Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia Menopause

(1)

Lampiran 1

INFORM CONSENT

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Nama Peneliti : Liza Kudadiri

NIM : 121101103

Judul Penelitian : Hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

Peneliti adalah mahasiswa program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan kontrasepsi hormonal berhubungan dengan usia menopause.

Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi

ini sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau mengajukan keberatan atas penelitian ini kapanpun saudara inginkan tanpa ada konsekuensi dan dampak tertentu. Sebelum Saudara memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan untuk ikut serta dalam penelitian, sebagai berikut:

1. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir di program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Manfaat penelitian untuk dapat memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa keperawatan dan sebagai sumber informasi awal bagi penelitian keperawatan tentang hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.

2. Jika Saudara bersedia ikut dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan

angket berisi beberapa pertanyaan mengenai usia menopause dan riwayat penggunaan kontrasepsi yang harus Saudara isi sesuai dengan petunjuk


(2)

4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin kerahasiannya. Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini kepada saudara jika saudara menginginkannya. Hasil penelitian akan diberikan kepada institusi tempat peneliti belajar dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas.

5. Jika ada yang belum jelas, silahkan Saudara tanyakan kepada peneliti.

6. Jika Saudara sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam

penelitian ini, silahkan Saudara menandatangani lembar persetujuan yang akan dilampirkan.

Terimakasih atas partisipasi Saudara dalam penelitian ini.

Peneliti,


(3)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia

Menopause

A. Data demografi

Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia, atau dengan mengisi titik-titik sesuai dengan situasi dan kondisi Saudara saat ini.

1. Nama/ inisial :

2. Usia :

3. Agama : Protestan Katolik

Islam Budha

Hindu Lainnya...(sebutkan)

4. Usia Menarche : Dibawah 12 tahun

(menstruasi pertama kali) 12-13 tahun

Diatas 13 tahun

5. Jumlah anak :

6. Jenis kontrasepsi hormonal : Pil Suntik

Implan AKDR (untuk pertanyaan nomor 6, jawaban boleh lebih dari satu pilihan)

7. Lama penggunaan kontrasepsi : Pil =………...bulan/tahun

Implan =………….bulan/tahun Suntik =…………...bulan/tahun


(4)

B. Kuesioner riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal

Petunjuk pengisian: isilah titik-titik dibawah ini dengan benar sesuai dengan kondisi Anda saat ini.

1. Berapa lama total waktu ibu menggunakan kontrasepsi hormonal? Sebutkan………..bulan/tahun.

C. Kuesioner usia menopause

Petunjuk pengisian: isilah pertanyaan dibawah ini dengan melingkari salah satu pilihan jawaban yang menurut Saudara paling benar.

2. Pada usia berapa ibu mengalami menopause?

1. dibawah 45 tahun, sebutkan……….. 2. 45-55 tahun, sebutkan……….. 3. diatas 55 tahun, sebutkan……….


(5)

(6)

(7)

Lampiran 5

Hasil Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 95.2

Excludeda 1 4.8

Total 21 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Item Means 1.433 1.000 1.850 .850 1.850 .181 3

Item Variances 1.114 .450 2.155 1.705 4.789 .834 3

Inter-Item

Correlations .746 .713 .794 .080 1.112 .001 3

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

jenis kontrasepsi

hormonal 2.85 2.029 .814 .668 .830

lama penggunaan 3.30 4.011 .827 .685 .701

usia menopause 2.45 4.892 .757 .583 .818

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items


(8)

MASTER DATA PENELITIAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE Kode responden Usia Agama Usia Menarche JKh anak Lama piK Kama impKan Lama suntik Lama AKDR Lama totaK Usia menopause

(tahun) (orang) (tahun) (tahun) (tahun) (tahun) (tahun) (tahun)

