Hubungan antara body image dan kinerja pada Polisi Wanita (Polwan) yang sudah berkeluarga di Polda DIY.

(1)

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma

Fridericus Randy Bernandus Leo Kemi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dan kinerja pada polisi wanita (polwan) yang sudah berkeluarga di Polda DIY. Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara body image dan kinerja pada polisi wanita. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 154 orang polisi wanita yang sudah berkeluarga. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala body image dan skala kinerja yang disusun oleh peneliti. Skala body image memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,954 dan skala kinerja memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,976. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho dikarenakan sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Hasil penelitian ini menghasilkan r sebesar 0,341 dan nilai p sebesar 0,000 < 0,05. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara body image dan kinerja. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat body image yang dimiliki polisi wanita yang sudah berkeluarga, maka semakin tinggi kinerjanya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah body image yang dimiliki, maka semakin rendah kinerja polisi wanita yang sudah berkeluarga.


(2)

Study in Psychology in Sanata Dharma University Fridericus Randy Bernandus Leo Kemi

ABSTRACT

This research aimed to investigate the correlation between body image and performance in the police woman (polwan) who have been married in Polda DIY. The hypothesis was that there was positive relationship between body image and performance on a police woman. The subject in research were154 police women who have been married. Data instrument be used were the scale of body image and performance of a compiled by researchers. The alpha reliability coefficient of body image scale was 0.954 and coefficient of performance scale was 0.976. The technique of data analysis being used was Spearman's rho correlation test because data on both variables are not normal. The research showed that value of r was 0.341 with p 0.000 < 0.05. The results indicated a positive correlation between body image and performance. It was means that the higher the level of body image of police women who have been married, the higher level of performance. On the contrary, the lower body image, therefore the lower the performance of the police woman who is already married


(3)

i

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KINERJA PADA POLISI WANITA (POLWAN) YANG SUDAH BERKELUARGA DI POLDA DIY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Fridericus Randy Bernandus Leo Kemi NIM : 119114109

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANTA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

MAN JADDA WAJADA

“Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil” -Pepatah Arab-

IT’S A LIE TO THINK YOU’RE NOT GOOD ENOUGH. IT’S A LIE TO THINK YOU’RE NOT WORTH ANYTHING.

-Nick Vujicic-

EVERYBODY IS A GENIUS. BUT IF YOU JUDGE A FISH BY ABILITY TO CLIMB A TREE, IT WILL LIVE IT’S WAHOLE LIFE

BELIEVING THAT IT IS STUPID.


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk :

Allah SWT yang memberikan pencerahan

Orang tua yang memberikan kasih sayang dan semangat

Oma terkasih

Adik Ralda yang di surga

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi wadah

Saya untuk belajar hidup bersosial.


(8)

(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KINERJA PADA POLISI WANITA (POLWAN) YANG SUDAH BERKELUARGA DI POLDA DIY

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma

Fridericus Randy Bernandus Leo Kemi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dan kinerja pada polisi wanita (polwan) yang sudah berkeluarga di Polda DIY. Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara body image dan kinerja pada polisi wanita. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 154 orang polisi wanita yang sudah berkeluarga. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala body image dan skala kinerja yang disusun oleh peneliti. Skala body image memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,954 dan skala kinerja memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,976. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho dikarenakan sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Hasil penelitian ini menghasilkan r sebesar 0,341 dan nilai p sebesar 0,000 < 0,05. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara body image dan kinerja. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat body image yang dimiliki polisi wanita yang sudah berkeluarga, maka semakin tinggi kinerjanya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah body image yang dimiliki, maka semakin rendah kinerja polisi wanita yang sudah berkeluarga.


(10)

viii

THE RELATIONSHIP BETWEEN BODY IMAGE AND PERFORMANCE IN THE POLICE WOMAN (POLWAN) WHO HAVE BEEN MARRIED IN

POLDA DIY

Study in Psychology in Sanata Dharma University Fridericus Randy Bernandus Leo Kemi

ABSTRACT

This research aimed to investigate the correlation between body image and performance in the police woman (polwan) who have been married in Polda DIY. The hypothesis was that there was positive relationship between body image and performance on a police woman. The subject in research were154 police women who have been married. Data instrument be used were the scale of body image and performance of a compiled by researchers. The alpha reliability coefficient of body image scale was 0.954 and coefficient of performance scale was 0.976. The technique of data analysis being used was Spearman's rho correlation test because data on both variables are not normal. The research showed that value of r was 0.341 with p 0.000 < 0.05. The results indicated a positive correlation between body image and performance. It was means that the higher the level of body image of police women who have been married, the higher level of performance. On the contrary, the lower body image, therefore the lower the performance of the police woman who is already married


(11)

(12)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil alamin penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunianya, yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Body Image dan Kinerja Pada Polisi Wanita (Polwan) Yang Sudah Berkeluarga di Polda DIY. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung, membantu, dan membimbing penulis dalam proses menyelesaikan skripsi. Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M. Si Selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Robertus Landung Eko Prihatmoko, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing selama proses penyusunan skripsi. Terimakasih pa katas semua bantuan, bimbingan, waktu, saran, serta kesabaran yang telah diberikan. Maaf jika selama proses penyusunan skripsi ini terkadang mengecewakan bapak. Terimakasih pak. Tuhan memberkati.


(13)

xi

4. Ibu Debri Prisinela, M. Si., selaku dosen pembimbing akademik 2011 yang selalu memberikan saran, dukungan dan bantuan selama penulis menempuh studi. Terimakasih Ibu Debri.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah berbagi ilmu dan memberikan semangat.

6. Mas Muji, Mas Gandung, Ibu Nanik, dan juga Pak Gik yang telah membantu dan memberi motivasi untuk penulis.

7. Kepada Pakor Polwan di Polda DIY yang sudah memberikan izin sehingga pengambilan data dapat berjalan dengan lancar. Selain itu terimakasih kepada polwan di Polda DIY yang sudah berkenan dan meluangkan waktunya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

8. Kepada orang tua saya, terimakasih atas perhatian dan kasih sayangnya. Terimakasih atas doa, semangat, kesabaran, dan juga segala bantuannya sehingga anakmu bisa menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk oma atas doanya untuk cucumu dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Kepada sahabatku, Aan, Haris, dan Toto. Terimakasih untuk dukungan,

doa, dan semangat kalian untukku.

10. Kepada Della Virlya Gisa. Terimakasih atas perhatian, doa, dan semangatmu selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga atas kasih saying dan cintamu. Segera menyusul ya.

11. Kepada kakak-kakak Kepompong Berkumis. Yatim, Richard, Ochy, Maundri, Anju, Parto, Akeng. Terimakasih atas pelajaran yang kalian


(14)

xii

berikan selama saya berada di Fakultas Psikologi. Sampai bertemu dan sukses selalu.

12. Kepada Koh Cing dan Bang Martin. Terimakasih atas pelajaran dan semangatnya ketika berada di luar maupun di dalam lapangan. Sukses selalu.

13. Kepada keluarga besar Basket Psikologi. Terimakasih atas pengalamannya selama kita di lapangan basket. Senang pernah berjuang bersama untuk Fakultas Psikologi tercinta.

14. Terimakasih untuk saudaraku Scooterist 9114. Yuda, Bayu, Aji, Anoy, Tole, Daniel, Haha, Widek. Terimakasih telah mengenalkan saya dengan vespa. Terimakasih juga untuk pengalaman touring bersama menggunakan vespa bersama. Terimakasih lurs.

15. Kepada sahabat dan teman sepermainan. Yuda, Bayu, Aji, Anoy, Tole, Daniel, Haha, Widek, Vander, Vico, Boncel, Grego, Benny, Gempol, Boni, Kunto, Made, Kiplek, Gunam, Suci, Pamela, Ema. Terimakasih untuk kebersamaan dan permainannya selama ini. Terimakasih untuk canda tawa yang kalian ciptakan. Terimakasih juga untuk dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kalian. Selalu sukses dan tetap bersahabat. Tuhan memberkati kalian.

16. Kepada teman-teman angkatan 2011, satu persatu dari kita sudah meninggalkan kampus ini. Sukses untuk kalian semua. Senang bisa saling mengenal. Tuhan memberkati.


(15)

xiii

17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk doa, bantuan, dan kerjasamanya.

