Eksplorasi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara

(1)

LAMPIRAN


(2)

LAMPIRAN

Dokumentasi Kondisi Hutan di Hutan Diklat Pondok Buluh

Dokumentasi Kegiatan Penelitian di Hutan Diklat Pondok Buluh


(3)

Dokumentasi Wawancara Nara sumber di Hutan Diklat Pondok Buluh

Dokumentasi Skrining Fitokimia Tumbuhan Obat


(4)


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ambri, K. 2015. Eksplorasi Tumbuhan Obat pada Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Sumatera Utara. Fakultas Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.

Arbi, J. 2010. Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Getah Kemenyan (Styrax benzoin Dryand.) Terhadap Beberapa Mikroba. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar. 2015. Sampinur Vol VII. No 1 Tahun2015. ISSN: 1978-564X. Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Pustaka Bunda. Jakarta.

. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Pustaka Bunda. Jakarta.

. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Pustaka Bunda. Jakarta.

Elafatio,T., E. Matuschek, and U.L.V. Svanberg. 2005. Fermentatoinand enzim treatment of tannin sorghum gruels: Effect onphenolic compounds, phitate and in vitro accessible iron.

Hadad, S. dan Taryono. 1998. Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta.

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan dari Pytochemical Methods oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB Bandung. Hal 47-245.

Hariana, A. H. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hasanah, Y. dan Hapsoh. 2011. Budidaya Tumbuhan Obat dan Rempah. USU Press. Medan.

Hernani dan Djauhariya, E. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Swadaya. Bogor.

Hostettmann, K. dan Marston, A. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Diterjemahkan oleh Ksasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.

Hutapea, J.R. 1994. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI. Hal. 279.


(6)

Hutauruk, A. 2014. Eksplorasi Tumbuhan Aromatik pada Kawasan Hutan Taman Wisata Sicike-cike Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara.Jakarta.

Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Khare, C.P. 2007. Indian Medical Plants. Springer Science+Bussines Media , LLC. New Delhi.

Litbang Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2001. Review Tanaman Obat yang Digunakan oleh Pengobat Tradisional Volume XI No. 4.

Maulana, T. 2012. Inventarisasi dan Uji Metabolit Sekunder Zingiberaceae sebagai Tumbuhan Obat Tradisional di Hutan Aek Nauli Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Tesis. Universitas Negeri Medan. Medan.

Munawwarah. 2012. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Skripsi. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Manurung, A. 2016. Eksplorasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Fakultas Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.

Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Penebar Swadaya. Jakarta.

Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam. 2010. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

PerMenHut No.67/Menhut-II/2006. Kriteria dan Standar Inventarisasi Hutan. Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta

Arah Penelitian dan Pengembangannya. Perspektif, 8 (1): 52-64.

Purwati, U.R. 2009. Skrining Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etilasetat Daun Eedusan (Eupatorium odoratum). UNSOED. Jurnal Molekul Vol. 4(2): 94-104.

Rahayu, M. (2005). Pengetahuan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat kaili Sekitar Taman Nasional Lore Lind, Sulawesi Tengah. Jurnal Bahan Alam Indonesia 4 (1) 1412-2855.


(7)

Rijai. 2013. Potensi Herba Tumbuhan Balsem (Polygala paniculata Linn) sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial. Universitas Mulawarman.

Rismunandar dan Farry B. Paimin. 2001. Kayu Manis, Budi Daya dan Pengolahan. Penerbit PT Penebar Swadaya . Jakarta.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.

Sein,C.C dan Mitlöhner, R. 2011. Cinnamomum parthenoxylon (Jack) Meisn. Ecology and silviculture in Vietnam. CIFOR, Bogor, Indonesia.

Sianturi, N.S.2015. Analisis Komponen Kimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Ornatum N) Asal Pematang Siantar. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sihotang, I. 2015. Eksplorasi Tumbuhan Obat Di Cagar Alam Dolok Tinggi Raja Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Fakultas Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.

Sitorus, P. 2015. Characterization Simplisida and Study of Pirdot (Saurauia vulcani Korth) Leaves and Study of Antidiabetic Effect in Alloxan Induced Diabetic Mice. Faculty of Pharmacy. University of Sumatera Utara. International Journal of Chem Tech Research Vol.8(6) pp 789-794. Medan.

Soetarahardja. 1997. Inventarisasi Hutan. IPB Press. Bogor.

Sofia, D. 2007. Keanekaragaman Jenis Anakan Tingkat Semai Dan Pancang Di Hutan Alam. Karya Tulis. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Suin, N. 2002. Metode Ekologi. Padang: Universitas Andalas Press.

Sutomo. 2012. Polygala paniculata L. Sebagai Alternatif Tanaman Obat di Taman Obat Keluarga. UPT BKT Kebun Raya “Eka Karya” Bali Candikuning Baturiti Tabanan. Bali.

Tamin, R &Arbain D. 1995. Biodiversity dan Survey Etnobotani. Makalah Loka Karya Isolasi Senyawa Berkhasiat. Kerjasama HEDS-FMIPA Universitas Andalas, Padang.

Winarto. 2003. Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Zhao, Jie and Ma, Jin-shou. 2016. Phytochemicals and Biological Activitas of the Genus Cinnamomum Xinxiang Medical University. Xiaxiang, China Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry Vol 4. Hal 29-30.


(8)

Zuhud, E, A, M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat Alam Untuk Kesehatan Bangsa. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.


(9)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Maret sampai Mei 2016. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB), Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Analisis kandungan fitokimia tumbuhan obat dilakukan di Laboratorium Pasca Sarjana, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peta lokasi, GPS (Global Positioning System), pisau, kamera digital, meteran, tali rafia, kantung plastik, sarung tangan, alat tulis, alat herbarium, kertas saring, oven, panangas air, pipet tetes, shaker, spatula, tabung reaksi, gelas ukur, dan label identifikasi.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buku identifikasi tanaman obat, tally sheet, Pereaksi Bouchardart, Pereaksi Salkowsky, Pereaksi Maeyer, Pereaksi Dragendrorff, Cerium Sulfat (CeSO4) 1%, HCl 10%, H2SO4 10%, FeCl3 1%, Mg-HCL cair, aquades dan metanol.

Prosedur Penelitian

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Data primer dikumpulkan dengan teknik observasi atau survei langsung kelapangan dan melakukan wawancara non formal dengan inform pengenal jenis tanaman obat khusus yang tumbuh di kawasan HDPB tentang jumlah dan jenis tumbuhan yang memiliki khasiat obat, bagian tumbuhan yang digunakan, serta manfaatnya. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan kajian pustaka tentang keadaan umum kawasan penelitian dan penelitian-penelitian yang


(10)

mendukung. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemandu lapangan lokal, opsir tanaman di HDPB, dan pegawai di HDPB. Data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ditabulasikan dan dianalisa secara deskriptif.

2. Aspek Keanekaragaman

Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan obat di lapangan menggunakan metode sampling plot berbentuk lingkaran, dimana penentuan titik awal dilakukan dengan secara purpossive sampling yaitu berdasarkan tempat yang dianggap banyak tanaman obatnya (Soetarhardja, 1997).

Luasan total dari kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh adalah 1.272,70 Ha dengan intensitas sampling sebesar 1 % sehingga luasan penelitian yang akan dilakukan adalah 12,7 Ha. Sampling plot yang dibuat adalah berbentuk lingkaran berdiameter 25,2 m dengan luas sebesar 0,05 Ha tiap plotnya. Sehingga jumlah plot sebanyak 255 plot. Pengamatan tanaman obat dilakukan secara eksploratif sepanjang jalur pengamatan (PerMenHut, 2006).

Berikut dapat dilihat desain plot yang digunakan dalam penelitian.

Gambar 1. Desain Plot Tumbuhan Obat

L = 0,05 Ha

D = 25,2 m

L = 0,05 Ha

D = 25,5 m 50 m


(11)

3. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan formulasi untuk menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), dan frekuensi dari masing-masing jenis, dengan rumus sebagai berikut:

a. Kerapatan suatu jenis (K)

K =∑Individu suatu jenis Luas plot

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

KR = K Suatu jenis

∑K Seluruh jenis X 100%

c. Frekuensi suatu jenis (F)

F =∑plot ditemukan suatu jenis ∑Seluruh plot

d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR)

FR = F Suatu jenis

∑F Seluruh jenis x100%

Indriyanto (2006).

Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat

Metabolit sekunder tumbuhan obat yang dicari dari referensi adalah jenis metabolit sekunder seperti alkoloid, flavonoid/tanin, terpen/steroid, dan saponin. Untuk jenis tumbuhan obat yang baru diketahui identikfikasinya dan tidak ada referensi yang mendukung tentang jenis metabolit sekundernya, maka akan dilakukan skrining untuk mengetahui jenis metabolit sekunder dalam tumbuhan obat tersebut.

Metabolit sekunder mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai obat. Jenis-jenis tumbuhan obat dideteksi


(12)

kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa alkoloid,flavonoid/tanin, terpen/steroid, dan saponin.

Prosedur pengujian fitokimia yang dilakukan berdasarkan Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam (2010) adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Alkoloid

Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 10 gram. Selanjutnya direndam dengan HCL 2 N dan dipanaskan di atas pemanas air selama 2 jam pada suhu 600C. Hasilnya didinginkan dan disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut:

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Meyer. Jika mengandung senyawa golongan alkoloid maka akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih kekuningan

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff. Jika mengandung senyawa golongan alkoloid maka akan terbentuk endapan berwarna merah bata.

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Bouchardart. Jika mengandung senyawa golongan alkoloid maka akan terbentuk endapan berwarna coklat kehitaman.


(13)

Gambar 2. Skema Pengujian Alkoloid

b. Pengujian Flavono id/Tanin

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan diekstraksi dengan 20 mL metanol. Ekstrak dapat diekstraksi dalam kondisi panas maupun dingin kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut:

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCL3 1%. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna hitam.

HCL 2 N Pemanasan 2

Jam (600C)

Pendinginan

Penyaringan Filtrat

Filtrat (3 Tetes)

Filtrat (3 Tetes)

Filtrat (3 Tetes)

Pereaksi Maeyer (2 Tetes)

Pereaksi Dragendorff (2 Tetes)

Pereaksi Bouchardart (2 Tetes)

Pengendapan Pengendapan Pengendapan

Endapan Putih Kekuningan

Endapan Coklat Kehitaman Endapan Merah

Bata Sampel 10 gr


(14)

Gambar 3. Skema Pengujian Flavonoid/Tanin

c. Pengujian Terpen/Steroid

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan diekstraksi dengan 10 mL metanol. Ekstrak dipanaskan selama 15 menit diatas penangas air kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut:

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi Salkowsky. Jika mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah pekat

• Filtrat ditotolkan ke plat TLC, kemudian difiksasi dengan CeSO4 1% dalam H2SO4 10%, kemudian plat dipanaskan ke hot plate pada temperatur 1100C. Bila bercak berwarna merah cokelat maka adanya kandungan senyawa terpen.

