Analisis Faktor yang Mempengaruhi Sindrom Pra Menstruasi pada Polisi Wanita (Polwan) di Polisi Resor Kota Cimahi
ABSTRACT
YOSEPHINE RENNY F. Analysis of Factors Influencing Pre Menstrual Syndrom
among Police Woman (Polwan) at Police Resort Cimahi. Supervised by IKEU
EKAYANTI and MUHAMMAD RIZAL MARTUA DAMANIK.
General purpose of this research is to analyze the factors influencing premenstrual syndrom among police woman (Polwan) at Polres Cimahi. The
research uses a Cross-sectional Study design with observational methods.
Research carried out at Polres Cimahi. Data colection is performed in July 2011August 2011. The total of 54 police women is participated in this study. Primary
data include the characteristics of the sample, the knowledge of nutrition,
physical activity, the consumption of animal food, vegetable and fruit and
complaints when the pre menstrual syndrome. Secondary Data include an
overview Polres Cimahi.
Statistical analysis using spearman corrltion test shows that there is a
negatif correlation p80% jawaban benar
Kurang
Baik
Kurang
Baik
Kurang
Baik
Tidak ada keluhan
Ringan
Sedang
Berat
Tidak ada keluhan
Ringan
Sedang
Berat
< 3x dalam sehari
≥3x dalam sehari
< 1½ x dalam sehari
≥1½ x dalam sehari
< 3 x dalam sehari
≥3x dalam sehari
0
1–2
3–6
≥ 12
0
1-4
5-12
≥ 12
Tingkat Kecukupan
a.
3
Pangan hewani
b. Sayur
c.
Buah
4
Skor Jumlah Jenis Keluhan
Menjelang Menstruasi
5
Skor Keluhan Menjelang
Menstruasi
Data menstruasi sampel mencakup usia menarche, lama menstruasi,
periode menstruasi dan keluhan sindrom pra menstruasi. Pengkategorian usia
menarche Data keluhan sindrom pra menstruasi diolah secara deskriptif
kemudian dibuat kategori skor keluhan (nol, ringan, sedang dan berat)
berdasarkan jenis keluhan yang dirasakan sebelum menstruasi.
Kategori jenis keluhan menstruasi digunakan untuk menghitung skor
keluhan menjelang menstruasi. Kategori skor nol (0) diberikan kepada sampel
yang tidak memiliki keluhan sebelum menstruasi, kategori skor 1 sampai 2
diberikan pada sampel yang memiliki keluhan sebelum menstruasi yang ringan,
kategori skor sedang diberikan kepada sampel dengan skor keluhan menstruasi
3 sampi 6 dan kategori berat diberikan kepada sampel yang memiliki skor
keluhan sebelum menstruasi lebih besar dari 6. Kategori jenis keluhan disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Kategori Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi
Skor Jenis Keluhan
Kategori Keluhan
0
Tidak ada keluhan
1–2
Ringan
3–6
Sedang
>6
Berat
Kategori keluhan sindrom pra menstruasi didapatkan dari penjumlahan
skor masing-masing jenis keluhan yang disajikan pada Tabel 4. Skor untuk
masing-masing keluhan menstruasi berdasarkan pada tingkat keparahan keluhan
sebelum menstruasi. Jones et al. (1996) menyatakan bahwa dalam bentuk yang
berat maka dismenore akan menyebabkan mual, muntah dan pusing, sedangkan
jerawat merupakan keluhan pre menstruasi (Shreeve 1989). Skor total jenis
keluhan adalah 21 (Jones et al. 1996).
Tabel 4 Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi
Jenis Keluhan
Sakit kram di bawah perut
Sakit kepala/pusing
Mual
Muntah
Sakit pada payudara
Sakit pinggang
Lesu
Jerawat
Lebih emosional
Lain-lain
Total
Sumber : Jones et al. (1996)
Skor
3
3
3
3
2
2
2
1
1
1
21
Skor keluhan didapatkan dengan cara menjumlahkan skor keluhan
berdasarkan jenis keluhan yang dirasakan oleh sampel. Kategori skor nol (0)
diberikan kepada sampel yang tidak memiliki keluhan, kategori skor ringan
diberikan kepada sampel dengan skor keluhan menstruasi 1 sampai 4, kategori
skor sedang diberikan kepada sampel dengan skor keluhan 5 sampai 12 dan
kategori skor berat diberikan kepada sampel dengan skor keluhan lebih besar
dari 12 (Tenia 2010). Kategori skor keluhan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kategori Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi
Skor Jenis Keluhan
Kategori Keluhan
0
Tidak ada keluhan
1–4
Ringan
6 – 12
Sedang
>12
Berat
Menurut Khomsan 2004, data pengetahuan gizi diberi skor 1 jika jawaban
pertanyaan benar dan skor 0 jika jawaban pertanyaan salah, sehingga total skor
adalah 20 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan seputar gizi umum dan 10
pertanyaan seputar sindrom pra menstruasi. Pengetahuan gizi sampel
sikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika antara 60-
80% jawaban benar dan dikategorikan tinggi apabila jawaban benar lebih dari
80%. Kategori skor pengetahuan gizi disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Skor Pengetahuan Gizi
Skor Keluhan
Kategori Keluhan
60% jawaban benar
Rendah
60%-80% jawaban benar
Sedang
>80% jawaban benar
Tinggi
Sumber : Khomsan (2004)
Data aktivitas fisik didapatkan dengan metode kuesioner dan wawancara
langsung dan hasilnya diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas
dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut
FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam
24 jam dinyatakan dalam PAL ( Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik
yang didapat dengan menggunakan rumus PAL sebagai berikut :
Keterangan :
PAL
: Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)
PAR
: Physical Activity Ratio (jumlah energy yang dikeluarkan untuk jenis
aktivitas per satuan waktu tertentu)
Jenis aktivitas yang dilakukan sampel dikategorikan menjadi 18 jenis
kategori berdasarkan PAR seperti yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Kategori Aktivitas Fisik Berdasarkan Nilai PAR
Keterangan
PAR
PAR
Perempuan
Laki-laki
1
1
Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam dan membaca
1.2
1.2
Duduk sambil menonton TV
1.72
1.64
Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias
1.5
1.4
Makan dan minum
1.6
1.4
Jalan santai
2.5
2.8
5
0
Mengendarai kendaraan
2.4
2.7
Menjaga anak
2.5
0
Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih dan lain-
2.75
3
1.7
3.5
Tidur (tidur siang dan tidur malam)
Berbelanja (membawa beban)
lain)
Setrika pakaian (duduk)
Kegiatan berkebun
2.7
3.3
Office worker (duduk didepan meja, menulis dan
1.3
1.3
1.6
1.6
Olahraga (Bulutangkis)
4.85
5.8
Olahraga (jongging, lari jarak jauh)
6.55
8.21
Olahraga (bersepeda)
3.6
3.8
Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola dan lain-lain)
7.5
8.0
mengetik)
Office
worker
(berjalan
mondar-mandir
sambil
membawa arsip)
Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
Physical Activity Level (PAL) selanjutnya dikategorikan menjadi tiga
kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001), seperti yang tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8 Kategori Tingkat Aktivitas Fisik Berdasarkan PAL
Kategori
Nilai PAL
Aktivitas ringan (sedentary)
1,40 – 1,69
Aktivitas sedang (moderate)
1,70 – 1,99
Aktivitas berat (vigorous)
2,00 – 2,40
Sumber : Sjostrom (2004)
Data frekuensi konsumsi pangan hewani, sayur dan buah didapatkan
metode Food Frequency Quesionaire (FFQ) dilengkapi dengan recall 2x24 jam
untuk menentukan jumlah pangan yang dikonsumsi. Data yang didapatkan
kemudian dihitung frekuensi konsumsinya dalam sehari, kemudian dibandingkan
dengan anjuran makanan rata-rata satu hari orang dewasa menurut golongan
umur berdasarkan ukuran rumah tangga (URT) (Almatsier 2004). Anjuran
makanan rata-rata satu hari untuk orang dewasa menurut golongan umur untuk
pangan hewani, sayur dan buah disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Anjuran Makanan Rata-Rata Satu Hari Orang Dewasa Menurut
Golongan Umur
Pangan Hewani
Sayuran
50 g/ 1 ptg
100 g/ 1 gls
16 – 19
3x
1½ x
3x
20 – 45
3x
1½ x
3x
46 – 59
3x
1½ x
3x
≥ 60
3x
1½ x
3x
Golongan Umur
(tahun)
Buah
100 g / 1 ptg
pepaya
Perempuan
Sumber : Penuntun Diet (Almatsier 2004)
Pengategorian data frekuensi konsumsi pangan hewani dalam satu kali
konsumsi setara dengan 50 gram, sayuran setara 100 gram dan buah setara 100
gram. Pengkategorian data frekuensi konsumsipangan hewani, sayur dan buah
disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10 Kategori Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani, Sayur dan Buah
Jenis Konsumsi
Rendah
Baik
Pangan hewani
< 3x dalam sehari
≥ 3x dalam sehari
Sayuran
< 1½ x dalam sehari
≥ 1½ x dalam sehari
Buah
< 3x dalam sehari
≥ 3x dalam sehari
Sumber : Almatsier (2004)
Definisi Operasional
Aktivitas Fisik yaitu kegiatan fisik yang dilakukan sampel dalam satu hari dari
waktu bangun tidur hingga tidur kembali.
Lama Menstruasi yaitu jumlah hari menstruasi pada satu siklus menstruasi.
Menarche yaitu usia sampel ketika pertama kali mendapatkan menstruasi.
Keluhan ringan yaitu kondisi sampel mengalami tingkat keluhan menstruasi
ringan dengan skor total keluhan menjelang menstruasi 1 sampai 4.
Keluhan sedang adalah kondisi sampel mengalami tingkat keluhan menstruasi
sedang dengan skor total keluhan menjelang menstruasi 5 sampai 12.
Keluhan berat adalah kondisi sampel ketika mengalami tingkat keluhan
menstruasi berat dengan skor total keluhan menjelang menstruasi lebih besar
dari 12.
Konsumsi pangan hewani yaitu asupan pangan hewani dalam sehari ke dalam
tubuh berdasarkan ukuran rumah tangga (URT).
Konsumsisayur dan buah yaitu asupan sayur dan buah dalam sehari yang
diukur dengan ukuran rumah tangga (URT).
Tidak ada keluhan adalah kondisi sampel tidak mengalami keluhan menstruasi
menjelang menstruasi.
Lama Menstruasi yaitu lamanya menstruasi pada satu periode (hari).
PengetahuanPMS adalah informasi yang diketahui sampel mengenai pre
menstruasi sindrom
Periode Menstruasi yaitu jarak antara dua masa haid (jarak hari pertama haid
ke 1 ke hari pertama haid berikutnya).
Sindrom Pra Menstruasi adalah kumpulan gejala akibat perubahan hormonal
yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium).
Sampel/POLWAN yaitu populasi personil polisi wanita (POLWAN) yang berada
di wilayah kerja Polres Cimahi.
Skor keluhan menstruasi adalah nilai keluhan menstruasi berdasarkan jenis
keluhan menstruasi yang dirasakan sampel.
Status Gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang sebagai hasil dari
konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan utilisasi zat gizi yang terdapat pada
pangan yang dikonsumsi dan dapat ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT).
Total keluhan menstruasi adalah jumlah skor keluhan menjelang menstruasi.
Usia Menarche yaitu haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi
Polres Kota Cimahi membawahi 13 Polsek. Pemerintahan terdiri dari 1
Kabupaten Bandung Barat dan 1 kota Cimahi, dengan dengan 19 Kecamatan,
176 desa, dan 15 Kelurahan. Kab Bandung Barat pada bagian barat dan Kota
Cimahi terletak diantara 6°41' - 7°19' Lintang Selatan dan diantara 107°22'108°5' Bujur Timur. Pada ketinggian antara 110 m - 2.429 m diatas permukaan
laut dengan luas wilayah 117.870.502 Ha. Batas Wilayah Polres Kota Cimahi:
Wilayah Bagian Utara: berbatasan dengan Polres Purwakarta dan Polres
Subang, Wilayah Bagian Timur: berbatasan dengan Polwiltabes Bandung dan
Polres Bandung, Wilayah Bagian Selatan: berbatasan dengan Polres Bandung
dan Polres Cianjur, Wilayah Bagian Barat: berbatasan dengan Polres Cianjur.