Penulis yakin bahwa Tuhan selalu memberkati semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, untuk itu penulis sangat terbuka untuk menerima saran dan kritik yang dapat memabngun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Yogyakarta, Penulis,


(16)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ASBTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II DASAR TEORI ... 9

A. Kinerja ... 9

1. Definisi Kinerja ... 9

2. Aspek Kinerja... 10

3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 13

B. Body Image... 14


(17)

xv

2. Aspek Body Image ... 16

3. Faktor Body Image ... 17

C. Polisi Wanita yang Sudah Berkeluarga ... 18

D. Dinamika Kinerja dan Body Image ... 20

E. Hipotesis ... 24

F. Skema Penelitian ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Variabel Penelitian ... 26

C. Definisi Operasional... 26

1. Kinerja ... 26

2. Body Image... 27

D. Subjek Penelitian ... 28

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 28

1. Skala Kinerja ... 29

2. Skala Body Image ... 30

F. Validitas dan Reliabilitas ... 31

1. Validitas ... 32

2. Seleksi Item ... 32

3. Reliabilitas ... 35

G. Metode Analisis Data ... 37

1. Uji Asumsi ... 37

2. Uji Hipotesis ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Pelaksanaan Penelitian ... 39

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 39

C. Deskripsi Data Penelitian ... 40

D. Norma Kategorisasi ... 42


(18)

xvi

F. PEMBAHASAN ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban ... 29

Tabel 2. Distribusi Item Body Image Sebelum Uji Coba ... 30

Tabel 3. Distribusi Item Kinerja Sebelum Uji Coba ... 31

Tabel 4. Distribusi Item Body Image Setelah Seleksi Item ... 33

Tabel 5. Distribusi Item Skala Kinerja Setelah Seleksi Item ... 34

Tabel 6. Rentang Usia Subjek ... 40

Tabel 7. Data Empirik Dan Data Teoritik ... 40

Table 8. Norma Kategorisasi... 42

Tabel 9. Norma Kategorisasi body image ... 42

Tabel 10. Norma Kategorisasi Kinerja... 43

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ... 44

Tabel 12. Hasil Uji Linearitas ... 45


(20)

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Iklima (2014) banyak wanita yang sudah berkeluarga dan bekerja di kantor-kantor sebagai dokter, juru rawat, bidan, polisi wanita, arsitek, psikiater dan pegawai negeri sipil. Hal tersebut menjadi salah satu pilihan wanita masa kini untuk bisa bertahan menghadapi perkembangan global (Vemal.com, 2015). Namun, menurut Frone dan Cooper (dalam Karimah, 2011) wanita yang menjalani dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja sekaligus seorang ibu rumah tangga tidaklah mudah. Wanita karir secara kodrati dituntut untuk bertanggung jawab dalam mengurus dan membina keluarga secara baik, namun pada sisi lain, sebagai seorang pekerja yang baik mereka dituntut pula untuk bekerja sesuai dengan standar perusahaan/organisasi dengan menunjukkan kinerja yang prima (Tewal & Tewal, 2014).

Kinerja dipahami sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, dalam Handayani, 2005). Potu (2013) Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena


(22)

setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan tugasnya.

Menurut Mahmudi (2005: 21) kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, yaitu : 1) faktor personal/individu, 2) faktor kepemimpinan, 3) faktor tim, 4) faktor sistem, 5) faktor konsektual (situasi). Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat kinerja melalui faktor personal/ individu, karena keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan akan ditentukan oleh faktor manusia atau kayawan dalam mencapai suatu tujuan (Susanty & Baskoro, 2012).

Faktor personal/ individu meliputi pengetahuan, keterampilan, kemampuan, motivasi, komitmen, dan kepercayaan diri (Mahmudi, 2005: 21). Peneliti ingin melihat dari kepercayaan diri karena kepercayaan diri lebih mudah dilihat secara spesifik dalam suatu situasi (Goleman, dalam Saputro & Suseno, 2010).

Menurut Lauster (dalam Saputro & Suseno, 2010) mengatakan bahwa kepercayaan diri ialah suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak cemas dalam bertindak, merasa bebas, tidak malu dan mampu bertanggung jawab atas yang diperbuat. Salah satu hal yang dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang adalah body image yang positif(Henggaryadi & Fakhrurrozi, 2008).

Peneliti tertarik meneliti hubungan antara body image dan kinerja karena body image merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan


(23)

nilai diri, kepercayaan diri serta mempertegas jati diri pada orang lain maupun dirinya sendiri (Henggaryadi & Fakhrurrozi, 2008). Papalia, Old dan Feldman (2008) mengemukakan bahwa body image merupakan gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang. Memiliki bentuk fisik yang baik akan menimbulkan kepuasaan dalam diri terhadap tubuhnya (Hurlock, dalam Henggaryadi & Fakhrurrozi, 2008).

Cash dan Pruzinky (dalam Ratnawati & Sofiah, 2012) body image

merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang berupa penilaian positif atau negatif. Seseorang yang memiliki body image positif, akan merasa bahwa tubuh dan penampilannya cantik dan menarik, walaupun pada kenyataannya tubuh dan penampilannya kurang menarik, namun bila seseorang memiliki body image yang negatif, akan merasa penampilannya kurang menarik dan percaya diri (Bell dan Rushfort, 2008). Seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang baik, percaya bahwa dirinya akan mampu menampilkan kinerja seperti yang diharapkan (Setiadarma, dalam Yulianto & Nashori, 2006).Demikian peneliti menduga bahwa semakin individu memiliki body image yang positif maka kinerja individu tersebut akan semakin meningkat.

Subjek penelitian ini adalah polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY karena persebaran polwan kini semakin merata di setiap kota, salah satunya adalah di Polda DIY. Polda DIY merupakan pelaksana tugas kepolisian RI di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


(24)

(Jogja.polri.go.id). Jumlah polwan yang ada di Polda DIY saat ini ada sebanyak 242 anggota (Biro SDM Polda DIY).

Pekerjaan sebagai polwan erat kaitannya dengan interaksi langsung kepada masyarakat. Seperti yang sudah di jelaskan dalam UU Kepolisian pasal 13 poin c yaitu memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjadi polisi wanita (Polwan) mereka dituntut untuk memiliki tubuh yang ideal saat pendaftaran, tinggi minimal untuk wanita adalah 160 cm, dan berat badan diperoleh dari tinggi badan dikurangi 110 cm sehingga diperoleh berat badan idealnya (Penerimaan.polri.go.id). Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa POLRI cukup ketat dalam seleksi sumber daya manusia. Karena sumber daya manusia yang kompeten dengan kinerja yang baik tentunya dapat menunjang keberhasilan organisasi, sebaliknya sumber daya manusia yang tidak kompeten dan kinerjanya buruk merupakan masalah kompetitif yang menempatkan organisasi dalam kondisi yang buruk (Potu, 2013)

Bahkan untuk meningkatkan kinerja polwan tersebut, mereka mendapat tunjangan khusus untuk menjaga penampilan (Beritasatu.com, 2014). Karena dengan menjaga penampilan atau membuat penampilan menjadi lebih baik akan membuat individu terlihat menarik, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri individu, sehingga membuat individu akan lebih mudah dalam berinteraksi dengan orang lain (Indriana & Afradhila, 2014).


(25)

Namun, pada kenyataannya banyak anggota polisi yang menjadi gemuk, tidak hanya polisi pria banyak juga polisi wanita yang tubuhnya tidak ideal lagi (Lensaindonesia.com). sesuai dengan syarat untuk menjadi polwan tubuh yang ideal adalah jumlah tinggi badan dan berat badan di kurangi 110 sehingga diperoleh berat badan idealnya (Penerimaan.polri.go.id). Salah satunya penyebab perubahan fisik yang terjadi pada wanita adalah status pernikahan. Sebuah studi terbaru menyatakan bahwa ada kecenderungan peningkatan berat badan wanita setelah menikah. Hal tersebut disebabkan karena wanita yang telah menikah memiliki tanggung jawab besar dalam mengurus rumah tangga dan merawat anak, alhasil mereka tidak memiliki waktu mengurus atau menjaga penampilan dengan optimal (Tribunnews.com, 2015).

Hal ini tentunya akan mempengaruhi kepercayaan diri polisi wanita dalam bekerja. Fenomena tersebut juga didukung dari hasil wawancara pada tanggal 7 januari 2016 kepada seorang polwan di Polda DIY yang menyatakan bahwa jika tidak memiliki badan yang ideal akan mempengaruhi pekerjaannya, karena tambah berat untuk bergerak dan tidak percaya diri ketika berada di kantor. Selain itu, perubahan fisik yang dialami oleh seorang wanita bisa mempengaruhi hubungan sosialnya dengan orang lain (Husna, 2013). Sebagian wanita ingin menghindari situasi atau orang tertentu karena merasa begitu rendah diri atau malu, semua perubahan ini ada saatnya menjadikan seorang wanita tidak merasa yakin terhadap diri sendiri karena merasa gemuk. Hal ini membuat wanita merasa malu seakan


(26)

merasa malu seakan semua orang memperhatikan ketidaksempurnaannya, sehingga menyebabkan sulit bergaul dan menyesuaikan diri dengan orang lain (Husna, 2013). Hal ini tentunya akan mempengaruhi kinerja polisi wanita yang pekerjaannya berkaitan dengan interaksi langsung dengan masyarakat.