Sampel (2-3 gram) Ekstrak Metanol (20 mL)

Penyaringan

Filtrat (1 Tetes)

FeCl3 1% (3 tetes)

Larutan Warna Hitam


(15)

Gambar 4. Skema Pengujian Terpen/Steroid

d. Pengujian Saponin

Sampel diekstraksi dengan metanol diatas penangas air. Ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu semula. Hasilnya dikocok selama 2-3 menit kemudian busa yang terbentuk didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian busa permanen dengan penambahan 1-3 tetes HCL 10%.

Gambar 5. Skema Pengujian Saponin

Sampel (2-3) Ekstrak Metanol (10 mL)

Penyaringan

Berbuih Dikocok

Sampel (2-3 gram) Ekstrak Metanol (10 mL)

Pemanasan (15 Menit)

Penyaringan Filtrat

Filtrat (1 Tetes) Filtrat (1 Tetes)

Pereaksi H2SO4 (3 Tetes)

CeSO4 1% Dalam H2SO4 10% Ke Plat TLC


(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Pengetahuan Lokal

Aspek pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui adanya jenis-jenis tumbuhan obat pada kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh (HPBD). Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemandu lapangan lokal, opsir tanaman di HDPB, dan pegawai HDPB sebanyak 4 orang. Berikut ini disajikan tabel jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di HDPB.

Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Hutan Diklat Pondok Buluh No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang

Digunakan

Kegunaan 1 Alang-alang Imperata cylindrica

Rausch.

Poaceae Daun Penambah nafsu makan, obat demam, batuk 2 Andor Pogu Ficus pumila Poaceae Daun Obat sakit mencret, obat

pegal-pegal, obat ambeien

3 Apikson Polygala paniculata

Linn

Seluruh

bagian tanaman

Anti bakteri, aromaterapi mandian

4 Gagatan Harimau

Vitis quadrangular

Wall.

Vitaceae Daun Penambah tenaga, obat sakit perut, mengganjal rasa lapar, obat malaria, obat diabetes

5 Kemenyan Styrax benzoin Dry. Styraceae Daun, getah Anti bakteri, obat luka, obat gatal pada kulit 6 Kincung Hutan Hornstedtia scyphifera Zingiberaceae Daun Obat diare, batuk, haid

tidak teratur

7 Lengkuas Alpinia galanga Willd. Zingiberaceae Rimpang Obat demam, obat batuk, menghilangkan bau mulut

8 Losa Cinnamomum partenoxylon Jack.)

Lauraceae Daun, kulit batang

Obat nyeri punggung, obat urut

9 Medang Kuning Litsea castanae

Hook.f.

Lauraceae Daun Mandian anak-anak, obat demam

10 Murbei Morus alba Rumph. Moraceae Daun Memperlancar ASI, obat diabetes

11 Pakis

Besar/Tanggiang

Cibotium barometz J.

Sm.

Actinidiaceae Batang, rimpang

Obat bisul, obat luka, menghentikan

pendarahan 12 Pasak Bumi Eurycoma longifolia

Jack

Simaroubaceae Akar, kulit akar, batang

Obat diare, obat demam, pendarahan, menguatkan badan, mengatasi gusi berdarah

13 Pepagan Centella asiatica L.

Urban

Apiaceae Seluruh bagian tanaman

Obat bisul, obat darah tinggi, mimisan, demam, obat luka bakar,


(17)

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang Digunakan

Kegunaan 14 Pirdot Saurauia vulcani Actinidiaceae Daun Obat rematik, diabetes 15 Podom-podom Saurophus androgynus

(L.) Merr.

Euphorbiaceae Daun Obat demam, obat bisul,

anti bakteri, memperlancar ASI

16 Putihan/Rudang-rudang

Eupatorium odoratum

Linn.

Asteraceae Daun Anti biotik, mengambat pendarahan, antibakteri 17 Sabal Cinnamomum

subavenium

Lauraceae Daun Obat sakit pinggang, obat terkilir 18 19 Sambung Nyawa Senduduk Ginura procumbens Beck. Melastoma malabathricum Linn. Asteraceae Melastomataceae Daun Daun

Obat terkilir atau patah tulang, obat rematik Obat mencret, obat luka bakar, obat kumur, bisul, obat sariawan, obat cacing pada anak-anak, obat mabuk

20 Sidaguri Sida rhombifolia Lour. Malvaceae Akar, daun Obat asma, disentri, bisul, kudis, kurap, sakit gigi

21 Simarsihala Melastoma

polyanthum Burm.f.

Melastomataceae Daun Obat mata bengkak, obat batuk anak

22 Sipeol Curcuma heyneana

Valet Van zipp

Zingiberaceae Daun Obat sakit perut, obat cacingan, minyak urut untuk masuk angin 23 Sirih Merah Piper betle Linn. Piperaceae Daun Obat bisul, obat sakit

gigi, diare, batuk, mimisan, keputihan, obat mata gatal

24 Tolod/Mata Kucing

Leurentia longiflora

(L.) Peterm.

Campanulaceae Bunga, daun Obat sakit gigi, obat tetes mata katarak, obat luka, asma

25 Vanilli Hutan Vanilla flanifolia Orchidaceae Daun Obat pusing obat mual, insektisida

Hasil dari aspek pengetahuan lokal yang telah dilakukan terhadap informan kunci bahwa terdapat 25 jenis tumbuhan obat yang ada di kawasan HDPB. Dimana dari 25 jenis tumbuhan obat tersebut telah dimanfaatkan masyarakat simalungun dalam pengobatan secara tradisional. Biasanya dari setiap jenis tumbuhan obat yang digunakan berbeda-beda cara penggunannnya, ada yang dioleskan, direbus, dan ditumbuk. Dari 25 jenis tumbuhan obat yang didapatkan, Pirdot (Saurauia vulcanii) adalah jenis tumbuhan yang sering dimanfaatkan masyarakat Simalungun dalam pengobatannya. Jenis ini merupakan tumbuhan lokal di daerah simalungun.


(18)

Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat 17 famili dengan 25 jenis tumbuhan obat yang memiliki manfaat sebagai obat. Famili yang didapatkan antara lain:

Poaceae,

Actinidiaceae, Simaroubaceae, Apiaceae, Euphorbiaceae, Asteraceae, Melastomataceae, Malvaceae, Piperaceae, Campanulaceae, Orchidaceae. Dari hasil yang didapatkan famili dengan jenis yang paling banyak dimanfaatkan adalah Lauraceae dan Zingiberaceace sebanyak 3. Namun famili Lauraceae yang lebih banyak ditemukan dibandingkan famili Zingiberaceace. Hal ini disebabkan karena famili Lauraceae mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi lahan hutan tersebut dibandingkan dengan famili jenis lainnya.

Berdasarkan tabel 1, bagian tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat adalah daun. Hal ini diduga karena pada daun banyak terakumulasi senyawa metabolit sekunder yang berguna sebagai obat. Kemudian dilihat dari segi keutuhan dan eksistensi tumbuhan, jumlah daun lebih banyak dari jumlah lainnya. Sehingga apabila diambil dalam jumlah tertentu tidak begitu berpengaruh terhadap tumbuhan tersebut. Dan juga dilihat dari segi praktis dan efisiennya, daun merupakan bagian yang mudah diracik untuk dijadikan sebagai bahan obat. Deskripsi Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Hutan Diklat Pondok Buluh

Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan dari hasil eksplorasi penelitian yang telah dilakukan di Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) ada 25 jenis tumbuhan obat. Jenis-jenis tumbuhan yang telah ditemukan dari penelitian yang telah dilakukan dideskripsikan sebagai berikut:


(19)

1. Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.)

Berdasarkan Gambar 6, Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.) merupakan tumbuhan yang hidup liar pada lahan terbuka atau sedikit terlindungi dan tumbuh berumpun, memiliki daun pita memanjang, berwarna hijau muda. Hernani dan Djauhariya (2004) menyatakan Alang-alang merupakan gulma yang sangat merugikan pada semua tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 2700 mdpl. Tumbuh tegak, herba menahun, batang semu, berpelepah, tinggi mencapai 2 m. Daun berbentuk pita berbulu pendek dan kasar, pinggir daun bergerigi tajam, pertulangan daun yang sejajar. Alang-alang memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: liliopsida, ordo: poales, famili: poaceae, genus: imperata, dengan spesies: Imperata cylindrica Rausch.

Masyarakat simalungun menggunakan daun Alang-alang sebagai penambah nafsu makan, obat demam, batuk, dan mimisan. Menurut Hernani dan Djauhariya (2004) metabolit sekunder pada daun Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.) adalah senyawa golongan alkoloid, flavonoid, terpen/steroid. Karakteristik tumbuhan Alang-alang dapat dilihat pada Gambar 6.


(20)

2. Andor Pogu (Ficus pumila)

Berdasarkan Gambar 7, Andor Pogu (Ficus pumila) merupakan tumbuhan herba yang batangnya merayap/memanjat, daun berbentuk jantung atau bulat telur. Tumbuh dibawah naungan dan semak, dan bergetah putih. Rijai (2013) menyatakan bahwa Andor Pogu berhabitus semak, epifit panjang 2-5 m. Daunnya tunggal, berseling, berbentuk bulat, berwarna hijau, dan ujung runcing. Andor Pogu memiliki kingdom: plantae, divisi: magnliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: urticales, famili: moraceae, genus: ficus, dengan spesies: Ficus pumila.

Hasil skrining metabolit sekunder yang telah dilakukan bahwa kandungan kimia pada Andor Pogu (Ficus pumila) adalah senyawa golongan tanin, terpen/steroid, saponin. Dimana khasiat Andor Pogu menurut masyarakat simalungun adalah sebagai obat sakit mencret, obat pegal-pegal, dan obat ambeien. Karakteristik tumbuhan Andor Pogu dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Andor Pogu (Ficus pumila)

3. Apikson (Polygala paniculata Linn)

Berdasarkan Gambar 8, Apikson (Polygala paniculata Linn) merupakan tumbuhan berbau balsem sehingga dinamakan tumbuhan apikson oleh masyarakat di Simalungun, tumbuh pada daerah terbuka dan terdapat cahaya. Sutomo (2012) menyatakan Apikson merupakan tumbuhan semusim yaitu dari biji lalu tumbuh


(21)

dan akan mati setelah mencapai dewasa selama 4-5 bulan. Bentuk daunnya lanset, ujung daun runcing, berwarna hijau cerah. Perbungaan terletak di ujung, berbentuk tandan. Apikson memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: polygalales, famili: spesies: polygala paniculata L.

