Analisis Penerapan dan Pengaruh Good Governance Terhadap Kinerja Pemeriksa BPK Perwakilan Lampung

Analisis Penerapan dan Pengaruh Good Governance Terhadap Kinerja
Pemeriksa BPK Perwakilan Lampung
Abstrak
Heru Agung Marwoto

BPK Perwakilan Lampung memiliki tugas untuk memeriksa pelaksanaan penggunaan
APBN dan APBD ditingkat propinsi, maupun kabupaten/kota diwilayah Propinsi
Lampung. BPK dituntut memiliki kemampuan untuk mewujudkan Good Governance
sebagai lembaga yang memiliki tugas untuk memeriksa.
Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah penerapan dan pengaruh prinsipprinsip Good Governance dapat meningkatkan kinerja pemeriksa BPK Perwakilan
Lampung. Berdasarkan permasalahan maka tujuan penelitian ini adalah (1) untuk
mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance di BPK
Perwakilan Lampung (2)untuk mengetahui bagaimana kinerja pemeriksa BPK
Perwakilan Lampung (3)untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip-prinsip good
governance terhadap kinerja pemeriksa BPK Perwakilan Lampung. Hasil jawaban 57
Pemeriksa BPK Perwakilan Lampung dianalisis dengan menggunakan regresi linear
berganda.
Hasil analisis dengan menggunakan regresi linear berganda dengan 4 variabel yaitu
(1)transparansi, (2)akuntabilitas (3)keadilan (4) partispasi menghasilkan nilai
pengaruh keseluruhan variabel bebas sebesar 73,5% dan pengaruh ini bersifat
signifikan. Faktor yang memiliki pengaruh terbesar adalah partisipasi Pemeriksa BPK

Perwakilan Lampung sebesar 47,3%. Faktor kedua yang memiliki pengaruh terbesar
adalah keadilan sebesar 30,6%. Faktor ketiga adalah akuntabilitas dengan pengaruh
sebesar 20,9% dan faktor dengan pengaruh terkecil adalah transparansi hanya sebesar
19,8%.
Saran yang diajukan, BPK Perwakilan Lampung perlu mempertahankan partisipasi
pegawainya dalam proses penyelesaian pekerjaan, meningkatkan transparansi dengan
melakukan penempatan pegawai berdasarkan struktur organisasi yang ada. Hal lain
yang perlu ditingkatkan adalah dengan keterbukaan informasi yang ada baik
mengenai prestasi kerja setiap pegawai maupun kinerja pemimpin.
Kata kunci : Good Governance dan kinerja

Analysis of Implementation and Effect of Good Governance on Performance
Auditor at BPK Perwakilan Lampung
Abstract
Heru Agung Marwoto

BPK RI Perwakilan Lampung has a duty to audit the implementation of the use of
state and local budgets at the provincial level, and district/city Lampung region.BPK
required to have the ability to actualize good governance as an institution that has the duty
to audit.


The problem in this study is whether the application and effect of the principles of
good governance can improve the performance of auditor BPK Perwakilan
Lampung. Based on the problems, the objectives of this study were (1) to determine
how the application of the principles of good governance in BPK Perwakilan
Lampung (2) to determine how the performance of auditor BPK Perwakilan
Lampung (3) to determine the effect of the application of the principles of good
governance on the performance of auditor BPK Perwakilan Lampung. Results of 57
answers auditor BPK Perwakilan Lampung were analyzed using multiple linear
regression.
The results of the analysis using multiple linear regression with four variables: (1)
transparency, (2) accountability (3) justice (4) participation generates value overall
effect of independent variables for 73.5% and this effect is significant. Factors that
have the greatest influence is participation auditor BPK Perwakilan Lampung of
47.3%. The second factor that has the greatest influence is the justice of 30.6%. The
third factor is accountability to the influence factor of 20.9% and the smallest effect
is transparency only by 19.8%.
Suggestions put forward, BPK Perwakilan Lampung employees need to maintain
participation in the process of completion of the work, increase transparency by
making staffing based on existing organizational structures. Another thing that needs

to be improved is the disclosure of information that is good about the job
performance of each employee as well as the performance leader.
Keywords: good governance and performance.

ANALISIS PENERAPAN DAN PENGARUH
GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERIKSA
BPK PERWAKILAN LAMPUNG

Oleh
HERU AGUNG MARWOTO
1221011030

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER MANAJEMEN
Pada
Program Pascasarjana Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis Tesis ini adalah Heru Agung Marwoto, dilahirkan di Jakarta pada tanggal
9 November 1981. Penulis telah menikah dengan Yofa Handayani.

Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 03 Jatinegara Kaum Jakarta dan
lulus pada Tahun 1993, kemudian melanjutkan sekolah di SMP Muhamadiyah 31
Jakarta dan lulus pada Tahun 1996, setelah itu melanjutkan ke SMU Negeri 31
Jakarta dan lulus pada Tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang
Strata Satu (S1) di Universitas Trisakti pada Fakultas Ekonomi, Jurusan
Akuntansi pada Tahun 1999 dan lulus pada Tahun 2004. Kemudian penulis
melanjutkan Program Pendidikan Akuntansi (PPA) di Universitas Lampung pada
tahun 2008 dan lulus pada Tahun 2012.

Penulis menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia pada Tahun 2008 dan mulai pertama kali ditempatkan di Perwakilan

Lampung hingga sekarang.