Peneliti memilih subjek polisi wanita, karena seorang wanita umumnya mempunyai kepedulian yang lebih besar dibandingkan kaum pria terhadap penampilan fisik (Husna, 2013). Minat terhadap penampilan sangat kuat pada wanita dewasa pada umumnya (Husna, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan Charles dan Kerr (dalam Grogan, 2008: 48) menemukan bahwa kebanyakan wanita tidak puas dengan tubuhnya. Ketidakpuasan terhadap tubuh yang besar menyebabkan makin kuatnya keinginan para wanita untuk melakukan segala cara demi memperbaiki penampilan fisiknya (Munfarida, 2007). Karena wanita ingin memiliki tubuh kurus dan ideal yang digunakan untuk menarik perhatian orang lain (Satria, 2008). Sedangkan menurut Melliana, (2006) wanita yang memiliki bentuk tubuh idealpun diasosiasikan dengan kesempatan kerja yang lebih luas, seorang wanita yang memiliki bentuk tubuh ideal banyak mendapat kesempatan untuk terjun ke bidang pekerjaan yang membutuhkan interaksi dalam menjalankan pekerjaan.

Dari latar belakang tersebut peneliti memilih polisi wanita yang sudah berkeluarga, karena banyak kasus yang menyebutkan bahwa banyak polisi wanita yang tubuhnya tidak ideal lagi atau mengalami kegemukan.


(27)

Hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seorang polisi wanita dalam melakukan interaksi dengan masyarakat karena tidak percaya diri dengan tubuhnya yang gemuk. Selain itu sebagai anggota polisi mereka dituntut untuk tetap memiliki tubuh ideal dan memperoleh tunjangan untuk menjaga penampilan agar dapat menunjukan kinerja yang prima. Dari penjelasan ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara body image dan kinerja pada polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan body image dan kinerja pada polisi wanita (Polwan) yang sudah berkeluarga di Polda D.I.Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan body image dan kinerja pada polisi wanita (Polwan) yang sudah berkeluarga di Polda D.I.Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Memberi masukan bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan yang berkaitan dengan body image.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai topik yang sama.


(28)

b. Memberi masukan bagi perkembangan ilmu Psikologi Industri & Organisasi yang berkaitan dengan kinerja.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian dapat menjadi acuan instansi Kepolisian untuk mengevaluasi kinerja anggotanya terutama pada polisi wanita. b. Hasil penelitian dapat menjadi acuan instansi untuk mengetahui

penyebab menurunnya kinerja, serta bagaimana meningkatkan kerja anggotanya.


(29)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kinerja

1. Definisi Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2013). Sedangkan Menurut Brahmasari & Suprayetno (2008) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi yang berbentuk output

kuantitatif maupun kualitatif, kreatifitas, fleksibilitas, dan dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang diinginkan oleh organisasi. Menurut Gomes (dalam Mangkunegara, 2009) kinerja adalah output, efisien serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa kinerja tidak lepas dari hasil yang dicapai, serta efektif dalam meningkatkan produktivitas.

Menurut Bernandin & Russell (dalam Gomes, 2003) memberi batasan mengenai kinerja sebagai catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 16 tahun 2011, pasal 1, poin 12 a, kinerja adalah prestasi atau kemampuan kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai dalam mendukung dan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.


(30)

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja (job performance) adalah hasil kerja atau prestasi yang diperlihatkan oleh seorang pegawai berupa output kuantitatif maupun kualitatif selama satu periode waktu tertentu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

2. Aspek-aspek Kinerja

Menurut Gomes (2003) menyatakan bahwa evaluasi kinerja karyawan didasarkan pada deskripsi perilaku yang spesifik, antara lain :

a. Quantity of work, jumlah kerja yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

b. Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapan.

c. Job knowledge, Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan.

d. Creativeness, keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyesuaikan persoalan yang timbul. e. Cooperation, kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain. f. Dependability, dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan

penyelesaian kerja.

g. Initiative, semangat untuk melakukan tugas-tugas baru dalam memperbesar tanggungjawabnya.


(31)

h. Personal quality, kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, dan integritas pribadi

Sesuai dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 16 tahun 2011, dalam melakukan penilaian kerja generik menilai dari 10 aspek kinerja, antara lain :

a. Kepemimpinan : kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan.

b. Jaringan sosial : kemampuan membangun, memelihara dan melaksanakan kerja sama, serta hubungan baik dengan pegawai dan masyarakat.

c. Komunikasi : kemampuan menerima ide, merumuskan, mengutarakan, dan menerima ide/pendapat baik secara verbal maupun non verbal, dengan jelas sesama pegawai dan masyarakat. d. Pengendalian emosi : kemampuan mengendalikan emosi dalam

situasi yang penuh tekanan, sehingga tidak mempengaruhi kinerja. e. Agen perubahan : kemampuan merumuskan, memotivasi, dan

melaksanakan perubahan.

f. Integritas : kemampuan bersikap jujur dan konsisten, apa yang dikatakan sesuai dengan apa yang dilakukan.

g. Empati : kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain, serta mengekspresikan perasaan positif dan ketulusan pada orang lain. h. Pengelolaan administrasi : kemampuan merencanakan, mengatur,


(32)

i. Kreativitas : kemampuan menghasilkan, mengembangkan, dan melaksanakan ide/cara baru secara efektif.

j. Kemandirian : kemampuan mengendalikan diri dan mengambil inisiatif tindakan dengan mempertimbangkan faktor resiko.

Dari kedua aspek kinerja tersebut, penelitian ini akan menggunakan 5 aspek menurut Gomes (2003), yang digabungkan dengan aspek-aspek kinerja dalam kepolisian menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 16 tahun 2011, antara lain :

a. Quantity of work : jumlah kerja yang dilakukan selama periode waktu tertentu

b. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapan.

c. Creativeness : kemampuan untuk menghasilkan, mengembangkan, dan melaksanakan ide atau gagasan baru guna mengahadapi persoalan yang muncul secara lebih efektif.

d. Cooperation : mampu membangun, memelihara, melaksanakan, dan bersedia bekerja sama dengan oranglain, serta mampu menjaga hubungan baik dengan rekan kerja maupun masyarakat.

e. Job knowledge : mengetahui mengenai pekerjaannya. Selain itu, dapat mengelola admistrasi dengan baik. Yaitu mampu merencanakan, mengatur, melaksanakan, mengevaluasi, dan memperbaiki proses administrasi.


(33)

f. Dependability : dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.

g. Initiative : semangat untuk melakukan tugas-tugas baru dalam memperbesar tanggungjawabnya.

h. Personal quality : memiliki kepribadian ynag baik serta ramah terhadap rekan kerja. Selain itu juga memiliki jiwa kepemimpinan, mampu mengendalikan emosi, mandiri dalam menjalankan tugas, memiliki perasaan empati, mampu berkomunikasi dengan baik, dan juga berintegritas.

3. Faktor-faktor Kinerja

Menurut Mangkunegara dan Prabu (2007) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi sifat-sifat seseorang, sedangkan faktor eksternal mengacu pada lingkungan kerja seperti perilaku rekan kerja, fasilitas yang tersedia, iklim organisasi, keadilan organisasi, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Mahmudi (2005: 21) menyebutkan bahwa kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi kinerja, antara lain :


(34)

a. Faktor Internal

1. Personal /individu, meliputi : pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

b. Faktor Eksternal

1. Kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.

2. Tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. 3. Sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas atau infrastruktur yang diberikan organisasi, proses organisasi dan kinerja dalam organisasi.

4. Konsektual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal organisasi.

Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat personal/individu. Sedangkan kepemimpinan, tim, sistem, dan situasi masuk kedalam faktor eksternal.

4. Pengukuran Kinerja

Menurut Robertson dalam Mahsun (2006) menyatakan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan


(35)

terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang/jas, kualitas barang/jasa, hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan.

