Perilaku Penggunaan Pembalut pada Mahasiswi

PERILAKU PENGGUNAAN PEMBALUT PADA MAHASISWI

LUSIANA PUTRI RAHAYU

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSITITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERILAKU PENGGUNAAN PEMBALUT PADA MAHASISWI

LUSIANA PUTRI RAHAYU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Keluarga dan Konsumen pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSITITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

ABSTRACT

LUSIANA PUTRI RAHAYU. The Behavior of Sanitary Napkin Utilization on
College Students. Under Guidance of LILIK NOOR YULIATI and
MEGAWATI SIMANJUNTAK
The objective of this research were to identified amount of source
information of sanitary napkin; attachment of sample with mother, knowledge
about napkin, brand awareness, brand image and the behavior os sanitary
utilization; to analyze the relationship of samples’ characteristics and attachment
with mothers with sanitary knowledge; to analyze the relationship of top of mind
with brand using; and to analyyze factors that affected the suitability of brand
using with top of mind.
The result showed that 60% percent samples got information from three to
five information sources. Half samples were categorized moderate in sanitary
napkin knowledge. Seventy percent samples had menstrual from six to seven days
per period and 69% samples usually use 11–20 sanitary napkins. During the last

three months, most samples used maxi sanitary napkins type and 67% samples
used Charm. About sixty three percents samples mentioned that Charm was on
top rank in top of mind and the first rank brand recall was Laurier. Correlation
between age and education with samples’ knowledge level was positive and
significant, only amount of allowance affected significantly the suitability
between brand using with top of mind.
Keywords: Sanitary Napkin, Utilization Behavior, Brand.

RINGKASAN

LUSIANA PUTRI RAHAYU. Perilaku Penggunaan Pembalut pada Mahasiswi.
Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI dan MEGAWATI SIMANJUNTAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku penggunaan pembalut
pada mahasiswi, dengan tujuan khususnya adalah mengidentifikasi jumlah sumber
informasi mengenai pembalut, kedekatan contoh dengan ibu, tingkat pengetahuan
terkait dengan pembalut, kesadaran merek pembalut, brand image, dan perilaku
penggunaan pembalut, menganalisis hubungan karakteristik individu dan
hubungan kedekatan contoh dengan ibu dengan pengetahuan mengenai pembalut,
menganalisis hubungan top of mind dengan merek yang digunakan, dan faktorfaktor yang mempengaruhi kesesuaian merek pembalut yang digunakan dengan
top of mind.

Disain penelitian ini adalah cross sectional. Pengumpulan data dilakukan
di Institut Pertanian Bogor pada bulan Mei 2009. Populasi adalah mahasiswi
Institut Pertanian Bogor jenjang program diploma, sarjana, dan pascasarjana.
Total populasi adalah 11429 dan total contoh yang diambil secara convenience
sampling adalah 100 orang, terdiri dari S0 27 orang, S1 60 orang, S2 10 orang,
dan S3 tiga orang.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi: 1) karakteristik contoh, 2) akses informasi yang berhubungan
dengan pembalut, 3) kedekatan contoh dengan ibu berkaitan dengan menstruasi
dan masalah perempuan, 4) pengetahuan contoh terkait dengan pembalut, 5)
brand awareness pembalut yang beredar dipasaran, 6) brand image, dan 7)
perilaku penggunaan pembalut. Data sekunder yang dikumpulkan berupa
gambaran umum produk pembalut.
Analisis data menggunakan komputer program Microsoft Excel 2007 dan
SPSS 13. Data diolah melalui proses editing, coding, skoring, entry, cleaning, dan
selanjutnya data dianalisis secara deskriptif, Chi-Square, uji Cochran, dan analisis
korelasi Spearman untuk melihat hubungan antar variabel yang diteliti. Serta
analisis regresi logistik untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
kesesuaian merek pembalut yang digunakan dengan top of mind.
Karakteristik contoh digambarkan oleh umur contoh, tingkat pendidikan,

urutan diantara anak perempuan, dan uang saku. Proporsi terbesar contoh adalah
60 persen mahasisiwi S1 dan umur contoh termasuk dalam kategori 21 sampai 30
tahun. Separuh (50%) contoh mempunyai uang saku dalam sebulan kurang dari
sama dengan Rp 600.000,00. Sebagian besar (89%) contoh adalah anak
perempuan dengan urutan pertama atau kedua diantara anak perempuan yang ada
dalam keluarganya.
Jumlah sumber informasi yang digunakan contoh adalah lebih dari tiga per
lima (67%) contoh memperoleh informasi dengan jumlah sumber informasi antara
tiga sampai lima sumber. Sebanyak 38 persen contoh mempunyai tingkat
kedekatan yang terkategori sedang dengan ibu dalam mencurahkan hati,
berdiskusi mengenai pembalut dan menstruasi. Separuh (50%) contoh termasuk
dalam kategori sedang yaitu dapat menjawab pertanyaan antara 60 persen sampai
80 persen dari total pertanyaan.

Sebanyak 70 persen contoh mengalami menstruasi selama enam sampai
tujuh hari per periode. Lebih dari tiga per lima (69%) contoh selama satu siklus
haid menggunakan pembalut sebanyak 11-20 buah dan mengganti pembalut
sebanyak dua kali. Sebanyak 61 persen contoh menggunakan satu jenis pembalut
setiap bulannya. Selama tiga bulan terakhir ada 15 kombinasi jenis pembalut dan
selama tiga bulan itu jenis pembalut maxi merupakan jenis yang paling banyak