Apikson berkhasiat sebagai antibakteri dan aromaterapi mandian menurut masyarakat simalungun. Menurut Rijai (2013) metabolit sekunder pada Apikson adalah senyawa golongan tanin, alkoloid, saponin, steroid, flavanoid. Karakteristik tumbuhan Apikson dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Apikson (Polygala paniculata Linn)

4. Gagatan Harimau (Vitis quadrangular Wall.)

Berdasarkan Gambar 9, Gagatan Harimau (Vitis quadrangular Wall.) merupakan tumbuhan semak menjalar yang hidup pada daerah yang lembab, permukaan berbulu, daun berwarna hijau. Ambri (2015) menyatakan bahwa Gagatan Harimau terdapat pada hutan primer, batang bulat beralur, permukaan berbulu. Memiliki bentuk daun bulat, meruncing pada bagian ujung, letak berhadapan, pangkal daun seperti hati dengan tepi bergerigi, pertulangan menjari, permukaan berbulu. Gagatan Harimau memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: vitals, famili: vitaceae, genus: vitis, dengan spesies: Vitis quadrangular Wall.


(22)

Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Gagatan Harimau sebagai penambah tenaga, obat sakit perut, mengganjal rasa lapar, obat malaria, dan obat diabetes. Menurut Khare (2007) metabolit sekunder pada Gagatan Harimau (Vitis quadrangular Wall.) adalah senyawa golongan steroid/terpenoid. Karakteristik tumbuhan Gagatan Harimau dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Gagatan Harimau (Vitis quadrangular Wall.

5. Kemenyan (Styrax benzoin Dry.)

Berdasarkan Gambar 10, Kemenyan (Styrax benzoin Dry.) merupakan pohon yang berbatang tegak, bulat, berkayu, dan menghasilkan getah. Kemenyan bisa tumbuh di bawah naungan, dan hidup tersebar. Daun tunggal, berseling, dan berwarna hijau. Ambril (2015) menyatakan Kemenyan merupakan pohon yang hidup pada daerah hutan primer maupun sekunder, dapat hidup pada ketinggian 600-1000 mdpl. Memiliki daun berbentuk bulat telur, permukaan licin, memiliki batang berwarna cokelat. Tingginya mencapai 18 m dengan diameter 35 cm. Batangnya tegak, bulat, berkayu, dan berwarna cokelat. Kemenyan berdaun majemuk berwarna hijau, berbentuk bulat telur, tepi daun rata dan ujung meruncing. Kemenyan memmiliki kingdom: plantae, divisi: spermatophyte, kelas: dicotyledoneae, ordo: ebenales, famili: styraceae, genus: styrax, dengan spesies: styrax benzoin Dry.


(23)

Masyarakat Simalungun biasanya memanfaatkan daun Kemenyan sebagai anti bakteri, obat luka, dan obat gatal pada kulit. Sedangkan getahnya digunakan sebagai dupa yang dibakar pada saat mengikuti ritual-ritual baik personal maupun umum. Menurut Hutapea (1994) metabolit sekunder pada daun Kemenyan adalah senyawa golongan saponin dan flavonoid. Sedangkan metabolit sekunder dari getah Kemenyan menurut Arbi (2010) adalah senyawa golongan alkoloid, saponin, flavonoid, tanin dan terpenoid/steroid. Karakteristik tumbuhan Kemenyan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Kemenyan (Styrax benzoin Dry.)

6. Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera)

Berdasarkan Gambar 11, Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera) merupakan herba yang tumbuh pada daerah yang lembab dan sedikit terbuka. Hidup berumpun dengan batang merah coklat, daun hijau, dan permukaan licin. Maulana (2012) menyatakan bahwa Kincung Hutan hidup di ketinggian 1200-1300 mdpl, hidup pada terestial dan terdapat di daerah yang cukup cahaya. Tinggi ±273 cm. Kincung Hutan memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: liliopsida, ordo: zingiberales, famili: zingiberaceae, genus: hornstedtia, dengan spesies: Hornstedtia scyphifera.


(24)

Daun Kincung Hutan digunakan oleh masyarakat simalungun sebagai obat diare, obat batuk, dan haid tidak teratur. Menurut Maulana (2012) metabolit sekunder pada Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera) adalah senyawa golongan saponin. Karakteristik tumbuhan Kincung Hutan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera)

7. Lengkuas (Alpinia galanga Willd.)

Berdasarkan Gambar 12, Lengkuas (Alpinia galanga Willd.) merupakan jenis yang tumbuh liar di hutan, semak-belukar yang sedikit terlindungi. Hidup berumpun, kulit mengilap, beraroma khas. Daun tunggal berwarna hijau, dan memiliki rimpang berwarna merah. Dalimartha (2009) menyatakan bahwa Lengkuas tumbuh di tempat terbuka dan sering ditanam di pekarangan. Tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 1200 mdpl. Lengkuas tumbuh tegak, berbatang semu dari pelapah daun yang menyatu berwarna hijau keputihan. Daun tunggal bertangkai pendek, tepi rata, pertulangan menyirip, Rimpang merayap, berdaging, kulit mengilap, beraroma khas, berwarna merah atau kuning pucat. Lengkuas memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: liliopsida, ordo: zingiberales, famili: zingiberaceae, genus: alpinia, dengan spesies: Alpinia galanga Willd.


(25)

Masyarakat Simalungun memanfaatkan rimpang Lengkuas sebagai obat demam, batuk, dan menghilangakan bau mulut. Menurut Dalimartha (2009) metabolit sekunder pada rimpang lengkuasm (Alpinia galanga Willd.) adalah senyawa golongan flavonoid. Karakteristik tumbuhan Lengkuas dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Lengkuas (Alpinia galanga Willd.)

8. Losa (Cinnamomum partenoxylon Jack.)

Berdasarkan Gambar 13, Losa (Cinnamomum partenoxylon Jack.) merupakan jenis pohon berkayu, batang berwarna coklat kemerahan. Tumbuh pada daerah yang lembab dan terkena cukup sinar matahari. Memiliki aromatik pada daun dan batang. JICA 1996 dalam Sein dan Mitlöhn er (2011) menyatakan bahwa Losa merupakan tumbuhan yang mampu mencapai ketinggian 30 m, percabangan simpodial, kayunya berbau harum, permukaan kasar, berwarna coklat. Tipe daun tunggal, berseling, bentuk oval sampai lonjong, ujung meruncing, tepi rata, pertulangan daun melengkung, mengkilat, warna hijau. Losa memliki kingdom: plantae, divisi: spermatophyta, kelas: dikotil, ordo: ranunculales, famili: lauraceae, genus: cinnamomum, dengan spesies: Cinnamomum partenoxylon Jack.


(26)

Masyarakat simalungun memanfaatkan daun dan kulit batang Losa untuk mengobati nyeri punggung, dan obat urut. Menurut JICA (1996) dalam Sein dan Mitlöhner (2011) metabolit sekunder pada daun dan kulit batang Losa adalah senyawa golongan saponin, flavonoid. Sedangkan kayunya rnengandung tanin. Karakteristik tumbuhan Losa dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Losa (Cinnamomum partenoxylon Jack.) 9. Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.)

Berdasarkan Gambar 14, Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.) merupakan jenis pohon yang tumbuh tegak dan tidak berbanir. Tumbuuh pada daerah yang terdapat cukup cahaya matahari. Daun berwarna hijau kekuningan. Memiliki aroma pada daun. Hutauruk (2014) menyatakan bahwa Medang Kuning merupakan jenis pohon yang besar hingga mencapai 41 m dan diameter batang 87 m. Daun oppisite, berbentuk oval, permukaan daun berbulu, jaringan retikular mencolok dari venasi tersier. Medang Kuning memiliki kingdom: plantae, divisi: manoliophita, kelas: magnoliopsida, ordo: laurales, famili: lauraceae, genus: litsea, dengan spesies: Litsea castanae Hook.f.

Masyarakat Simalungun biasanya memanfaatkan daun Medang Kuning untuk mandian anak-anak, obat demam. Menurut Hutauruk (2014) metabolit sekunder pada daun Medang Kuning adalah senyawa golongan alkaloid,


(27)

terpenoid, Saponin, dan Tanin. Karakteristik tumbuhan Medang Kuning dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.)

10.Murbei (Morus alba Rumph.)

Berdasarkan Gambar 15, Murbei (Morus indica Rumph.) merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh daerah-daerah yang keadaannya sejuk. Mempunyai batang berkayu dan daun berwarna hijau kecokelatan. Kartasapoetra (1992) menyatakan bahwa tumbuhan Murbei memiliki tinggi bisa mencapai 10 m. Helai daun berbentuk bulat telur, ujungnya runcing, sedangkan pangkal daun juga runcing tetapi agak membulat, tepi-tepi daunnya bergerigi, dan berwarna hijau sampai hijau kecokelatan. Murbei memiliki kingdom: plantae, divisi: spermatophyte, kelas: magnoliopsida, ordo: Rosales, famili: moraceae, genus: morus, dengan spesies: Morus alba Rumph.

Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Murbei untuk memperlancar ASI, dan obat diabetes. Menurut Kartasapoetra (1992) metabolit sekunder pada daun Murbei adalah senyawa golongan flavonoid. Dimana daun Murbei berkhasiat sebagai bahan bakal obat diuretika, dan obat diabetes. Karakteristik tumbuhan Murbei dapat dilihat pada Gambar 15.


(28)

Gambar 15. Murbei (Morus indica Rumph.)

11.Pakis Besar/Tanggiang (Cibotium barometz J. Sm.)

Berdasarkan Gambar 16, Pakis Besar/Tanggiang (Cibotium barometz J. Sm.) merupakan tumbuhan paku yang tumbuh liar di tepi tebing, lereng bukit, jurang, dan tempat-tempat rindang lain, dan biasanya tumbuh pada daerah yang banyak terdapat sinar matahari. Dalimartha (2008) menyatakan bahwa Pakis Besar/Tanggiang memiliki tinggi 2,5-3 m, batang kuat, pada batang dan tangkai daun ditumbuhi rambut berwarna kuning emas. Daun bertangkai panjang, letak berseling, dan pangkal berambut warna kuning. ujung runcing, tepi bergerigi. Permukaan atas berwarna hijau tua, sedangkan permukaan bawah abu-abu muda. Pakis Besar/Tanggiang memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: ericales, famili: actinidiaceae, genus: cibotium, dengan spesies: Cibotium barometz J. Sm.

Batang dan rimpang Pakis Besar/Tanggiang dimanfaatkan masyarakat Simalungun sebagai obat bisul, obat luka, dan menghentikan pendarahan. Menurut Dalimartha (2008) metabolit sekunder pada batang Pakis Besar/Tanggiang adalah senyawa golongan tanin. Karakteristik tumbuhan Pakis Besar/Tanggiang dapat dilihat pada Gambar 16.