MOTO

“Tidak ada kenyamanan di hari tua bagi mereka yang malas di masa
muda”- Bob Sadino-

Tidak ada orang yang malas di dunia ini, yang ada hanyalah orang yang tidak
termotivasi -Tomy Diamond-

Untuk segala sesuatu Tuhan sudah siapkan Waktu yang terbaik- Heru-

SAN WACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah Nya
tesis yang berjudul “ANALISIS PENERAPAN DAN PENGARUH GOOD
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERIKSA BPK PERWAKILAN
LAMPUNG ” dapat diselesaikan.

Penyusunan tesis ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

studi pada program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Lampung. Penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua
pihak baik secara moril maupun materiil.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. H. Irham Lihan, S.E., M.Si. dan Bapak H. Habibullah Jimad, S.E.,
M.Si. selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah sangat membantu
penulis dalam memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan tesis
ini.
3. Istriku tercinta; Yofa Handayani dan jagoanku; Alvin Hendyo.
4. Teman-teman Mahasiswa MM angkatan XIII Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Pascasarjana UNILA, yang sudah banyak membantu.
5. Rekan-rekan kerja BPK Perwakilan Provinsi Lampung.
6. Serta semua pihak yang telah banyak membantu sampai terselesaikannya tesis
ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga tesis yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amien.

Bandarlampung, November 2014
Penulis

Heru Agung Marwoto

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.................................................................................................

i

ABSTRACT..............................................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................

iii


HALAMAN PENGESAHAN..................................................................

iv

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................

v

RIWAYAT HIDUP..................................................................................

vi

MOTTO.....................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR...............................................................................

viii


DAFTAR ISI..............................................................................................

x

DAFTAR TABEL......................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................

xiv

I.

II.


PENDAHULUAN............................................................................

1

1.1. Latar Belakang .......................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ...............................................................

7

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................

7

1.4. Kerangka Pemikiran ...............................................................

7


1.5. Hipotesis ..................................................................................

12

Landasan Teori.................................................................................

13

2.1. Pengertian Good Corparate Governance ..................................

13

2.2. Prinsip – Prinsip Good Governance .........................................

14

2.3. Kinerja Kerja ............................................................................

18

2.4. Pengukuran Kinerja Kerja ........................................................

20

2.5. Pengaruh Pelaksanaan Prinsip – Prinsip Good Governance
terhadap kinerja Kerja................................................................

22

x

III. METODE PENELITIAN................................................................

24

3.1. Jenis Penelitian ........................................................................

24

3.2. Metode dan Teknik Pengambilan Sampel ..............................

24

3.3. Analisis.....................................................................................

26

3.3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................

26

3.3.2. Alat Analisis ..................................................................

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................

V.

29

4.1. Karakteristik Pegawai ...........................................................

29

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................

32

4.3. Hasil Analisis Regeresi Linear Berganda...............................

32

4.4. Hasil Uji Pengaruh .................................................................

34

SIMPULAN DAN SARAN............................................................

44

5.1. Simpulan .................................................................................

44

5.2. Saran .......................................................................................

44

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1

Jabatan Fungsional Pemeriksa

5

2

Peran Pemeriksa

5

3

Definisi Operasonal Variabel, Indikator dan Skala Pengukuran

24

xi

4

Hasil Uji Fisher

45

5

Hasil Uji T

48

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1

Jenis Kelamin Responden....................................................

28

2

Usia Responden……………………....................................

29

3

Jumlah Tanggungan………………………………………..

30

xii

4

Lama Bekerja………………………………………………

30

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

Lampiran 2

Rekapitulasi Jawaban Pemeriksa BPK Perwakilan Lampung

Lampiran 3

Hasil Perhitungan Validitas

xiii

Lampiran 4

Hasil Perhitungan Reabilitas

Lampiran 5

Hasil Perhitungan Regresi

xiv

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1

Jabatan Fungsional Pemeriksa

5

2

Peran Pemeriksa

5

3

Definisi Operasonal Variabel, Indikator dan Skala Pengukuran

24

4

Hasil Uji Fisher

45

5

Hasil Uji T

48

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

Lampiran 2

Rekapitulasi Jawaban Pemeriksa BPK Perwakilan Lampung

Lampiran 3

Hasil Perhitungan Validitas

Lampiran 4

Hasil Perhitungan Reabilitas

Lampiran 5

Hasil Perhitungan Regresi

xiv

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1

Jenis Kelamin Responden....................................................

28

2

Usia Responden……………………....................................

29

3

Jumlah Tanggungan………………………………………..

30

4

Lama Bekerja………………………………………………

30

xiii

Daftar Pustaka

Handoko, T. Hani, 2009 “Manajemen Sumber Daya Manusaia”, Cetakan IX Jilid I
BPFE UGM, Yogyakarta
Mardiasmo, 2009, “Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dalam Penerapan Good
Corporate Governance”, Jurnal Sumber Daya Manusia, Jakarta
Nugroho, Admojo 2004, “Peranan Good Good Corporate Governance dalam
Peningkatan Kinerja Pegawai Rumah Sakit Pertamina”, Usahawan UI,
Jakarta
Sarwoto, Danny 2006, “ Peran Pemimpin Dalam Penerapan GCG Pada Perusahaan
Terbuka (Studi Kasus Perusahaan Terbuka Di BEI)”, Usahawan UI,
Jakarta
Siagian, Melayu SP, 2006, “Manajemen Sumber Daya Manusia “Dasar dan Kunci
Keberhasilan”, Gramedia, Jakarta
Steers, Richard M, 2008; “Implementation Good Corporate Governance on Banking
Industry in Indonesia”, Usahawan UI, Jakarta
Tingkilisan, Daniel 2005, “Good Corporate Governance, Perkembangan Pemikiran
dan Implementasinya di Indonesia,” Penerbit Total Media, Jakarta
Wahad, Abdul 2002, “Manajemen Keuangan Sektor Publik”, Edisi XII Percetakan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Wesha, Ridwan, 2009, “Peranan GCG Dalam Reformasi Birokrasi di Indonesia”,
Makalah disampaikan pada diskusi GCG di BEI Jakarta
Widjaya, Gunawan 2008, “Kinerja Aparatur Pemerintah Ditinjau Dari Penerapan
GCG”, Usahawan UI, Jakarta