B. Body Image

1. Definisi Body Image

Istilah body image pertama kali dikenalkan oleh Paul Schilder pada tahun 1920. Body image adalah gambaran mental yang dimiliki setiap individu tentang penampilan tubuhnya yang dibentuk dalam kerangka pikir dan merupakan refleksi atas sikap dan interaksi dengan orang lain (Schilder dalam Grogan, 1999). Pada tahun 1950, para peneliti lain memberikan arti yang berbeda mengenai body image, yaitu persepsi tentang tubuh distorsi ukuran tubuh, dan persepsi sensasi badaniah (Fisher dalam Grogan, 1999).

Body image merupakan suatu sikap atau perasaan puas dan tidak puas yang dimiliki oleh seoseorang atau suatu individu tertentu terhadap tubuhnya sehingga dapat melahirkan suatu penilaian yang positif dan negatif pada dirinya (Rombe, 2014). Sedangkan menurut Cash dan Pruzinky (2002) body image merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang berupa penilaian positif atau negatif. Dari definisi menjelaskan bahwa body image dipahami sebagai suatu evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat badan, maupun aspek lain yang


(36)

mengarah pada penampilan fisik. Rice (dalam Mukhlis, 2013) body image adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran, perasaan, penilaian, sensasi, kesadaran, dan perilaku yang tekait dengan tubuhnya.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

body image adalah gambaran mental atau evaluasi individu terhadap tubuhnya yang meliputi ukuran tubuh, berat badan, dan aspek lain yang mengarah pada penampilan fisik individu yang terbentuk berdasarkan kerangka pikir dan berupa refleksi atas sikap dan interaksi dengan orang lain.

2. Dimensi Body image

Cash & Pruzinsky (2002) mengemukakan ada lima dimensi dalam pengukuran body image, yaitu:

1. Appearance evaluation (evaluasi penampilan)

evaluasi penampilan yaitu mengukur penampilan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan atau belum memuaskan.

2. Appearance orientation (orientasi penampilan)

orientasi penampilan yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan diri.


(37)

Kepuasan terhadap bagian tubuh, yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, wajah, tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), tubuh bagian tengah (pinggang & perut), tubuh bagian bawah (pinggul, paha, pantat, kaki), serta bagian tubuh secara kesuluruhan.

4. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk)

Kecemasan menjadi gemuk yaitu mengukur bagaimana individu terhadap berat badan, kecenderungan untuk melakukan diet, dan membatasi pola makan.

5. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)

Pengkategorian ukuran tubuh, yaitu mengukur bagaimana individu menilai berat badannya, dari yang sangat kurus sampai gemuk.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dimensi body image sebagai berikut: Appearance evaluation, Appearance orientation, Body area satisfaction, Overweight

preoccupation, Self-classified weight.

3. Dampak Body Image

Apabila individu memandang tubuhnya positif maka body image

yang dimiliki positif, sedangkan apabila individu memandang tubuhnya negatif maka body image yang dimiliki negatif (National Eating Disorder dalam Sari, 2012). Menurut Bell dan Rushfort (2008) seseorang yang memiliki body image positif, akan merasa bahwa tubuh


(38)

dan penampilannya cantik dan menarik, walaupun pada kenyataannya tubuh dan penampilannya kurang menarik, namun bila seseorang memiliki body image yang negatif, akan merasa penampilannya kurang menarik dan percaya diri. Sedangkan menurut Henggaryadi & Fakhrurrozi (dalam Sari, 2012) Body image yang positif akan meningkatkan nilai diri, kepercayaan diri serta mempertegas jati diri pada orang lain maupun dirinya sendiri.

Ketika orang-orang memiliki berat badan lebih, stigmasi dan pendapat negatif dari orang lain akan mempengaruhi harga diri mereka (Miller & Downey dalam Kinnaly, 2012). Ketidakpuasan terhadap tubuh yang besar akan menyebabkan makin kuatnya keinginan para wanita untuk melakukan segala cara demi memperbaiki penampilan fisiknya (Munfarida, 2007).

C. Polisi Wanita Yang Sudah Berkeluarga

1. Definisi Polisi Wanita Yang Sudah Berkeluarga

Menurut KBBI polisi adalah anggota badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar undang-undang dan sebagainya). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 2, fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan


(39)

keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Kepolisian termasuk badan pemerintah yang anggotanya dituntut untuk patuh terhadap atasan. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 2 tahun 2003 pasal (1) poin 10 “atasan langsung adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena jabatannya mempunyai wewenang langsung terhadap bawahan yang dipimpinnya”. hal tersebut menunjukkan bahwa kepolisian masuk kedalam obedience.

Obedience adalah keadaan dimana seseorng pada posisi yang berkuasa cukup mengatakan atau memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu (Sarlito, 2009).

Sejarah polwan di Indonesia dimulai pada 1 September 1948. Ketika itu, di Bukittinggi, Sumatra Barat, Pemerintah Indonesia tengah berjuan menghadapi agresi militer II Belanda. Akibat serangan besar-besaran Belanda, ada arus pengungsian dimana-mana. Pria, perempuan, dan anak-anak meninggalkan rumah mereka untuk menjauhi titik-titik peperangan. Ketika memasuki wilayah yang dikuasai republik, untuk mencegah terjadinya penyusupan, para pengungsi harus diperiksa oleh polisi. Tetapi pengungsi perempuan menolak diperiksa polisi pria. Pemerintah lalu menunjuk Sekolah Polisi Negara di Bukittinggi untuk mulai merekrut polisi wanita. Sejak itu dinyatakan lahirlah Polisi Wanita yang akrab dipanggil Polwan.


(40)

Polisi wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan anggota polisi laki-laki. Hal ini sejalan dengan instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 (dalam UU Kepolisian, 2010) menjelaskan bahwa setiap anggota polisi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat senantiasa memberikan pelayanan terbaik, bersikap hormat kepada siapapun, dan tidak mengenal waktu istirahat selama 24 jam, atau tidak mengenal hari libur (Yuliana & Yuniasanti, 2013). Untuk meningkatkan kinerja polwan mereka pendapat tunjangan khusus untuk menjaga penampilan (Beritasatu.com, 2014)

Karyawan wanita yang sudah berkeluarga berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengatur urusan keluarga dan berperan sebagai anggota organisasi yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya (Handayani, 2008). Wanita mempunyai fungsi yang sangat dominan dalam keluarga, karena pada diri wanita terdapat suatu tugas sebagai makhluk sosial yang mempunyai tanggung jawab membina keluarga sepenuhnya (Iklima, 2014).

Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan polisi wanita yang sudah berkeluarga adalah anggota badan pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat yang berjenis kelamin wanita dan memiliki tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga untuk membina keluarganya.


(41)

D. Dinamika Body Image dan Kinerja pada Polisi Wanita

Menurut Cash dan Pruzinky (2002) body image merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang berupa penilaian positif atau negatif. Seseorang yang memiliki body image positif, akan merasa bahwa tubuh dan penampilannya cantik dan menarik, walaupun pada kenyataannya tubuh dan penampilannya kurang menarik, namun bila seseorang memiliki body image yang negatif, akan merasa penampilannya kurang menarik dan percaya diri (Bell dan Rushfort, 2008). Semakin menarik atau efektif kepercayaan diri terhadap tubuh maka semakin positif harga diri yang dimiliki, karena body image positif yang dimiliki seseorang mampu meningkatkan nilai diri, kepercayaan diri serta mempertegas jati diri pada orang lain maupun dirinya sendiri (Henggaryadi & Fakhrurrozi, 2008). Melalui penjelasan diatas body image berkaitan dengan kepercayaan diri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rombe (2014), diperoleh bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara body image

dengan kepercayaan diri pada remaja putri yang bersekolah di SMA Negeri Samarinda, hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai r = 0.830 dan sig = 0.000. hal ini berarti bahwa apabila body image yang dimiliki oleh remaja putri positif maka akan menimbulkan kepercayaan diri yang tinggi dan apabila body image yang dimiliki oleh remaja putri negative maka kepercayaan diri yang timbul akan rendah.

Menurut Lauster (dalam Saputro & Suseno, 2010) mengatakan bahwa kepercayaan diri ialah suatu sikap atau perasaan yakin akan


(42)

kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak cemas dalam bertindak, merasa bebas, tidak malu dan mampu bertanggung jawab atas yang diperbuat.

Kepercayaan diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja. Menurut Mahmudi (2005: 21) kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor personal/ individu. Didalam faktor personal/ individu, meliputi pengetahuan, ketrampilan (skill),kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. Dari penjelasan diatas kepercayaan diri menjadi bagian di dalam faktor personal/ individu yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang.