1 50 Protestan > 13 tahun 4 7 7 47

2 49 KatoKik > 13 tahun 4 7 7 47

3 61 Protestan 12-13 tahun 2 5 5 43

4 54 IsKam 12-13 tahun 4 12 12 49

5 58 IsKam 12-13 tahun 4 10 10 50

6 52 Protestan > 13 tahun 3 1 15 16 48

7 57 IsKam < 12 tahun 7 6 6 45

8 53 IsKam > 13 tahun 0 0.16 10 10.16 40

9 57 IsKam > 13 tahun 5 1 4 5 51

10 50 IsKam 12-13 tahun 3 1 10 11 47

11 58 IsKam 12-13 tahun 7 6 6 53

12 55 IsKam > 13 tahun 3 31 1 32 56

13 72 IsKam > 13 tahun 5 5 5 50

14 75 Protestan > 13 tahun 3 20 20 56

15 58 IsKam > 13 tahun 3 10 10 44

16 53 IsKam 12-13 tahun 3 1 1 51

17 48 Protestan 12-13 tahun 4 2 2 44

18 81 Protestan > 13 tahun 7 1 1 53

19 67 Protestan > 13 tahun 7 0.5 6 0.5 6.75 50

20 52 Protestan 12-13 tahun 3 5 5 51

21 53 Protestan > 13 tahun 4 15 15 56

22 71 Protestan < 12 tahun 3 0.5 0.5 45

23 60 Protestan 12-13 tahun 3 5 5 48

24 63 IsKam > 13 tahun 4 20 20 50

25 58 IsKam > 13 tahun 4 32 32 56

26 50 IsKam 12-13 tahun 5 2 2 4 45

27 54 IsKam > 13 tahun 3 30 30 56

28 60 Protestan > 13 tahun 6 0.08 0.08 40

29 63 Protestan < 12 tahun 3 7 7 51

30 57 Protestan 12-13 tahun 5 0.5 0.5 45

31 63 Protestan > 13 tahun 3 0.5 3 50

32 67 IsKam 12-13 tahun 5 13 13 50

33 70 IsKam 12-13 tahun 3 20 20 56

34 65 KatoKik 12-13 tahun 5 0.5 1 5 6.25 53

35 55 IsKam 12-13 tahun 6 15 15 56

36 61 Protestan 12-13 tahun 4 1 15 16 54

37 54 IsKam 12-13 tahun 5 10 10 52

38 51 IsKam 12-13 tahun 4 0.5 1 3 4.25 49

39 60 Protestan > 13 tahun 4 0.5 0.25 40

40 60 Protestan > 13 tahun 3 0.5 5 5.5 50

41 70 Protestan > 13 tahun 4 25 25 56

42 57 Protestan > 13 tahun 5 16 0.25 16.25 56

43 68 IsKam > 13 tahun 7 1 7 8 56

44 57 Protestan < 12 tahun 5 0.25 4 4.25 48

45 51 IsKam > 13 tahun 5 12 12 50

46 63 Protestan < 12 tahun 1 0.5 0.5 45

47 55 IsKam 12-13 tahun 2 2 0.25 2.25 41

48 66 IsKam 12-13 tahun 1 0.08 0.5 0.58 40

49 83 Protestan > 13 tahun 6 0.25 0.5 3.5 50

50 53 IsKam 12-13 tahun 5 0.16 0.25 5 5.5 51

51 64 IsKam > 13 tahun 1 0.25 0.25 54

52 69 IsKam 12-13 tahun 4 0.25 5 5.25 53

53 69 IsKam > 13 tahun 5 20 20 54

54 56 IsKam 12-13 tahun 4 0.5 15 15.5 57

55 64 IsKam > 13 tahun 6 5 0.25 5.25 46

56 65 IsKam > 13 tahun 6 5 5 51

57 60 IsKam > 13 tahun 3 3 3 45

58 56 IsKam > 13 tahun 1 2 2 28 32 50

59 54 IsKam > 13 tahun 3 1 5 6 50

60 70 IsKam > 13 tahun 5 5 5 50

61 60 IsKam < 12 tahun 7 3 3 48

62 65 IsKam > 13 tahun 5 1 1 50

63 65 IsKam > 13 tahun 6 7 7 50

64 50 IsKam < 12 tahun 1 1 1 44

65 55 Protestan 12-13 tahun 4 5 5 51

66 52 IsKam > 13 tahun 2 5 20 7 32 54


(9)

Lampiran 7

Hasil Penelitan

1. Karakteristik Demografi

Statistics

Agama

Usia

menarche jumlah anak usia responden

N Valid 68 68 68 68

Missing 0 0 0 0

Mean 1.71 2.43 1.43 2.25

Std. Error of Mean .076 .082 .060 .131

Median 2.00 3.00 1.00 2.00

Mode 2 3 1 2

Std. Deviation .624 .676 .498 1.084

Variance .390 .457 .248 1.175

Range 3 2 1 4

Sum 116 165 97 153

Agama


(10)

Usia menarche

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 12 tahun 7 10.3 10.3 10.3

12-13 tahun 25 36.8 36.8 47.1

> 13 tahun 36 52.9 52.9 100.0

Total 68 100.0 100.0

jumlah anak Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <= 4 anak 39 57.4 57.4 57.4

> 4 anak 29 42.6 42.6 100.0

Total 68 100.0 100.0

2. Distribusi frekuensi jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan

Case Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

$Jenis_kontrasepsia 68 100.0% 0 0.0% 68 100.0%

usia responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 48-54 19 27.9 27.9 27.9

55-61 25 36.8 36.8 64.7

62-68 14 20.6 20.6 85.3

69-75 8 11.8 11.8 97.1

76-83 2 2.9 2.9 100.0


(11)

$Jenis_kontrasepsi Frequencies

Responses Percent of

Cases

N Percent

Jenis kontrasepsia Jenis pil 36 36.0% 52.9%

Jenis implan 9 9.0% 13.2%

Jenis suntik 29 29.0% 42.6%

Jenis AKDR 26 26.0% 38.2%

Total 100 100.0% 147.1%

a. Dichotomy group tabulated at value 1.

Jenis kontrasepsi hormonal dikategorikan berdasarkan kadar hormon tertinggi ke terendah.

Statistics

Jenis kontrasepsi kadar tinggi ke rendah

N Valid 68

Missing 0

Mean 4.43

Median 5.00

Mode 7


(12)

Jenis kontrasepsi kadar tinggi ke rendah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 8.8 8.8 8.8

2 10 14.7 14.7 23.5

3 10 14.7 14.7 38.2

4 5 7.4 7.4 45.6

5 14 20.6 20.6 66.2

6 6 8.8 8.8 75.0

7 17 25.0 25.0 100.0

Total 68 100.0 100.0

3. Lama penggunaan kontrasepsi hormonal

Statistics Lama

N Valid 68

Missing 0

Mean 1.37

Std. Error of Mean .059

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .486

Variance .236

Range 1

Sum 93

Lama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <= 9 tahun 43 63.2 63.2 63.2

> 9 tahun 25 36.8 36.8 100.0


(13)

4. Distribusi frekuensi usia menopause

5. Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

Statistics Usia menopause

N Valid 68

Missing 0

Mean 2.07

Std. Error of Mean .060

Median 2.00

Mode 2

Std. Deviation .498

Variance .248

Range 2

Sum 141

Usia menopause

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 45 tahun 6 8.8 8.8 8.8

45-55 tahun 51 75.0 75.0 83.8

> 55 tahun 11 16.2 16.2 100.0


(14)