digunakan contoh sebanyak 28 persen. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa
lebih dari tiga per lima (67%) contoh menggunakan pembalut dengan merek
Charm. Contoh yang menggunakan dua merek pembalut dalam satu bulan
sebanyak lima persen.
Lebih dari tiga per lima (63%) menyebutkan merek Charm yang berada
dalam puncak pikiran dan menempati urutan pertama. Hasil pengukuran
menggunakan uji Cochran terhadap kesan tiga merek tertinggi yang digunakan
contoh semua atribut melekat di benak konsumen. Pengetahuan merek pembalut
yang disebutkan secara spontan tanpa dibantu (brand recall) pada urutan pertama
ditempati oleh Laurier (47%), kedua Charm (24%), ketiga Kotex (18%), dan
keempat Softex (7%).
Hubungan usia dengan tingkat pengetahuan konsumen adalah positif dan
signifikan (p=0,000; r= 0,342). Hubungan antara tingkat pendidikan dengan
tingkat pengetahuan konsumen adalah positif dan signifikan (p=0,001; r=0,322).
Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman, terdapat hubungan yang negatif dan
signifikan (p=0,12; r=-0,251) antara urutan anak dan tingkat pengetahuan Hasil
analisis korelasi spearman menunjukkan bahwa kedekatan contoh dengan ibu dan
uang saku dengan tingkat pengetahuan tidak mempunyai hubungan yang
signifikan (p=-0,047; r=0,640 dan p=0,167; r=0,139). Hasil analisis uji chi-square
menunjukkan bahwa antara top of mind dengan merek yang digunakan adalah

signifikan (p=0,000). Hasil analisis regresi logistik yang diperoleh, hanya uang
saku yang mempengaruhi kesesuaian merek yang digunakan dengan top of mind.
Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah meneliti aspek
lain seperti peer-group dikarenakan hubungan kedekatan dengan ibu tidak
berpengaruh dan gaya hidup yang dapat mempengaruhi perilaku penggunaan
pembalut. Selain itu, sebaiknya contoh dibedakan dari jenjang sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas agar data yang diperoleh
heterogen.

Kata kunci: Pembalut, Perilaku Penggunaan, Merek

HALAMAN PENGESAHAN

Judul
Nama
NIM

: Perilaku Penggunaan Pembalut pada Mahasiswi
: Lusiana Putri Rahayu
: I24050409


Menyetujui

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA
NIP. 19640718 198903 2 003

Megawati Simanjuntak, SP
NIP. 19721103 200501 2 002

Mengetahui
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Dr. Ir. Hartoyo, M. Sc
NIP. 19630714 198703 1 002

Tanggal Lulus:


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Maret 1987 dari pasangan
Agustinus Legimin dan Christiana Wartini. Penulis merupakan anak kedua dari
dua bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus dari sekolah dasar di Regina Pacis
Bogor kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di Budi Mulia Bogor.
Setelah itu, tahun 2002 penulis meneruskan sekolah menengah atas di SMA
Negeri 2 Bogor. Selepas lulus dari SMA tahun 2005, penulis berhasil diterima di
IPB (Institut Pertanian Bogor) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
Penulis memilih mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen, dengan minor Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti perkuliahan penulis
aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) pada
tahun 2007-2008 menjadi anggota divisi keprofesian, anggota club tumbuh
kembang anak, dan anggota club konsumen. Penulis selama kuliah menerima
beasiswa Yayasan Bhumiksara dan mengikuti kegiatan “Workshop Etika Tingkat
Nasional Untuk Masyarakat Profesional” yang bekerjasama dengan Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya Pusat Pengembangan Etika. Kemudian ikut serta
juga dalam seminar dan pelatihan dengan tema “Memilih Hidup Sebagai
Pemimipin Kristiani yang Cerdas, Tahan Uji, dan Berbela Rasa”


PRAKATA

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dengan baik. Penelitian ini berjudul Perilaku Penggunaan Pembalut
pada Mahasiswi.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA dan Megawati Simanjuntak, SP selaku
pembimbing skripsi atas bimbingannya selama penulis kuliah dan
menyelesaikan skripsi di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.
2. Ir. Retnaningsih, M.Si sebagai dosen penguji ujian skripsi dan juga dosen
Pembimbing Akademik dan Irni Rahmayani Johan, SP, MM selaku dosen
Pemandu Seminar.
3. Staf program pascasarjana, sarjana, dan diploma yang sudah memberikan
banyak bantuan dan informasi jumlah mahasiswi sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Keuskupan Bogor, Bu Harini, Yayasan Bhumiksara, dan teman-teman
Bhumiksara.
5. Bapak, Mama, dan Yohanes tercinta atas doa, perhatian, motivasi, dan kasih

sayangnya.
6. Teman-teman IKK khususnya angkatan 42 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terimakasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya selama ini.
7. Teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu dan semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis

menyadari

masih

ada

kekurangan.

Untuk

itu

penulis


mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kekurangankekurangan tersebut. Akhirnya, mudah-mudahan skripsi ini berguna dan
bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Januari 2010

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................ 2
Tujuan ................................................................................................. 3
Kegunaan Penelitian ........................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
Pengetahuan ........................................................................................ 5
Kebutuhan ........................................................................................... 6
Merek .................................................................................................. 7
Pengetahuan Merek ............................................................................ 9
Kesadaran Merek ........................................................................ 9
Brand Image ................................................................................. 10
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilihan Merek ..................... 11
Pendidikan .................................................................................... 11
Usia ............................................................................................... 11
Hubungan Ibu dan Remaja Puteri ....................................................... 11
Kedudukan Anak Dalam Keluarga ...................................................... 12
Menstruasi ............................................................................................ 13
Sejarah Pembalut ................................................................................. 13
Gambaran Umum Produk .................................................................... 14
KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 16
METODE PENELITIAN ............................................................................ 18
Disain, Tempat, dan Waktu ............................................................... 18
Teknik Penentuan Contoh ................................................................. 18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................... 19
Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 20
Definisi Operasional .......................................................................... 24
PEMBAHASAN .......................................................................................... 25
Karakteristik Contoh ........................................................................... 25
Usia .............................................................................................. 25
Pendidikan .................................................................................... 25
Uang saku ..................................................................................... 26
Urutan di antara anak perempuan ............................................... 26
Sumber Informasi ............................................................................... 26
Kedekatan dengan Ibu ......................................................................... 27
Pengetahuan Pembalut ......................................................................... 29

