Keragaan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting berdasarkan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara pada kurun waktu 2005-2009

(1)

KERAGAAN SUMBERDAYA

IKAN PELAGIS EKONOMIS PENTING

BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN YANG DIDARATKAN

DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

PADA KURUN WAKTU 2005-2009

FARIDH NADLER

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Keragaan Sumberdaya Ikan Pelagis Ekonomis Penting Berdasarkan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara Pada Kurun Waktu 2005-2009

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

Faridh Nadler C24060300


(3)

RINGKASAN

Faridh Nadler. C24060300. Keragaan Sumberdaya Ikan Pelagis Ekonomis Penting Berdasarkan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta UtaraPada Kurun Waktu 2005-2009. Dibimbing oleh Mennofatria Boer dan Zairion.

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke merupakan tempat pendaratan ikan pelagis, demersal dan ikan karang. Hasil tangkapan yang dominan dan merupakan ikan ekonomis penting yang didaratkan di PPI Muara Angke ialah jenis ikan pelagis, seperti ikan kembung, lemuru, selar, tembang, tenggiri dan tongkol. Hasil tangkapan yang terus meningkat dapat menyebabkan ketersediaan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting dapat menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi pengelolaan perikanan ikan pelagis ekonomis penting yang didaratkan di PPI Muara Angke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting berdasarkan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta utara pada kurun waktu 2005-2009.

Komponen-komponen yang dikaji meliputi input (sumberdaya ikan, alat tangkap dan daerah penangkapan), proses yakni pengaruh operasi penangkapan dan musim serta output berupa kecenderungan hasil tangkapan, yang diharapkan dapat membantu merumuskan suatu kebijakan pengelolaan yang berdasarkan pendekatan ketersediaan sumberdaya. Penelitian ini dilaksanakan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara, pada kurun waktu Januari 2010 sampai Maret 2010. Analisis yang dilakukan berupa analisis deskripstif dari seluruh komponen perikanan yang ada.

Secara umum hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting selama kurun waktu 5 tahun 2005-2009 mengalami fluktuasi. Fluktuasi tersebut dikarenakan pengaruh dari sumberdaya yang tersedia, alat tangkap yang digunakan beragam

yakni purse seine, gillnet dan jaring cumi (bagan perahu), daerah penangkapan

yang beragam, antara lain Kepulauan Seribu, Laut Natuna, Kepulauan Masalembu, Bawean, Karimun Jawa, Perairan Bangka, Belitung, Lampung, Pulau Damar, Indramayu, Selat Karimata, Selat Makasar, Kalimantan, dan Merauke serta faktor lingkungan seperti musim, bulan terang bulan gelap, dan juga keterampilan nelayan dalam penggunaan alat tangkap. Berdasarkan hal ini, implementasi kebijakan yang diperlukan hendaknya mengacu kepada pengklasifikasian output berdasarkan alat tangkap dan daerah penangkapan yang lebih jelas dan dapat dirumuskan rencana pengelolaan yang lebih baik dengan pendekatan kehati-hatian sehingga peningkatan hasil tangkapan yang terjadi

tidak menyebabkan overfishing.

Kata kunci : PPI Muara Angke, ikan pelagis ekonomis penting, pengelolaan sumberdaya perikanan.


(4)

KERAGAAN SUMBERDAYA

IKAN PELAGIS EKONOMIS PENTING

BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN YANG DIDARATKAN

DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

PADA KURUN WAKTU 2005-2009

FARIDH NADLER

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(5)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Keragaan Sumberdaya Ikan Pelagis Ekonomis Penting

Berdasarkan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara Pada Kurun Waktu 2005-2009. Nama Mahasiswa : Faridh Nadler

NIM : C24060300

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA Ir. Zairion, M.Sc

NIP. 19570928 198103 1 006 NIP. 19640703 199103 1 003

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP. 19660728 199103 1 002


(6)

vi

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Skripsi ini berjudul “Keragaan Sumberdaya IkanPelagis Ekonomis Penting

Berdasarkan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara Pada Kurun Waktu 2005-2009”, disusun berdasarkan hasil penelitian di PPI Muara Angke, Jakarta Utara yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Maret 2010 yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan akan pengetahuan penulis. Penulis mengaharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, Februari 2011


(7)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA dan Ir. Zairion, M.Sc, masing-masing

selaku komisi pembimbing I dan pembimbing II skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Agustinus M. Samosir, M.Phil, selaku dosen penguji dari program studi

dan Ir. Rahmat Kurnia, M.Si selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku pembimbing akademik atas saran,

motivasi, dan nasehat yang telah diberikan.

4. Keluarga tercinta; Papa, Ibu, kak Dila, Rania Burhanudin, dan adik-adik

tersayang atas seluruh doa, kasih sayang, dukungan dan semangatnya kepada penulis.

5. Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta atas dukungan dan bantuannya

selama penulis melaksanakan penelitian.

6. Seluruh staf TPI maupun UPT dan nelayan PPI Muara Angke atas bantuan

dan kemudahan dalam pengumpulan data

7. Seluruh staf Tata Usaha MSP terutama Mba Widaryanti, Bagian Manajemen

Sumberdaya Perikanan (MSPi) serta seluruh civitas Departemen Manajemen Sumberdaya Perikanan, atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman MSP43 khususnya Adis, Genny, Wana dan Weni atas


(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Selat Panjang, Riau pada tanggal 14 Maret 1988 yang merupakan anak ke-2 dari lima bersaudara dari pasangan bapak Alifian dan ibu Desrita. Pendidikan formal penulis dimulai di SDN 001 Selat Panjang, Riau (1994-2000). Setelah menyelesaikan pendidikan dasar penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Pesantren Babussalam Pekanbaru, Riau (2000-2003), dan menempuh pendidikan menengah atas di SMA N 1 Bagansiapiapi, Riau (2003-2006). Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah). Setelah melewati tahap Tingakat Persiapan Bersama selama 1 tahun, penulis diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER). Penulis diberi kesempatan dan kepercayaan menjadi Asisten Mata Kuliah Iktiologi Fungsional (2008/2009 & 2009/2010) dan Asisten Penerapan Komputer (2008/2009).

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis

menyusun skripsi dengan judul Keragaan Sumberdaya Ikan Pelagis Ekonomis

Penting Berdasarkan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPI Muara Angke,


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Manfaat ... 3

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Sumberdaya Ikan Pelagis ... 4

2.2. Habitat Ikan Pelagis ... 5

2.3. Kondisi Lingkungan Perairan Ikan Pelagis ... 6

2.4. Alat Tangkap Ikan Pelagis di PPI Muara Angke ... 7

2.4.1. Gillnet ... 7

2.4.2. Pukat cincin (Purse seine) ... 9

2.4.3. Jaring cumi (bagan perahu) ... 10

2.5. Opsi-opsi Pengelolaan Perikanan Di PPI Muara Angke ... 11

2.6. Musim Penangkapan ... 12

3. METODOLOGI ... 14

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 14

3.2. Pengumpulan Data ... 14

3.3. Analisis Data ... 15

3.3.1. Analisis deskriptif ... 15

3.3.2. Analisis data berkala ... 16

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1. Hasil ... 19

4.1.1. Keadaan umum lokasi penelitian ... 19

4.1.2. Daerah penangkapan ... 19

4.1.3. Nelayan ... 20

4.1.4. Sarana dan prasarana ... 21

4.1.5. Pengolahan hasil perikanan tradisional ... 24

4.1.6. Dasar hukum ... 24

4.1.7. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting di PPI Muara Angke ... 25

4.1.8. Hasil tangkapan bulanan per alat tangkap ... 27

4.1.9 Komposisi hasil tangkapan per alat tangkap ... 29

4.1.10. Hasil tangkapan tahunan ikan pelagis ekonomis penting 33

4.2. Pembahasan ... 34

4.2.1. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting di PPI Muara Angke ... 34


(10)

x

4.2.2 Hasil tangkapan bulanan per alat tangkap ... 35

4.2.3. Komposisi hasil tangkapan per alat tangkap ... 36

4.2.4. Hasil tangkapan tahunan ikan pelagis ekonomis penting 37

4.2.5. Indeks musiman ... 38

4.2.6. Musim Penangkapan berdasarkan bulan gelap dan bulan terang ... 44

4.2.7. Implementasi untuk pengelolaan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting ... 46

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1. Kesimpulan ... 49

5.2. Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Alat tangkap gillnet ... 8

2. Alat tangkap purse seine ... 9

3. Alat tangkap jaring Cumi ... 10

4. Peta lokasi penelitian ... 13

5. Jumlah nelayan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara tahun 2005-2009 ... 20

6. Hasil tangkapan bulanan yang didaratkan di PPI Muara Angke pada kurun waktu 2005-2009 ... 26

7. Hasil tangkapan rata-rata ikan pelagis ekonomis penting per spesies tahun 2005-2009 ... 27

8. Hasil tangkapan ikan pelagis per alat tangkap yang didaratkan di PPI Muara Angke pada kurun waktu 2005-2009 ... 28

9. Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting per alat tangkap selama kurun waktu 2005-2009 ... 31

10. Hasil tangkapan setiap jenis ikan ekonomis penting tahun 2005-2009... 33

11. Produksi total ikan dominan dan produksi ikan pelagis ekonomis penting di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 ... 33

13. Indeks musiman tahun 2005-2009 dengan menggunakan rata-rata dan median jumlah hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting; (a) kembung; (b) lemuru; (c) selar; (d) tembang; (e) tenggiri; (f) tongkol ... 40

14. Indeks musiman tahun 2005-2009 menggunakan rata-rata dan median CPUE ikan pelagis ekonomis penting; (a) kembung; (b) lemuru; (c) selar; (d) tembang; (e) tenggiri; (f) tongkol ... 41

15. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting tahun 2005-2009 yang bebas dari pengaruh musiman: ; (a) kembung; (b) lemuru; (c) selar; (d) tembang; (e) tenggiri; (f) tongkol ... 43

16. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting tahun 2005-2009 berdasarkan perhitungan bulan gelap dan bulan terang; (a) kembung; (b) lemuru; (c) selar; (d) tembang; (e) tenggiri; (f) tongkol. ... 45