Jenis kontrasepsi kadar tinggi ke rendah * Usia menopause dikode Crosstabulation Usia menopause dikode

Total < 45 tahun 45-55 tahun > 55 tahun

Jenis kontrasepsi kadar tinggi ke rendah

1 Count 0 6 0 6

% of Total 0.0% 8.8% 0.0% 8.8%

2 Count 0 7 3 10

% of Total 0.0% 10.3% 4.4% 14.7%

3 Count 1 8 1 10

% of Total 1.5% 11.8% 1.5% 14.7%

4 Count 0 5 0 5

% of Total 0.0% 7.4% 0.0% 7.4%

5 Count 0 8 6 14

% of Total 0.0% 11.8% 8.8% 20.6%

6 Count 0 6 0 6

% of Total 0.0% 8.8% 0.0% 8.8%

7 Count 5 11 1 17

% of Total 7.4% 16.2% 1.5% 25.0%

Total Count 6 51 11 68

% of Total 8.8% 75.0% 16.2% 100.0%

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .613 .012

Cramer's V .434 .012


(15)

6. Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Lama * Usia menopause 68 100.0% 0 0.0% 68 100.0%

Lama * Usia menopause Crosstabulation Usia menopause

Total < 45 tahun 45-55 tahun > 55 tahun

Lama <= 9 tahun Count 5 37 1 43

% of Total 7.4% 54.4% 1.5% 63.2%

> 9 tahun Count 1 14 10 25

% of Total 1.5% 20.6% 14.7% 36.8%

Total Count 6 51 11 68

% of Total 8.8% 75.0% 16.2% 100.0%

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

Lampiran 11

Riwayat Hidup

Nama : Liza Kudadiri

Tempat Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 10 Juli 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Saudara, Gg. Pantai 3 No. 13, Padang Bulan, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD N 200503 Padangsidimpuan Tahun 2000 - 2006

2. SMP Swasta Perguruan Sariputra Tahun 2006 - 2009

3. SMA N 6 Padangsidimpuan Tahun 2009 - 2012


(24)

Daftar Pustaka

Andrews, G (Editor).(2009). Buku ajar kesehatan reproduksi wanita edisi 2. Jakarta: EGC.

Albar, E. (2008). Kontrasepsi. Dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (Editor), Ilmu kandungan (hlm. 535-572). Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Jumlah

penduduk tahun 2010 nasional. Diakses tanggal 5 November 2015, dari

www.bkkbn.go.id.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Angka prevalesi

pemakaian kontrasepsi Sumatera Utara. Diakses tanggal 20 November

2015, dari www.bkkbn.go.id.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Tiga tahun

terakhir tren pemakaian KB meningkat. Diakses tanggal 29 November

2015, dari www.bkkbn.go.id.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Angka harapan

hidup nasional. Diakses tanggal 29 November 2015, dari

www.bkkbn.go.id.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2010). Riset kesehatan dasar 2010. Diakses tanggal 28 Januari 2016, dari www.kemenkes.go.id.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Diakses tanggal 28 Januari 2016, dari www.kemenkes.go.id.

Badan Pusat Statistik. (2015). Perkiraan angka harapan hidup menurut

kabupaten/ kota (tahun) 2011-2013. Diakses tanggal 29 November 2015,

dari www.bps.go.id.

Badan Pusat Statistik. (2015). Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia. Diakses tanggal 29 November 2015, dari www.bps.go.id.

Badan Pusat Statistik. (2015).Jumlah penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin. Diakses tanggal 29 November 2015, dari www.bps.go.id.

Barrett et al.(2014). Buku ajar fisiologi kedokteran Ganong. Jakarta:EGC. Baziad, A. (2002). Kontrasepsi hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.


(25)

Brush & Young. (2012). Program olahraga: menopause: panduan untuk transisi

vibran yang sehat. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Djuwita & Fitriani. (2013). Hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan usia

menopause. Jurnal kesehatan masyarakat. Vol. 8 no. 4. Diakses tanggal 29

November 2015, dari http://jurnalkesmas.ui.ac.id.

Emelisa, M. (2012). Gambaran faktor yang mempengaruhi menopause dini

terhadap ibu-ibu yang tinggal di kompeks perumnas II Indarung kecamatan Lubuk Kilangan tahun 2012. Repository Unand. Diakses

tanggal 30 Oktober 2015, dari www.repository.unand.ac.id.

Gebbi, A. (2005). Menopause. Dalam Glasier & Gebbie (Editor), Keluarga

berencana dan kesehatan reproduksi (hlm. 395-421). Jakarta: EGC.

Guillebaud, J. (2005). Kontrasepsi oral kombinasi. Dalam Glasier & Gebbie (Editor), Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (hlm. 34-86). Jakarta: EGC.

Herawati, R. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause di

empat posyandu lansia wilayah kerja puskesmas rambah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal maternal dan neonatal. Vol. 1 no. 1. Diakses tanggal

30 Oktober 2015, dari http://e-journal.upp.ac.id.

Jacoeb, T.Z. (2008). Endokrinologi reproduksi pada wanita. Dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (Editor), Ilmu kandungan (hlm. 44-96). Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Kasdu, D. (2002). Kiat sehat dan bahagia di usia menopause. Jakarta: Puspa Swara.

Lameshow, et al. (1997). Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Yogyakarata: Gadjah Mada University Press.

Manuaba, I. (2001). Konsep obstetri dan ginekologi sosial Indonesia. Jakarta: EGC.

