70 0.14 6.53 1.66 0.59 0.37 40.01 0.76 63.45 38.82 97.78 0.25

100 5.09 1.79 0.15 6.62 1.83 0.49 0.36 41.47 0.68 116.10 38.85 96.64 0.27


(6)

C. Survei kebun

Tabel 30. Hasil analisis korelasi komponen tekstur dan Silikat daun+1

Sidaun+1 Liat Debu Pasir

Sidaun+1 Pearson Correlation 1 .252** .111** -.103**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 8237 8237 8237 8237