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Data hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting yang

didaratan di PPI Muara Angke tahun 2008-2010 ... 53

2. Grafik hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting lima

tahun terakhir (2005-2009) per alat tangkap ... 54

3. Data hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting lima

tahun terakhir (2005-2009) per alat tangkap ... 55

4. Faktor pengali sebagai dasar penyesuaian data bulanan ... 59

5. Nilai Indeks musiman berdasarkan hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting tahun 2005-2009 dengan mengunakan

rata-rata dan median ... 60

6. Nilai Indeks musiman berdasarkan nilai CPUE ikan pelagis ekonomis penting tahun 2005-2009 dengan mengunakan rata-rata

dan median ... 61

7. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting tahun 2005-2009

yang bebas dari pegaruh musiman ... 62

8. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting tahun 2005-2009

yang bebas dari pegaruh musiman ... 64

9 Hasil tangkapan berdasarkan perhitungan bulan gelap dan bulan


(13)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumberdaya perikanan di Indonesia relatif melimpah dengan berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis penting. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan yang selaras bagi manusia dan lingkungan di Indonesia belum berjalan dengan baik. Hal ini mengingat akan kebutuhan terhadap sumberdaya ikan terus mengalami peningkatan. Ikan merupakan salah satu simbol kesejahteraan di beberapa negara dan khususnya di Indonesia. Ikan merupakan sumber protein hewani yang dibutuhkan dalam menu masyarakat. Salah satu pelabuhan perikanan yang berada di perairan pantai utara jawa yang merupakan tempat pendaratan berbagai jenis hasil tangkapan dari Teluk Jakarta dan Laut Jawa adalah pangkalan pendaratan ikan (PPI) Muara Angke. Disamping itu, hasil tangkapan di PPI Muara Angke juga diperoleh dari hasil tangkapan wilayah perairan lain.

PPI Muara Angke merupakan pangkalan perikanan tempat mendaratkan berbagai jenis sumberdaya ikan, baik ikan pelagis kecil, pelagis besar, ikan demersal, dan juga ikan karang. Berdasarkan data yang diperoleh dari PPI Muara Angke, sumberdaya yang dominan ditangkap nelayan ialah jenis ikan pelagis seperti ikan kembung, lemuru, selar, tembang, tenggiri dan tongkol. Ikan pelagis merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis penting. Semakin meningkatnya permintaan dan semakin bertambahnya angkatan kerja disektor penangkapan, dapat mengakibatkan tekanan terhadap sumberdaya ikan pelagis semakin meningkat. Nelayan di PPI Muara Angke melakukan kegiatan penangkapan di berbagai wilayah perairan, yakni mulai dari daerah yang terdekat seperti Teluk Jakarta, Kepulauan Seribu. Selain nelayan Muara Angke, hasil tangkapan yang didaratkan juga berasal dari daerah perairan sekitar Sumatra dan juga Merauke. Oleh karena itu, perlu manajemen yang baik untuk melakukan strategi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada di PPI Muara Angke.

Pengelolaan perikanan yang baik dan tepat membutuhkan suatu informasi dan data tentang sumberdaya ikan, alat tangkap, serta sarana prasarana yang baik


(14)

dan jelas. Hasil tangkapan di PPI Muara Angke selama kurun waktu lima tahun terakhir (2005-2009) secara umum mengalami fluktuasi. Analisis data perikanan berdasarkan data di PPI Muara Angke, perlu dilakukan agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk mengelola kegiatan perikanan yang ada di PPI Muara Angke.

Penambahan jumlah upaya terhadap penangkapan ikan pelagis ekonomis penting pada batas waktu tertentu dapat meningkatkan jumlah hasil tangkapan, tetapi apabila terus terjadi penambahan upaya, maka pada saat itu akan terjadi penurunan stok. Apabila kondisi pola pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting yang ada pada saat ini tidak dikelola dengan baik, diduga dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penurunan stok sumberdaya ikan pelagis bahkan dapat terancam punah. Untuk itu, pengelolaan perikanan terhadap ikan pelagis ekonomis penting di PPI Muara Angke sangat diperlukan untuk mengetahui dan memahami kondisi atau keadaan sebenarnya dari sumberdaya pelagis ekonomis penting yang ada sekarang ini.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan data yang ada di PPI Muara Angke, ikan pelagis memiliki nilai ekonomi tinggi dan cukup domianan didaratkan di PPI Muara Angke.

Sumberdaya ikan pada dasarnya adalah milik bersama (common property), yang

pemanfaatanya dapat digunakan dalam waktu bersamaan oleh lebih dari satu

individu atau satuan ekonomi (open acces). Hampir semua spesies ikan pelagis

didaratkan di PPI Muara Angke. Ikan pelagis merupakan spesies multi gear atau

ditangkap dengan menggunakan beberapa alat tangkap. Alat tangkap yang

umum digunakan adalah gillnet, selain itu juga digunakan alat tangkap jaring

cumi (bagan perahu), dan purse seine. Selain alat tangkap tersebut ikan pelagis

yang didaratkan di PPI Muara Angke juga diperoleh dari alat tangkap armada, yakni alat tangkap pengumpul yang berasal lebih dari satu alat tangkap. Penggunaan alat tangkap yang beragam ini menyebabkan hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting juga beragam dan berfluktuasi.

Sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting yang didaratkan di PPI Muara


(15)

daerah perairan Teluk Jakarta, Kepulauan Seribu, perairan Laut Jawa, sampai

dengan perairan Sumatra, Kalimantan dan Marauke (PPI Muara Angke 2009). Hal

ini dapat menyebabkan kendala untuk merumuskan strategi pengelolaan perikanan ikan pelagis ekonomis penting. Selain itu, pendokumentasian data ikan yang didaratkan tidak berdasarkan daerah penangkapan dalam suatu wilayah pengelolaan perikanan (WPP) sehingga dapat mengganggu perumusan pengelolaan perikanan. Oleh karena itu, perlu kajian keragaan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting agar pemanfaatannya dilakukan secara berkelanjutan dimasa mendatang. Dalam hal ini keragaan yang dimaksud adalah berdasarkan hasil tangkapan, jenis, dan waktu penangkapan. Sehingga dapat menyusun rencana pengelolaan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting di PPI Muara Angke, Jakarta Utara.

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting berdasarkan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara pada kurun waktu 2005-2009. Komponen-komponen yang dikaji meliputi komponen input (sumberdaya ikan, alat tangkap dan daerah penangkapan), komponen proses yakni pengaruh dari alat tangkap, dan musim serta komponen output berupa hasil tangkapan.

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keragaan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting berdasarkan ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dalam menentukan kebijakan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting di PPI Muara Angke.


(16)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumberdaya Ikan Pelagis

Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih kembali (renewable resources) namun terbatas. Ikan pelagis hidup pada daerah pantai yang kondisi lingkungannya relatif tidak stabil. Hal ini menjadikan kepadatan ikan berfluktuasi dan cenderung mudah mendapat tekanan akibat kegiatan pemanfaatan, karena daerah pantai mudah dijangkau oleh aktivitas manusia. Sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting diduga merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah di perairan Indonesia dan

mempunyai potensi sebesar 3,2 juta (Widodo et al. 1998). Sumberdaya ikan

pelagis ekonomis penting merupakan suatu sumberdaya yang poorly behaved

atau tingkah laku yang minim, karena makanan utamanya adalah plankton,

sehingga kelimpahannya sangat tergantung kepada faktor-faktor lingkungan. Hal tersebut menyebabkan kelimpahan sumberdaya ini akan berbeda kelimpahannya pada setiap wilayah perairan (Nelwan 2004).

Aziz et al. 1988 in Nelwan 2004, menyatakan bahwa sumberdaya ikan

pelagis dibagi berdasarkan ukuran, yaitu ikan pelagis besar seperti kelompok

tuna (Thunidae) dan cakalang (Katsuwonus pelamis), kelompok marlin (Makaira

sp.), kelompok tongkol (Euthynnus spp.) dan tenggiri (Scomberomorus spp.), dan

ikan pelagis kecil seperti selar (Selaroides leptolepis) dan sunglir (Elagastis

bipinnulatus), kelompok kluped seperti teri (Stolephorus indicus), japuh (Dussumieria spp.), tembang (Sadinella fimbriata), lemuru (Sardinella longiceps) dan

siro (Amblygaster sirm), dan kelompok skrombroid seperti kembung

(Rastrellinger spp.). Sumberdaya ini merupakan sumberdaya neritik, karena penyebarannya berada disekitar perairan pantai dan membentuk biomassa yang sangat besar.

Informasi mengenai potensi sumberdaya ikan sangat diperlukan bagi perencanaan, pengambilan keputusan dan pengusahaan dalam pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Apabila sumberdaya ikan dan tingkat


(17)

kelangsungan usaha penangkapan ikan di pusat-pusat konsentrasi nelayan di pangkalan pendaratan ikan akan terjamin keberlanjutannya (Taeran 2007).

2.2. Habitat Ikan Pelagis

Ikan pelagis merupakan ikan yang bersifat diurnal dan biasanya berada di sekitar lapisan termoklin. Letak lapisan termoklin merupakan lapisan yang

berada pada kedalaman 100 – 300 m dari permukaan laut. Pada siang hari ikan

pelagis berada di dasar perairan membentuk gerombolan yang padat dan

kompak (schooling), sedangkan pada malam hari naik ke permukaan membentuk

gerombolan yang menyebar (scatter). Ikan pelagis juga dapat muncul ke

permukaan pada siang hari, apabila cuaca mendung disertai hujan gerimis. Bergerombolnya ikan pelagis berdasarkan pada kelompok ukuran dan upaya ikan tersebut untuk mengikuti makanannya. Menurut Laevastu dan Hayes (1981), migrasi diurnal vertikal dari ikan pelagis yang hidup di laut dibagi dalam lima kelompok, yaitu :

1) Spesies pelagis yang berada sedikit di atas termoklin; mengadakan migrasi

ke lapisan permukaan pada saat matahari terbenam; tersebar pada layer diantara permukaan dengan termoklin pada waktu malam hari; menyelam dan berada di atas termoklin bersamaan dengan terbitnya matahari.