Struktur organisasi di Polres Kota Cimahi terdiri dari Kapolres,
Wakapolres, Kabag Ops, Kabag Ren, Kabag Sumda, Kasat Intelkam, Kasat
Reskim, Kasat Narkoba, Kasat Sabraha, Kasat Lantas, Kasat Binmas, Kanit
P3D, Kapolsek Cimahi, Kapolsek Cimahi Selatan, Kapolsek Batujajar, Kapolsek
Margaasih, Kapolsek Cililin, Kapolsek sindangkerta, Kapolsek Gunung Halu,
Kapolsek Cipatat, Kapolsek Cipendeuy, Kapolsek Cikalongwetan, Kapolsek
Padalarang, Kapolsek Cisarua, Kapolsek Lembang.
Polres Kota Cimahi memiliki lambang yang mempunyai arti khusus bagi
seluruh anggotanya, diantaranya yaitu
TRIBRATA dan CATUR PRASETYA. TRIBRATA mempunyai isi yaitu 1) Berbakti
kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha
Esa. 2) Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam
menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. 3) Senantiasa Melindungi,
Mengayomi dan Melayani Masyarakat dengan keiklasan untuk mewujudkan
keamanan dan ketertiban. CATUR PRASETYA memiliki isi yaitu sebagai Insan
Bhayangkara, Kehormatan Saya Adalah Berkorban Demi Masyarakat, Bangsa
dan Negara, untuk: 1) Meniadakan segala bentuk gangguan keamanan, 2)
Menjaga keselamatan jiwa raga, harta benda dan Hak Asasi Manusia, 3)
Menjamin kepastian berdasarkan hukum, 4) Memelihara perasaan tentram dan
damai.
Polres Kota Cimahi memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugas
mereka sebagai abdi masyarakat. Isi Visi Polres Kota Cimahi yaitu Terwujudnya
Postur Jajaran Polres Kota Cimahi yang professional, bermoral dan modern
dipercaya masyarakat tahun 2014, serta mampu mendukung upaya Pemerintah
Provinsi Jawa Barat untuk menjadi provinsi yang termaju.sedangkan isi dari
misinya yaitu
Meningkatkan
pelayanan
Kepolisian
kepada
masyarakat
melalui
bimbingan pengayoman, perlindungan, penyelamatan, pengaturan dan
penertiban kegiatan masyarakat agar masyarakat bebas dari segala
gangguan fisik dan phsikis.
Mengembangkan Perpolisian masyarakat dengan membangun kemitraan
antara Polisi dan masyarakat untuk menyelesaikan masalah sosial.
Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat untuk memelihara
keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas.
Menegakkan hukum secara independen, tidak diskriminasi, objektif,
proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum
dan rasa keadilan.
Meningkatkan
kemampuan
SDM
dengan
dukungan
sarana
dan
prasarana yang cukup.
Meningkatkan nilai moral dan agama dalam sikap dan prilaku kehidupan.
Mendukung upaya pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mensukseskan
pembangunan.
Gambaran Umum Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah polisi wanita yang
berada di wilayah kerja polres cimahi berjumlah 57 orang,namun yang akhirnya
diteliti sebagai sampel hanya 54 orang, karena 3 orang polisi dalam kondisi tidak
aktif atau cuti kerja. Keseluruhan sampel berasal dari bagian Basatlantas,
Basattahti,
Basatbinmas,
Basatintelkam,
Basatreskim,
Humas,
Sium,
Basatnarkoba, Dokkes, Basatsabhara dengan berbagai tingkatan jabatan mulai
dari Kapten (AKP), Letnan Satu (IPTU), Letnan Dua (IPDA), Pembantu Letnan
Satu (AIPTU), Pembantu Letnan Dua (AIPDA), Sersan Mayor (BRIPKA), Sersan
Kepala (BRIGADIR), Sersan Satu (BRIPTU) dan Sersan Dua (BRIPDA).
Karakteristik Sampel
Umur
Jumlah anggota polisi secara keseluruhan yang berada diwilayah kerja
Polres Cimahi yaitu 1816 orang, sedangkan jumlah anggota polisi wanita
berjumlah 57 orang. Jumlah polisi wanita di Polres Kota Cimahi terdiri dari
berbagai umur, sebaran sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Sebaran Sampel Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
Persen (%)
19 – 29 tahun
21
38,9
30 – 49 tahun
31
57,4
50 – 64 tahun
2
3,7
Total
54
100
Berdasarkan Tabel 11, Rentang umur yang mendominasi keanggotaan
polisi wanita di Polres Kota Cimahi yaitu dewasa akhir. Rentang umur yang
berada pada dewasa akhir biasanya memiliki kadar hormon estrogen yang
semakin berkurang (Waryana 2010). Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan sindrom pra menstruasi, dimana fungsi dari hormon estrogen yaitu
membantu proses penebalan dinding rahim untuk mempersiapkan menerima dan
memelihara telur yang akan dibuahi.
Tingkat Pendidikan
Karakteristik sampel yang dianalisis selain umur yaitu tingkat pendidikan.
Tabel sebaran tingkat pendidikan sampel di Polres Kota Cimahi dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kategori
Frekuensi
Persen (%)
SMA
41
75,9
Sarjana
13
24,1
Total
54
100
Berdasarkan Tabel 12, rerata tingkat pendidikan anggota Polwan di
Polres Kota Cimahi yaitu sekolah menengah atas, namun ada beberapa bergelar
sarjana. Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan. Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan
manusia baik pikiran, perasaan maupun sikapnya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin tinggi pula kemampuan dasar yang dimiliki seseorang.
Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan masyarakat, tapi peningkatan pengetahuan saja
belum cukup berpengaruh langsung terhadap perilaku sebab pendidikan
merupakan
”behavioral investment” jangka panjang, tidak segera dan jelas
memperlihatkan hasil. Perilaku merupakan suatu tindakan yang berulang-ulang
dilakukan dan dapat dijadikan suatu kebiasaan dari seseorang. Perilaku yang
dapat menjadi faktor terjadinya sindrom pra menstruasi yaitu perilaku hidup sehat
yang meliputi pemilihan bahan makanan dan aktivitas fisik.
Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang
sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan
(Gibson 2005). Pengukuran status gizi dilakukan dengan indikator Indeks Massa
Tubuh. Sebaran sampel berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran Sampel Berdasarkan Klasifikasi Status Gizi
Kategori
Frekuensi
Persen (%)
Kurus (underweight)
4
7,3
Normal
36
65,5
Overweight
14
25,5
Obese I
0
0
Obese II
0
0
Total
54
100
Sebagian besar sampel (36%) memiliki status gizi normal, namun
terdapat 7,3% sampel yang memiliki status gizi underweight serta 14% memiliki
status gizi overweight. Status gizi yang baik akan berpengaruh terhadap
kesehatan. Kekurangan atau kelebihan gizi dalam jangka waktu yang panjang
akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Makanan yang bergizi tinggi akan
mengakibatkan pertumbuhan berat badan pada perempuan. Kadar estrogen
akan meningkat akibat kolesterol yang tinggi. Apabila komposisi lemak dalam
tubuh seseorang kurang maka dapat mempengaruhi kadar estrogen dalam
sistem reproduksi sehingga dapat terjadi ketidakseimbangan hormon yang dapat
mengakibatkan terjadinya sindrom pra menstruasi (Waryana 2010).
Tingkat Pengetahuan
Peningkatan
pengetahuan
gizi
merupakan
salah
satu
upaya
penanggulangan masalah gizi. Faktor penyebab tidak langsung masalah gizi
adalah kurangnya ketersediaan pangan, rendahnya daya beli, dan rendahnya
pendidikan/pengetahuan yang dipengaruhi faktor sosial budaya (Khomsan 2004).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan. Banyak masalah gizi dipengaruhi oleh keterbatasan
pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan
konsumsi makanan seseorang yang selanjutnya akan mempengaruhi status
gizinya. Menurut Suhardjo (1996), gangguan gizi disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi dalam
kehidupan sehari-hari. Sebaran sampel berdasarkan tingkat pengetahuan dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan pada Polisi Wanita
di Polres Cimahi
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
%
Rendah
n
2
3,7
Sedang
36
66,7
Tinggi
16
29,6
Total
54
100
Sebagian besar sampel memiliki tingkat pengetahuan berkategori sedang
(66,7%). Tingkat pengetahuan yang sedang dapat diartikan akan mempengaruhii
sikap dan perilaku yang cukup baik dalam menerapkan informasi untuk
kehidupan sehari-hari, sehingga dapat memberikan perubahan perilaku dalam
pemilihan bahan makanan ataupun cara penanganan apabila mengalami
sindrom pra menstruasi.
Aktivitas Fisik
FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel
utama, setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energi.
Kategori tingkat aktivitas fisik dengan nilai physical activity level (PAL) dibagi
dalam tiga bagian, yaitu ringan (1,40≤PAL≤1,69), sedang (1,70≤PAL≤1,99) dan
berat (2,00≤PAL≤2,40). Sebagian besar anggota polisi wanita di Polres Kota
Cimahi memiliki tingkat aktivitas yang berkategori sedang. Sebaran sampel
berdasarkan tingkat aktivitas fisik pada polisi wanita di Polres Kota Cimahi dapat
dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik pada Polwan di
Polres Kota Cimahi
Tingkat aktivitas fisik
Frekuensi
%
Ringan
n
18
33
Sedang
31
57
Berat
5
9
Total
54
100
Rata – rata tingkat aktivitas dari sampel berkategori sedang. Aktivitas
yang dilakukan sampel dalam kesehariannya bervariasi diantaranya bekerja
dikantor seperti mengetik didepan komputer, mondar-mandir mengurus berkas,
rapat, mengatur lalu lintas di pagi dan sore hari, mengurus pembuatan SIM,
mengurus pekerjaan kantor lainnya.
Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani
Pangan hewani adalah kelompok pangan yang terdiri dari daging, telur,
susu, ikan dan hasil olahannya. Sebaran sampel berdasarkan frekuensi
konsumsi pangan hewani dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani
Frekuensi
Kategori
n
%
52
96,3
Kurang
2
3,7
Baik
54
100
Total
Frekuensi konsumsi pangan hewani sampel berkategori kurang dimana
frekuensi konsumsi dalam sehari < 3x penukar setara dengan 50 gram per satu
penukar. Berdasarkan data recall rata-rata konsumsi pangan hewani sampel
dalam sehari yaitu 92 gram, sedangkan anjuran konsumsi pangan hewani dalam
sehari yaitu sekitar 150 gram. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat konsumsi
sampel hanya 61,3%. Jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi sampel
bervariasi seperti ikan air tawar, ayam, ati ayam dan daging sapi. Pangan hewani
memiliki kandungan vitamin dan mineral seperti vitamin B6 dan mineral Fe yang
memiliki tingkat bioavaibilitas tinggi. Vitamin B6 memiliki peranan dalam
mengontrol produksi zat serotonin. Serotonin berperan penting dalam fungsi otak
dan saraf, apabila kekurangan serotin dapat mengakibatkan rasa depresi,
sedangkan mineral besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak di
dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu 3-5 gram di dalam tubuh manusia
dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai
alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi
enzim di dalam jaringan tubuh. Status besi seseorang juga mempengaruhi
produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sistem kekebalan (Almatsier 2004).
Jenis pangan hewani yang dikonsumsi oleh sampel diantaranya yaitu
daging ayam, daging sapi, ikan air tawar, ikan asin, susu, telur, dan bakso.
Konsumsi pangan yang mengandung besi-hem akan meningkatkan absorpsi zat
besi di dalam tubuh. Absopsi besi-hem dua kali lipat lebih besar daripada besinonhem.