Manuaba, I. (2001). Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan

KB. Jakarta: EGC.


(26)

Mulyati, Triwinarto, Budiman. (2006). Konsumsi isoflavon berhubungan dengan

usia mulai menopause. Universa medicina. Vol. 25 no. 4. Diakses tanggal

30 Oktober 2015, dari http://www.univmed.org.

Mustafa, E. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause

pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Baiturrahman kota Banda Aceh tahun 2014. Repositori USU. Diakses tanggal 10 Januari

2016, dari www.repository.usu.ac.id

Northrup, C. (2006). Bijak disaat menopause. Bandung: Q Press.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Octasari, F. (2014). Hubungan jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal

terhadap gangguan menstruasi pada ibu PUS di kelurahan Binjai kecamatan Medan Denai kota Medan tahun 2014. Repository USU.

Diakses tanggal 6 Januari 2016, dari www.repository.usu.ac.id.

Pusat Data dan Informasi Kesehatan. (2013). Situasi keluarga berencana di

Indonesia. Diakses tanggal 28 Januari 2016, dari www.kemenkes.go.id.

Safitri, A. (2009). Beberapa faktor yang mempengaruhi menopause pada wanita

di kelurahan Titi Papan Medan tahun 2009. Repositori USU. Diakses

tanggal 5 Januari 2015, dari www.repository.usu.ac.id.

Sari & Lestari. (2014). Hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause di dusun Alastuwo Kecamatan Poncol Magetan. Warta Bhakti

Husada Mulia. Vol. 1 no. 1. Diakses tanggal 30 Oktober 2015, dari http://bhaktihusadamuliamadiun.ac.id.

Sastrawinata, S. (2008). Wanita dalam berbagai masa kehidupan. Dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (Editor), Ilmu kandungan (hlm. 125-128). Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sibagariang, Pusmaika, Rismalinda. (2010). Kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: TIM.

Survei Dasar Kesehatan Indonesia. (2003). Ringkasan hasil survei dasar

kesehatan Indonesia tahun 2002-2003. Diakses tanggal 28 Januari 2016,

dari www.bps.go.id.

Survei Dasar Kesehatan Indonesia. (2007). Ringkasan hasil survei dasar

kesehatan Indonesia tahun 1991-2007 mix kontrasepsi. Diakses tanggal 28

Januari 2016, dari www.bps.go.id.

Taliagferri, Cohen, Debu. (2007). The now menopause book: ihwal yang perlu


(27)

Waluyo & Putra. (2010). 100 question and answer: menopause atau mati haid. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.


(28)

BAB 3

Kerangka penelitian

3.1 Kerangka penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.

Skema 3.1. Kerangka penelitian hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

A. Defenisi operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini diuraikan untuk memberikan pemahaman yang sama tentang pengertian variabel yang akan diteliti, dan untuk menentukan metodologi yang akan digunakan dalam analisis selanjutnya.

Kontrasepsi hormonal

- Jenis

- Lama

penggunaan

Usia menopause

- Dini

- Normal


(29)

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia Menopause

Variabel Defenisi

operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

Variabel bebas: Kontrasepsi hormonal Jenis kontrasepsi hormonal Lama penggunaan

Jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal yang pernah digunakan ibu. Jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan ibu dikategorikan berdasarkan kadar hormonal tertinggi ke terendah

Total lama waktu ibu menggunakan kontrasepsi hormonal Kuesioner Kuesioner Kuesioner Jenis kontrasepsi yang digunakan 1= Jenis 1 2= Jenis 2 3= Jenis 3 4= Jenis 4 5= Jenis 5 6= Jenis 6 7= Jenis 7 Lama penggunaan 1= ≤9 tahun

2= > 9 tahun

Nominal

Nominal

Variabel tergantung: Usia menopause

Usia ibu saat berhentinya siklus menstruasi secara permanen

sekurang-kurangnya selama 1 tahun.

Kuesioner 1= <45 tahun

2= 45-55 tahun 3= >55 tahun


(30)

3.2 Hipotesa

Ada dua hipotesa dalam penelian ini. Hipotesa yang ditegakkan adalah hipotesa alternatif (Ha) dengan kalimat pernyataan hipotesa:

1. Ha1 ada hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.

2. Ha2 ada hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan


(31)

BAB 4

Metode Penelitian

4.1 Desain

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.

4.2 Populasi dan sampel penelitian

4.2.1

Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang tinggal di wilayah kelurahan Mangga, kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal dan telah mengalami menopause. Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui karena data ibu menopause dengan riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal tidak ditemukan di Puskesmas maupun kantor Kelurahan Mangga.

4.2.2

Sampel

Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu pengambilan sampel secara aksidental dengan


(32)

Keterangan:

n = besarnya sampel

Z1-α/2 = skor Z pada kepercayaan 90% yaitu 1,645

P = proporsi dari suatu populasi yang tidak diketahui

besarnya,

dengan nilai yang diambil sebesar 0,5.

d = sampling error, dengan nilai 10%.

Dari persamaan tersebut maka didapatkan besar sampel penelitian sebanyak 68 orang.

4.2.2.1 Kriteria inklusi responden

1 Ibu yang telah mengalami menopause secara alami

(bukan buatan akibat pembedahan atau akibat lainnya)

2 Memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal

3 Dapat mengingat riwayat penggunaan kontrasepsi

sebelumnya.