Terkait hubungan antara kepercayaan diri dan kinerja, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Parjiyana, Susanto & Nusyirman (2015) dengan judul pengaruh kepuasan kerja dan kepercayaan diri terhadap kinerja perawat RSJD Dr. RM. Soedjarwadi provinsi jawa tengah. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai r = 0,940 dan p = 0,000 (p<0,05) yang artinya ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kinerja perawat si Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Provinsi Jawa Tengah.

Menurut Esson (dalam Tewal & Tewal, 2014) mendefinisikan kinerja (job performance) sebagai perilaku-perilaku yang seseorang pegawai tunjukan yang sesuai dengan uraian pekerjaannya dan


(43)

persyaratan-persyaratan kerja, yang melengkapi kearah sukses organisasi keseluruhan. Menurut Mangkunegara (dalam Handayani, 2005) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Prawirosentono (dalam Tampubolon, 2007) menambahkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Seorang wanita pada umumnya mempunyai kepedulian yang lebih besar dibandingkan kaum pria terhadap penampilan fisik (Husna, 2013). Minat terhadap penampilan sangat kuat pada wanita dewasa pada umumnya (Husna, 2013).

Pekerjaan sebagai polwan erat kaitannya dengan interaksi langsung kepada masyarakat. Seperti yang sudah di jelaskan dalam UU Kepolisian pasal 13 poin c yaitu memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan kinerja polwan tersebut, mereka mendapat tunjangan khusus untuk menjaga penampilan (Beritasatu.com, 2014). Dengan menjaga penampilan atau membuat penampilan menjadi lebih baik akan membuat individu terlihat menarik, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan harga diri dan


(44)

kepercayaan diri individu, sehingga membuat individu akan lebih mudah dalam berinteraksi dengan orang lain (Indriana & Afradhila, 2014).

Dari beberapa uraian tersebut dapat dilihat bahwa kepercayaan diri pada seorang polisi wanita sangat penting karena tugas sebagai polisi wanita erat kaitannya dengan interaksi langsung kepada masyarakat. Dengan kepercayaan diri seseorang akan lebih mudah untuk berinteraksi dengan orang lain, sebaliknya apabila seseorang tidak percaya diri tentunya akan menyulitkan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tentunya akan menunjang kinerja anggota polisi wanita menjadi lebih baik.

E. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan positif dan signifikan antara body image dan kinerja pada polisi wanita yang sudah berkeluarga. Semakin positif body image yang dimiliki, maka akan semakin tinggi kinerja yang ditunjukkan oleh anggota polisi wanita. Sebaliknya, semakin negative body image yang dimiliki, semakin rendah kinerjanya.


(45)

Gambar 1. Skema Alur Pikir Hubungan Antara Body Image dan Kinerja

Body Image

Body Image Negatif Body Image Positif

1. Merasa

penampilannya menarik & memuaskan. 2. Tidak ingin

memperbaiki dan meningkatkan penampilan. 3. Merasa puas

terhadap bagian tubuh secara spesifik. 4. Tidak cemas

terhadap kegemukan. 5. Sesuai dalam

mengkategorikan ukuran tubuhnya

1. Merasa

penampilannya tidak menarik & tidak memuaskan.

2. Ingin memperbaiki dan meningkatkan penampilan.

3. Tidak merasa puas terhadap bagian tubuh secara spesifik.

4. Cemas menjadi gemuk.

5. Tidak sesuai dalam mengkategorikan ukuran tubuhnya.

Kepercayaan Diri Tidak Percaya Diri


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan analisis dengan menggunakan data – data numerik yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2012). Penelitian korelasional adalah penelitian yang digunakan untuk mencari informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi antar variabel (Azwar, 2012). Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan satu atau lebih variable lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012).

B. Variabel Penelitian

Dalam Penelitian ini variable – variable yang digunakan sebagai berikut : 1. Variabel bebas (X) : Body Image

2. Variabel terikat (Y) : Kinerja

C. Definisi Operasional 1. Kinerja

kinerja (job performance) adalah hasil kerja atau prestasi yang diperlihatkan oleh seorang polwan berupa output kuantitatif maupun kualitatif selama satu periode waktu tertentu sesuai dengan tugas pokok


(47)

dan fungsinya.. kinerja karyawan dapat diukur menggunakan skala kinerja. Skala tersebut terdiri dari 8 aspek, yaitu : Quantity of work, Quality of work, Job knowledge, Creativeness, Cooperation,

Dependability, Initiative, Personal quality. Semakin tinggi skor total dari skala kinerja menunjukkan semakin tinggi pula kinerja karyawan, demikian pula sebaliknya.

2. Body Image

Body image adalah gambaran mental atau evaluasi polwan terhadap tubuhnya yang meliputi ukuran tubuh, berat badan, dan aspek lain yang mengarah pada penampilan fisik yang terbentuk berdasarkan kerangka pikir dan berupa refleksi atas sikap dan interaksi dengan orang lain.

Body image diukur menggunakan skala body image. Skala tersebut terdiri dari 5 dimensi, yaitu : Appearance evaluation (evaluasi penampilan), Appearance orientation (orientasi penampilan), Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), Self-classified weight

(pengkategorian ukuran tubuh). Semakin tinggi skor total dari pengerjaan skala body image menunjukan subjek memiliki body image

positif, sebaliknya semakin rendah skor totalnya menunjukan subjek memiliki body image negatif.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah polisi wanita. Kriteria subjek yang dimaksud adalah polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY.


(48)

Dalam menentukan sampel penelitian, peneliti menggunakan convenience sampling. Model tersebut berarti pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas pertimbangan khusus sesuai dengan kriteria penelitian (Noor, 2013).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menyebarkan skala stimulus yang berisi pernyataan-pernyataan untuk mengungkapkan indikator dari variabel-variabel yang digunakan. Skala yang diukur adalah skala kinerja dan skala body image. Adapun bentuk skala mengacu pada model skala Likert, dimana masing-masing item berbentuk favorable dan unfavorable. Dalam aplikasinya, subjek diminta memberikan respon kesesuaian-ketidaksesuaian terhadap setiap item dalam sebuah kontinum yang terdiri dari beberapa pilihan respon (Supratiknya, 2014). Skala ini dimodifikasikan dengan 4 pilihan jawaban yang disediakan, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).


(49)

Tabel 1.

Skor Berdasarkan Kategori Jawaban

Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Tidak Setuju (TS) 2 3

Setuju (S) 3 2

Sangat Setuju (SS) 4 1

Pada penelitian ini digunakan dua skala, yaitu skala body image

dan skala kinerja. Skala dari masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Skala Body Image

Skala body image disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Cash & Pruzinsky (2002), yaitu:

a. Appearance evaluation (evaluasi penampilan) b. Appearance orientation (orientasi penampilan)

c. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh) d. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk) e. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)


(50)

Table 2.

Distribusi Item Body Image Sebelum Uji Coba

Aspek Kinerja Item Total

Item

Prosentase Favorabel Unfavorabel

Appearance evaluation

4 4 8 20%

Appearance orientation

4 4 8 20%

Body are Satisfaction 4 4 8 20%

Overweight preoccupation

4 4 8 20%

Self-classified weight 4 4 8 20%

Total Item 20 20 40 100%

2. Skala Kinerja

Skala kinerja disusun berdasarkan aspek-aspek kinerja yang dikemukakan oleh Gomes dan di gabungkan dengan aspek kinerja menurut kepolisian, yaitu:

a. Quantity of work

b. Quality of work

c. Job knowledge

d. Creativeness

e. Cooperation

f. Dependability

g. Initiative


(51)

Delapan aspek tersebut menjadi dasar dalam penyusunan skala kinerja yang disusun oleh peneliti dengan jumlah total 56 item pernyataan.

Table 3.

Distribusi Item Skala Kinerja Sebelum Uji Coba

Aspek Kinerja Item Total

Item

Prosentase Favorabel Unfavorabel

Quantity of work 2 2 4 7,14 %

Quality of work 2 2 4 7,14 %

Job knowledge 4 4 8 14,28 %

Creativeness 4 4 8 14,28 %

Cooperation 4 4 8 14,28 %

Dependability 4 4 8 14,28 %

Initiative 4 4 8 14,28 %

Personal Quality 4 4 8 14,28 %

Total Item 28 28 56 100%

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrument pengukuran dapat dikatakan memiliki validitas tinggi apabila instrument tersebut memberikan hasil ukur sesuai dengan tujuan pengukuran. Lebih jauh lagi, suatu instrument dikatakan valid apabila tidak hanya mengungkapkan suatu data dengan tepat, tetapi juga memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar, 2004).