44

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengelolaan keuangan negara merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi
kehidupan perekonomian suatu negara, karena berkaitan erat dengan mampu dan
tidaknya negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan
kesejahteraan. Lemahnya sistem pengelolaan keuangan negara dan sistem hukum
di negara kita adalah pemicu tindakan penyalahgunaan kekayaan dan keuangan
negara serta maraknya tindakan KKN. Pengalaman bangsa Indonesia telah cukup
membuktikan bahwa tindakan tersebut menyebabkan terpuruknya bangsa
Indonesia dan sulitnya mewujudkan cita-cita bersama bangsa Indonesia.
Pengelolaan keuangan negara memiliki tujuan untuk menjaga dan menjamin
eksistensi negara dan membiayai pengelolaan negara untuk mewujudkan
kesejahteraan. Semua negara dikelola secara tertib, sesuai dan taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan akuntabel. Agar
segala kekurangan dalam laporan keuangan pemerintah dapat dideteksi secara
akurat sebagai bahan dalam memperbaiki sistem pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara serta sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan secara tepat
maka diperlukan suatu lembaga negara khusus yang independen, obyektif, dan
tidak memihak dalam memeriksa laporan keuangan pemerintah. lembaga yang
dimaksud adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

1

Untuk mewujudkan tujuan negara, perlu dibangun suatu sistem pengelolaan
keuangan negara yang bertumpu pada prinsip-prinsip ketertiban, ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
akuntabel. Bagian dari sistem pengelolaan keuangan negara adalah sistem
pengawasan dan pemeriksaan untuk memasukkan bahwa apakah keuangan negara
telah dilaksanakan sesuai target dan tujuan yang hendak dicapai.
BPK merupakan salah satu lembaga pengawasan eksternal dan sebagai suatu
lembaga negara yang memiliki posisi sangat tinggi sesuai UUD 1945. Tugas BPK
adalah pemberantasan KKN, memelihara transparansi dan akuntabilitas seluruh
aspek keungan negara, untuk memeriksa semua asal-usul dan besarnya
penerimaan negara dari mana pun sumbernya. BPK memiliki tugas untuk
memeriksa untuk apa uang negara dipergunakan pada tiga lapis pemerintahan di
Indonesia yaitu pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Keuangan negara Indonesia
tercermin pada APBN, APBD, BUMN, BUMD, yayasan, dana pensiun,
perusahaan yang terkait dengan kedinasan, serta bantuan atau subsidi kepada
lembaga sosial milik swasta.
Berdasarkan keputusan Ketua BPK No. 34/K/I-VIII.3/6/2007 tanggal 15 Juni
2007 Gambaran mengenai struktur organisasi BPK adalah sebagai berikut :
Terdiri dari 1 orang ketua merangkap anggota, 1 orang wakil ketua merangkap
anggota, dan 7 orang anggota BPK dimana 7 orang anggota ini dibagi untuk
melakukan pembinaan atas suatu lingkup pemeriksaan, evaluasi, pembangunan,
pendidikan dan latihan pemeriksaan keuangan negara, serta satu Direktorat Utama

2

Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara dan 7
auditorat Utama Keuangan Negara.
BPK memiliki visi menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas,
mandiri dan profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola
keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Sedangkan misi BPK adalah
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam rangka
mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keuangan negara, serta
berperan aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparan.
Tujuan Strategis BPK sebagai berikut :
1. Mewujudkan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang
independen dan professional.
2. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan.
3. Mewujudkan BPK RI sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.
4. Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
BPK saat ini sudah memiliki kantor perwakilan diseluruh Indonesia. Salah satu
tugas BPK Perwakilan Lampung Sesuai Keputusan BPK-RI Nomor 39/K/IVIII.3/7/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana BPK RI bahwa
Perwakilan BPK RI di Bandar Lampung mempunyai tugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah pada Pemerintah Provinsi
Lampung, Kota/Kabupaten di Provinsi Lampung, serta BUMD dan lembaga

3

terkait di lingkungan entitas tersebut di atas, termasuk melaksanakan pemeriksaan
yang dilimpahkan oleh AKN.
Tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah pada
Pemerintah Provinsi Lampung, Kota/Kabupaten di Provinsi Lampung, serta
BUMD dan lembaga terkait bertujuan untuk memastikan setiap organisasi
mengelola keuangan dengan baik sehingga tata kelola pemerintahan yang baik
(Good Governance) dapat tercapai.
Perubahan paradigma organisasi dalam berbagai aspek, dari segi manajemen
perubahan dari organisasi yang bersifat sentralisasi ke organisasi yang bersifat
desentralisasi, gaya kerja organisasi yang kaku berubah menjadi lebih fleksibel,
kekuatan organisasi yang sebelumnya dilihat dari tolak ukur stabilitas organisasi
kini bergeser pada kemampuan organisasi untuk mengadaptasi perubahan. Faktor
politik yang mempengaruhi perubahan peran organisasi dalam hal ini dimana
organisasi publik dituntut untuk menerapakan good governance.
Good governance yakni penyelenggaraan pemerintahan negara yang bersih atau
pemerintahan yang baik. Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan
aparatur negara dengan tuntutan untuk mewujudkan administrasi negara yang
mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan, menuntut pelaksanaan
good governance ini berlaku pada setiap pemerintahan daerah yang sangat
diperlukan dalam penyelenggaraan otonomi daerah.