4.2.2.2 Kriteria ekskulsi

1. Mengalami menopause buatan akibat pembedahan.

2. Tidak dapat mengingat riwayat penggunaan kontrasepsi

hormonal sebelumnya. (Z1-α/2)2 P(1-P)

d2 n =


(33)

4.3

Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah kelurahan Mangga yang merupakan bagian dari wilayah kecamatan Medan Tuntungan. Alasan peneliti memilih kelurahan Mangga adalah karena lokasi mudah dijangkau peneliti dan belum pernah ada penelitian serupa sebelumnya di lokasi tersebut. Selain itu, kelurahan Mangga juga merupakan kawasan padat penduduk dengan jumlah wanita berusia di atas 50 tahun (perkiraan usia rata-rata menopause) sebanyak 1920 orang sehingga wilayah kelurahan Mangga dapat memenuhi sampel penelitian yang dibutuhkan (profil kelurahan Mangga, 2010). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2015-Mei 2016.

4.4 Pertimbangan etik

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mempertimbangkan beberapa prtimbangan etik untuk menghormati hak-hak calon responden. Sebelum mulai mengumpulkan data, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menyebutkan asal institusi pendidikan kemudian memberikan informed consent kepada calon responden yang berisi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian serta hak responden untuk menerima atau menolak menjadi responden atau bahkan jika ingin berhenti di tengah proses penelitian. Data yang telah


(34)

responden juga telah dirahasiakan (anonimity) dengan cara memberikan kode responden berupa angka pada kuesioner untuk mewakili setiap responden.

4.5 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 3 bagian, yaitu: kuesioner data demografi yang terdiri atas format pengisian nama/inisial, usia, agama, usia menarche, jumlah anak, jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan, dan lama penggunaan masing-masing jenis kontrasepsi; kuesioner riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal yang berisi pertanyaan lama penggunaan kontrasepsi hormonal; kuesioner usia menopause yang berisi pertanyaan usia ibu saat mengalami menopause. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada konsep Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008) yang telah dibahas pada bab tinjauan pustaka.

4.6 Uji validitas dan reliabilitas

4.6.1Uji validitas

Untuk menguji apakah instrumen yang digunakan peneliti mampu mengukur variabel penelitian secara cermat, maka akan dilakukan uji validitas. Uji validitas instrumen dilakukan oleh dosen fakultas keperawatan USU yang ahli dibidang maternitas. Instrumen penelitian disusun sendiri oleh peneliti dan diuji validitas dengan uji content validity oleh ibu Febrina Oktavinola Kaban, SST, M.Keb. dan ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed yang merupakan ahli dibidang maternitas. Dalam tahap pengujian, validator melakukan koreksi pada kuesioner


(35)

data demografi pada item nomor 7. Setelah peneliti melakukan perbaikan selanjutnya validator memberikan nilai pada masing-masing item pertanyaan. Nilai koefisien validitas kuesioner yang diperoleh dengan menggunakan koefisien Aikens adalah 1, dimana nilai koefisien dalam rentang 0,6-1 maka instrumen penelitian dapat dikatakan valid.

4.6.2 Uji reliabilitas

Untuk menguji seberapa besar kemampuan instrumen untuk mengukur variabel secara konsisten walaupun dilakukan pengukuran sebanyak dua kali atau lebih, maka akan dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada ibu yang telah mengalami menopause dan memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal yang tinggal di Kelurahan Beringin, Kecamatan Padang Bulan II. Alasan peneliti memilih Kelurahan Beringin adalah karena Kelurahan tersebut memiliki responden, yaitu ibu menopause dengan riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal, yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden penelitian di Wilayah Kelurahan Mangga. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang responden dengan kriteria yang sama dengan sampel penelitian, dimana responden tersebut tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian. Menurut Notoatmodjo (2010) agar diperoleh hasil uji mendekati nilai normal, maka sebaiknya jumlah sampel untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Uji reliabilitas dilakukan menggunakan rumus Alpha Chronbach. Instrumen dikatakan reliabel


(36)

4.7 Pengumpulan data

Penelitian ini dimulai dengan terlebih dahulu meminta surat permohonan izin melakukan peneltian kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Surat izin yang telah diperoleh tersebut kemudian diajukan ke Badan Penelitian dan Pengembangan kota Medan untuk memperoleh surat rekomendasi penelitian yang selanjutnya diajukan ke Kantor Kecamatan Tuntungan yang belamat di Jalan Bunga Melati KM. 12, Medan Pancur Batu, Medan. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Kantor Kecamatan, peneliti kemudian mengajukan surat tersebut ke Kelurahan Mangga yang beralamat di Jalan Tembakau Raya nomor 35 A, Perumnas Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan. Setelah mendapatkan izin melakukan penelitian dari Kantor Kelurahan, peneliti mendatangi satu persatu responden dan mulai melakukan pengumpulan data.

Kelurahan Mangga merupakan kawasan padat penduduk yang terdiri atas 24 lingkungan. Pengambilan sampel dilakukan pada 6 lingkungan yang telah direkomendasikan oleh Sekretaris Lurah, yaitu lingkungan VI, VII, VIII, IX, X, XII. Sekretaris Lurah merekomendasikan lingkungan tersebut karena kepala lingkungan pada keenam wilayah tersebut termasuk kepala yang aktif dan pasti mengenal masyarakat dalam lingkungannya sehingga dapat membantu peneliti dalam menemukan sampel yang sesuai.