Menurut
Almatsier
(2004),
menyebabkan pucat, rasa lemah,
kekurangan
besi
pada
umumnya
letih, pusing, kurang nafsu makan,
menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya
kekebal
YOSEPHINE RENNY F. Analysis of Factors Influencing Pre Menstrual Syndrom
among Police Woman (Polwan) at Police Resort Cimahi. Supervised by IKEU
EKAYANTI and MUHAMMAD RIZAL MARTUA DAMANIK.
General purpose of this research is to analyze the factors influencing premenstrual syndrom among police woman (Polwan) at Polres Cimahi. The
research uses a Cross-sectional Study design with observational methods.
Research carried out at Polres Cimahi. Data colection is performed in July 2011August 2011. The total of 54 police women is participated in this study. Primary
data include the characteristics of the sample, the knowledge of nutrition,
physical activity, the consumption of animal food, vegetable and fruit and
complaints when the pre menstrual syndrome. Secondary Data include an
overview Polres Cimahi.
Statistical analysis using spearman corrltion test shows that there is a
negatif correlation p80% jawaban benar
Kurang
Baik
Kurang
Baik
Kurang
Baik
Tidak ada keluhan
Ringan
Sedang
Berat
Tidak ada keluhan
Ringan
Sedang
Berat
< 3x dalam sehari
≥3x dalam sehari
< 1½ x dalam sehari
≥1½ x dalam sehari
< 3 x dalam sehari
≥3x dalam sehari
0
1–2
3–6
≥ 12
0
1-4
5-12
≥ 12
Tingkat Kecukupan
a.
3
Pangan hewani
b. Sayur
c.
Buah
4
Skor Jumlah Jenis Keluhan
Menjelang Menstruasi
5
Skor Keluhan Menjelang
Menstruasi
Data menstruasi sampel mencakup usia menarche, lama menstruasi,
periode menstruasi dan keluhan sindrom pra menstruasi. Pengkategorian usia
menarche Data keluhan sindrom pra menstruasi diolah secara deskriptif
kemudian dibuat kategori skor keluhan (nol, ringan, sedang dan berat)
berdasarkan jenis keluhan yang dirasakan sebelum menstruasi.
Kategori jenis keluhan menstruasi digunakan untuk menghitung skor
keluhan menjelang menstruasi. Kategori skor nol (0) diberikan kepada sampel
yang tidak memiliki keluhan sebelum menstruasi, kategori skor 1 sampai 2
diberikan pada sampel yang memiliki keluhan sebelum menstruasi yang ringan,
kategori skor sedang diberikan kepada sampel dengan skor keluhan menstruasi
3 sampi 6 dan kategori berat diberikan kepada sampel yang memiliki skor
keluhan sebelum menstruasi lebih besar dari 6. Kategori jenis keluhan disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Kategori Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi
Skor Jenis Keluhan
Kategori Keluhan
0
Tidak ada keluhan
1–2
Ringan
3–6
Sedang
>6
Berat
Kategori keluhan sindrom pra menstruasi didapatkan dari penjumlahan
skor masing-masing jenis keluhan yang disajikan pada Tabel 4. Skor untuk
masing-masing keluhan menstruasi berdasarkan pada tingkat keparahan keluhan
sebelum menstruasi. Jones et al. (1996) menyatakan bahwa dalam bentuk yang
berat maka dismenore akan menyebabkan mual, muntah dan pusing, sedangkan
jerawat merupakan keluhan pre menstruasi (Shreeve 1989). Skor total jenis
keluhan adalah 21 (Jones et al. 1996).
Tabel 4 Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi
Jenis Keluhan
Sakit kram di bawah perut
Sakit kepala/pusing
Mual
Muntah
Sakit pada payudara
Sakit pinggang
Lesu
Jerawat
Lebih emosional
Lain-lain
Total
Sumber : Jones et al. (1996)
Skor
3
3
3
3
2
2
2
1
1
1
21
Skor keluhan didapatkan dengan cara menjumlahkan skor keluhan
berdasarkan jenis keluhan yang dirasakan oleh sampel. Kategori skor nol (0)
diberikan kepada sampel yang tidak memiliki keluhan, kategori skor ringan
diberikan kepada sampel dengan skor keluhan menstruasi 1 sampai 4, kategori
skor sedang diberikan kepada sampel dengan skor keluhan 5 sampai 12 dan
kategori skor berat diberikan kepada sampel dengan skor keluhan lebih besar
dari 12 (Tenia 2010). Kategori skor keluhan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kategori Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi
Skor Jenis Keluhan
Kategori Keluhan
0
Tidak ada keluhan
1–4
Ringan
6 – 12
Sedang
>12
Berat
Menurut Khomsan 2004, data pengetahuan gizi diberi skor 1 jika jawaban
pertanyaan benar dan skor 0 jika jawaban pertanyaan salah, sehingga total skor
adalah 20 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan seputar gizi umum dan 10
pertanyaan seputar sindrom pra menstruasi. Pengetahuan gizi sampel
sikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika antara 60-
80% jawaban benar dan dikategorikan tinggi apabila jawaban benar lebih dari
80%. Kategori skor pengetahuan gizi disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Skor Pengetahuan Gizi
Skor Keluhan
Kategori Keluhan
60% jawaban benar
Rendah
60%-80% jawaban benar
Sedang
>80% jawaban benar
Tinggi
Sumber : Khomsan (2004)
Data aktivitas fisik didapatkan dengan metode kuesioner dan wawancara
langsung dan hasilnya diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas
dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut
FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam
24 jam dinyatakan dalam PAL ( Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik
yang didapat dengan menggunakan rumus PAL sebagai berikut :
Keterangan :
PAL
: Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)
PAR
: Physical Activity Ratio (jumlah energy yang dikeluarkan untuk jenis
aktivitas per satuan waktu tertentu)
Jenis aktivitas yang dilakukan sampel dikategorikan menjadi 18 jenis
kategori berdasarkan PAR seperti yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Kategori Aktivitas Fisik Berdasarkan Nilai PAR
Keterangan
PAR
PAR
Perempuan