(29)

Gambar 16. Pakis Besar/Tanggiang (Cibotium barometz J. Sm.)

12.Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)

Berdasarkan Gambar 17, Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) merupakan tumbuhan perdu yang dijumpai pada daerah-daerah pungggung bukit atau daerah berlereng. Bisa tumbuh pada daerah naungan dan terdapat sedikit cahaya matahari. Hariana (2004) menyatakan bahwa Pasak Bumi adalah salah satu jenis tumbuhan obat yang merupakan tumbuhan asli Indonesia. Ditemukan sampai ketinggian tempat 1000 mdpl. Pasak Bumi merupakan tumbuhan perdu atau pohon kecil yang tingginya dapat mencapai 20 m. Daun Pasak Bumi berbentuk lanset dengan tepi rata. Bunga berwarna merah berbentuk malai dan berbulu. Pasak Bumi memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: sapindales, famili: simaroubaceae, genus: eurycoma, dengan spesies: Eurycoma longifolia Jack.

Masyarakat Simalungun menggunakan akar, kulit akar, dan batang Pasak Bumi dalam mengobati diare, demam, pendarahan, anti malaria menguatkan badan, dan mengatasi gusi berdarah. Menurut Hadad dan Taryono (1998) metabolit sekunder pada akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) adalah senyawa golongan alkoloid, tanin, dan saponin. Karakteristik tumbuhan Pasak Bumi dapat dilihat pada Gambar 17.


(30)

Gambar 17. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)

13.Pegagan (Centella asiatica L. Urban)

Berdasarkan Gambar 18, Pegagan (Centella asiatica L. Urban) merupakan tumbuh menjalar di tempat terbuka atau agak terlindungi seperti di tepi saluran air, dan pinggiran hutan. Tidak memiliki batang, dan daun berwarna hijau. Ambri (2015) menyatakan bahwa pegagan merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh menjalar dan tumbuh bagus di tanah agak lembab yang terbuka atau agak ternaungi. Tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 2500 mdpl. Tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek. Helaian daun berbentuk ginjal, tepi daun bergerigi, agak berbulu, daun tunggal dan bertangkai panjang. Pegagan memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: apiales, famili: apiaceae, genus: centella, dengan spesies: Centella asiatica L. Urban.

Pegagan dimanfaatkan masyarakat Simalungun untuk obat darah tinggi, obat bisul, obat luka bakar, mimisan, demam, dan penambah nafsu makan. Menurut Hernani dan Djauhariya (2004) metabolit sekunder pada daun Pegagan adalah senyawa golongan alkoloid, tanin, dan steroid. Karakteristik tumbuhan Pegagan dapat dilihat pada Gambar 18.


(31)

Gambar 18. Pagagan (Centella asiatica L. Urban)

14.Pirdot (Saurauia vulcani)

Berdasarkan Gambar 19, Pirdot (Saurauia vulcani) merupakan suatu jenis pohon yang tumbuh di hutan dekat aliran air atau di tempat lembab. Batang berkayu berbentuk bulat. Daun berwarna hijau kecokelatan. Sitorus (2015) menyatakan bahwa Pirdot tumbuh pada daerah ketinggian 500-1500 mdpl, permukaan kayu kasar dan terdapat bercak putih, bercabang banyak dengan arah cabang mendatar. Daun tunggal, berukuran lebar, tulang daun menyirip, bagian atas daun runcing, bagian bawah daun membulat, tepi daun bergerigi. Buah berbentuk bulat, berukuran kecil, letak di ketiak daun, berwarna hiaju dan di dalam buah berisi lendir bening dengan biji-biji kecil. Pirdot memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: ericales, famili: actinidiaceae, genus: saurauia, dengan spesies: Saurauia vulcani.

Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Pirdot sebagai obat diabetes, dan obat rematik. Menurut Manurung (2016) metabolit sekunder pada daun Pirdot (Saurauia vulcani) adalah senyawa golongan terpen, flavonoid, dan alkoloid. Karakteristik tumbuhan Pirdot dapat dilihat pada Gambar 19.


(32)

Gambar 19. Pirdot (Saurauia vulcani)

15.Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.)

Berdasarkan Gambar 20, Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.) merupakan perdu dengan batang berkayu. Tumbuhan ini habitatnya sering dijumpai pada daerah terbuka dan terdapat cahaya matahari. Memiliki daun berwarna hiaju muda. Munawwarah (2012) menyatakan Podom-podom memiliki batang berkayu, bulat, tegak, dengan tinggi 2-5 m. Daun majemuk, ujung daun runcing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau. Bunga majemuk berada di ketiak daun, mahkota bulat telur, dan berwarna ungu. Podom-podom memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: euphorbiales, famili: euphorbiaceae, genus: saurophus, dengan spesies: Saurophus androgynus (L.) Merr.

Hasil skrining metabolit sekunder yang telah dilakuakan bahwa metabolit sekunder pada daun Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.) adalah senyawa golongan tanin dan terpen/steroid. Dimana daun Podom-podom berkhasiat sebagai obat demam, obat bisul, antibakteri, dan memperlancar ASI. Karakteristik tumbuhan Podom-podom dapat dilihat pada Gambar 20.


(33)

Gambar 20. Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.)

16.Putihan/Rudang-rudang (Eupatorium odoratum Linn.)

Berdasarkan Gambar 21, Putihan/Rudang-rudang (Eupatorium odoratum Linn.) merupakan tumbuhan yang hidup sebagai semak atau herba yang terdapat pada daerah terbuka dan terdapat cukup cahaya matahari. Habitatnya banyak dijumpai di sepanjang pinggiran hutan. Ambri (2015) menyatakan bahwa Putihan memiliki batang bulat dengan tinggi maksimum 5-6 m, licin, dan berwarna hijau. Daun majemuk, letak berhadapan dan berselang-seling, daun bentuk elips, pangkal dan ujung daun runcing tetapi bergerigi, pertulangan menyirip, warna hijau. Bunga majemuk dan berwarna putih. Putihan memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: asterales, famili: asteraceae, genus: eupatorium, dengan spesies: Eupatorium odoratum Linn.

Daun Putihan/Rudang-rudang dimanfaatkan masyarakat Simalungun untuk menghambat pendarahan, anti biotik, dan anti bakteri. Menurut Purwati (2009) metabolit sekunder pada daun Putihan/Rudang-rudang (Eupatorium odoratum Linn.) adalah senyawa golongan flavonoid. Karakteristik tumbuhan Putihan /Rudang-rudang dapat dilihat pada Gambar 21.


(34)

Gambar 21. Putihan (Eupatorium odoratum Linn.)

17.Sabal (Cinnamomum subavenium)

Berdasarkan Gambar 22, Sabal (Cinnamomum subavenium) merupakan jenis pohon, batang berkayu, tumbuh di daerah yang terdapat cahaya, dan habitat menyebar. Gui (1994) menyatakan bahwa Sabal tumbuh pada wilayah ketinggian 500-1500 mdpl, memiliki tinggi bisa mencapai 20 - 30 m dengan diameter batang sampai 50 cm. Kulit batang halus dan berwarna abu-abu. Daun berwarna hijau tua, berbentuk bulat panjang atau bulat telur-elips. Sabal memiliki kingdom: plantae, divisi: spermatophyte, kelas: dikotil, ordo: ranunculales, famili: lauraceae, genus: cinnamomum, dengan spesies: Cinnamomum subavenium.

Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Sabal untuk obat sakit pinggang, dan obat terkilir. Menurut Zhao dan Ma (2016) metabolit sekunder pada daun Sabal (Cinnamomum subavenium) adalah senyawa golongan terpen dan flavonoid. Karakteristik tumbuhan Sabal dapat dilihat pada Gambar 22.


(35)

18.Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.)

Berdasarkan Gambar 23, Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.) merupakan tumbuhan yang tumbuh pada semak belukar dengan daerah yang terdapat banyak cahaya matahari. Batang dan daun berwarna hijau. Winarto (2003) menyatakan bahwa Sambung Nyawa berada di hutan belantara, termasuk semak belukar. Hidupnya pada ketinggian 1-1200 mdpl. Namun akan tumbuh baik pada ketinggian 300-500 mdpl. Berbatang lunak dan berpenampang bulat dan berwarna ungu kehijauan. Berdaun tunggal, berwarna hjau, letak berseling, serta pertulangan menyirip. Sambung Nyawa memiliki kingdom: plantae, divisi: spermatophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: asterales, famili: asteraceae, genus: gynura , dengan spesies: Gynura procumbens Beck.

Daun Sambung Nyawa digunakan masyarakat simalungun sebagai obat terkilir atau patah tulang, dan obat rematik. Menurut Winarto (2003) metabolit sekunder pada daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.) adalah senyawa golongan flavonoid, saponin, tanin, dan terpen/steroid. Karakteristik tumbuhan Sambun g Nyawa dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.)

19.Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.)

Berdasarkan Gambar 24, Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.) merupakan tumbuhan perdu yang hidup liar dengan cahaya matahari yang cukup,


(36)

memiliki daun berwarna hijau dan berbulu, bunga berwarna ungu. Ambri (2015) menyatakan bahwa Senduduk tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 2000 mdpl, memiliki tinggi 1-2 m, banyak bercabang, dan berbulu. Daun tunggal, bertangkai, bentuk daun loncong dengan ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata, warna hijau. Bunga majemuk berwarna ungu kemerahan. Buah berwarna ungu tua kemerahan. Buahnya dapat dimakan dan daun mudanya bisa dimakan sebagai lalapan atau sayur. Senduduk memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: myrtales, famili: melastomataceae, genus: melastoma, dengan spesies: Melastoma malabathricum Linn.

Daun Senduduk dimanfaatkan masyarakat Simalungun untuk mengobati mencret, keputihan, mabuk karena minum alkohol, obat kumur, obat cacing pada anak-anak, bisul, luka bakar, dan obat sariawan. Menurut Hernani dan Djauhariya (2004) metabolit sekunder pada daun Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.) adalah senyawa golongan tanin dan saponin. Karakteristik tumbuhan Senduduk dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.)

20.Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.)

Berdasarkan Gambar 25, Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.) merupakan tumbuhan liar yang berhabitat di tepi jalan, pinggiran hutan, dan tempat-tempat dengan sinar matahari cerah atau sedikit terlindungi. Dalimartha (2003)


(37)

menyatakan bahwa Sidaguri tumbuh tersebar pada daerah tropis di seluruh dunia dari dataran rendah sampai 1.450 mdpl. Perdu tegak bercabang ini tingginya dapat mencapai 2 m dengan cabang kecil berambut rapat. Daun tunggal letak berseling, bentuk lanset, tepi bergerigi, ujung runcing. Bunga tunggal berwarna kuning cerah yang keluar dari ketiak daun. Sidaguri memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: malvales, famili: malvaceae, genus: sida, dengan spesies: Sida rhombifolia Lour.