(37)

4.8 Pengolahan dan Analisis data

4.8.1 Pengolahan data

Data yang telah terkumpul diolah melalui beberapa langkah. Langkah pertama yaitu editing untuk memeriksa lembar pengumpulan data dan memastikan apakah semua pertanyaan dalam lembar pengumpulan data sudah terisi sesuai dengan petunjuk. Selanjutnya peneliti melakukan coding, yaitu pemberian kode pada setiap lembar pengumpulan data untuk mempermudah proses tabulasi data. Langkah selanjutnya adalah entry, yaitu peneliti memasukkan data yang telah diubah menjadi bentuk kode ke dalam software komputer. Langkah terakhir adalah cleaning, yaitu pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam pengkodeaan atau adanya ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian melakukan koreksi.

4.8.2Analisa data

Data yang telah dimasukkan ke dalam software komputer selanjutnya dilakukan analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan data demografi dan masing-masing variabel penelitian yang akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya dilakukan analisa bivariat pada kedua variabel penelitian untuk mengetahui apakah kedua variabel berhubungan dan seberapa erat hubungannya. Uji statistik yang digunakan adalah


(38)

Bab 5

Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause yang dilakukan pada 68 responden ibu menopause yang memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal di kelurahan Mangga kecamatan Medan Tuntungan, Medan pada bulan Mei 2016. Penyajian data meliputi karakteristik responden, jenis kontrasepi hormonal yang digunakan, lama penggunaan kontrasepsi hormonal, usia menopause, hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause, dan hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.

5.1.1 Karakteristik responden

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 55-61 tahun sebanyak 25 orang (36,8 %), beragama Islam sebanyak 42 orang (61,8 %). Mengalami menarche pada usia > 13 tahun sebanyak 36 orang (52,9 %), dan

memiliki ≤ 4 orang anak, yaitu sebanyak 39 orang (57,4 %). Distribusi frekuensi


(39)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menopause dengan Riwayat Menggunakan Kontrasepsi Hormonal (n=68)

No. Karakteristik responden Frekuensi Persentase (%)

1. Usia responden

48-54 tahun 19 27,9

55-61 tahun 25 3,8

62-68 tahun 14 20,6

69-75 tahun 8 11,8

76-83 tahun 2 2,9

Rata-rata= 59,49 tahun

2. Agama

Protestan 24 35,3

Islam 42 61,8

Khatolik 2 2,9

3. Usia menarche

< 12 tahun 7 10,3

12-13 tahun 25 36,8

> 13 tahun 36 52,9

4. Jumlah anak

≤ 4 orang 39 57,4

> 4 orang 29 42,6

5.1.2 Jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan

Hasil penelitian menujukkan bahwa mayoritas responden memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 7, yaitu hanya pil sebanyak 17


(40)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kontrasepsi Hormonal yang Digunakan Ibu Menopause dengan Riwayat Menggunakan Kontrasepsi Hormonal (n= 68)

Jenis Kontrasepsi Frekuensi Persentase (%)

1. Pil 36 36

2. Implan 9 9

3. Suntik 29 29

4. AKDR 26 26

Keterangan: responden dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban.

5.1.3 Lama penggunaan kontrasepsi hormonal

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden menggunakan

kontrasepsi hormonal ≤ 9 tahun sebanyak 43 orang (63,2%), dan rata-rata lama

penggunaan kontrasepsi adalah 9,1185 tahun. Distribusi frekuensi lama pengunaan kontrasepsi hormonal dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lama Pengunaan Kontrasepsi Hormonal Oleh Ibu Menopause dengan Riwayat Menggunakan Kontrasepsi Hormonal (n= 68)

No. Lama penggunaan Frekuensi Persentase (%)

1. ≤ 9 tahun 43 63,2

2. > 9 tahun 25 36,8

Rata-rata = 9,1185

5.1.4 Usia menopause

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami menopause pada usia 45-55 tahun (menopause normal), yaitu sebanyak 51 responden (71,8 %). Rata-rata usia menopause responden adalah 50,06 tahun. Distribusi frekuensi usia menopause responden dapat dilihat pada tabel 5.4.


(41)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi usia menopause ibu dengan riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal (n= 68).

No. Usia Menopause Frekuensi Persentase (%)

1. < 45 tahun 6 8,8

2. 45-55 tahun 51 75

3. > 55 tahun 11 16,2

Total 68 100

Rata-rata = 50,06

5.1.5 Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

Tabulasi silang variabel jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause menunjukkan mayoritas responden yang mengalami menopause terlambat memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 5, yaitu hanya AKDR (8,8%), yang mengalami menopause dini memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 7, hanya pil (7,4%). Hasil uji kedua variabel menggunakan uji statistik kontingensi C (koefisien Cramer) didapatkan nilai koefisien Cramer (C)= 0, 434 dan nilai ρ= 0,012. Karena ρ= 0,012 >α=0,05,

artinya ada hubungan antara jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause. Tabulasi silang jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Tabulasi Silang Jenis Kontrasepsi Hormonal dengan Usia


(42)

5.1.6 Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

Tabulasi silang variabel lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause menunjukkan mayoritas responden yang mengalami menopause

dini (<45 tahun) memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal ≤ 9 tahun

(7,4 %), mengalami menopause normal (45-55 tahun) memiliki riwayat

menggunakan kontrasepsi hormonal ≤ 9 tahun (54,4 %), dan yang mengalami

menopause terlambat (> 55 tahun) memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal > 9 tahun (14,7 %). Hasil uji kedua variabel menggunakan uji statistik kontingensi C (koefisien Cramer) didapatkan nilai koefisien Cramer (C)= 0, 497 dan nilai ρ= 0,000. Karena nilai ρ=0,000 ≤ α=0,05, artinya ada hubungan yang

signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause. Tabulasi silang lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia Menopause (n=68)