2) Spesies pelagis yang ada pada siang hari berada pada lapisan di bawah

termoklin; mengadakan migrasi dengan menembus lapisan termoklin ke lapisan permukaan selama matahari terbenam; tersebar diantara permukaan dengan dasar pada waktu malam hari, dengan jumlah terbanyak waktu malam hari di atas lapisan termoklin; menembus lapisan termoklin menuju ke lapisan yang lebih dalam bila matahari terbit.

3) Spesies pelagis yang pada siang hari berada pada lapisan di bawah

termoklin; mengadakan migrasi di bawah lapisan termoklin selama matahari terbenam; tersebar diantara termoklin dengan dasar pada waktu malam hari; turun ke lapisan yang lebih dalam selama matahari terbit.

4) Spesies demersal pada waktu siang hari berada di atas atau pada dasar


(18)

(dan kadang-kadang di atas) termoklin pada saat matahari terbenam; menuju ke dasar perairan pada saat matahari terbit.

5) Spesies yang tersebar di seluruh kolom perairan pada waktu siang hari

tetapi akan turun ke dasar pada malam hari.

Berdasarkan hal tersebut, maka kebanyakan ikan pelagis ekonomis penting akan timbul ke permukaan sebelum matahari terbenam yang biasanya

membentuk schooling. Setelah matahari terbenam mereka akan tersebar dalam

kolom perairan dan akan menyelam ke lapisan yang lebih dalam bila matahari terbit.

Ikan pelagis umumnya merupakan filter feeder, yaitu jenis ikan pemakan

plankton dengan jalan menyaring plankton yang masuk untuk memilih jenis plankton yang disukainya. Hal tersebut ditandai oleh adanya tapis insang yang banyak dan halus. Namun, beda halnya dengan selar, dimana ikan selar termasuk ikan buas, yang memakan ikan-ikan kecil dan krustasea (Nelwan 2004).

2.3. Kondisi Lingkungan Perairan Ikan Pelagis

Nikolsky (1963) menyatakan bahwa ada 3 alasan utama yang menyebabkan beberapa jenis ikan melakukan migrasi, yaitu usaha untuk mencari daerah yang

banyak makanannya, usaha untuk mencari daerah tempat berpijah (spawning) dan

adanya perubahan beberapa faktor lingkungan seperti temperatur, salinitas dan arus laut. Fluktuasi air laut banyak dipengaruhi oleh iklim, suhu udara, kekuatan arus, kecepatan angin, lintang, maupun relief dasar laut. Arus merupakan faktor penting yang menyebabkan perubahan lokal pada lingkungan laut. Ikan diduga mempunyai respon secara langsung terhadap perubahan tersebut, baik yang disebabkan oleh arus maupun oleh orientasi ikan terhadap arus.

Peran arus terhadap tingkah laku ikan menurut Hela dan Laevastu (1970) meliputi aspek-aspek berikut:

1) Arus mengangkut telur-telur ikan dan anak-anak ikan dari spawning area ke

nursery grownd.

2) Migrasi ikan dewasa termasuk dari nursery grownd ke feeding grownd dapat


(19)

3) Tingkah laku diurnal dapat disebabkan oleh arus, khususnya arus pasang surut.

4) Arus, khususnya pada daerah perbatasan mempengaruhi distribusi ikan

dewasa apalagi jika pada daerah tersebut banyak terdapat makanan ikan.

5) Arus dapat mempengaruhi sifat-sifat lingkungan alam dan secara tidak

langsung menentukan kelimpahan spesies tertentu dan bahkan membatasi spesies tersebut secara geografis.

2.4. Alat Tangkap ikan pelagis di PPI Muara Angke

Ikan pelagis yang didaratkan di PPI Muara Angke termasuk kedalam ikan

yang ditangkap dengan berbagai macam alat tangkap seperti gillnet, purse seine,

dan jaring cumi (bagan perahu). Ikan pelagis yang didaratkan antara lain ialah kembung, lemuru, tembang, selar, tenggiri, tongkol ditangkap dengan alat

penangkap gillnet, purse seine, dan jaring cumi (bagan perahu) (DKP-DKI 2009).

Aziz (1989) in Monintja et al.(1994) menyatakan bahwa alat penangkap ikan

yang termasuk selektif adalah gillnet, ukuran ikan yang tertangkap memiliki nilai

maksimum pada beberapa ukuran ikan yang optimum, dan akan menurun untuk ukuran yang lebih besar maupun yang lebih kecil dari ukuran optimum tersebut.

2.4.1. Gillnet

Menurut kategori standar klasifikasi alat penangkapan perikanan laut,

gillnet disebut juga sebagai jaring insang. Nama gillnet didasarkan pada cara tertangkapnya ikan yang terjerat di bagian operkulumnya di mata jaring (Ayodhyoa 1981). Jaring insang dapat dibedakan menjadi jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), jaring klitik (shrimp gillnet),

jaring insang tetap (set gillnet), dan trammel net (Direktorat Jendral Perikanan

1999).

Menurut definisi gillnet adalah salah satu jenis jaring berbentuk empat

persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung dan pemberat (Gambar 1). Cara pengoprasiannya adalah dengan jalan membentangkannya secara tegak lurus didalam air mengahadang ruaya ikan. Prinsip penangkapan dengan jaring insang adalah dengan cara membelit insang ikan sehingga lebih dikenal dengan


(20)

jaring insang. Alat tangkap ini bersifat pasif, mengahadang renang ikan dan dipasang mengahalau arus ikan Direktorat Jendral Perikanan 1999).

Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa pada lembaran-lembaran jaring

bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan

pemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu

bouyancy dari float yang bergerak menuju ke atas dan sinking force dari sinker

ditambah dengan berat jaring di dalam air yang bergerak menuju ke bawah, maka jaring akan terbentang. Pertimbangan dua gaya inilah yang akan menentukan

baik buruknya rentangan suatu gillnet dalam air dan berhubungan dengan gaya

dari angin, arus dan gerak gelombang.

Gambar 1. Alat tangkap gillnet (Sumber : www.dkp.go.id, 2006)

.

Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa gillnet dioperasikan pada perairan

dangkal yang ditujukan untuk menangkap ikan pelagis khususnya pelagis ekonomis penting, sedangkan untuk perairan yang lebih dalam untuk menangkap ikan demersal yang dioperasikan di atas dasar laut. Karena jaring ini direntang pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan

penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal.

Jenis-jenis ikan seperti cucut, tuna, yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga

tak mungkin terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang

mempunyai tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya sukar terjerat pada mata

jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-belit (entangled).

Jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis, misalnya herring, cod, mackerel, tongkol, cakalang, kwe, layar, selar, dan lain sebagainya.


(21)

2.4.2. Pukat cincin (Purse seine)

Pukat cincin atau jaring lingkar yang sering dikenal dengan nama purse

seine. Purse seine adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring, seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Alat tangkap purse seine (Sumber : www.dkp.go.id, 2006)

Widodo & Suadi (2006) menyatakan alat tangkap yang dilingkarkan seperti

purse seine biasanya ditujukan bagi ikan yang menggerombol (schooling fish spesies)

.Ikan yang tertangkap dengan alat penangkapan purse seine adalah jenis-jenis ikan

pelagis kecil yang hidupnya bergerombol antara lain layang, selar, lemuru,

kembung, tongkol, dan tembang. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine karena

gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong. Jenis ikan tersebut dapat ditangkap di perairan Indonesia. Oleh karena itu nilai hasil tangkapan yang didapatkan sangat dipengaruhi oleh keterampilan nelayan dalam penggunaan alat. Selain itu semua perilaku ikan serta karakteristik teknologi seperti ukuran kapal, ukuran alat dan ukuran mesin mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam perikanan tertentu.

2.4.3. Jaring cumi (bagan perahu)

Jaring cumi (bagan perahu) adalah alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dinaikan atau ditarik ke atas dari posisi horizontal yang ditenggelamkan


(22)

untuk menangkap ikan yang ada di atasnya dengan menyaring air. Jika dilihat dari bentuk dan metode pengoperasiannya jaring cumi termasuk kedalam

kelompok alat tangkap jaring angkat (Lift net). Bentuk jaring cumi persegi panjang

dan seperti kantong yang tidak terlalu dalam (Gambar 3). Dilihat dari cara

memikat ikan pada saat operasi penangkapan, jaring cumi termasuk kedalam light

fishing, yaitu menangkap ikan dengan bantuan cahaya. Alat tangkap ini banyak dioperasikan di Laut Utara, Jepang, dan Rusia. Alat tangkap ini mudah diopersikan karena alat tangkap ini menangkap ikan pelagis kecil seperti ikan tembang, layang, selar, teri, sardin (Monintja 1989).

Gambar 3. Alat tangkap Jaring Cumi (bagan perahu) (Sumber : www.dkp.go.id, 2006)

Komponen jaring cumi terdiri dari jaring, tiang jaring, kapal motor, serok, dan lampu. Di atas kapal terdapat alat penggulung yang befungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring bagan pada saat dioperasikan. Proses penangkapan dilakukan pada malam hari, terutama saat gelap bulan purnama dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan.

2.5. Opsi-opsi Pengelolaan Perikanan Ikan Pelagis di PPI Muara Angke

Sumberdaya ikan pelagis yang terdapat di PPI Muara Angke sangat beragam, mulai dari pelagis kecil hingga pelagis besar. Sumberdaya dari ikan pelagis di PPI Muara Angke memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang cukup tinggi sehingga permintaan akan ikan tersebut juga cukup tinggi. Hal ini


(23)

menyebabkan perlunya pengelolaan yang tepat untuk ikan pelagis ekonomis penting yang ada di PPI Muara Angke, Jakarta Utara agar tetap lestari.

Pengelolaan tersebut perlu ditinjau dari beberapa aspek, melihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi dan sifat-sifat dari sumberdaya ikan yang cukup kompleks, baik yang dikarenakan dari hasil tangkapan ikan pelagis maupun

berdasarkan usaha (effort) yang dilakukan oleh nelayan untuk menangkap ikan

pelagis tersebut. Berdasarkan hal ini maka dibutuhkannya beberapa opsi-opsi pengelolaan perikanan pelagis yang ada di PPI Muara Angke.