Akar dan daun Sidaguri berkhasiat sebagai obat disentri, sakit gigi, bisul, kudis, dan kurap yang dimanfaatkan oleh masyarakat Simalungun. Menurut Hernani dan Djauhariya (2004) kandungan kimia pada akar dan daun Sidaguri adalah senyawa golongan alkoloid, tanin, flavonoid, dan saponin. Karakteristik tumbuhan sidaguri dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25. Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.)

21.Simarsihala (Melastoma polyanthum Burm.f. )

Berdasarkan Gambar 26, Simarsihala (Melastoma polyanthum Burm.f. ) merupakan jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di Hutan Diklat Pondok Buluh. Tumbuhan ini tumbuh di lokasi yang cukup mendapat sinar matahari. Daun majemuk, berwarna hijau. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe akar serabut. Simarsihala memiliki kingdom: plantae, divisi: spermatophyte, kelas:


(38)

dicotyledoneae, ordo: myrales, famili: melastomataceae, genus: melastoma, dengan spesies: Melastoma polyanthum Burm.f.

Hasil skrining metabolit sekunder yang telah dilakuakan bahwa metabolit sekunder pada daun Simarsihala (Melastoma polyanthum Burm.f.) adalah senyawa golongan terpen/steroid. Dimana daun Simarsihala berkhasiat sebagai obat mata bengkak, obat batuk anak, dan dimanfaatkan oleh masyarakat Simalungun. Karakteristik tumbuhan Simarsihala dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Simarsihala (Melastoma polyanthum Burm.f.)

22.Sipeol/Sisangkit (Curcuma heyneana Val et. Van zipp)

Berdasarkan Gambar 27, Sipeol/Sisangkit (Curcuma heyneana Val et. Van zipp) merupakan salah satu jenis herba yang ditemukan di Hutan Diklat Pondok Buluh. Tumbuhan ini tumbuh di daerah lembab dan dibawah naungan. Memiliki batang yang lembek dan berbuluh halus. Sihotang (2015) menyatakan bahwa Sipeol berhabitat di tanah lembab baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi yang merupakan spesies lahan basah fakultatif dengan tinggi mencapai 1 m. Seluruh daun berwarnaa hijau, daun lancip. Perbungaan keluar dari samping batang semu. Sipeol/Sisangkit memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: liliopsida, ordo: zingiberales, famili: zingiberaceae, genus: curcuma, dengan spesies: Curcuma heyneana Val et. Van zipp.

Hasil skrining metabolit sekunder yang telah dilakukan bahwa metabolit sekunder pada daun Sipeol/Sisangkit (Curcuma heyneana Val et. Van zipp)


(39)

adalah senyawa golongan terpen/steroid. Dimana daun Sipeol/Sisangkit berkhasiat sebagai obat sakit perut, obat cacingan, minyak urut untuk masuk angin, dan telah banyak dimanfaatkan masyarakat simalungun. Karakteristik tumbuhan Sipeol/Sisangkit dapat dilihat pada Gambar 27.

Gambar 27. Sipeol/Sisangkit (Curcuma heyneana Val et. Van zipp)

23.Sirih Merah (Piper ornatum N)

Berdasarkan Gambar 28,Sirih Merah (Piper ornatum N) merupakan suatu jenis tanaman semak dan perdu yang tumbuh merambat atau menjalar dan bersandar pada batang pohon lain. Habitatnya berada dibawah naungan. Sianturi (2015) menyatakan bahwa Sirih Merah dapat menjalar mencapai 5-15 m. Batang sirih berkayu lunak, berbentuk bulat, beruas-ruas, berwarna merah. Daun berbentuk bulat-telur, daun bagian atas berwarna merah keperakan sedangkan daun bagian belakang berwana merah. Sirih Merah memiliki kingdom: plantae, divisi: spermatophyte, kelas: dicotyledonae, ordo: piperales, famili: piperaceae, genus: piper, spesies: Piper ornatum N.

Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Sirih Merah sebagai obat bisul, mimisan, batuk, mata gatal, keputihan, obat sakit gigi, dan diare. Menurut Sudewo (2005) dalam Sianturi (2015) metabolit sekunder pada daun Sirih Merah (Piper ornatum N.) adalah senyawa golongan flavonoid, alkoloid, dan tanin. Karakteristik tumbuhan Sirih Merah dapat dilihat pada Gambar 28.


(40)

Gambar 28. Sirih Merah (Piper ornatum N)

24.Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.)

Berdasarkan Gambar 29, Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.) merupakan tumbuhan liar di lahan terbuka, tanah yang lembab, pinggiran hutan, dan sela-sela batu. Memiliki daun berwarna hijau dan bunga berwarna putih. Hernani dan Djauhariya (2004) menyatakan bahwa Tolod/Mata Kucing merupakan gulma pada tanaman tahunan. dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1100 mdpl. Daun tidak bertangkai, helaian daun berbulu, bentuk lonjong. Bunga tunggal, bergetah putih, tumbuh dari ketiak daun, mahkota bunga bentuk bintang tegak, dan berwarna putih. Tolod memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: campanulales, famili: campanulaceae, genus: leurentia, dengan spesies: Leurentia longiflora (L.) Peterm.

Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Tolod/Mata Kucing untuk obat luka, obat sakit gigi, dan asma. Sedangkan bungany dimanfaatkan untuk obat tetes mata katarak. Menurut Dalimartha (2008) metabolit sekunder pada Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.) adalah senyawa golongan alkoloid, saponin dan flavonoid. Karakteristik tumbuhan Tolod/Mata Kucing dapat dilihat pada Gambar 29.


(41)

Gambar 29. Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.)

25.Vanilli Hutan (Vanilla flanifolia)

Berdasarkan Gambar 30, Vanilli Hutan (Vanilla flanifolia) merupakan tumbuhan memanjat pada tumbuhan lain, habitat berada di bawah naungan dan lembab. Hasanah dan Hapsoh (2011) menyatakan Vanilli Hutan merupakan tanaman tahunan, merambat, semi-epifit. Batang vanili berbuku-buku, permukaan licin. Daun tumbuh dari setiap buku tumbuh daun secar berselang-seling. Bunga keluar dari ketiak berwarna hijau kekuningan. Vanilli Hutan memiliki kingdom: plantae, divisi: spermatophyte, kelas: monocotylodenae, ordo: orchidales, famili: orchidaceae, genus: vanilla, dengan spesies: Vanilla flanifolia.

Daun Vanilli Hutan dimanfaatkan masyarakat simalungun sebagai obat pusing, obat mual, dan bahan insektisida. Menurut Hasanah dan Hapsoh (2011) metabolit sekunder pada daun Vanilli Hutan (Vanilla flanifolia) adalah senyawa golongan saponin. Karakteristik tumbuhan Vanilli Hutan dapat dilihat pada Gambar 30.


(42)

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh

Tumbuhan obat yang ditemukan di Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) ada 25 jenis tumbuhan obat. Data analisis keanekaragaman tumbuhan obat dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Analisis Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh

Komposisi tumbuhan obat yang dijumpai sebanyak 4534 dan jenis paling banyak ditemukan adalah Sabal (Cinnamomum subavenium) sebanyak 1062 individu yang ditemukan di lapangan yaitu tumbuh menyebar. Jenis yang paling sedikit ditemukan adalah Sambun g Nyawa (Gynura procumbens Beck.) sebanyak 3 individu. Hal ini dikarenakan syarat tumbuh jenis tumbuhan berbeda antar jenis.

Nilai Kerapatan Relatif (KR) tumbuhan obat di HDPB yang memiliki kelimpahan jenis tertinggi ditunjukkan pada tabel 2 adalah jenis Sabal

No Jenis Jlh Plot

Jlh Individu

K Kr (%)

F Fr (%) 1 Alang-alang 9 158 3160 3.485 0.035 1.003 2 Andor Pogu 10 48 960 1.059 0.039 1.115 3 Apikson 11 298 5960 6.573 0.043 1.226 4 Gagatan Harimau 56 206 4120 4.543 0.219 6.242 5 Kemenyan 34 104 2080 2.294 0.133 3.790 6 Kincung Hutan 61 255 5100 5.624 0.239 6.799 7 Lengkuas 5 17 340 0.375 0.019 0.557 8 Losa 84 246 4920 5.426 0.329 9.364 9 Medang Kuning 85 328 6560 7.234 0.333 9.475 10 Murbei 18 35 700 0.772 0.071 2.006 11 Pakis Besar/Tanggiang 19 56 1120 1.235 0.075 2.118 12 Pasak Bumi 20 43 860 0.948 0.078 2.229 13 Pepagan 14 174 3480 3.838 0.055 1.561 14 Pirdot 35 103 2060 2.272 0.137 3.902 15 Podom-podom 37 103 2060 2.272 0.145 4.124 16 Putihan/Rudang-rudang 25 270 5400 5.955 0.098 2.787 17 Sabal 137 1062 21240 23.423 0.537 15.272 18 Sambung Nyawa 2 3 60 0.066 0.008 0.223 19 Senduduk 33 268 5360 5.911 0.129 3.679 20 Sidaguri 16 126 2520 2.779 0.063 1.784 21 Simarsihala 13 36 720 0.794 0.051 1.449 22 Sipeol 24 63 1260 1.389 0.094 2.675 23 Sirih Merah 111 368 7360 8.116 0.435 12.373 24 Tolod/Mata Kucing 5 85 1700 1.878 0.019 0.557 25 Vanilli Hutan 33 79 1580 1.742 0.129 3.679


(43)

(Cinnamomum subavenium) dengan nilai sebesar 23.423%. Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Sabal (Cinnamomum subavenium) banyak tumbuh di HDPB karena dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi lahan hutan tersebut. Sedangkan Nilai Kerapatan Relatif (KR) terendah ditunjukkan pada tabel 2 adalah jenis Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.) dengan nilai sebesar 0.066%. Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.) sedikit tumbuh dan jarang di temukan di HDPB. Beragamnya nilai KR dapat disebabkan oleh kondisi hutan yang memiliki beragam kondisi lingkungan sehingga jenis-jenis tertentu yang mampu beradaptasi cenderung banyak yang tumbuh dan tersebar luas, serta tingginya kemampuan spesies tersebut dalam berkompetisi dengan spesies lain dalam memperoleh unsur hara dan cahaya untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soerianegara dan Indrawan (1978) dalam Ambri (2015) menyatakan bahwa jenis-jenis yang dominan tersebut diduga memiliki batas toleransi yang lebih besar dibandingkan dengan jenis lain dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga dapat mengalahkan jenis lainnya dalam kompetisi memperoleh unsur-unsur pendukung dalam pertumbuhannya seperti: unsur hara, cahaya matahari, dan air.