vi

Halaman
Perilaku Penggunaan Pembalut dan Merek ................................................ 31
Brand Awareness ................................................................................. 36
Top of Mind ................................................................................. 36
Brand Recall ................................................................................ 37
Brand Image ....................................................................................... 37
Hubungan Karakteristik Contoh dengan Tingkat Pengetahuan
Pembalut ..................................................................................... 39
Hubungan usia dengan tingkat pengetahuan pembalut .............. 39
Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan
pembalut ..................................................................................... 40
Hubungan uang saku dengan tingkat pengetahuan
pembalut ...................................................................................... 40
Hubungan urutan anak dengan tingkat pengetahuan
pembalut ...................................................................................... 41
Hubungan Kedekatan dengan Ibu
dengan Tingkat Pengetahuan Pembalut ....................................... 42
Hubungan Top of Mind dengan Merek
yang Digunakan ........................................................................... 43
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesesuaian Merek
Pembalut yang Digunakan dengan Top of Mind ......................... 43
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 46
Kesimpulan ..................................................................................... 46
Saran ............................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 48

vii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menstruasi atau haid adalah salah satu keadaan alami yang akan dialami
oleh setiap wanita, sering disebut “datang bulan” atau “datang tamu”. Hal tersebut
ditunjukkan dengan timbulnya noda berupa darah kotor yang keluar dari mulut
vagina. Peristiwa ini dialami wanita setiap bulannya dan siklus menstruasi ratarata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum tidak semua wanita
memiliki siklus menstruasi yang sama, terkadang siklus terjadi setiap 21 hari
hingga 30 hari. Ketika menstruasi, wanita membutuhkan pembalut. Pembalut
wanita adalah alat pembantu vital pada wanita yang sedang mengalami menstruasi
(Putra 2001).
Produk pembalut memang merupakan kebutuhan dasar wanita karena
digunakan untuk menyerap cairan agar pakaian dalam tidak ternoda. Semakin
meningkatnya jumlah wanita di Indonesia (menurut Sensus Penduduk Antar
Sensus pada tahun 2005 jumlah wanita sebanyak 108.472.769 orang, jumlah
pemakai pembalut kurang lebih sebanyak 71.566.684 orang) yang didukung
dengan kemajuan pendidikan dan pola pikir masyarakat membuat masyarakat
menerapkan pola hidup yang praktis dan higienis dengan mengutamakan
kenyamanan (Anonim 2005a).
Dahulu pembalut tidak memiliki bentuk, kemasan, kepraktisan dan
kecanggihan seperti sekarang ini. Wanita jaman dahulu hanya menggunakan kain
bersih yang diikatkan pada pakaian dalamnya. Pada saat ini, wanita-wanita
membutuhkan produk pembalut yang mempunyai kualitas daya rekat, daya serap
yang maksimum, serta ketipisan produk pembalut. Hal ini karena saat ini banyak
wanita terutama remaja putri mempunyai banyak kegiatan diluar rumah dan lebih
proaktif daripada wanita pada jaman dahulu (Anonim 2009b).
Sekarang ini, begitu banyak pilihan merek pembalut, dengan keunggulan
masing-masing. Banyaknya iklan di media massa yang menawarkan berbagai
kelebihan pembalut wanita. Membuat konsumen bingung dalam menentukan
pilihan. Namun tidak semua pembalut aman bagi kesehatan organ intim kaum

2

perempuan. Apalagi, jika kebersihan kurang terjaga, pembalut dapat menjadi
pemicu munculnya infeksi, iritasi, atau vaginitis (radang vagina) bahkan dapat
menjadi kanker serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim mempunyai
insiden yang tinggi di negara-negara yang sedang berkembang, yaitu menempati
urutan pertama. Di Indonesia terutama di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
ditemukan 76.2 persen kasus kanker leher rahim (Aziz 2005).
Merek merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan
konsumen dan merupakan salah satu indikator kualitas sekaligus indikator
evaluasi terhadap suatu produk. Suatu merek dapat menunjukkan ataupun
berhubungan langsung dengan eksistensi, fungsi, citra, dan mutu suatu produk.
Berbagai merek pembalut yang muncul dewasa ini seperti Softex, Laurier, Charm,
Whisper, Kotex, Hers Protex, dan seterusnya mengharuskan produsen melakukan
berbagai inovasi produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan
meningkatkan kualitas produknya supaya konsumen merasa puas. Hal tersebut
dijadikan peluang oleh perusahaan-perusahaan untuk memproduksi produk yang
serupa, sehingga menimbulkan munculnya berbagai merek pembalut yang beredar
di pasaran Indonesia. Saat ini, di Indonesia telah dipasarkan lebih dari 15 merek
pembalut dengan berbagai keunggulannya. Terdapat lima sampai enam merek
yang secara konsisten mendominasi pasar, seperti Laurier (PT. KAO Indonesia),
Charm (PT. Uni Charm Indonesia), Whisper, Kotex (Kimberly-Unilever), dan
Softex (PT. Softex Indonesia) (Sari 2003).
Oleh karena banyaknya pilihan merek pembalut wanita yang beredar
dipasaran dengan keunggulan masing-masing, maka dilakukan penelitian
mengenai perilaku penggunaan pembalut. Agar konsumen tidak salah dalam
memilih produk pembalut dan mengkonsumsinya, sehingga tidak menimbulkan
efek yang tidak diinginkan.