Uji Statistik Nilai (C) ρ

Koefisien Cramer 0,497 0,000

α= 0,05

5.2 Pembahasan

5.2.1Jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kontrasepsi hormonal yang paling banyak digunakan responden adalah pil, sebanyak 36 orang (36%)


(43)

kemudian diikuti jenis suntik sebanyak 29 orang (29%). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Mustafa (2014) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Baiturrahman kota Banda Aceh tahun 2014 yang menyebutkan bahwa jenis kontrasepsi yag paling banyak digunakan responden adalah pil, sebanyak 24 orang (61,5%). Tetapi hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Octasari (2014) tentang hubungan jenis dan lama penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap gangguan menstruasi pada ibu PUS di kelurahan Binjai Medan kecamatan Medan Denai tahun 2014 yang menyebutkan bahwa jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh responden adalah suntik, sebanyak 127 orang (60,5%).

Menurut data BKKBN (2012), persentase jenis kontrasepsi hormonal yang paling banyak digunakan di Indonesia menurut metode kontrasepsi adalah jenis suntik kemudian diikuti jenis pil, dan yang paling sedikit digunakan adalah jenis AKDR. Sedangkan untuk wilayah kota Medan, jenis kontrasepsi hormonal yang paling banyak digunakan adalah jenis pil (BKKBN, 2012).

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa pengguna AKDR dan implan menempati urutan terbawah. Padahal jika dilihat dari segi keluhan yang ditimbulkan setelah pemakaian, AKDR merupakan metode yang paling sedikit menimbulkan keluhan dibandingkan pil, suntik dan implan (SDKI, 2007).


(44)

Selain itu, saat ini pemerintah juga telah menyediakan 3 jenis alat kontrasepsi (alokon) secara gratis di seluruh wilayah Indonesia, yaitu kondom, AKDR, dan implan (Pusdatin, 2013). Pusdatin (2013) menyebutkan bahwa alasan mengapa masyarakat kurang memilih metode AKDR dan implan adalah karena pemasangan dan pelepasan metode kontrasepsi tersebut membutuhkan tindakan dan keterampilan profesonal tenaga medis yang lebih kompleks.

Data dari SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012 menyebutkan bahwa pil dan suntik merupakan jenis kontrasepsi yang paling diketahui oleh masyarakat disemua lapisan usia, termasuk usia beresiko tinggi diatas 35 tahun. Ditinjau dari segi tingkat pendidikan, pengetahuan tentang metode pil dan suntik cenderung sama disemua tingkat pendidikan (kecuali untuk yang tidak bersekolah), sedangkan pengetahuan tentang metode AKDR cenderung semakin diketahui seiring dengan tingginya tingkat pendidikan (Pusdatin, 2013). Peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang metode kontrasepsi pil dan suntik yang tinggi merupakan faktor utama yang menyebabkan persentase penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil dan suntik menempati urutan tertinggi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata lama penggunaan kontrasepsi hormonal oleh responden adalah 9,1 tahun. Rata-rata lama penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil adalah 3,1 tahun, jenis implan 6,4 tahun, jenis suntik 3,3 tahun, dan jenis AKDR 13,4 tahun. Pil dan suntik merupakan non-metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP), dimana penggunaanya berkisar 1-3 bulan, sedangkan implan dan AKDR merupakan


(45)

MKJP yang penggunaannya berkisar 3-5 tahun. Pusdatin (2013) menyebutkan bahwa metode kontrasepsi pil dan suntik memiliki resiko putus penggunaan kontrasepsi lebih besar dibandingkan metode MKJP (20-40%). Berdasarkan data SDKI (2007), AKDR lebih sedikit menimbulkan keluhan pada wanita dibandingkan pil, suntik, maupun implan. Peneliti berpendapat bahwa sedikitnya keluhan yang ditimbulkan AKDR merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rata-rata lama penggunaan AKDR lebih tinggi dibandingkan metode kontrasepsi hormonal lainnya. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataaan responden saat dilakukannya pengumpulan data yang menyatakan bahwa pil dan suntik sering menimbulkan keluhan seperti menstruasi yang tidak teratur, sehingga responden memilih beralih ke metode lainnya. Meilani, dkk. (2010) menyatakan bahwa salah satu efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil dan suntik adalah adanya gangguan menstruasi seperti perdarahan bercak (spotting).

5.2.2 Usia Menopause

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 51 responden (75%) mengalami menopause normal, 11 responden (16,2%) mengalami menopause terlambat, dan 6 responden (8,8%) mengalami menopause dini, dengan rata-rata usia menopause 50,06 tahun. Hasil tersebut lebih tinggi dari DepKes RI (2006) yang menyebutkan bahwa rata-rata usia menopause wanita di Indonesia adalah 49 tahun dan hasil penelitian lain yang menyebutkan rata usia


(46)

Menurut Safitri (2009), usia menopause dipengaruhi beberapa faktor, seperti usia menarche, status pekerjaan, jumlah anak, usia melahirkan terakhir, penggunaan kontrasepsi, konsumsi alkohol, merokok, dan riwayat penyakit. Mayoritas responden, yaitu sebanyak 36 responden (52,9%) mengalami menarche pada usia diatas 13 tahun. Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), semakin cepat seorang wanita mengalami menarche maka semakin lama menopause terjadi sehingga masa reproduksi akan semakin panjang. Mayoritas

responden memiliki jumlah anak ≤ 4 orang, yaitu sebanyak 39 orang (57,4%).