Pengelolaan perikanan dari aspek kajian stok berdasarkan sidik frekuensi panjang dan kajian dari biologi hasil tangkapan ikan pelagis yang didaratkan di PPI Muara Angke. Damayanti (2010) menyatakan bahwa tingkat eksploitasi dari ikan selar di PPI Muara Angke cukup tinggi yakni (96,72%) dan dikhawatirkan dapat menurunkan populasi dari ikan selar, sehingga perlu adanya pengelolaan dengan membatasi jumlah tangkapan serta pengaturan waktu penangkapan yang tepat yaitu pada saat ikan telah mengalami pemijahan (awal bulan Februari) dan menghindari penangkapan di tempat ikan selar memijah, sehingga pada bulan Februari dapat dilakukan pengalihan tempat penangkapan atau pembatasan penangkapan.

Pengelolaan juga harus diperhatikan dari aspek biologi hasil tangkapan dari sumberdaya ikan. Adisti (2010) menyatakan bahwa ikan-ikan yang boleh ditangkap ialah ikan-ikan yang berukuran panjang di atas 184-210 mm (ikan jantan) dan 153-170 mm (ikan betina). Hal ini berarti bahwa agar sumberdaya ikan yang telah mengalami matang gonad diberikan kesempatan untuk matang gonad dan memijah terlebih dahulu sehingga keberadaan akan sumberdaya ikan di alam tetap stabil. Berdasarkan hal ini maka mata jaring yang digunakan untuk menangkap ikan tembang harus diperbesar lagi sehingga ukuran ikan yang ditangkap tidak pada ukuran saat ikan matang gonad. Menurut Chaira (2010) ukuran mata jaring untuk menangkap ikan tembang sebaiknya berukuran 2,66 inchi. Chaira (2010) juga menyatakan pengelolaan perikanan di PPI Muara Angke dapat berupa pengaturan pada upaya penangkapan, yakni dengan tidak menambahkan lagi jumlah unit kapal yang digunakan, tidak mengijinkan perahu tangkap baru yang masuk ke perairan dengan sebisa mungkin membatasi jumlah


(24)

tangkapan nelayan tanpa mengurangi jumlah perahu nelayan yang telah ada saat ini sehingga tercapai pemanfaatan yang optimum.

2.6. Musim Penangkapan

Nontji (1987) in Gunawan (2004) menyatakan bahwa pola musim yang

berlangsung dari suatu perairan dipengaruhi oleh pola arus serta terjadi interaksi yang cukup erat antara udara dan laut. Interaksi tersebut dapat mempengaruhi perubahan cuaca dan kondisi laut. Perubahan cuaca tersebut antara lain angin dan curah hujan. Angin dapat menentukan kejadian terjadinya gelombang dan arus di permukaan air laut, sedangkan curah hujan dapat menurunkan kadar salinitas air laut. Arus permukaan air laut di Indonesia akan berubah setiap setengah tahun akibat adanya perubahan arah angin disetiap musimnya.

Informasi mengenai musim penangkapan sumberdaya suatu jenis ikan di suatu kawasan perairan diperlukan untuk mengetahui waktu atau musim yang paling tepat untuk melakukan penangkapan ikan pelagis ekonomis penting. Informsi tersebut juga diharapkan agar efektifitas dan keberhasilan kegiatan operasi penangkapan bisa ditingkatkan dan resiko kerugian bisa dikurangi serta sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting dapat tetap terjaga (Supranto 2008).

Berdasarkan arah utara angin yang bertiup pada suatu daerah, maka dikenal istilah musim barat dan musim timur. Berhubungan dengan musim penangkapan di Indonesia dikenal adanya empat musim yang sangat mempengaruhi kegiatan penangkapan, yaitu musim barat, musim timur, musim peralihan awal tahun dan musim peralihan akhir tahun. Kedua musim peralihan tersebut sering disebut sebagai musim pancaroba. Keempat musim tersebut secara teratur berputar silih berganti sepanjang tahun akibat adanya angin muson atau angin yang bergerak atau bertiup secara periodik di atas wilayah Indonesia

(Nontji 1987 in Gunawan 2004).

Indonesia secara umum dipengaruhi oleh musim timur pada bulan Mei sampai dengan September dan dipengaruhi musim barat pada bulan bulan November hingga Maret, sedangkan pada bulan April dan Oktober Indonesia mengalami musim peralihan. Selama bulan Maret angin yang bertiup adalah angin barat tetapi kecepatannya telah berkurang. Memasuki bulan April arah


(25)

angin sudah tidak menentu dan pada periode inilah dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun. Siklus ini berlangsung kembali ketika memasuki bulan Oktober dengan arah angin yang kembali tidak menentu pada

periode ini yang dikenal sebagai musim pancaroba akhir tahun (Wyrtki 1961 in


(26)

3. METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke DKI Jakarta, Jakarta Utara (Gambar 4). Pengambilan data berupa pengumpulan data sekunder dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Maret 2010.

Gambar 4. Peta lokasi penelitian (Sumber : Bakosurtanal 2010).

3.2. Pengumpulan Data

Data sekunder yang diambil berupa data hasil tangkapan (catch), data upaya

penangkapan berupa alat tangkap, dan semua data sekunder (informasi tentang

nelayan, wilayah fishing ground, dan sarana prasarana PPI Muara Angke) yang

mendukung penelitian selama beberapa tahun terakhir yang diperoleh dari PPI

Peta Penelitian Teluk Jakarta


(27)

Muara Angke. Data tersebut diacu untuk mengetahui dan memberikan keragaan tentang sumberdaya ikan ekonomis penting di PPI Muara Angke.

Data hasil tangkapan berupa data tangkapan ikan pelagis ekonomis penting yang diperoleh dari jumlah hasil tangkapan atau hasil tangkapan bulanan dan tahunan per alat tangkap. Data upaya berupa jumlah dan jenis-jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis, khususnya untuk ikan pelagis ekonomis penting di PPI MUara Angke. Alat tangkap yang digunakan antara lain

gillnet, purse seine, dan jaring cumi (bagan perahu).

Data ikan yang diambil merupakan data ikan pelagis yang memiliki nilai ekonomis penting dan ikan yang dominan ditangkap di PPI Muara Angke. Data ikan yang diambil diharapkan dapat mewakili dari seluruh ikan yang di daratkan di PPI Muara Angke. Keterwakilan data yang diambil dilihat berdasarkan nilai persentase jumlah data ikan yang diambil, yaitu apakah sudah melebihi 70% dari nilai seluruh hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara.

3.3. Analisis Data

3.3.1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif yang dilakukan dalam konsep pengelolaan ikan pelagis ekonomis penting yang didaratkan di PPI Muara Angke adalah menganalisis kondisi aspek perikanan tangkap di lokasi penelitian. Aspek tersebut mencakup keadaan umum lokasi penelitian, daerah penangkapan, nelayan, serta sarana dan prasarana perikanan tangkap yang mendukung di PPI Muara Angke. Selain itu, analisis juga mencakup input dari sumberdaya ikan, proses perikanan tangkap, dan output berupa kebijakan pengelolaan yang berdasarkan pendekatan ketersediaan sumberdaya.

Jumlah hasil tangkapan sumberdaya cenderung mengalami peningkatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya sumberdaya. Hasil tangkapan yang diperoleh dengan menggunakan beberapa alat tangkap juga dapat mengakibatkan ketersediaan dari sumberdaya ikan menjadi berkurang. Oleh karena itu, analisis ini bertujuan untuk menentukan deskripsi dari pola pengelolaan ikan pelagis ekonomis penting berupa komponen input, proses dan output yang tepat dan berkelanjutan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara.


(28)

3.3.2. Analisis data berkala

Data berkala adalah data yang dikumpulkan dari waktu kewaktu untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan seperti perkembangan hasil tangkapan atau hasil tangkapan. Analisis data berkala memungkinkan untuk

mengetahui perkembangan suatu atau beberapa kejadian serta

hubungan/pengaruhnya terhadap kejadian lainnya. Dengan kata lain, perubahan suatu kejadian akan mempengaruhi kejadian lainnya. Data berkala juga dapat

membuat ramalan-ramalan berdasarkan garis regresi atau trend (Supranto 2008).

Secara matematis data berkala dapat dinyatakan dengan lambang :

, , . . . , . . .

merupakan data pada waktu pertama (bulan pertama), merupakan data

pada waktu kedua, data pada waktu i dan data pada waktu ke n. C

merupakan fungsi dari waktu, C = f(X), dimana X = waktu. Setelah data disusun

secara berkala maka dapat dihitung nilai indeks musiman dari hasil tangkapan ikan pelagis ekononomis penting di PPI Muara Angke.

Gerakan musiman merupakan gerakan yang teratur sehingga fluktuasinya terjadi pada waktu yang sama atau sangat berdekatan. Disebut gerakan musiman karena terjadinya bertepatan dengan pergantian musim dalam satu tahun. Gerakan lainnya yang terjadi secara teratur dalam waktu yang singkat juga disebut gerakan musiman, misalnya naik turunya hasil tangkapan/hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting dari bulan kebulan atau tahun ketahun (Supranto 2008).

Jumlah hari yang terdapat dari setiap tahun berbeda dari jumlah rata-rata setiap bulan. Untuk menyesuaikan data bulanan dengan perbedaan jumlah hari, maka data bulanan dari hasil observasi harus dikalikan dengan suatu faktor pengali yang diperoleh dengan jalan mengalikan jumlah hari yang terdapat di dalam bulan itu dengan jumlah rata-rata hari dalam setiap bulan. Jika satu tahun sama dengan 365 hari, maka banyaknya hari per bulan rata-rata adalah:

= 30,41 hari.

Untuk menentukan indeks musiman suatu hasil tangkapan, dihitung terlebih dahulu faktor pengali dari data berkala (Lampiran 4). Pola musim


(29)

penangkapan dapat dihitung dengan menggunakan indeks musim penangkapan dengan metode rasio rata-rata bergerak (Supranto 2008), dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penyusunan deret hasil tangkapan dalam periode kurun waktu 5 tahun:

, , . . . , . . .

merupakan data pada waktu pertama (bulan 1), merupakan data pada

waktu kedua, data pada waktu i dan data pada waktu ke n. C merupakan

fungsi dari waktu.