4

BPK Perwakilan Lampung saat ini memiliki jumlah personil pemeriksa sebanyak
sebanyak 57 orang dengan komposisi seperti pada Tabel1 berikut ini:
Tabel 1. Jabatan Fungsional Pemeriksa
No
1
2

Jabatan Fungsional
Pemeriksa Pertama
Pemeriksa Muda
Total
Sumber : BPK Perwakilan Lampung 2013

Jumlah (orang)
48
9
57

Tabel 1 berikut ini menunjukan tingkat jumlah pemeriksa yang ada di BPK
Perwakilan Lampung berjumlah 57 orang terdiri dari 48 orang pemeriksa pertama
dan 9 orang pemeriksa muda. Jabatan fungsional ini jika dilihat dari peran
pemeriksa maka dapat dikomposisikan pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Peran Pemeriksa
No
1
2
3
4

Peran Pemeriksa
Ketua Tim Senior
Ketua Tim Yunior
Anggota Tim Senior
Anggota Tim Yunior
Total
Sumber : BPK Perwakilan Lampung 2013

Jumlah (orang)
2
9
22
24
57

Seluruh pemeriksa pada BPK Perwakilan Lampung memiliki wilayah kerja di
seluruh Propinsi Lampung dan pada Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung.
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur organisasi yang paling
dinamis, artinya menginginkan perubahan, dengan demikian kedudukan manusia
dalam organisasi tidak dapat disamakan dengan unsur–unsur lain. Organisasi

5

pengelolaan manusia sebagai sumber daya organisasi dituntut memiliki
kemampuan untuk mewujudkan good governance.
Prinsip-prinsip good governance selama ini telah diterapkan di BPK Perwakilan
Lampung. Prinsip-prinsip yang telah diterapkan adalah :
1.

Transparansi, prinsip ini sebagian telah dilaksanakan dengan cara
mengumumkan proses penunjukan pemeriksa yang akan melakukan
pemeriksaan terhadap Kabupaten/kota di Propinsi Lampung.

2.

Akuntabilitas, prinsip ini diterapkan dengan melakukan evaluasi
pekerjaan yang telah dilakukan pemeriksa. Evaluasi ini penting
dilakukan

untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan rencana

pemerikasaan.
3.

Keadilan, prinsip ini dilakukan dengan memberikan penugasan yang
adil kepada para pemeriksa.

4.

Partisipasi, prinsip ini dilakukan oleh BPK Perwakilan Lampung
dengan melibatkan seluruh pegawainya dalam proses penanganan
pekerjaan yang menjadi beban secara merata.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disebutkan bahwa good governance akan
tercapai apabila prinsip-prinsip good governance dapat terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian di latar belakang maka penelitian ini mengambil judul:
“Analisis Penerapan dan Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap
Kinerja Pemeriksa BPK Perwakilan Lampung”

6

1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
“Apakah penerapan dan pengaruh prinsip-prinsip Good Governance dapat
meningkatkan kinerja pemeriksa BPK Perwakilan Lampung?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance
di BPK Perwakilan Lampung
2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja pemeriksa BPK Perwakilan
Lampung.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good Governance
terhadap kinerja pemeriksa BPK Perwakilan Lampung.
Penelitian ini diharapkan ada manfaatnya yaitu :
1. Bagi

Penulis,

untuk

mengembangkan

pengetahuan

dalam

meningkatkan kemampuan berpikir.
2. Sebagai masukan bagi BPK Perwakilan Lampung dalam mencapai
efektivitas organisasi.
1.4 Kerangka Pemikiran
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis perlu mengemukakan teoriteori sebagai kerangka berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana penelitian

7

menyoroti masalah yang dipilih. Singarimbun (2005: 37) menyebutkan teori
adalah serangkaian asumsi, konsep dan konstruksi, definisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teori adalah :
1. Pengertian Good Governance
Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu Gubernare
yang diserap oleh Bahasa Inggris menjadi govern, yang berarti steer (menyetir,
mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan
utama istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to rule with authority, atau
memerintah dengan kewenangan.
Governance pada dasarnya pertama kali digunakan adalah di dunia usaha atau
korporat. Manajemen professional yang diperkenalkan pasca perang dunia II
dengan prinsip dasar “memisahkan kepemilikan dengan kepengelolaan” benarbenar menjadikan setiap korporat menjadi usaha-usaha yang besar, sehat dan
menguntungkan.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa perkataaan governance pada mulanya
digunakan dalam dunia usaha dan konsep governance ini mempunyai arti yang
penting dalam keberhasilan usaha, sehingga konsep good governance menjadi
populer, dan lembaga-lembaga dunia seperti PBB, Bank Dunia dan IMF
meletakkan good governance sebagai kriteria Negara-Negara yang baik dan
berhasil dalam pembangunan, bahkan dijadikan semacam kriteria untuk

8

memperoleh bantuan optimal dan good governance dianggap sebagai istilah
standar untuk organisasi publik hanya dalam arti pemerintahan.
Tjokroamidjojo (2006: 72) memandang good governance sebagai suatu bentuk
manajemen pembangunan, yang juga disebut sebagai adminstrasi pembangunan,
yang menempatkan peran pemerintah sentral yang menjadi Agent of change dari
suatu masyarakat berkembang/developing di dalam Negara berkembang. Agent of
change karena perubahan yang dikehendakinya, menjadi planned change
(perubahan yang berencana), maka disebut juga Agent of Development. Agent of
Development diartikan sebagai pendorong proses pembangunan dan perubahan
masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui kebijakan-kebijakan dan
program-program, proyek-proyek,dan peran perencanaan dalam anggaran.
Pengertian good governance menurut Mardiasmo (2009: 18) adalah suatu konsep
pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh
pemerintahan yang baik. Lebih lanjut, menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab
(2002:

34)

menyebut

good

governance

adalah

suatu

konsep

dalam

penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab
sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan
investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal framework
bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga
mensinonimkan good governance sebagai hubungan sinergis dan konsturktif
diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat.