(52)

Penelitian ini menggunakan validitas isi untuk memastikan ketepatan instrument ukur. Validitas isi menyangkut tingkat kebenaran suatu instrument mengukur area yang ingin diukur (Kountur, 2003). Untuk mengetahui suatu instrument valid atau tidak, dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli atau professional judgement

(Azwar, 2004). Validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistic, melainkan hanya analisis rasional (Azwar, 2004), dalam penelitian ini

professional judgement dilakukan oleh dosen pembimbing. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam alat ukur ini mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2011) 2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan dalam proses penyusunan alat ukur untuk menguji karakteristik masing-masing item yang menjadi bagian tes tersebut (Azwar, 2009). Parameter yang digunakan untuk pengujian karakteristik masing-masing item adalah daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan atara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2012). Prosedur seleksi item mempertimbangkan koefisien korelasi item- total, indeks reliabilitas item, dan indeks validitas item. Item yang baik dan dapat digunakan apabila rix ≥ 0,3, sedangkan item yang buruk rix ≤ 0,3 (Azwar, 2012).

Apabila dalam proses penseleksian item jumlah item yang lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka batas kriteria dapat


(53)

diturunkan menjadi 0,25 atau 0,20, tetapi penggunaan batas kriteria 0,20 tidak disarankan (Azwar, 2012).

Uji coba (try out) dilakukan pada tanggal 9 Mei 2016 – 20 Mei 2016.

Peneliti menggunakan 30 subjek untuk mengisi skala. Subjek yang terlibat dalam uji coba merupakan Polisi Wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY. Berikut ini merupakan hasil seleksi item dari kedua variabel.

a. Skala Body Image

Pada skala body image didapatkan beberapa item yang gugur dengan koefisien korelasi > 0,30 sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.

Distribusi Item Skala Body Image Setelah Seleksi item

Aspek Favorabel Unfavorabel Total item

Appearance evaluation

6*, 16, 25, 26* 10*, 22, 23, 35 4

Appearance orientation

1, 9, 27, 28* 13, 32, 34, 37 4

Body area satisfaction

18, 12, 21, 29* 2*, 7*, 8, 17 4

Overweight preoccupation

3, 5, 19, 24 14, 15, 20, 30 4

Self classified weight

4, 11, 36*, 40 31*, 33, 38*, 39 4

Total 12 8 20

Keterangan: ( * ) : item yang digugurkan Bold : item yang gugur

Berdasarkan hasil seleksi item dari 40 item skala body image

terdapat 30 item valid dan 10 item gugur. Item pada setiap aspek diselaraskan menjadi 4 item sehingga item yang digugurkan adalah 10 item.


(54)

Item pada skala body image yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 item. Pengguguran manual dilakukan dengan cara memilih item yang memiliki nilai koefisien korelasi totoal yang paling terkecil diantara item lainnya dalam satu aspek yang sama. Item yang memiliki nilai koefisien korelasi total yang paling kecil tersebut dinyatakan gugur dan tidak diikutsertakan dalam skala body image.

b. Skala Kinerja

Pada skala kinerja didapatkan beberapa item yang gugur dengan koefisien korelasi > 0,30 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.

Distribusi Item Skala Kinerja Setelah Seleksi Item

Aspek Kinerja Item Total Item

Favorabel Unfavorabel

Quantity of work 4, 43 2, 46 4

Quality of work 16, 48 3, 20 4

Job knowledge 1*, 35, 38, 53* 13, 30*, 36, 47* 4

Creativeness 6, 24, 33, 51 17, 26, 52, 55 4

Cooperation 7*, 25, 31, 34 5*, 11, 32*, 42 4

Dependability 19, 21*, 29, 37* 40, 41, 44* 50* 4

Initiative 9*, 18, 54*, 56 14*, 15, 22, 23* 4

Personal Quality

8, 12, 28*, 45 10, 27, 39, 49 4

Total Item 19 13 32

Keterangan: ( * ): item yang digugurkan Bold : item yang gugur

Berdasarkan hasil seleksi item dari 56 item skala kinerja, terdapat 48 item valid dan 8 item yang gugur. Untuk menjaga komposisi, maka


(55)

dilakukan pengguguran manual. Pengguguran manual dilakukan dengan cara memilih item yang memiliki nilai koefisien korelasi total yang paling kecil diantara item lainnya dalam satu aspek yang sama. Item yang memiliki nilai koefisien korelasi total yang paling kecil tersebut dinyatakan gugur. Item pada setiap aspek kemudian diselaraskan menjadi 4 item, sehingga total item yang sengaja digugurkan adalah 16 item. Item yang digunakan dalam skala kinerja berjumlah 32 item.

3. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan kata dari reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable. Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2009).

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna pengukuran. Apabila pengukuran tidak reliable maka skor yang dihasilkan juga tidak dapat dipercaya. Perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror daripada faktor perbedaan sebenarnya. Pengukuran yang tidak reliable tidak akan konstan dari waktu ke waktu.

Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal yang bertujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes (Azwar, 2010). Reliabilitas konsistensi internal menggunakan teknik yang berasal dari formula Alpha Cronbach. Keunggulan dari teknik


(56)

Alpha Cronbach ini adalah mempu mendeteksi indicator-indikator yang tidak konsisten (Malhotra, 2012). Pengambilan data dengan metode ini tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama karena pengambilan data cukup dilakukan satu kali (Siregar, 2014). Teknik ini akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan analisis data SPSS 23 for windows.

Koefisien reliabilitas berada pada rentang nilai 0 sampai 1. Bila koefisien skala semakin mendekati nilai 1 maka dapat dikatakan bahwa skala itu memiliki koefisien reliabilitas yang baik (Azwar, 2009).

a. Skala Body Image

Koefisien Cronbach’s Alpha skala body image setelah seleksi item dilakukan menggunakan SPSS 23 for windows

menghasilkan α = 0,954. Hal tersebut menunjukkan bahwa item pengukuran pada skala body image tergolong reliabel.

b. Skala Kinerja

Koefisien Cronbach’s Alpha skala kinerja setelah seleksi item dilakukan menggunakan SPSS 23 for windows

menghasilkan α = 0,976. Hal tersebut menunjukkan bahwa item pengukuran pada skala kinerjatergolong reliabel.


(57)

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari sebaran normal atau tidak pada populasi. Penelitian ini akan menggunakan analisis

Kolmogorov – Smirnov pada SPSS 23. Jika hasil perhitungan menunjukan nilai p lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan data berbeda secara signifikan, dengan kata lain data tidak normal. Suatu data dikatakan normal apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p lebih dari 0,05 (p > 0,05) (Santoso, 2010) b. Uji Linearitas

Uji linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dan mengetahui pola hubungan linear (Noor, 2013). Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test for linearity yang terdapat dalam SPSS for windows versi 23. Data dapat dikatan linear apabila kedua variabel yang diteliti memiliki signifikan kurang dari 0,05 (0,05).

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan kinerja pada polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product


(58)

Moment pada SPSS 23 for windows jika data terdistribusi dengan normal. Jika dalam uji asumsi, data tidak terdistribusi normal, maka peneliti akan menggunakan uji hipotesis korelasi Spearman (sutrisno, 2014). Apabila koefisien korelasi memiliki taraf signifikansi p < 0,05 maka terdapat korelasi yang signifikan.


(59)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Juni 2016 sampai dengan 14 Juni 2016. Peneliti melakukan pengambilan data di Polda DIY sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh peneliti. Secara keseluruhan peneliti membagikan 170 lembar skala penelitian. Dari jumlah tersebut, skala yang kembali dan dapat dianalisis berjumlah 154 lembar skala. Tidak digunakannya skala penelitian yang berjumlah 16 lembar dikarenakan lupa mengisi identitas dan kecendurungan menjawab secara asal pada satu kolom sehingga peneliti memutuskan untuk tidak menggunakan skala tersebut B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 170 orang. Data yang terkumpul tidak semuanya dapat diproses dan di analisis karena ada 16 orang yang tidak mengisi identitas sesuai dengan apa yang diminta oleh peneliti. Selain itu ada responden mengisi skala hanya pada satu kolom saja sehingga 16 skala tersebut digunakan dan tersisa 154 skala yang dapat diproses dan dianalisi lebih lanjut.

Subjek penelitian ini adalah semuanya adalah polisi wanita yang sudah berkeluarga dan bekerja di Polda DIY.


(60)

Table 6. Rentang usia subjek

Rentang Usia Jumlah Subjek

21 – 30 tahun 61 orang

31 – 40 tahun 31 orang

41 – 50 tahun 33 orang

51 – 60 tahun 29 orang

Total 154 orang

C. Deskripsi Data Penelitian 1. Perbandingan Mean

Deskripsi data pada penelitian ini dapat dilihat pada table berikut:

Table 7.