2. Penyusunan rata-rata bergerak selama 12 bulan (RG):

RGj merupakan rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-j, (j = 1, 2,..., 49), (i = j,

j+1, j+2,...j+ 11)

3. Penyusunan rata-rata bergerak terpusat (RGP) ke-j

RGPj merupakan rata-rata bergerak terpusat ke-j, (j = 1, 2,...,48), (i = j dan j + 1)

4. Rasio rata-rata tiap bulan (RBj)

RBj merupakan rasio rata-rata bulan urutan ke-j. (j=1, 2,..., 48),(i= 1, 2,..., 54)

5. Penyusunan nilai rata-rata, disusun untuk setiap bulan (RBBi), yang selanjutnya

menghitung nilai total rasio rata-rata tiap bulan, total rasio median bulanan

(JRBB) dan total rasio median tiap bulan, yang kemudian dihitung nilai indeks

musim penangkapan (IMPi) untuk rata-rata dan mediannya.

(i) Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RBBi) melalui hubungan:


(30)

(ii) Jumlah rasio rata-rata bulanan (JRRB) dengan rumus:

JRBB merupakan jumlah rasio rata-rata bulanan, dan RBBi merupakan rata-rata

RBuntuk bulan ke-i

(iii) Jumlah median rasio bulanan (JMRB) dengan cara menentukan jumlah

nilai tengah dari RBBi.

JRMB merupakan jumlah median rasio bulanan, dan RBBi merupakan rata-rata

RBi untuk bulan ke-i

6. Indeks musim penangkapan (IMP).

Idealnya JRBB dan JRMB sama dengan 1200 (jumlah total indeks 100%

dari jumlah bulan yakni 12), tapi banyak faktor yang menyebabkan JRBB tidak

selalu sama dengan 1200. Oleh karena itu rasio rata-rata bulanan harus dikoreksi dengan suatu nilai koreksi yang disebut dengan nilai Faktor Koreksi

(FK).

Rumus untuk memperoleh nilai FK:

Setelah diperoleh nilai FK, maka akan diperoleh nilai indeks musiman setiap

tahunnya.

IMP

i

= FK × RBB

i


(31)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Keadaan umum lokasi penelitian

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke dengan luas 65 ha, terletak di delta Muara Angke. PPI Muara Angke merupakan salah satu tempat pendaratan hasil tangkapan. Secara administratif terletak dikelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kawasan Muara Angke berbatasan dengan Kali Angke di sebelah barat dan selatan, Jalan Pluit di sebelah timur dan Laut Jawa di utara.

Lokasi Muara Angke ini dibangun pada tahun 1977 dan dikembangkan khusus untuk aktivitas perikanan, antara lain dalam bentuk tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran, pengolahan hasil dan tempat perbaikan kapal perikanan serta pemukiman nelayan. Dengan kata lain, PPI Muara Angke diperuntukkan bagi masyarakat nelayan tradisional, baik dalam bidang penangkapan, pengolahan hasil perikanan maupun pedagang yang menjual hasil perikanan. Tujuan lain pembangunan PPI Muara Angke ini adalah untuk menggantikan tempat pendaratan ikan Kalibaru di kecamatan Cilincing yang sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai suatu tempat pangkalan ikan. Adanya pembangunan PPI ini diharapkan tercipta peluang yang lebih tinggi bagi perkembangan perikanan tangkap di DKI Jakarta (PPI Muara Angke DKI Jakarta

2003 in Novri 2006).

4.1.2. Daerah penangkapan

Nelayan yang bergerak dalam usaha penangkapan ikan terutama ikan-ikan pelagis ekonomis penting ini jumlahnya cukup banyak dan menyebar sepanjang

wilayah perairan laut Jawa. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) para

nelayan di PPI Muara Angke pada umumnya berada disekitar Laut Jawa, namun

menyebar ke berbagai kawasan perairan yang cukup luas. Fishing ground yang

menjadi tempat operasi penangkapan nelayan PPI Muara Angke antara lain derah Kepulauan Seribu, Laut Natuna, Kepulauan Masalembu, Bawean, Karimun Jawa, Perairan Bangka, Belitung, Lampung, Pulau Damar, Indramayu, Selat Karimata, Selat Makasar, Kalimantan, dan Marauke (DKP-DKI Jakarta 2009).


(32)

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000

2005 2006 2007 2008 2009

Jum

la

h

n

ela

ya

n

(

o

ra

n

g)

4.1.3. Nelayan

Kegiatan operasi penangkapan ikan membutuhkan dua komponen, yakni nelayan dan unit penangkapan (armada penangkapan dan alat tangkap). Nelayan

merupakan salah satu unsur (stakeholder) yang terlibat dalam penangkapan secara

langsung. Nelayan adalah bagian dari unit penangkapan yang mempunyai peranan sangat penting. Keberhasilan operasi penangkapan ikanjuga ditentukan oleh sumberdaya nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan unit penangkapan ikan yang dimiliki.

Nelayan yang berada di PPI Muara Angke meliputi nelayan penetap dan nelayan pendatang. Nelayan penetap merupakan nelayan yang berdomisiili di wilayah Muara Angke, sedangkan nelayan pendatang merupakan nelayan yang berasal dari luar daerah Muara Angke. Berdasarkan kepemilikan unit penangkapan ikan yang digunakan untuk usaha penangkapan ikan, nelayan dikelompokkan menjadi nelayan kepemilikan unit penangkapan dan pekerja. Nelayan pemilik ialah nelayan yang memiliki modal berupa kapal maupun alat tangkap, sedangkan nelayan pekerja ialah nelayan buruh yang berperan aktif dalam kegiatan operasi penangkapan. Hal ini dikarenakan Muara Angke tidak saja menjadi lahan bagi nelayan-nelayan lokal, tetapi juga nelayan-nelayan daerah yang datang dari luar seperti pekalongan, Jepara, Indramayu, Cilacap, Tegal, dan Cirebon. Data nelayan yang tercatat berfluktuasi setiap tahunnya. Berikut perkembangan jumlah nelayan yang mendaratkan ikan di PPI Muara Angke dari tahun 2005-2009 (Gambar 5) yakni sebanyak 24.036 orang, 24.990 orang, 22.690 orang, 30.091 orang, dan 23.827 orang (PPI Muara Angke DKI

Jakarta 2003 in Novri 2006).

Gambar 5. Perkembangan jumlah nelayan yang mendaratkan ikan di PPI Muara Angke, tahun 2005-2009


(33)

4.1.4. Sarana dan prasarana

Sebagai upaya yang menunjang pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke memiliki fasilitas-fasilitas pendukung, baik yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang telah berinvestasi di PPI Muara Angke. Menurut Novri (2006) fasilitas yang dimiliki di PPI Muara Angke dibagi menjadi fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang.

1. Fasilitas pokok

Terdapat beberapa fasilitas pokok yang dimiliki PPI Muara Angke, diantaranya:

a. Kolam pangkalan

Luas kolam pangkalan mencapai 63.993 m2. Kondisi kolam pangkalan saat

ini dirasakan cukup sempit, apalagi pada saat bulan terang, karena kapal-kapal perikanan yang melakukan bongkar muat di PPI Muara Angke tidak terbatas pada kapal berukuran 30GT kebawah saja. Sebagian besar kapal yang berlabuh adalah kapal yang berbobot 50 GT keatas, sehingga kapal-kapal ekonomis penting (<5 GT) menyingkir ke kali Adem karena sangat riskan terjepit. Selain itu, kondisi kolam pangkalan juga mengalami pendangkalan yang disebabkan sedimentasi dan sisa-sisa badan kapal yang rusak dan tidak diangkat.

b. Dermaga

Dermaga terbuat dari beton dengan panjang 403 m. Dermaga masih berfungsi dengan cukup baik. Namun rehabilitasi rutin perlu dilakukan mengingat banyaknya kapal yang melakukan pembongkaran mencapai 15 kapal per hari.

c. Tanggul pemecah Gelombang

Tanggul pemecah gelombang memiliki panjang 2.250 m. fasilitas ini tanpa dilengkapi dengan lampu pelayaran dan ada bagian-bagian bangunan yang rusak.

2. Fasilitas Fungsional

Beberapa fasilitas fungsional yang dimilki PPI Muara Angke diantaranya adalah:


(34)

a. Tempat Pelelangan Ikan

Tempat pelelangan ikan dengan luas 2.212 m2 berada tepat di sebelah barat

dermaga, sehingga memudahkan pemindahan ikan setelah ikan dibongkar menuju TPI. Secara fisik bangunan TPI masih baik, dengan saluran air masih berfungsi. Gedung TPI dilengkapi dengan fasilitas air bersih yang cukup, hanya saja kesadaran pemilik ikan akan kebersihan masih kurang sehingga fasilitas yang disediakan jarang digunakan.

b. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)

Tahun 1997 telah dibangun 1 unit SPBU pada lahan seluas 2.212 m2. SPBU

tersebut melayani dan memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk kapal nelayan maupun kendaraan umum.

c. Pasar Grosir

Pasar grosir terdiri dari 870 unit lapak yang menampung 319 pedagang grosir. Aktivitas pasar pada umumnya hanya dilakukan pada malam hari, dengan perputaran ikan dalam sehari mencapai rata-rata 100 ton dan ikan yang masuk dari luar daerah rata-rata 75 ton.

d. Tempat pengecer ikan

Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan ikan dalam jumlah ekonomis penting, di PPI Muara Angke telah

dibangun fasilitas pedagang pengencer. Luas pasar 1.260 m2 dengan jumlah 150

lapak, sedangkan jumlah pedagang pengecer 148 orang.

e. Unit Pengepakan Ikan

Dalam rangka memenuhi permintaan pasar ekspor, dikawasan PPI Muara Angke dibangun 33 unit pengepakan ikan, dengan hasil tangkapan rata-rata tiap bulan 75 ton. Negara tujuan yang diekspor adalah Singapura, Malaysia, dan Hongkong, dengan jenis ikan kakap, tenggiri, udang, dan bawal. Luas

masing-masing unit pengepakan berkisar antara 50-100 m2, terdiri dari batu dan

bangunan bertingkat serta nontingkat.

f. Sarana Perbaikan Kapal dan Docking

Sarana perbaikan kapal dan docking mempunyai luas 16.000 m2, berupa


(35)

Pengelolaan fasilitas ini diserahkan kepada tiga perusahaan swasta dan sebuah koperasi karyawan Dinas Perikanan DKI Jakarta. Fasilitas ini memiliki kapasitas perbaikan 60-90 kapal/bulan. Ukuran kapal yang mampu diperbaiki maksimal mencapai 100 GT.

g. Tangki Air Bersih

Terdapat 2 unit tangki air bersih dengan total volume sebesar 20 m3. Tangki

tersebut terletak di dermaga muat di pintu gerbang PPI.