9

Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan (2009; 17) menghasilkan temuan bahwa
prinsip-prinsip good corporate governance yaitu : keterbukaan, akuntabilitas,
keadilan dan partisipasi memberikan pengaruh sebesar 72,20% terhadap kinerja
karyawan Bursa Efek Indonesia. Penelitian dengan topik yang hampir sama juga
dilakukan oleh Widjaya (2008; 38). Variabel penelitian yang dilakukan adalah
transparansi, akuntabilitas dan partisipasi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja pegawai negeri dilingkungan Pemda DKI Jaya.
Tingkilisan (2005:115) menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif
di antara negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam
empat pokok karakteristik good governance, yaitu:
1. Partisipasi (Participation)
Setiap warga negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik
secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
2. Transparansi (Transparency)
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara
langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus
dapat dipahami dan dapat dimonitor.
3. Keadilan
Semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka
dan terlibat di dalam pemerintahan.
10

4. Akuntabilitas (Accountability)
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat sipil (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan
lembaga-lembaga

stakeholders.

Akuntabilitas

ini

tergantung

pada

organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut
untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.
Steers (2008; 89) mengukur kinerja, ada beberapa variabel yang biasa
dipergunakan, yaitu:
1. Motivasi
Kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan
berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang
relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan,
tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela bekerja untuk mencapai
tujuan pekerjaan.
2. Kepuasan kerja
Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran pekerjaannya
dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa
dihargai karena pekerjaan mereka.
3. Hasil Kerja
Hasil kerja merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang sangat
penting sebab dapat dilihat apakah hasil yang didapat sebanding dengan
sumber daya yang digunakan sala suatu waktu tertentu. (Steers, 2008: 46).

11

Berdasarkan pendapat Tingkilisan (2005; 115) dan Steers (2008; 89) maka
kerangka pemikiran dalam penulisan tesis ini sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Prinsip-Prinsip Good
Governance
Transparansi (X1)
Akuntabilitas(X2)

Kinerja
Keadilan (x3)

(Steers 2008 : 45)

Partisipasi (X4)
Sumber :
Tingkilisan (2005;115)

1.5 Hipotesis
Berdaskan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“Penerapan prinsip-prinsip good governance dapat meningkatkan kinerja
pemeriksa BPK Perwakilan Lampung”

12

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat riset deskriptif. Riset deskriptif disini adalah untuk
mendefinisikan dan mengumpulkan fakta-fakta yang berkaitan dengan faktorfaktor yang akan diteliti yakni indikator dari good covernance yaitu : transparansi,
akuntabilitas, keadilan, partisipasi serta indikator dari kinerja yaitu : motivasi,
kepuasan kerja, waktu penyelesaian.
3.2 Metode dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh pemeriksa BPK Perwakilan Lampung.
Penelitian ini merupakan penelitian sensus terhadap 57 orang pemeriksa di BPK
Perwakilan Lampung.

Tabel 4 berikut ini menyajikan definisi operasional

variabel, indikator dan skala pengukuran.
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel, Indikator dan Skala Pengukuran
Variabel

Definisi

Transparansi

Keterbukaan
dalam
melaksanakan
proses
pengambilan keputusan
dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi
materiil
dan
relevan
mengenai
organisasi.(Streers; 2008:
45)

Indikator





Struktur
organisasi jelas.
Lakip
dilaporkan
secara terbuka
Rapat
pengambilan
keputusan
Keterbukaan
informasi

Skala
Pengukuran
Likert Scale

24

Tabel 4. Definisi Operasional Variabel, Indikator dan Skala Pengukuran
Variabel

Definisi

Akuntabilitas Kejelasan
fungsi
,
pelaksanaan
dan
pertanggungjawaban
sehingga
pengelolaan
organisasi secara efektif.
(Streers; 2008: 45)
Keadilan

Partisipasi

Keadilan dan kesetaraan
dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul
berdasarkan
perjanjian
dan perundangan yang
berlaku. (Streers; 2008:
46)
Peran pegawai dalam
melaksanakan
kegiatan
yang menjadi tanggung
jawab organisasi. (Streers;
2008: 47)

Indikator













Motivasi

Kekuatan
(energi)
seseorang yang dapat
menimbulkan
tingkat
persistensi
dan
entusiasmenya
dalam
melaksanakan
suatu
kegiatan,
baik
yang
bersumber dari dalam diri
individu
itu
sendiri
(motivasi
intrinsik)
maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik). .
(Streers; 2008: 48)






Tugas
dan
tanggung jawab
Hasil kerja tepat
waktu
Pengawasan
pimpinan
Indikator kinerja
Penempatan
pegawai
Hak pegawai
Konsistensi
aturan
Kesempatan
sama
Usul
dalam
rapat
Diklat
penjenjangan
Pemberdayaan
pegawai
Tanggapan atas
saran
Gaji
Insentif
Peran pimpinan
Kesempatan cuti