Nilai Frekuensi Relatif (FR) tumbuhan obat di HDPB yang memiliki kelimpahan jenis tertinggi ditunjukkan pada tabel 2 adalah jenis Sabal (Cinnamomum subavenium) dengan nilai sebesar 15.272%. Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Sabal dominan tumbuh dan penyebarannya paling luas di HDPB. Sedangkan Nilai Frekuensi Relatif (FR) terendah ditunjukkan pada tabel 2 adalah jenis Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.) dengan nilai sebesar 0.223%. Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Sambun g Nyawa (Gynura procumbens Beck.)


(44)

sifat tumbuhnya mudah mati dan sulitnya mendapatkan anakan yang mampu berkompetensi dengan jenis lain. Sehingga memiliki frekuensi relatif yang lebih sedikit dibandingkan dengan jenis lain.

Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat di Hutan Diklat Pondok Buluh

Berdasarkan dari referensi, dari 25 jenis tumbuhan obat yang ditemukan di HDPB hanya 21 jenis yang sudah ada referensi yang telah melakukan penelitian kandungan metabolit sekunder terhadap jenis tumbuhan obat tersebut. Sedangkan 4 jenis tumbuhan yang belum ada referensinya dilakukan uji skrining metabolit sekunder yaitu pada jenis Andor Pogu, Podom-podom, Simarsihala, dan Sipeol. Kandungan metabolit sekunder dari 25 jenis tumbuhan obat ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat

No Nama Lokal Nama Ilmiah Metabolit Sekunder 1 Alang-alang Imperata cylindrica Rausch. Alkoloid,flavonoid, terpen/steroid

(Hernani dan Djauhariya, 2004) 2 Andor Pogu***) Ficus pumila Tanin, terpen/steroid, saponin 3 Apikson Polygala paniculata Linn Alkoloid, flavanoid, saponin,

steroid, tanin (Rijai, 2013) 4 Gagatan Harimau Vitis quadrangular Wall. Steroid/terpenoid (Khare, 2007) 5 Kemenyan Styrax benzoin Dry. Alkoloid, flavonoid, saponin,

tanin dan terpenoid/steroid (Arbi, 2010)

6 Kincung Hutan Hornstedtia scyphifera Saponin (Maulana, 2012) 7 Lengkuas Alpinia galanga Willd. Flavonoid (Dalimartha, 2009) 8 Losa Cinnamomum partenoxylon Jack.) Flavonoid, saponin, dan tanin

(JICA, 1996)

9 Medang Kuning Litsea castanae Hook.f. Alkoloid, Terpen, Saponin, dan Tanin (Hutauruk, 2014)

10 Murbei Morus alba Rumph. Flavonoid (Kartasapoetra, 1992) 11 Pakis Besar/Tanggiang Cibotium barometz J. Sm. Tanin (Dalimartha, 2008)

12 Pasak Bumi Eurycoma longifolia Jack Alkoloid, tanin, saponin (Hadad dan Taryono, 1998)

13 Pepagan Centella asiatica L. Urban Alkoloid, steroid, dan tanin (Hernani dan Djauhariya, 2004) 14 Pirdot Saurauia vulcani Alkoloid dan flavonoid

(Manurung, 2016) 15 Podom-podom***) Saurophus androgynus (L.) Merr. Tanin dan terpen/steroid 16 Putihan/Rudang-rudang Eupatorium odoratum Linn. Flavonoid (Purwati, 2009) 17 Sabal Cinnamomum subavenium Flavonoid, terpen (Zhao dan Ma,

2016)

18 Sambung Nyawa Ginura procumbens Beck. Flavonoid, saponin, tanin, dan terpen/steroid (Winarto, 2003)


(45)

No Nama Lokal Nama Ilmiah Metabolit Sekunder 19 Senduduk Melastoma malabathricum Linn. Saponin dan tanin (Hernani dan

Djauhariya, 2004)

20 Sidaguri Sida rhombifolia Lour. Alkoloid, flavonoid, saponin, dan tanin (Hernani dan Djauhariya, 2004)

21 Simarsihala***) Melastoma polyanthum Burm.f. Terpen/steroid 22

23

Sipeol***) Sirih Merah

Curcuma heyneana Valet Van zipp Piper betle Linn.

Terpen/steroid

Alkoloid, flavonoid, dan tanin (Sudewo, 2005)

24 Tolod/Mata Kucing Leurentia longiflora (L.) Peterm. Alkoloid, flavonoid, dan saponin (Dalimartha, 2008)

25 Vanilli Hutan Vanilla flanifolia Saponin (Hasanah dan Hapsoh, 2011)

Keterangan:

***)

: Tumbuhan obat yang dilakukan uji skrining metabolit sekunder di Laboratorium Pasca Sarjana, FMIPA, USU

Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa semua jenis tumbuhan obat yang ada di HDPB mengandung metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder meliputi Alkoloid, Flavonoid/Tanin, Terpen/Steroid, dan Saponin. Pengujian dilakukan pada masing-masing spesies tumbuhan obat yang belum ada referensinya. Tumbuhan obat yang mengandung senyawa tersebut ditandai dengan adanya minimal dua pereaksi yang bernilai positif. Dalam pengujian saponin hanya digunakan satu pereaksi.

a. Alkoloid

Alkoloid adalah senyawa kimia yang secara khas diperoleh dari beberapa tumbuhan, bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen, banyak diantaranya memiliki aktivitas biologis pada manusia dan hewan.

Tabel 3 menunjukkan ada 10 jenis tumbuhan yang mengandung alkaloid yaitu Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.), Apikson (Polygala paniculata Linn), Kemenyan (Styrax benzoin Dry.), Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.), Pagagan (Centella asiatica L. Urban), Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack), Pirdot (Saurauia vulcani), Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.), Sirih Merah (Piper ornatum N), Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.). Hal


(46)

ini menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut mengandung alkoloid yang berfungsi dalam pengobatan. Menurut Harbone (1987), Alkoloid mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol pada tubuh manusia sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Kegunaan alkoloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan, dan pengatur kerja hormon. Alkoloid sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkoloid mempunyai efek fisiologis.

b. Flavonoid/Tanin

` Flavonoid dan tanin adalah bagian dari senyawa fenolik. Umumnya flavonoid dan tanin larut dalam metanol, namun tanin tidak larut dalam etilasetat. Dalam uji skrining metabolit sekunder apabila spesies tumbuhan obat yang mengandung senyawa fenolik yang ditandai dengan adanya pereaksi yang bernilai positif maka spesies tersebut terdapat tanin dan flavonoid. Kemudian dilakukan pengujian flavonoid dengan uji dalam etilasetat dan apabila ditandai dengan adanya pereaksi yang bernilai positif maka spesies tersebut terdapat flavonoid.

Flavonoid banyak terdapat di tumbuhan tinggi dan rendah, juga termasuk senyawa fenolik. Kegunaan dari flavonoid antara lain, pertama terhadap tumbuhan yaitu sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja anti mikroba, dan anti virus. Kedua terhadap manusia sebagai anti biotik terhadap kanker dan ginjal, menghambat pendarahan, anti oksidan, dan anti bakteri. Ketiga terhadap serangga sebagai daya tarik untuk melakukan penyerbukan.

Tanin merupakan suatu senyawa yang bereaksi dan mengumpulkan protein atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan yang berperan


(47)

penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama, serta dalam pengaturan pertumbuhan.

Tabel 3 menunjukkan ada 20 jenis tumbuhan yang mengandung flavonoid/tanin yaitu Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.), Andor Pogu (Ficus pumila), Apikson (Polygala paniculata Linn), Kemenyan (Styrax benzoin Dry.), Lengkuas (Alpinia galanga Willd.), Losa (Cinnamomum partenoxylon Jack.), Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.), Murbei (Morus alba Rumph.), Pakis Besar/Tanggiang (Cibotium barometz J. Sm.), Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack), Pagagan (Centella asiatica L. Urban), Pirdot (Saurauia vulcani), Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.), Putihan/Rudang-rudang (Eupatorium odoratum Linn.), Sabal (Cinnamomum subavenium), Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.), Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.), Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.), Sirih Merah (Piper ornatum N), Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.). Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut mengandung flavonoid/tanin yang berfungsi dalam pengobatan. Menurut Robinson (1995) menyatakan bahwa flavoid berperan sebagai anti mikroba, anti virus, anti oksidan, anti hipertensi, merangsang pembentukan estrogen, dan mengobati gangguan fungsi hati. Pada kulit, flavonoid menghambat pendarahan. Dalam Elafatio (2005) menyatakan bahwa keberadaan tanin dapat menurunkan daya cerna karbohidrat maupun protein. Walaupun demikian, dalam jumlah terbatas tanin bermanfaat bagi tubuh karena bersifat anti oksidan.


(48)

c. Terpen/Steroid

Terpen/Steroid adalah senyawa yang terdapat pada bagian daun, buah dan kulit batang tumbuhan, banyak digunakan sebagai obat tradisional. Juga mempunyai aktifitas untuk hipertensi anti bakteri juga sebagai repelet (menolak serangga). Senyawa ini tersebar luas di alam dan mempunyai fungsi biologis yang sangat penting misalnya untuk anti inflasi.

Tabel 3 menunjukkan ada 12 jenis tumbuhan yang mengandung Terpen/Steroid yaitu Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.), Andor pogu (Ficus pumila), Apikson (Polygala paniculata Linn), Gagatan Harimau (Vitis quadrangular Wall.), Kemenyan (Styrax benzoin Dry.), Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.), Pagagan (Centella asiatica L. Urban), Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.), Sabal (Cinnamomum subavenium), Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.), Simarsihala (Melastoma polyanthum Burm.f.), Sipeol/Sisangkit (Curcuma heyneana Val et Van zipp). Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut mengandung terpen/steroid yang berfungsi dalam pengobatan. Menurut Robinson (1995) terpen/steroid merupakan senyawa kimia tumbuhan yang dapat diisolasi dengan penyulingan sebagai minyak atsiri. Senyawa ini tidak berwarna dan berbentuk Kristal. Terpen/steroid mengandung komponen aktif obat alam yang dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes, malaria, gangguan menstruasi, anti bakteri, dan anti virus.