Laki-laki
1
1
Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam dan membaca
1.2
1.2
Duduk sambil menonton TV
1.72
1.64
Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias
1.5
1.4
Makan dan minum
1.6
1.4
Jalan santai
2.5
2.8
5
0
Mengendarai kendaraan
2.4
2.7
Menjaga anak
2.5
0
Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih dan lain-
2.75
3
1.7
3.5
Tidur (tidur siang dan tidur malam)
Berbelanja (membawa beban)
lain)
Setrika pakaian (duduk)
Kegiatan berkebun
2.7
3.3
Office worker (duduk didepan meja, menulis dan
1.3
1.3
1.6
1.6
Olahraga (Bulutangkis)
4.85
5.8
Olahraga (jongging, lari jarak jauh)
6.55
8.21
Olahraga (bersepeda)
3.6
3.8
Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola dan lain-lain)
7.5
8.0
mengetik)
Office
worker
(berjalan
mondar-mandir
sambil
membawa arsip)
Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
Physical Activity Level (PAL) selanjutnya dikategorikan menjadi tiga
kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001), seperti yang tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8 Kategori Tingkat Aktivitas Fisik Berdasarkan PAL
Kategori
Nilai PAL
Aktivitas ringan (sedentary)
1,40 – 1,69
Aktivitas sedang (moderate)
1,70 – 1,99
Aktivitas berat (vigorous)
2,00 – 2,40
Sumber : Sjostrom (2004)
Data frekuensi konsumsi pangan hewani, sayur dan buah didapatkan
metode Food Frequency Quesionaire (FFQ) dilengkapi dengan recall 2x24 jam
untuk menentukan jumlah pangan yang dikonsumsi. Data yang didapatkan
kemudian dihitung frekuensi konsumsinya dalam sehari, kemudian dibandingkan
dengan anjuran makanan rata-rata satu hari orang dewasa menurut golongan
umur berdasarkan ukuran rumah tangga (URT) (Almatsier 2004). Anjuran
makanan rata-rata satu hari untuk orang dewasa menurut golongan umur untuk
pangan hewani, sayur dan buah disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Anjuran Makanan Rata-Rata Satu Hari Orang Dewasa Menurut
Golongan Umur
Pangan Hewani
Sayuran
50 g/ 1 ptg
100 g/ 1 gls
16 – 19
3x
1½ x
3x
20 – 45
3x
1½ x
3x
46 – 59
3x
1½ x
3x
≥ 60
3x
1½ x
3x
Golongan Umur
(tahun)
Buah
100 g / 1 ptg
pepaya
Perempuan
Sumber : Penuntun Diet (Almatsier 2004)
Pengategorian data frekuensi konsumsi pangan hewani dalam satu kali
konsumsi setara dengan 50 gram, sayuran setara 100 gram dan buah setara 100
gram. Pengkategorian data frekuensi konsumsipangan hewani, sayur dan buah
disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10 Kategori Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani, Sayur dan Buah
Jenis Konsumsi
Rendah
Baik
Pangan hewani
< 3x dalam sehari
≥ 3x dalam sehari
Sayuran
< 1½ x dalam sehari
≥ 1½ x dalam sehari
Buah
< 3x dalam sehari
≥ 3x dalam sehari
Sumber : Almatsier (2004)
Definisi Operasional
Aktivitas Fisik yaitu kegiatan fisik yang dilakukan sampel dalam satu hari dari
waktu bangun tidur hingga tidur kembali.
Lama Menstruasi yaitu jumlah hari menstruasi pada satu siklus menstruasi.
Menarche yaitu usia sampel ketika pertama kali mendapatkan menstruasi.
Keluhan ringan yaitu kondisi sampel mengalami tingkat keluhan menstruasi
ringan dengan skor total keluhan menjelang menstruasi 1 sampai 4.
Keluhan sedang adalah kondisi sampel mengalami tingkat keluhan menstruasi
sedang dengan skor total keluhan menjelang menstruasi 5 sampai 12.
Keluhan berat adalah kondisi sampel ketika mengalami tingkat keluhan
menstruasi berat dengan skor total keluhan menjelang menstruasi lebih besar
dari 12.
Konsumsi pangan hewani yaitu asupan pangan hewani dalam sehari ke dalam
tubuh berdasarkan ukuran rumah tangga (URT).
Konsumsisayur dan buah yaitu asupan sayur dan buah dalam sehari yang
diukur dengan ukuran rumah tangga (URT).
Tidak ada keluhan adalah kondisi sampel tidak mengalami keluhan menstruasi
menjelang menstruasi.
Lama Menstruasi yaitu lamanya menstruasi pada satu periode (hari).
PengetahuanPMS adalah informasi yang diketahui sampel mengenai pre
menstruasi sindrom
Periode Menstruasi yaitu jarak antara dua masa haid (jarak hari pertama haid
ke 1 ke hari pertama haid berikutnya).
Sindrom Pra Menstruasi adalah kumpulan gejala akibat perubahan hormonal
yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium).
Sampel/POLWAN yaitu populasi personil polisi wanita (POLWAN) yang berada
di wilayah kerja Polres Cimahi.
Skor keluhan menstruasi adalah nilai keluhan menstruasi berdasarkan jenis
keluhan menstruasi yang dirasakan sampel.
Status Gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang sebagai hasil dari
konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan utilisasi zat gizi yang terdapat pada
pangan yang dikonsumsi dan dapat ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT).
Total keluhan menstruasi adalah jumlah skor keluhan menjelang menstruasi.
Usia Menarche yaitu haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi
Polres Kota Cimahi membawahi 13 Polsek. Pemerintahan terdiri dari 1
Kabupaten Bandung Barat dan 1 kota Cimahi, dengan dengan 19 Kecamatan,
176 desa, dan 15 Kelurahan. Kab Bandung Barat pada bagian barat dan Kota
Cimahi terletak diantara 6°41' - 7°19' Lintang Selatan dan diantara 107°22'108°5' Bujur Timur. Pada ketinggian antara 110 m - 2.429 m diatas permukaan
laut dengan luas wilayah 117.870.502 Ha. Batas Wilayah Polres Kota Cimahi:
Wilayah Bagian Utara: berbatasan dengan Polres Purwakarta dan Polres
Subang, Wilayah Bagian Timur: berbatasan dengan Polwiltabes Bandung dan
Polres Bandung, Wilayah Bagian Selatan: berbatasan dengan Polres Bandung
dan Polres Cianjur, Wilayah Bagian Barat: berbatasan dengan Polres Cianjur.