Skala
Pengukuran
Likert Scale

Likert Scale

Likert Scale

Likert Scale

25

Variabel
Kepuasan
Kerja

Hasil Kerja

Definisi

Indikator

Kondisi dimana anggota
organisasi merasa nyaman
dengan suasana, sarana
dan prasarana yang dalam
suatu organisasi. (Streers;
2008: 48)




Perbandingan antara
output yang dihasilkan
dengan sumber daya yang
digunakan. (Streers; 2008:
48)










Suasana kantor
Keterlibatan
pegawai
Kerjasama antar
pegawai
Sarana dan
prasarana
Hasil kerja
Beban kerja
Kontribusi
pegawai
Efektifitas dan
efisiensi

Skala
Pengukuran
Likert Scale

Likert Scale

3.3 Analisis
3.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji coba kuesioner terlebih dahulu dilakukan terhadap 30 responden.
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas
kuesioner. Validitas merupakan

ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan suatu instrumen/kuesioner. Pertama-tama yang dikerjakan
oleh peneliti adalah menganalisa unsur-unsur apa yang menjadi bagian
dari variabel tersebut. kemudian dilihat isi dan makna dari komponenkomponen tersebut, serta diberi alat ukur yang digunakan untuk
mengukur variabel tersebut. Uji validitas menggunakan alat analisis
faktor.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995; 97).

26

Untuk mengetahui apakah alat ukur reliable atau tidak, diuji dengan
menggunakan metode Alpha Cronbach. Sebuah instrumen dianggap
telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai
koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama
dengan 0,6 (Sekaran, 2000; 116).
3.3.2 Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam tesis ini adalah:
1.

Faktor analisis, alat ini digunakan untuk mengelompokan
indicator-indikator kedalam variabel penelitian.

2.

Regresi linear berganda dengan model sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 +et
Keterangan:






Y
X1
X2
X3
X4

= kinerja
= transparansi
= akuntabilitas
= keadilan
= partisipasi

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan pengujian:
a. Uji Fisher (F) digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Kriteria
pengujiannya sebagai berikut:
Ho : βi = 0

maka : Ho diterima

Ho : βi ≠ 0

maka : Ha diterima

27

b. Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Kriteria pengujian
sebagai berikut:
Ho : αi = 0

maka : Ho diterima

Ho : αi ≠ 0

maka : Ha diterima

28

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Good Corparate Governance
Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam
pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen kebijakan
UNDP

dalam

“Tata

Pemerintahan

Menunjang

Pembangunan

Manusia

Berkelanjutan yang dikutip Buletin Informasi Program Kemitraan untuk
Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia (Partnership for Governance
Reform in Indonesia, 2000; 56), disebutkan : Tata pemerintahan adalah
penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusanurusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh
mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok
masyarakat mengutarakan kepentingan mereka.
UNDP merekomendasikan beberapa karakteristik governance, yaitu : legitimasi
politik, kerjasama dengan institusi masyarakat sipil, kebebasan berasosiasi dan
partisipasi, akuntabilitas birokratis dan keuangan (financial),manajemen sektor
publik yang efisien, kebebasan informasi dan ekspresi, sistem yudisial yang adil
dan dapat dipercaya. Tetapi UNDP kurang menekankan pada asumsi superioritas
majemuk, multi-partai, sistem orientasi pemilihan umum, dan pemahaman bahwa
perbedaan bentuk kewenangan politik dapat dikombinasikan dengan prinsip
efisiensi dan akuntabilitas dengan cara-cara yang berbeda. Hal-hal tersebut juga

13

berkaitan terhadap argumentasi mengenai nila-nilai kebudayaan yang relatif;
sistem penyelenggaraan pemerintahan yang mungkin bervariasi mengenai respon
terhadap perbedaan kumpulan nilai-nilai ekonomi, politik, dan hubungan sosial,
dalam hal-hal seperti : partisipasi, individualitas, serta perintah dan kewenangan.
UNDP menganggap bahwa good governance dapat diukur dan dibangun dari
indikator-indikator yang komplek dan masing-masing menunjukkan tujuannya.

2.2 Prinsip-Prinsip Good Governance
Berdasarkan pengertian good governance oleh Mardiasmo (2009: 18) dan Bank
Dunia dalam Wahab (2002: 34) perlunya mewujudkan administrasi negara yang
mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan maka menuntut penggunaan
konsep good governance sebagai kepemerintahan yang baik, relevan dan
berhubungan satu dengan yang lainnya.
Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tingkilisan (2005: 116) adalah bahwa
negara merupakan institusi yang legal formal dan konstitusional yang
menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai
agent of change. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa good governance
awalnya digunakan dalam dunia usaha dan adanya desakan untuk menyusun
sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan
manajemen professionalnya, maka ditetapkan good corporate governance.
Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam governance korporat adalah:

14

transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas. (Nugroho,
2004: 216)
Transparansi merupakan keterbukaan, yakni adanya sebuah sistem yang
memungkinkan terselenggaranya komunikasi internal dan eksternal dari
korporasi. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban secara bertingkat keatas, dari
organisasi manajemen paling bawah hingga dewan direksi, dan dari dewan direksi
kepada dewan komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewan
komisaris kepada masyarakat. Sedangkan akuntabilitas secara sempit dapat
diartikan secara financial. Fairness agak sulit diterjemahkan karena menyangkut
keadilan dalam konteks moral. Fairness lebih menyangkut moralitas dari
organisasi bisnis dalam menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal
maupun eksternal.
Responsibilitas adalah pertanggungjawaban korporat secara kebijakan. Dalam
konteks ini, penilaian pertanggungjawaban lebih mengacu kepada etika korporat,
termasuk dalam hal etika professional dan etika manajerial. Sementara itu komite
governansi korporat di negara-negara maju menjabarkan prinsip governansi
korporat menjadi lima kategori, yaitu: (1) hak pemeganng saham, (2) perlakuan
yang fair bagi semua pemegang saham, (3) peranan konstituen dalam governansi
korporat, (4) pengungkapan dan transparansi dan (5) tanggungjawab komisaris
dan direksi.
Prinsip-prinsip good governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkan
bagi suatu organisasi publik bahkan dalam skala negara prinsip-prinsip tersebut