Data Empirik dan Data Teoritik

Variabel Data Teoritik Data Empirik SD P

Min Max Mean Min Max Mean

Body image 20 80 50 43 77 58.15 5.64 0.000

Kinerja 32 128 80 76 128 100.03 8.60 0.000

Uji coba mean dilakukan untuk melihat perbedaan antara mean

teoritik dan mean empiris. Uji coba dalam penelitian ini menggunakan One Sample t-test. Hasil uji beda mean menunjukkan bahwa mean teoritik untuk skala body image sebesar 50, sedangkan mean empirik sebesar 58.15. Mean

empirik lebih tinggi daripada mean teoritik, yaitu 58.15 > 50. Hal tersebut menunjukkan bahwa body image polwan yang sudah berkeluarga di Polda DIY adalah tinggi. Berdasarkan hasil uji one sample t-test, dapat


(61)

disimpulkan bahwa mean empirik memiliki perbedaan yang signifikan dengan mean teoritik karena memiliki signifikan lebih kecil dari 0,05 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).

Hasil uji coba mean juga menunjukkan bahwa mean teoritik untuk skala kinerja sebesar 80, sedangkan mean empirik adalah 100.03. pada skala kinerja diketahui bahwa mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik, yaitu 100.03 > 80. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kinerja polwan yang sudah berkeluarga di Polda DIY adalah tinggi. Berdasarkan hasil uji t, dapat disimpulkan bahwa mean empirik memiliki perbedaan yang signifikan dengan mean teoritik karena memiliki signifikan lebih kecil dari 0,05 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).

2. Kategorisasi

Dalam kategorisasi ini dimaksudkan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontimun yang didasarkan pada atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang, rendah (Azwar, 2012). Norma kategori skor dapat dilihat pada tabel 8:

Tabel 8. Norma Kategorisasi

Skor Kategorisasi

(μ + 1,0 σ) ≤ X Tinggi

(μ - 1,0 σ) ≤ X < (μ + 1,0 σ) Sedang

X < (μ - 1,0 σ) Rendah

Keterangan: μ = Mean Teoritik


(62)

σ = Standar Deviasi

pada tabel deskripsi data penelitian (lihat tabel 7) diketahui bahwa nilai skor mean teoritis dan standar deviasi pada variabel body image

sebesar 50 dan 6 (dibulatkan). Maka variabel body image dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 9.

Norma Kategorisasi body image skala Rentang Skor Kategorisasi Jml.

Subjek

persentasi

Body image

56 ≤ X Tinggi 120 78%

44 ≤ X < 56 Sedang 33 21,4%

X < 44 Rendah 1 0,6%

Berdasarkan hasil kategorisasi diatas dapat dilihat bahwa terdapat 120 atau 78% subjek berada dalam kategori tinggi, 33 atau 21,4% subjek dalam kategori sedang, dan 1 atau 0,6% subjek dalam kategori rendah.

Pada tabel di atas (lihat tabel 7) juga dapat diketahui mean teoritik terhadap variabel kinerja 80, sedangkan standar deviasi pada variabel kinerja sebesar 9 (dibulatkan). Maka dapat ditentukan kategorisasi pada variabel kinerja sebagai berikut:


(63)

Tabel 10.

Norma Kategorisasi kinerja skala Rentang Skor Kategorisasi Jml.

Subjek

persentasi

kinerja 89 ≤ X Tinggi 152 98,7

71 ≤ X < 89 Sedang 2 1,3

X < 71 Rendah - -

Berdasarkan hasil pengkategorian diatas menunjukkan bahwa 152 atau 98,7% subjek berada dalam kategori tinggi, 2 atau 1,3% subjek berada dalam kategori sedang, dan tidak ada subjek yang masuk dalam kategori rendah.

3. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

Peneliti melakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang memiliki sebaran data yang normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik sampel Kolmogorov-Smirnov Test yang diperhitungkan menggunakan program SPSS for windows versi 23. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada table berikut:


(64)

Tabel 11. Hasil uji normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. bodyimage .131 154 .000 .961 154 .000 Kinerja .307 154 .000 .767 154 .000

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan nilai probabilitas (p) pada variabel body image sebesar 0,000 dan pada variabel kinerja sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05).

b. Uji Linearitas

Uji linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dan mengetahui pola hubungan linear (Noor, 2013). Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test for linearity yang terdapat dalam SPSS for windows versi 23. Data dapat dikatakan linear apabila kedua variabel yang diteliti memiliki signifikan kurang dari 0,05 (0,05). Uji linearitas dapat dilihat pada table berikut:


(65)

Tabel 12. Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan hasil uji linearitas dapat dilihat bahwa variabel

body image dan kinerja pada polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY memiliki signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bersifat linear.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data tidak terdistribusi dengan normal. Hal ini berarti pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan teknik korelasi Spearman rho pada taraf signifikansi 0,05, dengan menggunakan SPSS for windows versi 23. Berikut adalah hasil uji hipotesis body image dan kinerja:

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. kinerja *

bodyimage

Between Groups (Combined) 7166.141 26 275.621 8.439 .000 Linearity 3207.373 1 3207.373 98.206 .000 Deviation

from Linearity

3958.768 25 158.351 4.849 .000 Within Groups 4147.755 127 32.659


(66)

Tabel. 13 Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara body image dan kinerja pada polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY adalah 0,341 dengan probabilitas 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bersifat positif dan signifikan antara variabel

body image dan kinerja.

3. Analisis Tambahan

Peneliti melakukan perhitungan secara manual untuk membandingkan jumlah polwan yang masuk dalam kategori tinggipada kelompok usia yang sudah di kelompokkan oleh peneliti. Dari diagram

0 10 20 30 40 50 60 70

Usia 21-30 Usia 31-40 Usia 41-50 Usia 51-60

Body Image Kinerja

Correlations

bodyimage kinerja Spearman's rho Bodyimage Correlation

Coefficient 1.000 .341** Sig. (1-tailed) . .000 N 154 154 Kinerja Correlation

Coefficient .341** 1.000 Sig. (1-tailed) .000 . N 154 154 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


(67)

tersebut dapat dilihat pada kelompok usia 21-30 jumlah polwan yang memilikibody image tinggi adalah 48 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi adalah 61 orang. Pada kelompok usia 31-40 tahun memiliki body image body image tinggi 17 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi adalah 30 orang. Pada kelompok usia 41-50 tahun memiliki body image tinggi adalah 27 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi 33 orang. Sedangkan pada kelompok usia 51-60 tahun memilikibody image tinggi adalah 29 orang, dan yang memiliki kinerja tinggi adalah 29 orang.

4. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi

Spearman rho, body image dan kinerja memiliki korelasi sebesar 0,341 dengan p = 0,000 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan kinerja. Nilai koefisien yang bernilai positif menunjukkan adanya hubungan positif antara body image dan kinerja, yaitu semakin positif body image yang dimiliki oleh polwan yang sudah berkeluarga, maka semakin tinggi tingkat kinerjanya. Begitu sebaliknya, semakin negatif body image yang dimiliki polwan yang sudah berkeluarga, maka semakin rendah tingkat kinerjanya.

Polwan yang sudah berkeluarga di Polda DIY dan memiliki body image yang positif yang berarti mereka memiliki kepercayaan diri yang


(68)

baik, kepercayaan diri yang dimiliki akan membantu mereka dalam menyelesaikan perintah dari atasannya. Menurut Henggaryadi dan Fakhrurrozi (2008) semakin menarik atau efektif kepercayaan diri terhadap tubuh maka semakin positif harga diri yang dimiliki, karena body image

positif yang dimiliki seseorang mampu meningkatkan nilai diri, kepercayaan diri serta mempertegas jati diri pada orang lain maupun dirinya sendiri.

Polisi wanita yang memiliki kepercayaan diri tidak cemas dalam bertindak, tidak malu berada di kantor, dan mampu bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan. Menurut Lauster (dalam Saputro & Suseno, 2010) mengatakan bahwa kepercayaan diri ialah suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak cemas dalam bertindak, merasa bebas, tidak malu dan mampu bertanggung jawab atas yang diperbuat.

Kepercayaan diri yang dimiliki Polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY mempengaruhi tingkat kinerjanya yang tinggi dan mampu bekerja dengan baik ketika diberikan perintah oleh atasannya. Hal ini di dukung dengan hasil mean empirik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mean teoritik. Menurut Mahmudi (2005: 21) kepercayaan diri merupakan faktor personal yang mempengaruhi kinerja seseorang. Dengan kepercayaan diri yang dimiliki akan yakin terhadap kemampuan dirinya dalam menjalankan tugas dari atasan, tidak cemas dalam bertindak, tidak


(69)

malu ketika berada di kantor dan bertanggung jawab atas apa yang ia kerjakan.