Struktur organisasi di Polres Kota Cimahi terdiri dari Kapolres,
Wakapolres, Kabag Ops, Kabag Ren, Kabag Sumda, Kasat Intelkam, Kasat
Reskim, Kasat Narkoba, Kasat Sabraha, Kasat Lantas, Kasat Binmas, Kanit
P3D, Kapolsek Cimahi, Kapolsek Cimahi Selatan, Kapolsek Batujajar, Kapolsek
Margaasih, Kapolsek Cililin, Kapolsek sindangkerta, Kapolsek Gunung Halu,
Kapolsek Cipatat, Kapolsek Cipendeuy, Kapolsek Cikalongwetan, Kapolsek
Padalarang, Kapolsek Cisarua, Kapolsek Lembang.
Polres Kota Cimahi memiliki lambang yang mempunyai arti khusus bagi
seluruh anggotanya, diantaranya yaitu
TRIBRATA dan CATUR PRASETYA. TRIBRATA mempunyai isi yaitu 1) Berbakti
kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha
Esa. 2) Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam
menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. 3) Senantiasa Melindungi,
Mengayomi dan Melayani Masyarakat dengan keiklasan untuk mewujudkan
keamanan dan ketertiban. CATUR PRASETYA memiliki isi yaitu sebagai Insan
Bhayangkara, Kehormatan Saya Adalah Berkorban Demi Masyarakat, Bangsa
dan Negara, untuk: 1) Meniadakan segala bentuk gangguan keamanan, 2)
Menjaga keselamatan jiwa raga, harta benda dan Hak Asasi Manusia, 3)
Menjamin kepastian berdasarkan hukum, 4) Memelihara perasaan tentram dan
damai.
Polres Kota Cimahi memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugas
mereka sebagai abdi masyarakat. Isi Visi Polres Kota Cimahi yaitu Terwujudnya
Postur Jajaran Polres Kota Cimahi yang professional, bermoral dan modern
dipercaya masyarakat tahun 2014, serta mampu mendukung upaya Pemerintah
Provinsi Jawa Barat untuk menjadi provinsi yang termaju.sedangkan isi dari
misinya yaitu
Meningkatkan
pelayanan
Kepolisian
kepada
masyarakat
melalui
bimbingan pengayoman, perlindungan, penyelamatan, pengaturan dan
penertiban kegiatan masyarakat agar masyarakat bebas dari segala
gangguan fisik dan phsikis.
Mengembangkan Perpolisian masyarakat dengan membangun kemitraan
antara Polisi dan masyarakat untuk menyelesaikan masalah sosial.
Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat untuk memelihara
keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas.
Menegakkan hukum secara independen, tidak diskriminasi, objektif,
proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum
dan rasa keadilan.
Meningkatkan
kemampuan
SDM
dengan
dukungan
sarana
dan
prasarana yang cukup.
Meningkatkan nilai moral dan agama dalam sikap dan prilaku kehidupan.
Mendukung upaya pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mensukseskan
pembangunan.
Gambaran Umum Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah polisi wanita yang
berada di wilayah kerja polres cimahi berjumlah 57 orang,namun yang akhirnya
diteliti sebagai sampel hanya 54 orang, karena 3 orang polisi dalam kondisi tidak
aktif atau cuti kerja. Keseluruhan sampel berasal dari bagian Basatlantas,
Basattahti,
Basatbinmas,
Basatintelkam,
Basatreskim,
Humas,
Sium,
Basatnarkoba, Dokkes, Basatsabhara dengan berbagai tingkatan jabatan mulai
dari Kapten (AKP), Letnan Satu (IPTU), Letnan Dua (IPDA), Pembantu Letnan
Satu (AIPTU), Pembantu Letnan Dua (AIPDA), Sersan Mayor (BRIPKA), Sersan
Kepala (BRIGADIR), Sersan Satu (BRIPTU) dan Sersan Dua (BRIPDA).
Karakteristik Sampel
Umur
Jumlah anggota polisi secara keseluruhan yang berada diwilayah kerja
Polres Cimahi yaitu 1816 orang, sedangkan jumlah anggota polisi wanita
berjumlah 57 orang. Jumlah polisi wanita di Polres Kota Cimahi terdiri dari
berbagai umur, sebaran sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Sebaran Sampel Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
Persen (%)
19 – 29 tahun
21
38,9
30 – 49 tahun
31
57,4
50 – 64 tahun
2
3,7
Total
54
100
Berdasarkan Tabel 11, Rentang umur yang mendominasi keanggotaan
polisi wanita di Polres Kota Cimahi yaitu dewasa akhir. Rentang umur yang
berada pada dewasa akhir biasanya memiliki kadar hormon estrogen yang
semakin berkurang (Waryana 2010). Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan sindrom pra menstruasi, dimana fungsi dari hormon estrogen yaitu
membantu proses penebalan dinding rahim untuk mempersiapkan menerima dan
memelihara telur yang akan dibuahi.
Tingkat Pendidikan
Karakteristik sampel yang dianalisis selain umur yaitu tingkat pendidikan.
Tabel sebaran tingkat pendidikan sampel di Polres Kota Cimahi dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kategori
Frekuensi
Persen (%)
SMA
41
75,9
Sarjana
13
24,1
Total
54
100
Berdasarkan Tabel 12, rerata tingkat pendidikan anggota Polwan di
Polres Kota Cimahi yaitu sekolah menengah atas, namun ada beberapa bergelar
sarjana. Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan. Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan
manusia baik pikiran, perasaan maupun sikapnya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin tinggi pula kemampuan dasar yang dimiliki seseorang.
Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan masyarakat, tapi peningkatan pengetahuan saja
belum cukup berpengaruh langsung terhadap perilaku sebab pendidikan
merupakan
”behavioral investment” jangka panjang, tidak segera dan jelas
memperlihatkan hasil. Perilaku merupakan suatu tindakan yang berulang-ulang
dilakukan dan dapat dijadikan suatu kebiasaan dari seseorang. Perilaku yang
dapat menjadi faktor terjadinya sindrom pra menstruasi yaitu perilaku hidup sehat
yang meliputi pemilihan bahan makanan dan aktivitas fisik.
Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang
sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan
(Gibson 2005). Pengukuran status gizi dilakukan dengan indikator Indeks Massa
Tubuh. Sebaran sampel berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran Sampel Berdasarkan Klasifikasi Status Gizi
Kategori
Frekuensi
Persen (%)
Kurus (underweight)
4
7,3
Normal
36
65,5
Overweight
14
25,5
Obese I
0
0
Obese II
0
0
Total
54
100
Sebagian besar sampel (36%) memiliki status gizi normal, namun
terdapat 7,3% sampel yang memiliki status gizi underweight serta 14% memiliki
status gizi overweight. Status gizi yang baik akan berpengaruh terhadap
kesehatan. Kekurangan atau kelebihan gizi dalam jangka waktu yang panjang
akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Makanan yang bergizi tinggi akan
mengakibatkan pertumbuhan berat badan pada perempuan. Kadar estrogen
akan meningkat akibat kolesterol yang tinggi. Apabila komposisi lemak dalam
tubuh seseorang kurang maka dapat mempengaruhi kadar estrogen dalam
sistem reproduksi sehingga dapat terjadi ketidakseimbangan hormon yang dapat
mengakibatkan terjadinya sindrom pra menstruasi (Waryana 2010).
Tingkat Pengetahuan
Peningkatan
pengetahuan
gizi
merupakan
salah
satu
upaya
penanggulangan masalah gizi. Faktor penyebab tidak langsung masalah gizi
adalah kurangnya ketersediaan pangan, rendahnya daya beli, dan rendahnya
pendidikan/pengetahuan yang dipengaruhi faktor sosial budaya (Khomsan 2004).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan. Banyak masalah gizi dipengaruhi oleh keterbatasan
pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan
konsumsi makanan seseorang yang selanjutnya akan mempengaruhi status
gizinya. Menurut Suhardjo (1996), gangguan gizi disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi dalam
kehidupan sehari-hari. Sebaran sampel berdasarkan tingkat pengetahuan dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan pada Polisi Wanita
di Polres Cimahi
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
%
Rendah
n
2
3,7
Sedang
36
66,7
Tinggi
16
29,6
Total
54
100
Sebagian besar sampel memiliki tingkat pengetahuan berkategori sedang
(66,7%). Tingkat pengetahuan yang sedang dapat diartikan akan mempengaruhii
sikap dan perilaku yang cukup baik dalam menerapkan informasi untuk
kehidupan sehari-hari, sehingga dapat memberikan perubahan perilaku dalam
pemilihan bahan makanan ataupun cara penanganan apabila mengalami
sindrom pra menstruasi.
Aktivitas Fisik
FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel
utama, setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energi.
Kategori tingkat aktivitas fisik dengan nilai physical activity level (PAL) dibagi
dalam tiga bagian, yaitu ringan (1,40≤PAL≤1,69), sedang (1,70≤PAL≤1,99) dan
berat (2,00≤PAL≤2,40). Sebagian besar anggota polisi wanita di Polres Kota
Cimahi memiliki tingkat aktivitas yang berkategori sedang. Sebaran sampel
berdasarkan tingkat aktivitas fisik pada polisi wanita di Polres Kota Cimahi dapat
dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik pada Polwan di
Polres Kota Cimahi
Tingkat aktivitas fisik
Frekuensi
%
Ringan
n
18
33
Sedang
31
57
Berat
5
9
Total
54
100
Rata – rata tingkat aktivitas dari sampel berkategori sedang. Aktivitas
yang dilakukan sampel dalam kesehariannya bervariasi diantaranya bekerja
dikantor seperti mengetik didepan komputer, mondar-mandir mengurus berkas,
rapat, mengatur lalu lintas di pagi dan sore hari, mengurus pembuatan SIM,
mengurus pekerjaan kantor lainnya.
Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani
Pangan hewani adalah kelompok pangan yang terdiri dari daging, telur,
susu, ikan dan hasil olahannya. Sebaran sampel berdasarkan frekuensi
konsumsi pangan hewani dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani
Frekuensi
Kategori
n
%
52
96,3
Kurang
2
3,7
Baik
54
100
Total
Frekuensi konsumsi pangan hewani sampel berkategori kurang dimana
frekuensi konsumsi dalam sehari < 3x penukar setara dengan 50 gram per satu
penukar. Berdasarkan data recall rata-rata konsumsi pangan hewani sampel
dalam sehari yaitu 92 gram, sedangkan anjuran konsumsi pangan hewani dalam
sehari yaitu sekitar 150 gram. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat konsumsi
sampel hanya 61,3%. Jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi sampel
bervariasi seperti ikan air tawar, ayam, ati ayam dan daging sapi. Pangan hewani
memiliki kandungan vitamin dan mineral seperti vitamin B6 dan mineral Fe yang
memiliki tingkat bioavaibilitas tinggi. Vitamin B6 memiliki peranan dalam
mengontrol produksi zat serotonin. Serotonin berperan penting dalam fungsi otak
dan saraf, apabila kekurangan serotin dapat mengakibatkan rasa depresi,
sedangkan mineral besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak di
dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu 3-5 gram di dalam tubuh manusia
dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai
alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi
enzim di dalam jaringan tubuh. Status besi seseorang juga mempengaruhi
produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sistem kekebalan (Almatsier 2004).
Jenis pangan hewani yang dikonsumsi oleh sampel diantaranya yaitu
daging ayam, daging sapi, ikan air tawar, ikan asin, susu, telur, dan bakso.
Konsumsi pangan yang mengandung besi-hem akan meningkatkan absorpsi zat
besi di dalam tubuh. Absopsi besi-hem dua kali lipat lebih besar daripada besinonhem.
Menurut
Almatsier
(2004),
menyebabkan pucat, rasa lemah,
kekurangan
besi
pada
umumnya
letih, pusing, kurang nafsu makan,
menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya
kekebal