3. Fasilitas Penunjang

a. Kantor Operasional Pangkalan

Sarana perkantoran berjumlah 12 unit yang tersebar diseluruh komplek PPI dengan ukuran rata-rata 4x6 m per unit.

b. Fasilitas pemukiman dan Sarana Umum

PPI Muara Angke dengan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mengalokasikan lahan seluas 21,26 ha untuk dipergunakan sebagai komplek perumahan nelayan dengan segala fasilitas pendukungnya seperti sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai SMP, sarana ibadah, puskesmas, rumah sakit, dan berbagai fasilitas masyarakat lainnya. Rencananya kedepan akan dibangun 2.500 unit rumah nelayan yang pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap. Sistem pengelolaan rumah pada umumnya sama dengan BTN maupun PERUMNAS, yakni dengan cara sewa-beli dengan jangka waktu antara 15-18 tahun.

Jarak antara perumahan nelayan dengan dermaga adalah sekitar 500 m, sehingga nelayan tidak memerlukan transportasi untuk mendatangi pangkalan pemberangkatan. Nelayan juga hanya memerlukan waktu yang singkat untuk pulang ke rumahnya setelah melakukan pelayaran mencari ikan.

c. Pujaseri Masmurni

Pujaseri Masmurni merupakan minimarket, dibangun pada tahun 1996 bertujuan untuk menciptakan peluang besar pasar produk hasil perikanan khususnya jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi dalam bentuk bakar. Selain itu, diharapkan agar semakin tumbuh kegemaran masyarakat untuk makan ikan dan menjadikan ikan sebagai lauk/konsumsi sehari-hari. Sampai saat ini terdapat 24


(36)

No.3 Tahun 1993, setiap pemakaian fasilitas Pujaseri dikenakan biaya sewa sebesar Rp 6000,- perbulan/meter persegi .

4.1.5. Pengolahan hasil perikanan tradisisonal (PHPT)

Pengolahan hasil perikanan tradisional (PHPT) Muara Angke mempunyai lahan seluas ± 5 ha. Di atas lahan tersebut dibangun 203 unit tempat pengolahan.

Setiap unit terdiri dari rumah kerja berlantai 2 berukuran 5x6 m2 dan tempat

penjemuran ikan seluas 75 m2. Fungsi rumah kerja lantai bawah adalah untuk

kegiatan pengolahan, sedangkan lantai atas untuk istirahat para pekerja. Para pemakai fasilitas tersebut dikenakan uang sewa sebesar Rp. 40.000,- per bulan. rata-rata hasil tangkapan ikan yang diolah berkisar antara 30-40 ton/hari. Jenis ikan yang dihasil tangkapan antara lain bilis, bloso, cucut, cumi, layang, pari, pepetek, sagme, tengiri, dan tongkol. Hasil hasil tangkapan para pengolah Muara Angke tersebut pada umumnya dipasarkan di daerah Banten dan Jawa Barat. Selain pengolahan ikan dengan bentuk pengeringan, pembuatan terasi, dan cue, pada PHPT ini juga dilakukan penyamakan kulit ikan pari untuk diolah menjadi kerajinan tangan berupa tas, dompet, dan lain-lain untuk diekspor ke negara-negara Taiwan, Jepang, dan Filiphina.

Tahun 1983 pemerintah propinsi DKI Jakarta membangun 203 unit yang terdiri dari beberapa jenis unit antara lain pengolahan ikan asin 189 unit, pengolahan ikan pindang 1 unit, pengolahan terasi 2 unit, pengolahan kerupuk kulit pari 5 unit, penyamakan kulit pari 3 unit, pengolahan limbah ikan 3 unit. Hal ini bertujuan untuk menampung aktivitas para pengolah tersebut.

4.1.6. Dasar hukum

Peraturan perundangan-undangan yang menjadi dasar hukum pengelolaan perikanan di perairan Indonesia yang termasuk ke dalam wilayah penangkapan perikanan yang didaratkan di PPI Muara Angke Jakarta Utara, adalah:

1. UUD RI Tahun 1945.

2. Keputusan Menteri Pertanian No. 392/Kpts/IK.120/4/99 tanggal 5 April 1999 tentang Jalur-jalur Penangkapan Ikan.


(37)

4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.

5. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.31 tahun 2004 tentang Perikanan.

6. Keputusan Mentri DKP No. 16 tahun 2006 tentang pelabuhan perikanan.

4.1.7. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting di PPI Muara Angke

Data hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting yang diperoleh dari PPI

Muara Angke selama 5 tahun terakhir, yakni tahun 2005–2009 disajikan pada

Lampiran 1. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting tersebut secara umum mengalami fluktuasi setiap bulan dan juga tahunnya. Grafik hasil tangkapan bulanan selama 5 tahun terakhir disajikan pada Gambar 6.

Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihat bahwa hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting mengalami fluktuasi. Tangkapan tertinggi pada tahun 2005 dicapai pada bulan Agustus sebesar 201 ton/bulan dan nilai hasil tangkapan terendah pada bulan Februari sebesar 54 ton/bulan. Hasil tangkapan tahun 2007 menunjukkan bahwa tangkapan masih mengalami fluktuasi, begitu juga untuk tahun-tahun berikutnya. Tangkapan tertinggi tahun 2006 dicapai pada bulan November sebesar 246 ton/bulan dan terendah bulan Februari sebesar 69 ton/bulan. Tahun 2007 tangkapan tertinggi dicapai pada bulan November sebesar 236 ton/bulan dan terendah pada bulan Juni sebesar 111 ton/bulan.

Hasil tangkapan bulanan tertinggi tahun 2008 dicapai pada bulan November sebesar 190 ton/bulan, sedangkan tangkapan terendah dicapai pada bulan Agustus sebesar 31 ton/bulannya. Pada tahun 2009 hasil tangkapan juga mengalami fluktuasi, tangkapan tertinggi pada bulan Agustus sebesar 331 ton/bulan dan hasil tangkapan terendah dicapai pada bulan Februari sebesar 41 ton/bulan.


(38)

50 100 150 200 250 H a si l ta ng k a p a n (to n)

Kembung Lemuru Selar Tembang Tenggiri Tongkol

Gambar 6. Hasil tangkapan bulanan yang didaratkan di PPI Muara Angke pada kurun waktu 2005-2009; (a) 2005, (b) 2006, (c) 2007, (d) 2008, (e) 2009.

0 50 100 150 200 250 H a si l ta ng k a p a n (to n) 50 100 150 200 250 H a si l ta ng k a p a n (to n) 0 50 100 150 200 250 H a si l ta ng k a p a n (to n) 0 50 100 150 200 250 H a si l ta ng k a p a n (to n) (b) (d) (c) (a) (e)


(39)

10 20 30 40 50 60 70 80 90

H

a

si

l

ta

n

g

k

a

pa

n

(t

on

)

Kembung Lemuru Selar Tembang Tenggiri Tongkol Hasil tangkapan yang berdasarkan dari hasil tangkapan rata-rata selama kurun waktu 2005-2009 juga mengalami fluktuasi (Gambar 7). Grafik hasil tangkapan bulanan pada kurun waktu 2005-2009 disajikan pada Lampiran 2.

Gambar 7. Hasil tangkapan rata-rata ikan pelagis ekonomis penting per spesies tahun 2005-2009

Hasil tangkapan rata-rata disajikan berdasarkan setiap jenis spesiesnya. Rata-rata hasil tangkapan terbesar diperoleh pada ikan tembang sebesar 617 ton/bulan bulan Desember, dan tangkapan terkecil diperoleh pada ikan kembung sebesar 131 ton/bulan pada bulan Ferbruari. Data hasil tangkapan rata-rata ikan pelagis ekonomis penting yang didaratkan di PPI Muara Angke selama lima tahun terakhir (2005-2009) disajikan pada Lampiran 1.

4.1.8. Hasil tangkapan bulanan per alat tangkap

Sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting yang didarat di PPI Muara Angke ditangkap dengan menggunakan beberapa alat tangkap. Alat tangkap yang digunakan oleh kapal-kapal perikanan yang tercatat di PPI Muara Angke

antara lain purse seine, jaring cumi (bagan perahu), gillnet, dan juga armada.

Armada merupakan alat tangkap pengumpul yang berasal dari beberapa alat tangkap. Data tangkapan ikan pelagis ekonomis penting per alat tangkap setiap bulannya selama 5 tahun terakhir disajikan pada Lampiran 3. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting per alat tangkap selama 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi setiap bulannya yang dapat dilihat pada Gambar 8.


(40)

Gambar 8. Hasil tangkapan ikan pelagis per alat tangkap yang didaratkan di PPI Muara Angke pada kurun waktu 2005-2009; (a) 2005, (b) 2006, (c) 2007, (d) 2008, (e) 2009.

50 100 150 200 250 H a si l ta ng k a p a n (to n) 50 100 150 200 250 H a si l ta ng k a p a n (to n) 50 100 150 200 250 H a si l ta ng k a p a n (to n) 50 100 150 200 250 H a si l ta ng k a p a n (to n) 50 100 150 200 250 H a si l ta n g k a pa n (t on )

Armada Jaring cumi Purse seine Gill net

(b)

(d) (c) (a)


(41)

Total hasil tangkapan tertinggi pada tahun 2005 dan 2006 (Gambar 8) secara

berurutan diperoleh dari penggunaan alat tangkap armada, jaring cumi, purse

seine, dan gillnet. Hasil tangkapan tertinggi untuk alat tangkap armada dicapai pada bulan Desember sebesar 694 ton/bulan, dan tangkapan terendah diperoleh

alat tangkap gillnet pada bulan November sebesar 6 ton/bulan. Tahun 2006 hasil

tangkapan tertinggi alat tangkap armada dicapai pada bulan Mei sebesar 162

ton/bulan dan tangkapan terendah oleh gillnet diperoleh pada bulan Februari

sebesar 3 ton/bulan.