15

lebih luas menurut UNDP melalui Lembaga Administrasi Negara yang dikutip
Tingkilisan (2005: 115) menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis
konstruktif di antara negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang
disusun dalam empat pokok karakteristik good governance, yaitu:
1. Partisipasi (Participation)
Setiap warga negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik
secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mmewakili
kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
2. Transparansi (Transparency)
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara
langsung dapat diterima oleh mereka yang mambutuhkan. Informasi harus
dapat dipahami dan dapat dimonitor.
3. Keadilan
Semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka
dan terlibat di dalam pemerintahan.
4. Akuntabilitas (Accountability)
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat sipil (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan

16

lembaga-lembaga

stakeholders.

Akuntabilitas

ini

tergantung

pada

organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut
untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.
Penerapan good governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat
memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan
sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah kedepan dari good governance
adalah membangun professional government, bukan dalam arti pemerintah yang
dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi
professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu
mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam melaksanakannya
berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.
Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi publik
itu dilakukan sesuai dengan yang implisit atau eksplisit. Semakin kegiatan
organisasi publik itu dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinspi administrasi dan
peraturan serta kebijaknsanaan organisasi, maka kinerjanya akan dinilai semakin
baik.
Sedangkan akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat polotok yang dipilih oleh rakyat.
Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat,
maka dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat.
Dalam konteks ini kinerja organisasi publik dinilai baik apabila sepenuhnya atau
setidaknya sebagian besar kegiatannya didasarkan pada upaya-upaya untuk

17

memenuhi harapan dan keinginan para wakil rakyat. Semakin banyak tindak
lanjut organisasi atas harapan dan aspirasi pejabat politik, maka kinerja organisasi
tersebut akan semakin baik.
Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik atau pemerintah seperti prncapaian
target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal juga seperti nilai-nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik
memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai
dengan nilai dan norma yang berkembang di dalam masyarakat.

2.3. Kinerja Kerja
Widjaya (2008: 32) mengemukakan: “kinerja adalah hasil membuat keputusan
yang mengarahkan, melakukan sesuai dengan benar, yang membantu memenuhi
misi suatu perusahaan atau pencapaian tujuan”. Selanjutnya Wesha (2009: 148)
mengatakan : kinerja adalah keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja
yang dilakukakan oleh manusia untuk memberikan hasil yang diharapkan. Untuk
melihat kinerja kerja, pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu
pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi dan
pertimbangan sosial.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu
keadaan yang menunjukkan keberhasilan kerja yang ditetapkan. Kinerja kerja
adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu sesuai yang telah diharapkan, artinya

18

pelaksanaan suatu tugas ditandai baik atau tidak sangat tergantung pada
penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakannya, dan berapa biaya
yang dikeluarkan untuk itu. Hal ini lebih menekankan pada penyelesaian tugas
yang telah ditentukan sebelumnya. Sarwoto (2006: 126) mengistilahkan kinerja
dengan “berhasil guna”, yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya dan benarbenar sesuai dengan kebutuhan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja kerja berhubungan dengan hasil yang telah ditentukan sebelumnya.
Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah efektivitas kerja tidak dapat dipisahkan
dengan efisiensi kerja. Kinerja kerja berhubungan dengan biaya, tenaga, mutu dan
pemikiran.
Jadi kinerja adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai
suatu tujuan tertentu atau kinerja kerja juga dapat diartikan dengan hasil guna
penekannya pada efeknya, atau hasil tanpa perlu memperdulikan pengorbanan
yang perlu diberikan oleh hasil tersebut. Jadi kinerja kerja dalam organisasi
merupakan usaha untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan menggunakan
sumber daya yang masih tersedia dalam waktu yang relatif singkat tanpa
menunggu keseimbangan tujuan alat dan tenaga serta waktu. Apa yang dimaksud
kinerja kerja dipertegas Siagian (2006: 19) yaitu “ penyelesaian pekerjaan tepat
pada waktu yang ditentukan, artinya apabila pelaksanaan tugas dinilai baik atau
tidak adalah sangat tergantung pada bilamana tugas tersebut diselesaikan dan
bukan terutama menjawab tetang bagaimana melaksanakan serta berapa biaya
yang dikeluarkan untuk pekerjaan tersebut”.
19

Dari definisi diatas dapatlah kiranya diinterpretasikan bahwa kinerja kerja
mengandung arti tentang penekanan pada segi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana semakin cepat pekerjaan itu terselesaikan
dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, maka akan semakin baik
pula kinerja kerja yang dicapai. Demikian pula sebaliknya dengan semakin
lamanya pekerjaan tersebut terselesaikan, maka semakin jauh pula pekerjaan
tersebut dari keefektifannya.
Menurut Handoko (2009; 62) pegawai mampu mencapai kinerja kerja apabila
pegawai „menunjukkan kemempuan mengekumulasikan pemilihan tujuan yang
dilaksanakan dengan peralatan yang akan dipergunakan untuk melaksanakan
tujuan tersebut sehingga pekerjaan tersebut terselenggara sebagaimana yang
diharapkan.