Perumusan Masalah
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa (Engel et al
1994). Perilaku konsumen dalam menggunakan merek pembalut bervariasi,
karena semakin banyaknya merek pembalut yang beredar. Pembalut terbuat dari

3

bahan yang telah disterilkan dan berisi kapas. Pembalut ini juga perlu diganti
setiap empat sampai enam jam sekali (Cyssco 2009).
Terdapat banyak sekali merek pembalut dengan berbagai bentuk dan
ukuran yang dapat dipilih. Biasanya seorang konsumen setelah beberapa kali
menggunakan berbagai pembalut akan menemukan merek yang paling cocok.
Sebagian konsumen menggunakan hanya satu merek dan sebagian lagi
menggunakan lebih dari satu merek. Merek sangat penting bagi konsumen karena
memudahkan konsumen dalam menentukan pilihan, menjadi jaminan kualitas,
mencegah risiko, serta menjadi pernyataan diri dan gengsi. Banyak produsen yang
rela menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk membangun mereknya. Agar
merek menjadi kuat diperlukan pengetahuan merek yang merupakan tingkat
tahunya konsumen pada deskripsi produk atau merek pembalut bersangkutan.
Atribut pada produk pembalut meliputi ketebalan, ada atau tidaknya pelindung
sisi, dan ukuran panjang.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian mengenai perilaku
konsumen mengenai penggunaan pembalut, sehingga dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana

sumber

informasi

mengenai

pembalut,

kedekatan

konsumen dengan ibu, tingkat pengetahuan, kesadaran merek
pembalut, dan brand image, dan perilaku penggunaan pembalut?
2. Bagaimana hubungan karakteristik individu dan hubungan kedekatan
ibu dan contoh dengan pengetahuan mengenai pembalut?
3. Bagaimana hubungan top of mind dengan merek pembalut yang
digunakan konsumen?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesesuaian antara merek
yang digunakan dengan top of mind ?

Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis perilaku konsumen dalam
penggunaan pembalut. Tujuan khusus yang ingin dicapai antara lain:
1. Mengidentifikasi

jumlah

sumber

informasi

tentang

pembalut,

kedekatan dengan ibu, tingkat pengetahuan pembalut, kesadaran

4

merek pembalut, brand image, dan perilaku penggunaan merek
pembalut.
2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dan kedekatan dengan
ibu dengan pengetahuan mengenai pembalut.
3. Menganalisis hubungan top of mind dengan merek yang digunakan
contoh.
4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian merek
yang digunakan dengan top of mind.

Kegunaan Penelitian
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

gambaran

perilaku

penggunaan pembalut pada lingkup mahasiswi Institut Pertanian Bogor. Bagi
peneliti, penelitian ini diharapkan sebagai wadah mengembangkan diri dan
memperluas pengetahuan serta wawasan. Bagi pemerintah diharapkan dapat
sebagai acuan dalam membuat kebijakan sehingga hak-hak sebagai konsumen
dapat terlindungi. Bagi konsumen, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan dan bahan pertimbangan dalam menggunakan pembalut.
Jika dilihat dari perspektif manajemen pemasaran, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi input untuk memformulasikan strategi pemasaran
pembalut dengan tetap berpihak pada konsumen. Terakhir, hasil penelitian ini
juga diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu perilaku
konsumen khususnya kajian perilaku penggunaan merek pembalut.

  5
 

TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan
Pengetahuan secara umum didefinisikan sebagai informasi-informasi yang
disimpan di dalam ingatan manusia. Himpunan bagian dari informasi total yang
relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut pengetahuan konsumen
(Engel et al. 1994). Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki
konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya
yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan
dengan fungsinya sebagai konsumen. Pengetahuan ini timbul karena konsumen
mencari informasi - informasi dari sebuah produk dan konsumen menyimpannya
di dalam ingatannya, dimana proses pencarian informasi ini bertujuan untuk
proses pencapaian tujuan akhir dari penggunaan produk yaitu tercapainya
keseimbangan antara harapan konsumen dengan nilai-nilai yang diberikan oleh
produk (Sumarwan 2004).
Pengetahuan produk bisa didapat dari produk itu sendiri ataupun dari
pengalaman penggunaan produk, seperti periklanan, interaksi dengan tenaga
penjual, informasi dari teman atau media, pengambilan keputusan yang
sebelumnya atau penggunaan produk, dan ingatan konsumen. Menurut Engel,
Blackwell, dan Miniard (1994) pengetahuan produk mencakup:
1. Kesadaran akan kategori dan merek produk di dalam kategori produk.
2. Terminologi produk (misalnya "floppy disk" dalam komputer ).
3. Atribut atau ciri produk.
4. Kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan mengenai merek
secara spesifik.
Secara umum informasi-informasi tentang pengetahuan produk ini
diperoleh melalui analisis kesadaran konsumen dan citra dari merek yang tersedia.
Analisis kesadaran adalah sebuah analisis mengenai kesadaran konsumen
mengenai merek-merek produk yang tersedia di pasaran dan analisis citra adalah
analisis untuk mengetahui pengetahuan konsumen mengenai sifat dari objek yang
dikenalnya.

  6
 

Kebutuhan
Kebutuhan yang dirasakan konsumen bisa dimunculkan oleh diri
konsumen sendiri seperti rasa lapar dan haus, kebutuhan akan makanan, air, udara,
rumah, pakaian, atau seks. Kebutuhan ini disebut sebagai kebutuhan fisiologis
atau biologis (innate needs) dan sering juga disebut sebagai kebutuhan primer.
Produk tersebut dibutuhkan konsumen untuk mempertahankan hidupnya
(Sumarwan 2004).
Kebutuhan juga bisa dimunculkan oleh faktor luar konsumen, misalnya
aroma makanan yang dating dari restoran sehingga konsumen terangsang ingin
makan. Kebutuhan ini juga disebut kebutuhan sekunder atau motif. Kebutuhan
sekunder atau kebutuhan yang diciptakan (acquired needs) adalah kebutuhan yang
muncul sebagai reaksi konsumen terhadap lingkungan dan budayanya. Kebutuhan
tersebut biasanya bersifat psikologis karena berasal dari sikap subjektif konsumen
dan dari lingkungan konsumen. Kebutuhan meliputi self-esteem, prestige,
affection, dan power (Sumarwan 2004).
Kebutuhan yang dirasakan (felt needs) seringkali dibedakan berdasarkan
kepada manfaat yang diharapkan dari pembelian dan penggunaan produk. Pertama
adalah kebutuhan utilitarian (utilitarian needs), yang mendorong konsumen
membeli produk karena manfaat fungsional dan karakteristik objektif dari produk
tersebut. Misalnya obeng akan memberikan manfaat fungsional untuk kemudahan
dalam membuka dan memasang kembali mur pada peralatan mesin. Yang kedua
adalah kebutuhan ekspresive atau hedonic (expressive needs atau hedonic needs),
yaitu kebutuhan yang bersifat psikologis seperti rasa puas, gengsi, emosi, dan
perasaan subjektif lainnya. Kebutuhan ini seringkali muncul untuk memenuhi
tuntutan sosial dan estetika (Sumarwan 2004).
Maslow mengemukakan lima kebutuhan manusia berdasarkan tingkat
kepentingannya mulai dari yang paling rendah yaitu kebutuhan biologis
(physiological or biogenic needs) sampai paling tinggi yaitu kebutuhan
psikogenik (psychogenic needs). Menurut teori Maslow, manusia berusaha
memenuhi kebutuhan tingjkat rendahnya terlebih dahulu sebelum memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi. Konsumen yang telah biasa memenuhi kebutuhan
dasarnya, maka kebutuhan lainnya yang lebih tinggi biasanya muncul dan

