Pengaruh Salinitas terhadap Kadar Glukosa Darah dan Laju Metabolisme pada Pendederan Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch)

PENGARUH SALINITAS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN LAJU
METABOLISME PADA PENDEDERAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer, Bloch)

KADEK RENNI NATALIA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul pengaruh salinitas
terhadap kadar glukosa darah dan laju metabolisme pada pendederan ikan kakap
putih (Lates calcalifer, Bloch) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Kadek Renni Natalia
NIM C14090011

ABSTRAK
KADEK RENNI NATALIA. Pengaruh Salinitas terhadap Kadar Glukosa Darah
dan Laju Metabolisme pada Pendederan Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer,
Bloch). Dibimbing oleh IRZAL EFFENDI dan YUNI PUJI HASTUTI.
Peningkatan produksi ikan kakap putih (Lates calcalifer) dapat dilakukan
dengan memperluas lahan budi daya, antara lain dengan memanfaatkan perairan
payau termasuk tambak menganggur. Oleh sebab itu, penelitian salinitas pada
ikan kakap putih perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan adaptasi ikan kakap putih pada salinitas rendah dengan cara
mengukur kadar glukosa darah, laju metabolisme, sintasan, pertumbuhan serta
rasio konversi pakan pada pendederan ikan kakap putih ukuran 4,88 cm.
Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari salinitas 4, 18 dan 32 g/L dan diulang 3
kali. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-0, 5 dan 10
pemeliharaan dengan menggunakan alat uji glukosa untuk manusia (GlucoDr).
Pengukuran laju metabolism ikan kakap putih dilakukan setiap 10 hari sekali,

secara tidak langsung dengan menentukan tingkat konsumsi oksigen. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa kadar glukosa darah, laju metabolisme, sintasan,
pertumbuhan serta rasio konversi pakan pada ikan kakap putih yang dideder
dengan salinitas 4, 18 dan 32 g/L adalah sama, meskipun kadar glukosa pada
salinitas 18 g/L relatif lebih tinggi (p0,05). Dari hasil penelitian ini berarti bahwa
salinitas tidak berpengaruh terhadap perubahan tingkat metabolisme benih ikan
kakap putih. Selain itu juga jumlah oksigen terlarut (dissolve oxygen) pada semua
perlakuan masih dalam kisaran yang normal dan layak untuk budi daya.
Hal ini diduga karena tingkat konsumsi oksigen bukan hanya dipengaruhi
oleh salinitas, menurut Affandi dan Tang (2002) faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen salah satunya adalah suhu. Suhu pada
wadah pemeliharaan berkisar antara 28-32,5oC, fluktuasi suhu pada saat
pemeliharaan masih dapat ditolerir oleh benih ikan kakap putih sehingga tidak
terjadi perbedaan tingkat konsumsi oksigen pada masing-masing perlakuan.
Peningkatan suhu diikuti dengan peningkatan laju metabolisme, hal ini berarti
dapat meningkatkan konsumsi oksigen di perairan padahal pada suhu yang tinggi
akan mengurangi daya larut oksigen dalam air. Menurut SNI (1999), pada benih
ikan kakap putih suhu yang optimal untuk budidaya adalah berkisar antara 2832oC. Namun menurut Taqwa (2008) peningkatan atau penurunan salinitas dapat
mempengaruhi laju metabolisme yaitu memicu pergerakan pernapasan, tingkat
konsumsi oksigen yang tinggi dan ekskresi yang tinggi pada ikan. Pada penelitian

yang dilakukan Nugroho (1999) laju konsumsi oksigen optimum ikan kakap putih
ukuran 1,4 cm adalah pada salinitas 26 ppt dengan nilai 0,09 mg O2/g jam.
Selain berdampak terhadap pertumbuhan ikan, stres pada ikan juga
berdampak buruk terhadap ketahanan penyakit dan sintasan. Berdasarkan Gambar
3, dari uji statistik hasil sintasan pada setiap perlakuan memiliki nilai yang sama
(p˃0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan kakap putih dapat
dilakukan pada kisaran salinitas 4-32 g/L tanpa mempengaruhi sintasannya.
Sintasan yang tidak berbeda nyata pada salinitas 4 g/L (salinitas paling rendah)
dengan perlakuan salinitas yang lebih tinggi lainnya karena media dengan
salinitas rendah dapat berperan dalam pencegahan serangan bakteri atau patogen
lain. Hal ini sesuai dengan Studer dan Poulin (2012), yang menyatakan bahwa
parasit air laut akan mengalami penurunan pada media salinitas rendah akibat dari
ketidakmampuan dalam mentolerir salinitas. Kematian ikan pada perlakuan
salinitas 18 dan 32 g/L diduga karena adanya patogen atau parasit pada ikan, ini
dapat dilihat dari terdapat parasit yang menempel di bagian perut ikan. Menurut
Affandi dan Tang (2002) kisaran tersebut disebut zona lethal. Namun kisaran
intermedier dimana suatu organisme dapat hidup disebut zona toleransi. Pada

14


salinitas yang terlalu tinggi kematian ikan disebabkan karena kadar garam
lingkungan lebih tinggi daripada kadar garam yang dapat ditolerir oleh benih ikan
kakap putih.
Tingginya kadar amoniak (NH3) akan menyebabkan timbulnya keracunan
pada ikan, dimana saat amoniak di air lebih tinggi daripada amoniak pada darah
merupakan stressor selain penurunan salinitas yang cukup tinggi (Zonneveld et al
1991). Tingginya amoniak (NH3) disebabkan oleh sisa pakan dan kotoran biota
yang terakumulasi di dalam peraiaran. Pakan merupakan sumber bahan organik
yang bila mengalami dekomposisi (terutama protein) akan menjadi amonia.
Berdasarkan penelitian (Arrokhman 2012) benih ikan bawal bintang ukuran 3,5
cm yang dipelihara selama 30 hari pada salinitas 4 g/L memilki nilai sintasan
100%, sedangkan yang dipelihara pada salinitas 24 g/L dan 14 g/L memilki nilai
sintasan 99%.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kadar glukosa darah, laju
metabolisme, sintasan, pertumbuhan serta rasio konversi pakan pada pendederan
ikan kakap putih ukuran 4,88cm yang dipelihara pada salinitas 4, 18 dan 32 g/L
adalah sama (p>0,05), meskipun kadar glukosa pada salinitas 18 g/L relatif lebih

tinggi (p