2.4 Pengukuran Kinerja Kerja
Kinerja kerja dimaksudkan untuk mengukur hasil pekerjaan yang dicapai sesuai
dengan rencana, sesuai dengan kebijaksanaan atau dengan kata lain mencapai
tujuan, maka hal itu dikatakan efektif. Nilai kinerja pada dasarnya ditentukan oleh
tercapainya tujuan organisasi serta faktor kesesuain dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaannya. Jadi kinerja kerja pada tiap-tiap organisasi akan berbeda-beda
antara organisasi satu dengan organisasi yang lainnya, tergantung pada jenis dan
sifat dari organisasi yang bersangkutan.

20

Menurut Steers (2008: 45) untuk mengukur kinerja kerja, ada beberapa variabel
yang biasa dipergunakan, yaitu:
1. Motivasi
Kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan
berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang
relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan,
tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela bekerja untuk mencapai
tujuan pekerjaan.
2. Kepuasan kerja
Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran pekerjaannya
dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa
dihargai karena pekerjaan mereka.
3. Hasil Kerja
Hasil kerja merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang sangat
penting sebab dapat dilihat apakah hasil yang didapat sebanding dengan
sumber daya yang digunakan sala suatu waktu tertentu. (Steers, 2008: 46).
Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya tidak dapat melepaskan diri
perlunya pembagian kerja yang tepat supaya setiap pegawai bisa melaksanakan
tugas-tugasnya secara efektif. Pengukuran kinerja kerja yang penulis lakukan
didasarkan atas banyaknya tugas yang dipikul dan jumlah pegawai yang
melaksanakan tugas tersebut, sehingga dari kedua hal tersebut dapat disusun
sesuai dengan kebutuhan perusahaan/organisasi sehingga menghasilkan kinerja
kerja sebagaimana diharapkan.
21

Pengukuran kinerja kerja berdasarkan banyaknya tugas yang dipikul dan jumlah
pegawai yang melaksanakan tugas tersebut dapat berarti bahwa bila tugas yang
dibebankan

kepada

pegawai

sedikit,

sementara

jumlah

pegawai

yang

melaksanakan tugas tersebut lebih banyak, maka akan terjadi banyak pegawai
yang menganggur sehingga menjadi tidak efektif.
Sebaliknya jika tugas yang di bebankan banyak sedangkan banyak pegawai yang
melaksanakannya terbatas, maka akan terjadi penumpukan pekerjaan dimana hal
ini akan mengakibatkan banyaknya pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan atau
tertunda sehingga terjadi ketidakefektifan.

2.5 Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap
Kinerja Kerja
Pengelolaan dan pengendalian yang baik dari suatu organisasi publik menyangkut
pencapaian tujuan organisasi secara bersama-sama, yaitu untuk menciptakan suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunann yang solid dan bertanggung jawab
sejalan dengan prinsip demokrasi,efisiensi, pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif. Dengan pengertian lain good governance adalah
proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel oleh
organisasi-organisasi pemerintah seperti organisasi publik pemerintah
Berdasarkan uraian diatas disebutkan bahwa apabila pemimpin organisasi
publik,struktur organisasi dan sumber daya manusianya baik, maka akan tercipta
prinsip good governance yang berpengeruh terhadap kinerja kerja pegawai ari

22

organisasi itu sendiri. Dengan demikian jelaslah pelaksanaan prinsip-prinsip good
governance akan berpengaruh terhadap efektifitas kerja pemeriksa BPK Perwakilan
Lampung Lampung.

23

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipótesis yang menyatajan
bahwa penerapan prinsip-prinsip good governance dapat meningkatkan kinerja
Pemeriksa BPK Perwakilan Lampung dapat diterima.

Faktor yang memiliki pengaruh terbesar adalah partisipasi kinerja Pemeriksa BPK
Perwakilan Lampung yaitu sebesar 47,3%. Faktor kedua dengan pengaruh terbesar
adalah keadilan yaitu sebesar 30,6%. Faktor ketiga yaitu akuntabilitas sebesar 20,9%
dan faktor yang memiliki pengaruh terkecil adalah faktor transparansi sebesar 18.8%.

5.2 Saran

BPK Perwakilan Lampung perlu mempertahankan partisipasi pegawainya dalam
proses penyelesaian pekerjaan. Hal-hal yang dapat dilakukan melalui pemberian
kesempatan bagi para pegawainya mengembangkan kemampuannya melalui proses
pendidikan dan pelatihan, baik yang bersifat pendidikan penjenjangan maupun
kesempatan untuk memperoleh pendidikan formal yang lebih tinggi.

44

BPK Perwakilan Lampung perlu meningkatkan transparansi dengan melakukan
penempatan pegawai berdasarkan struktur organisasi yang ada. Artinya pegawai yang
ditempatkan harus sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang ditetapkan. Hal lain
yang perlu ditingkatkan adalah dengan keterbukaan informasi yang ada baik
mengenai prestasi kerja setiap pegawai maupun kinerja piminpin. Keterbukaan ini
akan menyebabkan meningkatknya semangat berkompetisi diantara pegawai, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja BPK Perwakilan Lampung.

Penelitian lanjutan disarankan dengan menambah variabel penelitian seperti kualitas
pekerjaan dan menggunakan alat analisis structural equation model (SEM) sehingga
yang mampu menditeksi tidak hanya pengaruh antar variabel tetapi