  7
 

begitulah seterusnya. Seperti digambarkan pada Gambar 1, dua kebutuhan dasar
manusia adalah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman dan keamanan.
Sementara kebutuhan paling tinggi adalah aktualisasi diri, yang tercapai saat
terpenuhinya seluruh kebutuhan hidup seseorang. Menurut Maslow setiap
individu memiliki motif dan dorongan untuk mencapai keunikan dari potensi
dirinya, kapasitas dan bakatnya, yang disebutnya sebagai aktualisasi diri
(Sumarwan 2004).

Gambar 1 Hirarki Kebutuhan Maslow
Pencapaian aktualitasasi diri membutuhkan kekuatan ego diri, penerimaan
dari peer grup nya, dan penghargaan dirinya sendiri. Menurut Maslow aktualisasi
diri ini tidak dapat tercapai sampai usia dewasa. Meski

kontribusi Maslow

terfokus pada kepribadian orang dewasa, namun teorinya juga banyak
memberikan inspirasi pada anak, karena para pendidik mulai menyadari
pentingnya menekankan keunikan diri setiap anak dan menolong untuk
menemukan dan menggunakan setiap potensi yang dimiliknya.
Merek
Merek adalah nama istilah, simbol atau beberapa disain khusus atau
kombinasi dari unsur-unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasi barang
atau jasa yang ditawarkan oleh penjual. Tujuan dari pemberian merek adalah
untuk mengidentifikasikan produk atau jasa yang dihasilkan agar berbeda dari
produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing (Rangkuti 2002).

  8
 

Merek diartikan sebagai nama dan atau simbol yang bersifat membedakan
(seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang
dan jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan
demikian membedakannya dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan para
kompetitor (Aaker 1991). Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan,
atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya
dari produk pesaing. Pada dasarnya merek mengidentifikasikan penjual atau
pembuat. Berdasarkan undang-undang merek dagang, penjual diberikan hak
eksklusif untuk menggunakan mereknya untuk selamanya. Mereka sebenarnya
merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan
manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek bersifat emosional, memilki
kepribadian, serta mencakup hati dan benak konsumennya (Kotler 2005).
Menurut Rangkuti (2002), merek yang terbaik akan memberikan jaminan
kualitas. Namun, nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya
simbol, karena merek memiliki enam tingkat pengertian yaitu:
a. Attributes ( atribut)
Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan
agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja
yang terkandung dalam suatu merek.
b. Benefits (manfaat)
Konsumen tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat. Produsen
harus dapat menerjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional maupun
manfaat emosional.
c. Value (nilai)
Merek juga menyatakan suatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang
memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang
berkelas sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut.
d. Culture (Budaya)
Merek juga mewakili budaya tertentu.
e. Personality (kepribadian)

  9
 

Merek

juga

memiliki

kepribadian,

yaitu kepribadian

bagi

para

penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si
pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek yang digunakan.
f. User (pemakai)
Merek juga menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah
sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang-orang terkenal
untuk penggunaan mereknya.
Pengetahuan Merek
Pengetahuan merek merupakan rangkaian lengkap asosiasi merek yang
berhubungan dengan ingatan jangka panjang konsumen. Pengetahuan merek
berupa tingkat “tahunya” konsumen pada deskripsi produk atau merek
bersangkutan. Pengetahuan merek adalah sejauh mana konsumen familiar dengan
merek. Konsep brand knowledge terdiri dari 2 dimensi yaitu brand awareness dan
brand image (Ferrinadewi 2008).
Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Konsumen cenderung membeli merek yang sudah dikenal, karena dengan
membeli merek yang sudah dikenal, konsumen merasa aman, terhindar dari
berbagai risiko pemakaian dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih
dapat diandalkan. Tingkat penerimaan awal dari seseorang ketika melihat dan atau
mendengar suatu informasi tentang produk beserta mereknya adalah kesadaran
merek (Brand Awareness). Pengenalan maupun pengingatan merek akan
melibatkan upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke
kategori produk (Durianto et al. 2001).
Kesadaran merek adalah suatu respon yang diberikan konsumen terhadap
suatu merek sekaligus pengukuran sejauh mana konsumen peduli san memahami
keberadaan merek tersebut. Kesadaran merek juga dapat diartikan sebagai
kekuatan sebuah merek unttuk dapat diingat kembali oleh konsumen dan dapat
dilihat dari kemampuan konsumen itu sendiri untuk mengidentifikasikan merek
dalam berbagai kondisi (Surjaatmadja 2008).
Menurut Aaker (1991), kesadaran merek adalah kemampuan konsumen
untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian

  10
 

dari kategori suatu produk. Kesadaran merek membutuhkan suatu rentang
kontinum dari perasaan yang tidak pasti bahwa suatu merek dikenal, sampai
menjadi keyakinan bahwa suatu merek merupakan satu-satunya merek yang
paling dikenal dalam suatu kategori produk. Merek yang berada pada tingkat
kesadaran yang tinggi memberikan keuntungan kompetitif, karena akan
memperhitungkan dalam situasi pembelian.
Pengukuran brand awareness berdasarkan tingkat kesadaran merek yang
mencakup puncak pikiran (top of mind), pengingatan kembali (brand recall),
pengenalan merek (brand recognition), dan tidak menyadari merek (brand
unaware). Top of mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat
reponden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang
suatu kategori produk. Merek yang berada pada tingkat ini merupakan merek yang
utama dalam benak konsumen, sehingga dalam siatuasi pembelian, merek lain
tidak diperhitungkan. Brand recall mencerminkan merek-merek apa yang diingat
contoh setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Pada tingkatan ini
disebut juga dengan pengingatan kembali tanpa bantuan (unaided recall). Brand
recognition contoh dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan (an
aided recall). Brand unaware adalah tingkatan yang paling rendah dalam
pengukuran kesadaran merek, contoh sama sekali tidak menyadari atau mengenal
akan suatu merek setelah diberikan bantuan. Kesadaran merek dapat
meningkatkan asosiasi merek (brand association) (Aaker 1991).
Brand Image
Dimensi kedua dari pengetahuan tentang merek yang berdasarkan
konsumen (consumer-based brand knowledge) adalah citra dari sebuah merek.
Citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak
konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara
sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan
dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir tentang orang lain. Asosiasi
ini dapat dikonseptualisasi berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan, dan keunikan.
Jenis asosiasi merek meliputi atribut, manfaat dan sikap. Atribut terdiri dari atribut
yang berhubungan dengan produk misalnya desain, warna, ukuran dan atribut
yang tidak berhubungan dengan produk, misalnya harga, pemakai dan citra

  11
 

penggunaan. Sedangkan manfaat mencakup manfaat secara fungsional, manfaat
secara simbolis dan manfaat berdasarkan pengalaman (Aaker 1991).
Brand image adalah sekumpulan aosiasi merek yang terbentuk dibenak
konsumen (Rangkuti 2002). Citra merek (brand image) adalah suatu pandangan
masyarakat terhadap merek suatu produk. Brand image merupakan bagian dari
merek yang dpaat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain
huruf atau warna khusus, atau persepsi pelanggan atas sebuah produk atau jasa
yang diwakili oleh mereknya. Citra sebuah merek adalah seperangkat asosiasi
unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemegang merek (Surjaatmadja
2008).
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilihan Merek
Pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi
nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya
terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik
akan sangat responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi
konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Konsumen yang berpendidikan
tinggi akan lebih senang untuk mencari informasi yang banyak mengenai suatu
produk sebelum memutuskan membelinya. Usia. Perbedaan usia akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek (Sumarwan 2004).
Hubungan Ibu dan Remaja Putri
Hubungan paling utama dalam kehidupan seorang anak adalah
kelekatannya kepada pengasuh terutama ibunya. Ketika anak memasuki usia
remaja, keluarga mempunyai tujuan umum yaitu keluarga memberi kelonggaran
ikatan atau hubungan dengan anak, keluarga memberi tanggung jawab dan
kebebasan lebih besar kepada anak. Remaja membutuhkan penerimaan di
lingkungan sosial yang lebih besar, keluarga memberikan kesempatan agar
kebutuhan yang berbeda-beda dapat dipenuhi dalam masyarakat. Remaja
sehubungan dengan perkembangan fisik dan mentalnya mengalami pelbagai
perubahan. Keluarga perlu mendorong remaja mengembangkan kemampuan dan
kemandiriannya. Komunikasi antar orangtua dan remaja ditingkatkan agar tidak
terjadi jarak (Wulandari 2007).

  12
 

Interaksi orangtua dan anak adalah suatu pola perilaku yang melibatkan
orang tua dan anak secara timbal balik mencakup berbagai upaya keluarga.
Hubungan komunikasi yang lancar dan terbuka harus selalu dijaga agar dapat
diketahui hal-hal yang ingin diketahui remaja sehubungan dengan pertumbuhan
dan perkembangan remaja. Menurut penelitian Wulandari (2007), sebagian besar
(94%) remaja putri senang mencurahkan semua masalah kepada ibu, 18 persen
remaja putri menyatakan sering berdiskusi dengan ibu mengenai kesehatan
reproduksi, bahasan mengenai haid 70 persen serta kebersihan pakaian dalam dan
alat kelamin 16 persen. Ibu adalah tokoh yang mendidik anak-anaknya, yang
memelihara perkembangan anak-anaknya, dan juga mempengaruhi aktivitasaktivitas anak di luar rumahnya. Selama ini hanya tokoh ibu yang dianggap dapat
memberikan perhatian terhadap anak, sementara ayah hanya dianggap sebagai
tokoh yang patut ditakuti, sering keluar rumah, dan tidak dekat dengan anak
(Gunarsa dan Gunarsa 2008).
Salah satu cara untuk melakukan sosialisasi terhadap anak di dalam
keluarga adalah dengan berkomunikasi. Melalui komunikasi antara orang tua dan
anak, anak mengetahui nilai-nilai mana yang dianggap baik dan nlai-nilai mana
yang dianggap tidak baik, serta hal-hal apa yang harus dielakkan. Emotional
bonding remaja putri kepada ibu berkaitan dengan pengetahuan reproduksi
remaja putri.