Selanjutnya, berdasarkan analisis tambahan dengan melakukan perhitungan secara manual untuk membandingkan jumlah polwan yang masuk dalam kategori tinggi pada kelompok usia yang sudah di kelompokkan oleh peneliti. Dari diagram dapat dilihat pada kelompok usia 21-30 jumlah polwan yang memiliki body image tinggi adalah 48 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi adalah 61 orang. Pada kelompok usia 31-40 tahun memiliki body image body image tinggi 17 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi adalah 30 orang. Pada kelompok usia 41-50 tahun memiliki body image tinggi adalah 27 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi 33 orang. Sedangkan pada kelompok usia 51-60 tahun memilikibody image tinggi adalah 29 orang, dan yang memiliki kinerja tinggi adalah 29 orang.


(70)

50 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil analisis penelitian dengan menggunakan korelasi Spearman Rho

menunjukkan korelasi r = 0,341 dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05). Korelasi tersebut menegaskan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara body image dan kinerja pada polwan yang sudah berkeluarga di Polda DIY. Semakin tinggi body image yang dimiliki polwan maka semakin tinggi kinerjanya. Semakin rendah body image yang dimiliki polwan maka semakin rendah kinerjanya.

B. Saran

1. Bagi subjek penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa body image secara signifikan berhubungan positif dengan kinerja. Berdasarkan hal tersebut subjek yang dalam penelitian ini adalah polis wanita (polwan) yang sudah berkeluarga di Polda DIY diharapkan untuk tetap mempertahankan atau meningkatkan body image yang dimiliki agar tetap dapat menjaga kinerjanya tetap baik. Peningkatan body image tersebut dapat dilakukan dengan cara melatih atau meningkatkan kemampuan polisi wanita (polwan) dalam setiap aspek body image.


(71)

2. Bagi perusahaan/instansi

Tingkat kinerja yang tinggi atau kinerja yang baik merupakan hal yang diinginkan oleh setiap organisasi/perusahaan/instansi. Polisi wanita (polwan) sebagai suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib dan hukum sangat diharapkan untuk dapat bekerja secara optimal dan percaya diri ketika menjalankan tugas agar terciptanya tujuan untuk mengayomi masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa polisi wanita (polwan) di Polda DIY memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Oleh karena itu untuk mempertahankan atau meningkatkan keadaan tersebut diperlukan usaha untuk mencegah terjadinya penurunan tingkat kinerja yang dimiliki oleh polisi wanita (polwan) tersebut.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengadaan program peningkatan kepercayaan diri melalui body image

yang dimiliki. Hal tersebut disarankan karena menurut hasil penelitian jika body image yang dimiliki tinggi maka kinerja akan tinggi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan tulisan ini menjadi salah satu referensi pendukung. Ketika melakukan pengambilan data diharapkan untuk memberikan instruksi dengan jelas dan mengawasi langsung pengisian skala yang dilakukan oleh subjek agar tidak ada skala yang gugur dan dapat di analisis. Dikhawatirkan skala-skala yang gugur tersebut dapat mempengaruhi persebaran item menjadi tidak normal.


(72)

C. Keterbatasan Penelitian

Subjek penelitian hanya pada profesi polisi wanita (Polwan) saja. Sangat memungkinkan untuk dilakukan pada profesi yang lainnya. Ketika melakukan persebaran skala penelitian peneliti tidak melihat langsung proses pengisian skala yang dilakukan oleh subjek penelitian. Hal ini memungkinkan terjadinya pengisian skala secara asal yang dilakukan oleh subjek. Hal ini memungkinkan menjadi penyebab sebaran data yang tidak normal.

Selain itu peneliti juga merasa kurang jelas dalam memberikan informasi mengenai cara pengisian skala. Sehingga banyak skala yang gugur karena tidak adanya identitas yang lengkap mengenai subjek. Dalam aspek kinerja menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 16 tahun 2011 pada aspek agen perubahan tidak tercakup dalam konsep.


(73)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (2004). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bell, Lorraine & Jenny Rushforth. 2008. Overcoming Body Image Disturbance : A Programme for People with Eating Disorders. Routledge: London. Beritasatu. (2014). Polwan Kini Harus Multitalenta. Diakses pada tanggal 31

Oktober 2015 dari http://www.beritasatu.com/nusantara/206619-polwan-kini-harus-multitalenta.html

Brahmasari, I. A & Agus Suprayetno. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 10, No. 2. 124-135.

Cash, T. F & Pruzinsky, T. (2002). Body image : A handbook of theory, research and clinical practice. Guilford Press.

Ciptoningrum, Palupi. 2009. Hubungan Peran Ganda dengan Pengembangan Karier Wanita. Skripsi. IPB, Bogor.

Gomes, F. C. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset. Grogan, Sarah. (1999). Body image : Understanding Body Dissatisfaction in Men,

Woman, and Children. London : Routledge

Grogan, Sarah. 2008. Body Image: Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women and Children. New York. Routledge

Handayani, Wiwik. 2008. Dampak Komitmen Organisasi, Self Efficacy Terhadap Konflik Peran dan Kinerja Karyawati PT. HM Sampoerna Tbk di Surabaya.

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No. 2, September 2008.

Henggaryadi, M. G., & Fakhrurrozi, M. 2008. Hubungan Antara Body Image dengan Harga Diri pada Remaja Pria ynag Mengikuti Latihan Fitness/Kebugaran.

http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/viewFile/49/5 7

Husna, Lailatul Nur. 2013. Hubungan Antara Body Image Dengan Perilaku Diet (Penelitian Pada Wanita di Sanggar Senam Rita Pati). Journal Development and Clinical Psychology. 2 (2) (2013).


(74)

Iklima. 2014. Peran Wanita Karir Dalam Melaksanakan Fungsi Keluarga (Studi Kasus PNS Wanita Yang Telah Berkeluarga Di Balai Kota Bagian Humas dan Protokol Samarinda. eJournal Sosiatri Integratif. Vol. 2 No. 3. Hal 77-89.

Indriana, Yeniar & Afradhila. 2014. Hubungan Antara Fanatisme Terhadap Produk Perawatan Wajah dengan Citra Diri Fisik pada Wanita Dewasa Awal.

Empati. Vol. 3 no. 4 Published 2015

Kinnally, Vonderen. 2012. Media Effect on Body Image: Examining Media Exposure in the Broader Context of Internal and Other Social Factors. American Communication Journal. Vol. 14 No. 2

Lensa Indonesia. (2013). 29 Polwan Gendut Digembosi. Diakses pada tanggal 30 November 2015 dari http://www.lensaindonesia.com/2013/02/06/29-polwan-gendut-digembosi.html

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Mahsun, Mohamad. (2006). Pengkuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Pertama. Penerbit BPFE: Yogyakarta

Mangkunegara, A. A. & Prabu A. (2007). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama.

Mangkunegara, A.P. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Roesdakarya.

Mangkunegara, A.P. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Roesdakarya.

Melliana, Annastasia. (2006). Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyalarta. LKis.

Mukhlis, Ahmad. 2013. Berpikir positif pada ketidakpuasan terhadap citra tubuh (body image dissatisfaction). Jurnal psikoislamika. Vol. 10 no. 1.

Munfarida, Elya. 2007. Genealogi Kecantikan. IBDA Jurnal Studi Islam dan Budaya. Vol. 5 No.2.

Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Papalia, Old & Feldman. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan).

Jakarta : Kencana.

Parjiyana, Susanto dan M Syafril Nusyirman. 2015. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Kepercayaan Diri Terhadap Kinerja Perawat RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM). Hal 743-760.


(1)

LAMPIRAN 7


(2)

Statistic df Sig. Statistic df Sig. bodyimage .131 154 .000 .961 154 .000 kinerja .307 154 .000 .767 154 .000


(3)

LAMPIRAN 8


(4)

Squares df Square F Sig. kinerja *

bodyimage

Between Groups (Combined) 7166.141 26 275.621 8.439 .000 Linearity 3207.373 1 3207.373 98.206 .000 Deviation

from Linearity

3958.768 25 158.351 4.849 .000 Within Groups 4147.755 127 32.659


(5)

LAMPIRAN 9


(6)

Correlations

bodyimage kinerja Spearman's rho Bodyimage Correlation

Coefficient 1.000 .341** Sig. (1-tailed) . .000 N 154 154 Kinerja Correlation

Coefficient .341** 1.000 Sig. (1-tailed) .000 . N 154 154 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).