(49)

d. Saponin

Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau titerpena. Umumnya saponin menghasilkan busa bila dilarutkan dalam air, karena saponin terdapat gugus polar dan non polar. Saponin mempunyai aktivitas farmakologis yang cukup luas diantaranya meliputi: anti tumor, anti virus, anti jamur, dan menurunkan kalesterol. Saponin juga mempunyai sifat bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada yang pahit, dapat berbentuk buih, dapat menstabilkan emulsi. Dalam pemakaiannya saponin bisa dipakai untuk membuat minuman beralkohol, dalam industri pakaian, kosmetik. Peran saponin pada tumbuhan sebagai bagian sistem pertahanan seperti: alelopati, anti mikroba, anti jamur, dan anti serangga.

Tabel 3 menunjukkan ada 12 jenis tumbuhan yang mengandung saponin yaitu Andor Pogu (Ficus pumila), Apikson (Polygala paniculata Linn), Kemenyan (Styrax benzoin Dry.), Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera), Losa (Cinnamomum partenoxylon Jack.), Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.), Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack), Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.), Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.), Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.), Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.), Vanilli Hutan (Vanilla flanifolia. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut mengandung saponin yang berfungsi dalam pengobatan. Menurut Hostettmann dan Marston (1995) menyatakan bahwa fungsi aktivitas senyawa saponin adalah sebagai anti mikroba, fungisida, anti bakteri, anti virus, molluscisida, dan insektisida.


(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Diperoleh 25 jenis tumbuhan obat di kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB). Spesies tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah Sabal (Cinnamomum subavenium) sebanyak 1062 individu dengan kerapatan 23,42%, sedangkan jenis tumbuhan yang paling sedikit ditemukan adalah Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.) sebanyak 3 individu dengan kerapatan 0,06%

2. Bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat sekitar Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) antara lain terdiri dari bagian daun, kulit, batang, rimpang, batang dan akar. Namun yang paling dominan adalah penggunaan bagian daun.

3. Uji skrining metabolit sekunder jenis tumbuhan obat bahwa Apikson (Polygala paniculata Linn), Kemenyan (Styrax benzoin Dry.), Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.) memiliki kandungan metabolit sekunder yang kompleks karena mengandung keempat senyawa metabolit sekunder yaitu senyawa golongan alkoloid, senyawa golongan flavonoid/tanin, senyawa golongan terpen/steroid, dan senyawa golongan saponin.

Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, dapat disarankan bahwa perlu adanya pengembangan pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan obat yang diteliti berupa aplikasi untuk pencegahan penyakit masyarakat seperti malaria, demam, diabetes, rematik, dan penyakit lainnya.


(51)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Hutan Diklat Pondok Buluh

Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) ditetapkan sebagai pendidikan melalui Surat Keputusan Dirjen Kehutanan Nomor 34/Kpts/DJ/I/1983 tanggal 8 Februari 1983 tentang penunjukkan kompleks hutan Pematang Siantar yang terletak di Kabupaten Simalungun sebagai kawasan hutan pendidikan dengan luas 800 hektar. Seiring dengan perjalan waktu, terdapat penambahan luas areal HDPB seluas 300 hektar yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 398/Kpts-II/1988 tanggal 4 Agustus 1988.

Melalui proses cepat dan pasti, melalui SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 1030/Menhut-VII/KUH/2015 tanggal 20 April 2015 tentang Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Hutan Lindung ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Pendidikan dan Pelatihan Pondok Buluh seluas 1.272,70 Ha.

1. Kondisi Fisik dan Geografis

Secara Geografis kawasan hutan Pondok Buluh terletak diantara 99o56’BT s/d 99o00’BT dan antara 2o43’LU s/d 2o47’LU. Berdasarkan administratif pemerintahan, areal HDPB berada di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, sedangkan berdasarkan wilayah pemangkuan hutannya termasuk dalam pengelolaan wilayah Resort Polisi Hutan Tiga Dolok Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun. Kawasan Diklat Pondok Buluh juga dekat dengan lokasi wisata Danau Toba, yaitu sekitar 15 km atau dapat ditempuh dalam waktu 20 menit (Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar, 2015).


(52)

2. Topografi dan Iklim

Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) terletak pada ketinggian 1250 mdpl dengan keadaaan topografi berada pada tingkatan kelerangan landai,agak curam dan curam dengan kemiringan antara 2-15%, 15-40%, serta >40%. Berdasarkan klasifikasi Schmith dan Ferguson, iklim HDPB termasuk dalam tipe iklim A dengan curah hujan rata 14 hari hujan setiap bulan dengan suhu udara rata-rata yaitu 25,50C – 26,80C. Menurut data curah hujan dan hari hujan Kabupaten Simalungun, curah hujan terbesar terjadi pada April yaitu sebanyak 23 hari, sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Juni sebanyak 7 hari (Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar, 2015)

3. Aksesibilitas

Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) berada sekitar 25,8 km dari pusat kota Pematang Siantar dengan waktu tempuh ± 40 menit dengan menggunakan kendaraan minibus. Untuk mencapai asrama HDPB telah tersedia jalan beraspal (hotmix) sekitar 1,2 km dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki ± 30 menit atau ± 7 menit dengan menggunakan minibus.

4. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan

Secara administratif pemerintahan, kawasan HDPB berada dalam wilayah Desa Dolok Parmonangan, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun. Berdasarkan sumber data kependudukan, Kecamatan Dolok Panribuan berpenduduk sebanyak 18.092 jiwa dengan kepadatan 122 jiwa/km2. Jumlah penduduk tersebut tersebar pada tujuh dusun yaitu dusun Simpang Kawat, Huta Banu, Marihat Dolok, Marihat Huta, Pondok Buluh, Naga, dan dusun Perumnas.


(53)

Sebagian besar masyarakat Dolok Parmonagan berlatar pendidikan Sekolah Dasar dan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Eksplorasi

Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya genetik tertentu (tumbuhan obat) untuk dimanfaatkan dan mengamankannya dari kepunahan (Rahayu, 2005).

Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin intensifnya penggunaan varietas unggul baru, perusakan habitat sumberdaya genetik tanaman untuk memenuhi kebutuhan kehidupan tanaman obat akibat perluasan pembangunan industri-industri besar yang tidak mengenal belas kasihan. Plasma nutfah atau varietas baru yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya. Dalam buku Hernani dan Djauhariya (2004) menyatakan bahwa eksplorasi dan pengembangan budidaya tumbuhan obat terus dikembangkan untuk mencapai sasaran jangka panjang, yaitu mengurangi impor bahan baku obat sintesis guna menghemat devisa negara. Dimana kebutuhan bahan baku obat tradisional terutama yang bersal dari tumbuhan sebagian besar masih diambil dari alam.

Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar, batang, kulit, daun, umbi, buah, biji dan getah) mempunyai khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisiona l. Di Indonesia terdapat sekitar 400 jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan


(54)

sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisional, 80 jenis diantaranya sudah dibudidayakan oleh petani (Kartasapoetra,1992).

Menurut Hasanah dan Hapsoh (2011) tumbuhan yang berkhasiat obat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

2. Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan obat yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

3. Tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan secara medis penggunaannya sebagai bahan obat tradisional.

Potensi Tumbuhan Obat

Potensi tanaman obat yang ada di hutan dan kebun/pekarangan sangatlah besar, baik industri obat tradisional maupun fitofarmaka memanfaatkannya sebagai penyedia bahan baku obat. Menurut Zuhud (2008), dilihat dari segi habitusnya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di berbagai formasi hutan Indonesia dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) macam yaitu : habitat bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak. Dari ke tujuh habitat ini, spesies tumbuhan obat yang termasuk kedalam habitat pohon mempunyai jumlah spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitat lainnya, yaitu sebanyak 717 spesies (40,58%).


(55)

Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat mengingat perkembangan industri obat modern dan obat tradisional terus meningkat. Memang obat-obatan modern berkembang cukup pesat, namun potensi obat tradisional terutama yang berasal dari tumbuhan tetap tinggi. Hal ini disebabkan obat tradisional dapat diperoleh tanpa resep dokter, dapat diramu sendiri, bahan baku tidak perlu diimpor, dan tanaman obat dapat ditanam sendiri oleh pemakainya (Hernani dan Djauhariya, 2004).

Menurut Mursito (2003), pemanfaatan tanaman obat dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bahan baku pengobatan sendiri (self medication)

Pengobatan ini dapat dilakukan di setiap rumah tangga. Tanaman yang digunakan biasanya dimanfaatkan dalam bentuk segar. Dalam upaya untuk meningkatkan dan memasyarakatkan dilakukan cara penanaman tanaman obat keluarga (toga).

2. Bahan baku obat tradisional

Obat-obatan yang berbahan baku tanaman maupun mineral secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Tanaman obat ini biasa dimanfaatkan dalam keadaan sudah dikeringkan atau dikenal dengan istilah simplisia.

3. Bahan baku fitofarmaka

Obat-obatan yang menggunakan tanaman obat yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku di Indonesia.Tanaman obat yang sering digunakan dalam keadaan yang sudah dikeringkan. Persyaratan tanaman obat yang boleh


(56)

digunakan sebagai bahan baku fitofarmaka antara lain sudah mempunyai data uji praklinis maupun klinis.

Penelitian Tentang Tumbuhan Obat

Beberapa penelitian tentang jenis tumbuhan obat antara lain penelitian Litbang Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2001), melaporkan bahwa jenis tumbuhan obat yang digunakan pengobat tradisional di sumatera utara antara lain Kunyit (Curcuma domestica Vall.), Daun Nipah, Daun Nangka (Artocarpus integra Merr.), Daun Sanameki (Senna alexandrina), Jarak (Recinus communis Linn. ), Sirih (Piper betle Linn.), Cemara (Casuarina equisetifolia Linn.), Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Sw.), Jahe (Zingeberis officinale Rosc. ), Lada (Piper nigrum Lin.), Lempuyang Wangi (Zingiber aromatikum Vahl.), Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Cengkeh (Caryophillus aromatikus Linn.), Bawang Putih (Allium sativum), Sendep (Equisetum debile Roxb.), Daun Pijer, Deleng, Bakau, Daun Pahang (Capsium annuum Linn.), Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.), Kumis Kucing (Orthopsiphon grandiflora Bald.).

Sedangkan dalam penelitian Munawwarah (2012), menyatakakan bahwa ditemukan 55 jenis dari famili tumbuhan obat yang digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat simalungun. Dimana jenis Zingiber officinale Roxb. Merupakan tumbuhan obat yang memiliki nilai guna relatif tinggi penggunaannya.