Kedudukan Anak Dalam Keluarga
Setiap anak dalam keluarga mempunyai posisinya sendiri-sendiri. Setiap
kedudulan menyebabkan tanggung jawab dan konsekuesi yang berbeda.hal ini
bias disebabkan oleh kebudayaan maupun sikap orangtua yang berbeda. Urutan
anak yang dikenal adalah anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu serta anak
tunggal.
Anak sulung merupakan anak yang paling tua atau anak pertama yang
lahir dari suatu keluarga. Karena anak tersebut adalah anak pertama maka berarti
pengalaman merawat anak, pengalaman mendidik anak belum dimiliki oleh kedua
orangtuanya. Kekurangan pengetahuan dan pengalaman dari orangtua membawa
akibat tersendiri dalam diri anaknya. Anak tengah adalah kedudukan anak diapit

  13
 

oleh seorang atau beberapa orang kakak dan seorang atau beberapa adik. Anak
bungsu yaitu anak terakhir dalam keluarga. Anak tunggal merupakan kedudukan
anak yang tidak mempunyai kakak dan adik (Gunarsa dan Gunarsa 2008).
Menstruasi
Menstruasi adalah periode pengeluaran darah secara periodik (biasanya
setiap bulan) dari uterus berupa campuran darah, cairan jaringan dan hasil
luruhnya dinding uterus (endometrium). Periode ini akan terjadi di kira-kira setiap
dua puluh delapan hari sampai mencapai menopause, pada akhir empat puluhan
atau awal lima puluhan tahun (Hurlock 1980).
Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam
tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap
bulan antara usia pubertas dan menopause. Pada wanita siklus menstruasi rata-rata
terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum tidak semua wanita
memiliki siklus menstruasi yang sama, terkadang siklus terjadi setiap 21 hari
hingga 30 hari. Lamanya menstruasi yang normal berkisar antara tiga sampai lima
hari (William 2001). Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut
untuk menampung darah yang keluar saat beraktivitas terutama saat tidur agar
pantat dan celana tidak basah dan tetap nyaman. Pembalut perlu diganti setiap
empat sampai enam jam sekali sehari untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi
pada vagina (Cyssco 2009).
Sejarah Pembalut
Dimulai dari zaman Mesir Kuno, orang Mesir kuno sudah mengenal
pembalut yang pada saat itu masih terbuat dari daun papyrus yang dilembutkan
dan bentuknya seperti tampon. Lalu berkembang di Yunani kuno dengan
menggunakan bahan kapas halus dan dan dibungkus kayu kecil. Berbagai macam
bahan yang digunakan untuk pembalut wanita seperti rumput kering, wol, kapas,
kain bekas, maupun serat sayuran. Bentuknya yaitu dimasukkan kedalam kantong
dan diselipkan di antara kedua kaki (Aditrock 2009).
Pada tahun 1867 ditemukan menstrual cup (mangkuk menstruasi).
Mangkuk ini diletakkan ke dalam kantong kain yang dihubungkan dengan belt

  14
 

yang diikat di pinggang. Pada saat itu, wanita tidak menggunakan apa-apa dibalik
roknya, sehingga jika sedang menstruasi, mereka memakai pembalut tersebut.
Pada tahun 1876, bahan dari mangkuk menstruasi tersebut diganti bahannya
menjadi bahan karet yang memungkinkan dapat menampung darah haid, lalu terus
mengalir melalui selang menuju ke kantong penampungan yang digunakan diluar
badan. Namun, yang menggunakan menstrual cup hanya orang-orang tertentu
saja. Orang miskin masih menggunakan kain yang bisa dicuci sehingga bisa
dipakai berulang kali, karena mereka tidak sanggup membeli menstrual cup.
Barulah pada perang dunia pertama, cikal bakal disposable pads (pembalut
sekarang ini) ditemukan. Seorang perawat Perang Dunia pertama, ketika itu
menyadari bahwa pembalut yang mereka gunakan untuk membalut luka tentara
ternyata bisa digunakan ketika haid (Aditrock 2009).

Gambaran Umum Produk
Pembalut yang beredar di Indonesia jumlahnya cukup banyak. Seperti
yang kita ketahui, pembalut merupakan salah satu produk yang digunakan saat
menstruasi yang menjadi suatu kebutuhan pokok untuk wanita. Pembalut yang
beredar dan mendominasi pangsa pasar di Indonesia antara lain merek Charm,
Laurier, dan Softex.
Produsen pambalut di Indonesia antara lain PT. Uni Charm, PT Kao, dan
PT. Softex Indonesia. Masing-masing produsen memiliki kekhususan merek
produksi. PT. Uni Charm memproduksi Charm. PT Kao memproduksi Laurier.
PT. Softex Indonesia memproduksi Softex.
Laurier telah ada di Indonesia sejak tahun 1979. Produk ini merupakan
pembalut wanita berkualitas tinggi dengan teknologi ‘quicklock’, menyerap dan
mengunci cairan seketika. Produk ini terus dikembangkan selama bertahun-tahun.
Jenis Laurier yang beredar di pasaran yakni: super slim guard night 30cm; super
slim guard day 22,5cm; super guard x-tra 34cm; super guard fit 30cm; relax
night 35cm; relax night 30cm; relax night 27cm; active day long protect 25cm;
active day super regular wing; active day super regular; active day super maxi
wing; dan active day super max (Anonim 2009c).

  15
 

Pada tahun 1976, PT Softex Indonesia mengalihkan bisnisnya menjadi
perusahaan Indonesia pertama yang memproduksi sanitary napkins atau pembalut.
Pada dekade 80-an, merek Softex merajai pasar pembalut di Indonesia. Merek
softex mempunyai beberapa jenis yaitu super deluxe light airy, super deluxe maxi
wing, dan super deluxe maxi (Anonim 2009d).

16
 

KERANGKA PEMIKIRAN

Menstruasi merupakan keadaan yang dialami oleh seorang perempuan
normal setiap bulan. Agar cairan menstruasi yang keluar dari dinding rahim tidak
menodai pakaian yang dipakai maka perempuan menggunakan pembalut.
Pembalut yang beredar dipasaran bermacam-macam merek dan teknologi yang
digunakan. Pembalut dapat menyebabkan iritasi, dan keputihan sehingga
perempuan sebagai konsumen harus memilih pembalut yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik mereka. Untuk mendapatkan pembalut yang sesuai
dibutuhkan

pengetahuan

bagi

perempuan

sebagai

konsumen

pembalut.