Hasil tangkapan tertinggi pada tahun 2007 diperoleh dari penggunaan alat tangkap jaring cumi pada bulan Desember yaitu sebesar 146 ton/bulan dan hasil

tangkapan terkecil diperoleh dari alat tangkap gillnet pada bulan Mei sebesar 3

ton/bulan. Total tangkapan tertinggi pada tahun 2008 menunjukkan bahwa tangkapan per alat tangkap yang tertinggi adalah dari penggunaan alat tangkap jaring cumi pada bulan November, yakni sebesar 165 ton/bulan. Sedangkan

untuk total tangkapan terendah diperoleh pada alat tangkap purse seine pada

bulan November sebesar 4 ton/bulan.

Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting per alat tangkap yang didaratkan di PPI Muara Angke pada tahun 2009 menunjukkan bahwa hasil tangkapan mengalami fluktuasi. Total tangkapan mulai dari tangkapan yang terendah hingga tertinggi pada tahun 2009 secara berurutan diperoleh dari

penggunaan alat tangkap jaring cumi, armada, purse seine, dan gillnet. Alat

tangkap jaring cumi (bagan perahu) memiliki total tangkapan tertinggi yang dicapai pada bulan November, yakni sebesar 242 ton/bulan dan untuk total

tangkapan terendah diperoleh dari alat tangkap gillnet pada bulan Februari, yakni

sebesar 2 ton/bulan.

4.1.9. Komposisi hasil tangkapan per alat tangkap

Komposisi hasil tangkapan per alat tangkap menunjukkan alat tangkap mana yang lebih baik digunakan untuk menangkap ikan pelagis ekonomis penting. Komposisi hasil tangkapan per alat tangkap untuk 5 tahun terakhir (2005-2009) disajikan pada Gambar 9 dan Gambar 10.


(42)

Komposisi tangkapan terbanyak untuk setiap alat tangkap pada tahun 2005 sama dengan komposisi tangkapan pada tahun 2006. Tangkapan terbanyak

diperoleh dari penggunaan alat tangkap purse seine pada jenis ikan tembang,

gillnet pada ikan lemuru, armada pada ikan kembung, dan jaring cumi (bagan perahu) pada jenis ikan tongkol.

Pada tahun 2007 komposisi tangkapan terbanyak yang diperoleh pada

setiap jenis alat tangkapnya hampir sama, yakni pada alat tangkap purse seine,

armada dan juga jaring cumi (bagan perahu) komposisi terbanyak diperoleh pada

jenis ikan tembang, sedangkan untuk alat tangkap gillnet komposisi terbanyak

diperoleh pada jenis ikan lemuru. Tahun 2008 alat tangkap purse seine dan jaring

cumi memiliki komposisi terbanyak pada jenis ikan tembang. Alat tangkap gillnet,

terbanyak pada jenis ikan tenggiri, dan untuk armada pada jenis ikan selar. Tahun

2009 komposisi tangkapan terbanyak pada alat tangkap purse seine dan jaring

cumi (bagan perahu) ialah pada jenis ikan tembang, dan untuk alat tangkap gillnet


(43)

5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n)

Gambar 9. Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting alat tangkap

purse seine dan gillnet selama kurun waktu 2005-2009; (a) 2005, (b) 2006, (c) 2007, (d) 2008, (e) 2009.

5 10 15 20 25 30 H a si l ta n gka pa n (t o n ) 0 5 10 15 20 25 30 H a sl i ta ng k a p a n (to n) 0 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n)

Purse seine

Gillnet

(b)

(d) (c) (a)


(44)

5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta n gka pa n (t o n ) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta n gka pa n (t o n ) 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n)

Gambar 10. Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting alat tangkap jaring cumi dan armada selama kurun waktu 2005-2009; (a) 2005, (b) 2006, (c) 2007, (d) 2008, (e) 2009.

0 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n) 0 5 10 15 20 25 30 H a si l ta ng k a p a n (to n)

Armada

Jaring cumi

(b) (d) (c) (a) (e)


(45)

4.1.10. Hasil tangkapan tahunan ikan pelagis ekonomis penting

Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting yang didaratkan di PPI Muara Angke Jakarta Utara selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2005-2009) secara umum berfluktuasi setiap tahunnya. Berikut grafik hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting tahun 2005-2009.

Gambar 11. Hasil tangkapan setiap jenis ikan ekonomis penting tahun 2005-2009

Gambar 12. Hasil tangkapan total ikan dominan dan hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting di PPI Muara Angke tahun 2005-2009

Gambar 11 menunjukkan bahwa tangkapan tertinggi diperoleh dari jenis ikan tembang pada tahun 2009, sedangkan tangkapan terendah dari jenis ikan selar pada tahun 2008. Dapat dilihat untuk tangkapan total ikan pelagis ekonomis penting dan tangkapan total ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke Tahun 2005-2009 (Gambar 12) memiliki pola fluktuasi yang hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting (sebanyak 6

1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0

2005 2006 2007 2008 2009

H a si l ta ng k a p a n (to n) Kembung Lemuru Selar Tembang Tenggiri Tongkol 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0

2005 2006 2007 2008 2009

P roduk si (r ib ua n t on

) Total 6 spesies

ekonomis penting Total tangkapan ikan dominan di PPI Muara Angke


(46)

spesies) secara umum mengikuti pola hasil tangkapan total seluruh hasil tangkapan yang berarti bahwa ikan pelagis ekonomis penting yang dikaji merupakan komoditas utama yang dapat mewakili total tangkapan ikan di PPI Muara Angke.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting di PPI Muara Angke

Hasil tangkapan ikan pelagis merupakan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke yang berasal dari berbagai daerah dan menyebar di sepanjang wilayah perairan Laut Jawa. Hasil tangkapan selama 5 tahun terakhir yang merupakan output dari penelitian secara umum mengalami fluktuasi. Hasil tangkapan bulanan ikan pelagis ekonomis penting tertinggi pada tahun 2005 diperoleh pada bulan Agustus dan terendah pada bulan Februari. Hasil tangkapan tertinggi tahun 2006, 2007, dan 2008 diperoleh pada bulan yang sama yakni bulan November. Untuk tangkapan terendah per tahunnya secara berturut-turut diperoleh pada bulan Februari, Juni dan Februari. Hasil tangkapan pada tahun 2009 mengalami fluktuasi yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya dengan tangkapan tertinggi pada bulan Agustus, dan terendah masih berada pada bulan Februari. Hasil tangkapan tertinggi selama kurun waktu 5 tahun terakhir diperoleh pada tahun 2009, yakni sebesar 2.074 ton/tahun.

Fluktuasi hasil tangkapan yang terjadi pada tiap bulan dapat dikarenakan oleh faktor input dan faktor proses. Komponen input yang mempengaruhi hasil tangkapan ialah dari alat tangkap, baik jenis, jumlah dan waktu penangkapan yang diperlukan untuk melakukan satu kali trip penangkapan. Selain faktor input, yang paling mempengaruhi hasil tangkapan ialah faktor proses yang merupakan deskripsi hubungan antara input dan output. Faktor proses antara lain faktor umum (lingkungan), musim, dan juga dari faktor nelayan (keterampilan nelayan dalam penggunaan alat tangkap). Faktor lingkungan merupakan faktor umum yang mempengaruhi jumlah tangkapan sumberdaya ikan karena lingkungan memberikan pengaruh secara langsung terhadap kehidupan dari ikan pelagis ekonomis penting. Dalam hal ini, Nikolsky (1963) menyatakan adanya faktor lingkungan yang menyebabkan ikan berpindah tempat (migrasi), yakni usaha untuk mencari daerah yang banyak makanannya, usaha


(47)

untuk mencari daerah tempat berpijah (spawning) dan adanya perubahan beberapa faktor lingkungan seperti temperatur, salinitas dan arus.

Hasil tangkapan ikan pelagis secara umum mengalami fluktuasi setiap tahunnya, namun pada tahun 2009 jumlah hasil tangkapan dari ikan pelagis ekonomis penting mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya yang juga merupakan hasil tangkapan tertinggi selama kurun waktu 5 tahun. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan penurunan dari sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting yang ada saat ini. Sehingga perlu dilakukan kajian keragaan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting dari faktor input, proses, dan output yang tepat dan berkelanjutan agar sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting dapat tetap lestari secara berkelanjutan.

4.2.2. Hasil tangkapan bulanan per alat tangkap

Hasil tangkapan per alat tangkap menunjukkan hasil tangkapan tertinggi dari ke-4 alat tangkap yang menangkap ikan pelagis ialah dari penggunaan alat tangkap jaring cumi. Total tangkapan terendah berbeda-beda pada tiap tahunnya. Pada tahun 2005 dan 2006 alat tangkap yang paling dominan menangkap ikan pelagis ekonomis penting ialah alat tangkap armada. Hal ini dikarenakan armada merupakan alat tangkap pengumpul yang beroperasi mengumpulkan hasil tangkapan dari beberapa tempat yang kemudian didaratkan di PPI Muara Angke.