Dalam penelitian Sihotang (2015), menyatakan bahwa eksplorasi tumbuhan obat yang dilakukan di Cagar Alam Dolok Tinggi Raja Kabupaten Simalungun diperoleh 14 jenis tumbuhan obat yang memiliki potensi paling

dominan sebagai sumber biofarmaka yaitu Dilah Attuara (Sansevieria trifasciata Prain), Daun Silikkat (Zingiber elatum Roxb), Tawaripuh


(57)

(Aeschynanthus radicans Jack), Sabal (Piper albidum Kunth), Daun Tiga Jari-jari (Piper aduncum L.), Tokkat Matua (Dimocarpus longan Lour), Horiskotala (Eurycomalongifolia Jack), Handorasih (Melastoma polyanthum Burm.f), Bunga Safa (Impatiens balsamina), Siraja Landong (Lindera latifolia Hook.f ), Pijar Holing (Dorstenia hirta Desv), Tabar-tabar ( Costus speciosus (J. Konig), Hobal Putaran (Spathoglottis plicata Blume), dan Tumoringring (Curcuma heyneana Val et. Van zipp).

Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat

Senyawa fitokimia dapat diidentifikasi pada tumbuhan obat kemungkinan dapat disebabkan oleh hasil metabolisme sekunder yang terkandung di dalam tumbuhan obat tersebut. Setiap jenis tumbuhan obat pada umumnya mengandung zat-zat atau senyawa kimia yang berbeda-beda. Menurut Tamin dan Arbain (1995), fungsi metabolit sekunder ini sangat bervariasi antara lain sebagai pelindung dan pertahanan diri terhadap serangan dan gangguan yang ada disekitarnya, dan sebagai antibiotika. Beberapa jenis tumbuhan obat mengandung dua atau lebih senyawa obat yang berbeda komponen kimianya satu dengan lainnya.

Secara umum, kegunaan tumbuhan obat sebenarnya disebabkan oleh kandungan kimia yang dimiliki. Namun, tidak seluruh kandungan kimia diketahui secara lengkap karena pemeriksaan bahan kimia dari satu tanaman memerlukan biaya yang mahal. Meskipun tidak diketahui secara rinci, tetapi pendekatan secara farmakologi berhasil menghasilkan informasi dari kegunaan tumbuhan obat (Hariana, 2004).

Harbone (1987) menyatakan bahwa komponen-komponen kimia yang dihasilkan tumbuhan obat melalui metabolisme sekunder terbagi atas beberapa


(58)

macam seperti alkoloid, flavonoid/tanin, terpen/steroid, dan saponin. Adapun senyawa metabolit sekunder yang umumnya diuji pada tumbuhan yaitu:

Alkoloid

Alkoloid adalah senyawa kimia yang secara khas diperoleh dari beberapa tumbuhan, bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen, banyak diantaranya memiliki aktivitas biologis pada manusia dan hewan. Alkaloid umunya tersebar di beberapa tumbuhan. Alkoloid juga merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkoloid mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol pada tubuh manusia sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.

Flavonoid/Tanin

Flavonoid banyak terdapat di tumbuhan tinggi dan rendah. Kegunaan dari flavonoid antara lain, pertama terhadap tumbuhan yaitu sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja anti mikroba, dan anti virus. Kedua terhadap manusia sebagai anti biotik terhadap kanker dan ginjal, menghambat pendarahan, anti oksidan, dan anti bakteri. Ketiga terhadap serangga sebagai daya tarik untuk melakukan penyerbukan.

Terpen/Steroid

Terpen/Steroid termasuk ke dalam minyak atsiri yang folatil. Terpen-steroid adalah senyawa yang terdapat pada bagian daun, buah dan kulit batang tumbuhan, banyak digunakan sebagai obat tradisional. Juga mempunyai aktifitas untuk hipertensi anti bakteri juga sebagai repelet (menolak serangga).


(59)

Saponin

Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau titerpena. Saponin mempunyai aktivitas farmakologis yang cukup luas diantaranya meliputi: anti tumor, anti inflasi, anti virus, anti jamur, hipoglikemik, dan menurunkan kolesterol. Saponin juga mempunyai sifat bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada yang pahit, dapat berbentuk buih, dapat menstabilkan emulsi. Dalam pemakaiannya, saponin bisa dipakai untuk membuat minuman beralkohol, dalam industri pakaian, kosmetik.


(60)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tingginya potensi keberadaan tumbuhan obat di Sumatera Utara belum semua terdata. Saat ini banyak jenis tumbuhan khususnya tumbuhan obat yang masih belum teridentifikasi secara maksimal. Namun pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar hutan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Menurut Sofia (2007), Indonesia merupakan negara tropika yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas. Keberadaan kawasan hutan ini merupakan aset nasional yang harus terus dikelola dan dikembangkan ke arah lebih baik, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan kebutuhan generasi masa kini dan masa yang akan datang.

Tumbuhan obat memiliki peranan yang sangat penting bagi dunia kesehatan sehingga perlu dilakukan penelitian di berbagai wilayah untuk menganalisis keanekaragaman jenis tanaman obat. Kecenderungan masyarakat menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan obat terus meningkat. Dalam penelitian Pribadi (2009) melaporkan bahwa perkembangan terakhir menunjukkan peningkatan permintaan akan produk tumbuhan obat tidak hanya sebatas peningkatan kuantitas tumbuhan yang telah biasa digunakan tetapi berkembang kearah bertambahnya jenis tanaman yang digunakan dan ragam produk yang dihasilkan. Sebahagian besar bahan baku obat yang berasal dari tumbuhan dipanen secara langsung dari alam.

Berdasarkan SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 1030/Menhut-VII/KUH/2015, Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) adalah salah satu Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Hutan ini memilki luas


(61)

sekitar 1.272,70 Ha. HDPB ini merupakan salah satu KHDTK dengan tujuan pendidikan dan pelatihan. Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) merupakan hutan lindung dengan komposisi hutan yang cukup rapat. Hutan ini juga memiliki beberapa jenis tegakan dan banyak tumbuhan bawah yang tumbuh dibawahnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian eksplorasi tumbuhan obat untuk mengetahui keanekaragaman dan tingkat potensi tumbuhan obat di sekitar kawasan HDPB. Dimana informasi mengenai keanekaragaman dan potensi tumbuhan obat di kawasan HDPB ini masih sangat terbatas, sedangkan keanekaragaman tumbuhan obat di kawasan ini memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Sehingga keanekaragaman hayatinya dapat dimanfaatkan serta dapat dilestarikan.

Tujuan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan obat, serta analisis metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan obat tersebut yang terdapat di Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB), Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Manfaat

Manfaat penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat dan instansi yang terkait pemanfaatan tumbuhan obat serta membantu upaya konservasi keanekaragaman hayati di Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB), Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.


(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat melaksanakan penelitian ini. Judul dari

penelitian ini adalah “Eksplorasi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Diklat

Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi

Sumatera Utara”. Dan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

tumbuhan obat sehingga dapat memberikan masukan bagi pihak yang

memerlukan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua penulis, Ayah Waspin Silalahi dan Ibu Tiarma Simbolon beserta ke

enam saudara penulis Bona Ahid Tua Silalahi, Rosmawati Silalahi, Indah

Lisnawan Silalahi, Manutur Silalahi, Martogi Ebenezer Silalahi, dan

Ropaskah Silalahi yang telah memberi dukungan materi, semangat, motivasi,

dan doanya kepada penulis.

2. Bapak Yunus Afifuddin, S.Hut, M.Si. sebagai ketua komisi pembimbing dan

Bapak Lamek Marpaung, M.Phil., Ph.D sebagai anggota komisi pembimbing

yang telah memberi bantuan, arahan, bimbingan, serta masukan yang

bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph,D. selaku Dekan Fakultas Kehutanan,

Universitas Sumatera Utara beserta dosen-dosen pengajar.

4. Kepada Bapak Kimin Saragih, Bapak Manik, Bapak Rudi, dan Bakti

Rimbawan yang ada di BDK Pondok Buluh yaitu bang Adreas Hutasoit,

abang Frans Tambunan, kak Roma, dan kak Ayu yang telah membantu di


(2)

5. Teman-teman 1 tim penelitian yaitu Martha Loviana OPS, dan Elvi Siregar.

6. Teman-teman saya Adi Parsaoran Sitepu, Erni Dora Sihaloho, Novida

Simorangkir yang telah bersedia membantu di lapangan selama penelitian.

7. Teman-teman stambuk 2012 khususnya minat Teknologi Hasil Hutan 2012

yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan

semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat

bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Agustus 2016


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTARCT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan penelitian... 2

Manfaat Penelitian... 2

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 3

Eksplorasi ... 5

Tumbuahan Obat ... 5

Potensi Tumbuhan Obat ... 6

Penelitian Tentang Tumbuhan Obat ... 8

Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat ... 9

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 12

Alat dan Bahan Penelitian ... 12

Prosedur Penelitian ... 12

Analisi Data ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pengetahuan Lokal... 19

Deskripsi Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Hutan Diklat Pondok Buluh ... 21

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh ... 45

Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat di Hutan Diklat Pondok Buluh .... 47

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 53

Saran ... 53


(4)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Desain Plot Tumbuhan Obat ... 13

2. Skema Pengujian Alkaloid ... 17

3. Skema Pengujian Flavonoid/Tanin ... 18

4. Skema Pengujian Terpen/Steroid ... 19

5. Skema Pengujian Saponin ... 19

6. Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.) ... 23

7. Andor Pogu (Ficus pumila) ... 24

8. Apikson (Polygala paniculata Linn.) ... 24

9. Gagatan Harimau (Vitis quadrangular Wall.) ... 25

10.Kemenyan (Styrax benzoin Dry.) ... 26

11.Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera) ... 27

12.Lengkuas (Alpinia galanga Willd.) ... 28

13.Losa (Cinnamomum partenoxylon Jack.)... 29

14.Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.) ... 30

15.Murbei (Morus alba Rumph.) ... 31

16.Pakis Besar/Tanggiang (Cibotium barometz J. Sm.) ... 32

17.Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)... 33

18.Pagagan (Centella asiatica L. Urban.) ... 34

19.Pirdot (Saurauia vulcani) ... 35

20.Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.) ... 36

21.Putihan/Rudang-rudang (Eupatorium odoratum Linn.) ... 37

22.Sabal (Cinnamomum subavenium) ... 37

23.Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.) ... 38

24.Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.) ... 39

25.Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.) ... 40

26.Simarsihala (Melastoma polyanthum Burm.f.)... 41

27.Sipeol/Sisangkit (Curcuma heyneana Val et Van zipp) ... 42

28.Sirih Merah (Piper ornatum N.)... 43

29.Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.) ... 44


(5)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Hutan Diklat

Pondok Buluh ... 19 2. Analisis Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Diklat Pondok

Buluh ... 45 3. Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat ... 47


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 58 2. Dokumentasi Kondisi Hutan di Hutan Diklat Pondok Buluh ... 59 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian di Hutan Diklat Pondok Buluh ... 59 4. Dokumentasi Wawancara Narasumber di Hutan Diklat Pondok Buluh ... 60 5. Dokumentasi Skrining Fitokimia Tumbuhan Obat ... 60 6. Hasil Uji Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat di Hutan