Karakteristik contoh yang meliputi usia, uang saku per bulan, tingkat pendidikan,
dan urutan diantara anak perempuan dalam keluarga akan mempengaruhi
pengetahuan konsumen. Selain itu, akses informasi yang diperoleh konsumen
tentang menstruasi, pembalut, dan merek pembalut terlibat dalam membentuk
pengetahuan konsumen terhadap merek suatu pembalut yang akan digunakannya.
Akses informasi yang digunakan antara lain jumlah sumber informasi yang
diperoleh (baik dari media cetak, media elektronik maupun orang yang berada
didekatnya).
Pengetahuan konsumen yang diteliti adalah pengetahuan mengenai
pembalut, menstruasi, dan merek pembalut. Pengetahuan terhadap merek
pembalut dapat mempengaruhi brand awareness dan brand image (Ferrinadewi
2008). Hal ini dimulai dari calon konsumen mengetahui merek apa saja yang
beredar dipasaran (brand knowledge). Kesadaran merek adalah kemampuan
konsumen untuk mengingat kembali merek yang merupakan bagian dari kategori
suatu produk. Sementara itu, brand image ialah kesan konsumen terhadap merek,
seperti tercermin dalam asosiasi dalam memori konsumen.

17
 

Karakteristik contoh:
• Usia
• Pendidikan
• Uang saku atau
pendapatan
• Urutan di antara
anak perempuan

Akses Informasi
tentang menstruasi,
pembalut, dan merek
pembalut:
Jumlah sumber (media
elektronik, cetak, dll)

Kedekatan contoh
dengan ibu

Brand Awareness:
• Top of Mind
• Brand Recall

Pengetahuan
contoh:
• Menstruasi
• Pembalut

Perilaku
penggunaan
Pembalut

Brand Image

Keterangan:
------ : tidak diteliti
: diteliti
Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada
mahasiswi

 

 

18

METODE PENELITIAN

Disain, Tempat, dan Waktu
Disain penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study
adalah data yang dikumpulkan pada saru waktu untuk memperoleh gambaran
karakteristik contoh (Singarimbun & Efendi 1995). Penelitian ini dilakukan di
Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berlokasi di Kampus IPB Dramaga dan
Gunung Gede Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive sampling) dengan pertimbangan kemudahan dalam memperoleh
contoh. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2009.
Teknik Penentuan Contoh
Populasi penelitian adalah mahasiswi IPB dengan contoh penelitian
merupakan mahasiswi yang masih aktif baik yang menempuh program diploma,
sarjana, maupun pascasarjana. Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah
non-probability sampling (penarikan sampel secara tak acak) dengan cara
convenience sampling. Teknik ini merupakan prosedur sampling yang pada
pengambilan sampel berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk
mendapatkannya (Suliyanto 2005).
Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil, digunakan rumus Slovin
berikut (Umar 2003):
n

=

N
(1+Ne2)

=

11429
1 + 11429 (0.12)

=

99.13

Dimana:
n = Jumlah contoh yang diambil
N= Jumlah populasi
e = error 0.1
Berdasarkan perhitungan jumlah minimal contoh untuk penelitian adalah
99 orang, maka contoh yang diambil sebanyak 110 contoh dengan pertimbangan
10 persen untuk menghindari drop out data. Jumlah sampel akhir yang digunakan
adalah 100 contoh dikarenakan 10 contoh tidak mengisi kuesioner secara lengkap.
Banyaknya jumlah contoh yang diambil adalah proposional menurut program

 

 

19

pendidikan, yakni dengan menentukan jumlah contoh berdasarkan jumlah setiap
program pendidikan dibagi dengan jumlah mahasiswi secara keseluruhan dikali
dengan persentase (100%), kemudian contoh yang akan diambil setiap program
pendidikan yaitu dengan cara nilai persen program pendidikan dikalikan dengan
jumlah contoh yang akan diambil dengan jumlah minimal contoh. Proses
pemilihannya secara convinience sampling yakni contoh dipilih berdasarkan
kesediaannya untuk mengisi kuesioner dan wawancara langsung sesuai dengan
jumlah per program pendidikan. Jumlah contoh dibagi menjadi 4 kelompok
program pendidikan sesuai dengan jumlah contoh mahasiswi tiap program
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah contoh berdasarkan jenjang pendidikan
Populasi
Jenjang pendidikan
mahasiswi
Persen (%)
(orang)
S0
3107
27.2
S1
6840
59.8
S2
1117
9.8
S3
365
3.2
Jumlah
11429
100.0

Jumlah
contoh
(orang)
27
60
10
3
100

Keterangan: Sumber data dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB dan buku
Pascasarjana dalam angka tahun 2006-2008

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer terdiri dari data karakteristik individu, akses informasi
mengenai yang berhubungan dengan pembalut, kedekatan contoh dengan ibu
berkaitan dengan menstruasi dan masalah perempuan, pengetahuan pembalut,
kesadaran merek pembalut, brand image, dan perilaku penggunaan pembalut.
Data sekunder diperoleh dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB dan buku
Pascasarjana dalam angka sebagai data jumlah populasi penelitian, internet, artikel
mengenai pembalut dan menstruasi, buku-buku mengenai merek dan perilaku
konsumen dan literatur-literatur yang dikeluarkan lembaga-lembaga terkait seperti
data mengenai kanker serviks. Cara pengumpulan data adalah wawancara
menggunakan kuesioner dan contoh mengisi langsung kuesioner. Daftar
pertanyaan kuesioner dirancang dengan memberikan pertanyaan terbuka, tertutup,
dan kombinasi keduanya.

 

 

20

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpul dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding,
scoring, entri data ke komputer, cleaning data, dan analisis data. Pengolahan data
menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 13 for Windows. Untuk menganalisis
data dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas, analisis deskriptif, uji Cochran,
korelasi Spearman, chi-square, dan regresi logistik.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kuesioner agar alat ukur dapat
dipercaya, sehingga