Alat tangkap yang beragam merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara. Berdasarkan hasil tangkapan yang diperoleh dapat dilihat bahwa alat tangkap armada memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap hasil tangkapan, dimana hasil tangkapan pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 alat tangkap armada memiliki jumlah tangkapan tertinggi. Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 jumlah tangkapan tertinggi diperoleh dari alat tangkap jaring cumi. Hal ini berarti bahwa hasil tangkapan pada tahun 2007 hingga 2009 alat tangkap jaring cumi lebih mendominasi dari pada alat tangkap armada dan mengurangi pengaruh armada dari hasil tangkapan yang didaratkan. Sedangkan

untuk tangkapan terendah diperoleh pada alat tangkap gillnet, pada tahun 2007


(1)

Lampiran 7. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting tahun 2005-2009 yang

bebas dari pegaruh musiman

a. Ikan Kembung

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 25.406 23.415 14.119 18.206 9.041 Februari 19.508 49.380 25.120 4.837 7.547 Maret 17.468 91.859 13.368 2.257 10.419 April 16.583 30.081 21.025 7.231 12.060 Mei 15.293 39.460 9.046 14.359 8.918 Juni 27.574 67.419 5.713 9.032 11.841 Juli 52.057 32.787 8.643 7.431 17.533 Agustus 72.721 23.049 13.144 6.896 32.323 September 61.034 9.215 10.092 8.830 7.220 Oktober 51.024 14.489 16.566 4.387 22.487 November 8.082 20.202 14.948 9.318 13.138 Desember 18.619 18.234 12.739 8.278 22.801 Jumlah 385.368 419.590 164.523 101.062 175.327

b. Ikan Lemuru

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 21.108 10.861 25.669 26.795 25.577 Februari 36.297 19.691 28.124 22.553 11.118 Maret 15.356 17.732 22.307 28.337 27.800 April 35.533 3.063 68.092 35.445 14.918 Mei 26.428 33.632 32.638 13.013 16.472 Juni 20.188 32.195 14.617 13.750 60.112 Juli 22.960 24.159 17.784 22.960 31.732 Agustus 18.078 25.167 22.904 25.167 34.519 September 18.267 34.751 20.049 22.834 18.267 Oktober 7.561 27.806 24.503 27.531 48.490 November 22.056 24.642 16.776 24.593 6.043 Desember 18.272 22.755 47.744 22.719 25.003 Jumlah 262.104 276.454 341.207 285.698 320.050

c. Ikan Selar

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 14.130 7.840 22.942 6.941 6.070 Februari 9.264 9.838 14.778 5.531 2.172 Maret 11.708 9.512 5.455 5.726 13.322 April 10.237 17.216 6.779 6.616 10.108

Mei 6.598 14.782 7.001 12.863 9.162

Juni 15.398 8.842 10.035 4.696 28.780 Juli 15.818 20.822 4.601 3.831 13.906 Agustus 23.909 13.223 7.127 2.922 52.941 September 8.946 12.588 5.071 10.126 12.267 Oktober 11.539 8.087 9.603 3.974 53.960 November 3.514 30.735 5.816 6.625 11.673 Desember 3.901 41.528 5.054 7.880 73.081 Jumlah 134.963 195.015 104.262 77.734 287.441


(2)

Lampiran 7. (lanjutan)

d. Ikan Tembang

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 8.405 25.323 61.371 46.891 45.271 Februari 14.582 19.819 54.218 28.415 73.700 Maret 29.933 26.603 55.995 29.840 72.217 April 26.693 30.868 41.042 14.418 70.751 Mei 11.550 40.287 37.129 41.676 46.037 Juni 17.308 43.978 18.677 43.745 51.369 Juli 54.659 26.977 54.810 29.575 128.610 Agustus 84.428 37.611 41.825 21.008 100.522 September 57.296 30.347 51.416 31.687 61.475 Oktober 63.081 10.722 57.688 26.819 100.750 November 22.931 36.475 60.283 50.784 42.618 Desember 22.798 35.835 43.179 51.812 61.184 Jumlah 413.663 364.847 577.634 416.671 854.503

e. Ikan Tenggiri

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 22.136 30.971 37.709 4.132 2.556 Februari 22.316 20.004 22.861 8.322 755 Maret 36.439 32.048 19.420 6.269 2.239 April 12.296 17.206 17.827 6.499 22.307 Mei 15.415 16.766 14.792 9.198 52.633 Juni 10.064 12.888 8.468 16.229 27.848 Juli 29.181 16.084 13.168 8.768 36.124 Agustus 25.935 13.381 13.977 2.775 8.754 September 19.753 12.596 10.667 35.426 5.369 Oktober 19.231 9.194 10.004 35.565 39.355 November 24.241 12.241 5.652 22.410 27.337 Desember 20.962 15.421 9.060 5.770 27.921 Jumlah 257.970 208.801 183.605 161.362 253.199

f. Ikan tongkol

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 30.265 14.632 113.631 5.412 13.834 Februari 15.330 30.585 39.168 9.262 5.619 Maret 40.911 49.597 32.026 9.893 6.033 April 27.398 28.919 10.152 10.486 27.875 Mei 13.788 42.318 17.548 12.428 7.361 Juni 8.632 23.255 21.180 4.994 51.566 Juli 26.509 17.506 11.998 15.590 36.520 Agustus 26.689 17.996 11.766 8.952 207.331 September 24.491 3.863 17.083 6.107 22.928 Oktober 25.998 20.570 19.254 3.000 9.503 November 23.895 17.773 27.981 6.509 7.409 Desember 19.448 54.441 16.954 5.788 13.182 Jumlah 281.327 319.493 339.850 97.565 234.786


(3)

Lampiran 8. Hasil tangkapan ikan pelagis ekonomis penting tahun 2005-2009

yang bebas dari pengaruh musiman

a. Ikan Kembung

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 216 142 115 155 69

Februari 101 285 173 50 68

Maret 101 551 112 24 85

April 138 198 188 63 95

Mei 98 203 101 110 86

Juni 119 326 49 86 92

Juli 328 189 113 63 158

Agustus 366 145 127 59 275

September 309 53 99 75 54

Oktober 256 96 208 58 215

November 97 153 119 70 103

Desember 116 95 157 88 252

Jumlah 6.245 10.594 10.026 6.783 36.413

b. Ikan Lemuru

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 179 66 208 227 194

Februari 184 112 190 227 98

Maret 86 103 181 290 220

April 301 20 617 312 119

Mei 166 169 357 97 155

Juni 95 170 138 143 508

Juli 142 137 228 191 280

Agustus 90 156 219 214 291

September 99 213 211 209 145

Oktober 31 150 250 296 377

November 252 177 127 176 45

Desember 99 103 510 211 240

Jumlah 2.779 6.747 8.013 4.563 25.953

c. Ikan Selar

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 124 49 192 61 47

Februari 46 54 97 54 19

Maret 62 53 42 56 101

April 91 120 64 61 85

Mei 40 73 75 94 84

Juni 63 41 82 42 211

Juli 87 105 52 28 109

Agustus 116 80 66 24 435

September 50 80 55 96 101

Oktober 54 50 112 49 481

November 48 267 53 57 105

Desember 19 169 48 66 631


(4)

Lampiran 8. (lanjutan)

d. Ikan Tembang

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 81 174 565 453 390

Februari 78 118 387 301 683

Maret 173 160 471 316 593

April 221 201 363 124 552

Mei 74 208 416 319 443

Juni 80 228 173 448 427

Juli 286 129 594 209 962

Agustus 417 232 396 177 840

September 299 179 521 279 470

Oktober 247 55 564 276 750

November 247 247 432 342 300

Desember 144 190 539 562 687

Jumlah 4.016 8.873 13.396 6.627 75.940

e. Ikan Tenggiri

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 192 191 312 36 20

Februari 116 117 159 86 7

Maret 209 190 162 66 18

April 105 116 163 58 180

Mei 93 81 156 66 477

Juni 50 72 85 179 249

Juli 156 79 146 63 276

Agustus 134 86 138 24 76

September 111 80 116 335 44

Oktober 94 59 122 457 367

November 297 94 46 172 218

Desember 145 89 123 68 342

Jumlah 2.827 5.083 4.044 2.602 23.665

f. Ikan tongkol

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 284 98 1.016 51 116

Februari 79 177 271 95 50

Maret 202 254 230 89 42

April 240 200 95 96 231

Mei 83 205 184 89 67

Juni 40 121 197 51 429

Juli 156 95 147 124 308

Agustus 152 128 129 87 2.001

September 133 24 180 56 182

Oktober 144 150 266 43 100

November 243 114 189 41 49

Desember 102 240 176 52 123


(5)

Lampiran 9. Hasil tangkapan berdasarkan perhitungan bulan gelap dan bulan

terang tahun 2005-2009

a. Ikan Kembung

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 9 9 5 7 3

Februari 4 9 5 1 1

Maret 8 44 6 1 5

April 12 21 15 5 9

Mei 12 31 7 11 7

Juni 18 45 4 6 8

Juli 36 23 6 5 12

Agustus 37 12 7 4 17

September 42 6 7 6 5

Oktober 29 8 9 2 13

November 7 16 12 8 11

Desember 9 9 6 4 12

Jumlah 214 219 80 56 90

b. Ikan Lemuru

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 16 8 20 21 20

Februari 5 3 4 3 2

Maret 5 5 7 9 9

April 10 1 19 10 4

Mei 14 18 17 7 9

Juni 7 11 5 5 20

Juli 11 11 8 11 15

Agustus 11 16 14 16 21

September 10 19 11 13 10

Oktober 5 20 18 20 35

November 30 34 23 34 8

Desember 16 20 42 20 22

Jumlah 133 159 174 161 157

c. Ikan Selar

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 7 4 11 3 3

Februari 5 5 8 3 1

Maret 9 7 4 4 10

April 7 12 5 5 7

Mei 5 11 5 9 7

Juni 4 2 3 1 7

Juli 7 9 2 2 6

Agustus 7 4 2 1 14

September 4 5 2 4 5

Oktober 8 6 7 3 37

November 4 36 7 8 14

Desember 2 21 3 4 37


(6)

Lampiran 9. (lanjutan)

d. Ikan Tembang

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 4 11 27 21 20

Februari 3 5 13 7 18

Maret 16 14 29 16 38

April 22 26 34 12 59

Mei 11 40 37 41 46

Juni 10 24 10 24 28

Juli 22 11 22 12 51

Agustus 34 15 17 9 41

September 19 10 17 10 20

Oktober 34 6 32 15 55

November 19 30 50 42 35

Desember 20 31 38 45 54

Jumlah 204 210 297 241 420

e. Ikan Tenggiri

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 9 12 14 2 1

Februari 9 8 9 3 0

Maret 14 12 7 2 1

April 11 16 16 6 20

Mei 14 16 14 9 49

Juni 11 13 9 17 29

Juli 14 8 6 4 17

Agustus 15 8 8 2 5

September 7 4 4 12 2

Oktober 8 4 4 15 17

November 13 6 3 12 14

Desember 11 8 5 3 15

Jumlah 129 107 88 82 154

f. Ikan tongkol

Bulan 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 12 6 46 2 6

Februari 5 11 14 3 2

Maret 11 13 8 3 2

April 8 9 3 3 8

Mei 5 15 6 4 3

Juni 4 10 9 2 21

Juli 12 8 5 7 17

Agustus 12 8 5 4 16

September 23 4 16 6 22

Oktober 26 21 19 3 10

November 28 21 33 8 9

Desember 17 46 14 5 11