Semakin banyak jumlah anak maka usia menopause akan semakin tua (Kasdu; Sibagariang, Pusmaika, Rismalinda, 2010). Peneliti berasumsi usia menarche

responden yang mayoritas pada usia >13 tahun dan jumlah anak yang mayoritas ≤

4 orang mempengaruhi usia menopause sehingga responden tetap mengalami menopause normal walaupun telah menggunakan kontrasepsi hormonal.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 orang responden (8,8%) mengalami menopause dini walaupun telah menggunakan kontrasepsi hormonal. Tabulasi silang antara usia menopause dengan lama penggunaan kontrasepsi hormonal, usia menarce, dan jumlah anak menunjukkan bahwa dari 6 responden yang mengalami menopause dini, 5 diantaranya menggunakan kontrasepsi

hormonal ≤ 9 tahun, 3 dintaranya mengalami menarche pada usia > 13 tahun, dan

5 diantaranya memiliki anak ≤ 4 orang. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang mengalami menopause dini memiliki faktor yang dapat menyebabkan menopause datang lebih awal. Selain faktor tersebut, menurut penelitian Safitri (2009), faktor lain yang mempengaruhi usia menopause adalah


(47)

usia ibu saat melahirkan anak terakhir, riwayat menopause dini pada keluarga, dan riwayat penyakit. Semakin tua usia ibu saat melahirkan anak terakhir maka semakin lama terjadinya menopause. Jika ibu memiliki riwayat penyakit dan riwayat adanya menopause dini dalam keluarga, maka hal tersebut akan membuat menopause datang lebih awal. Peneliti tidak melakukan pengukuran pada ketiga faktor tersebut. Peneliti berasumsi bahwa 6 orang responden yang mengalami menopause dini kemungkinan mengalami salah satu atau lebih faktor tersebut.

5.2.3 Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara jenis kontrasepsi

hormonal dengan usia menopause dengan nilai p= 0,012< α=0,05. Variabel jenis

kontrasepsi hormonal digolongkan berdasarkan kadar hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi dari yang tertinggi ke yang terendah. Tabulasi silang antara jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang mengalami menopause dini memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 7, yaitu hanya pil sebanyak 5 orang (83,3%) dan mayoritas ibu yang mengalami menopause terlambat memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 5, yaitu hanya AKDR sebanyak 8 orang (57,1%). Jenis kontrasepsi hormonal berhubungan dengan kadar hormon yang terkandung di dalamnya. Peneliti berasumsi bahwa faktor yang menyebabkan jenis kontrasepsi hormonal berhubungan dengan usia menopause adalah kadar


(48)

menekan sekresi gonadotropin. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti berasumsi bahwa kontrasepsi hormonal yang memiliki kadar hormon yang rendah tidak mampu menaikkan kadar estrogen dalam darah hingga mencapai 300% dalam 24 jam sehingga tidak memiliki efek penekanan ovulasi pada wanita. Hasil penelitian Djuwita & Fitriyani (2013) dengan judul hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal pil dengan usia menopause yang menyebutkan tidak ada hubungan antara lama penggunaan pil dengan usia menopause setelah dikontrol dengan variabel pendidikan. Dalam penelitian tersebut, seluruh responden menggunakan pil dengan dosis rendah. Hasil penelitian tersebut semakin menguatkan asumsi peneliti bahwa kadar hormon yang rendah pada pil tidak memberikan efek penekanan ovulasi pada wanita.

5.2.4 Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama

penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause dengan nilai α= 0,00 <

0,05. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Djuwita & Fitriyani (2013) dengan judul hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal pil dengan usia menopause yang menyebutkan tidak ada hubungan antara lama penggunaan pil dengan usia menopause setelah dikontrol dengan variabel pendidikan. Dalam penelitian tersebut, seluruh responden menggunakan pil dengan dosis rendah. Selain itu, Djuwita & Fitriyani juga menyebutkan bahwa kemungkinan telah terjadi kesalahan pengukuran pada lama penggunaan kontrasepsi hormonal sehingga mempengaruhi hasil penelitian tersebut.


(49)

Peneliti berasumsi bahwa faktor yang menyebabkan hasil penelitian Djuwita & Fitriyani tidak sama dengan hasil penelitian ini adalah karena seluruh responden dalam penelitian tersebut menggunakan pil dalam dosis rendah. Ganong (2014) menyebutkan bahwa peningkatan kadar estrogen hingga 300% dalam 24 jam akan memberikan efek umpan balik negatif yang dapat menekan sekresi gonadotropin. Peneliti berpendapat bahwa pil dosis rendah tidak memberikan efek penekanan ovulasi pada penggunanya, melainkan efek kontrasepsi hormonal lainya, seperti mengentalkan lender serviks, dan lain-lain.

Baziad (2002) mengatakan bahwa sebagian besar mekanisme kerja kontrasepsi hormonal adalah menekan sekresi hormon gonadotropin. Penekanan sekresi hormon tersebut akan menghambat pematangan dan pelepasan folikel sel telur sehingga menyebabkan menstruasi yang tidak menghasilkan sel telur. Semakin lama wanita menggunakan kontrasepsi hormonal menyebabkan semakin banyak siklus anovulatori yang terjadi setiap kali menstruasi sehingga semakin lama waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kehilangan seluruh cadangan folikel. Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia menopause berhubungan dengan jumlah cadangan folikel yang masih tersisa dalam ovarium. Penulis berpedapat bahwa semakin lama seseorang menggunakan kontrasepsi hormonal, maka usia menopause akan semakin tua karena penekanan ovulasi akibat penggunaan kontrasepsi hormonal akan menyebabkan semakin lama ovum


(50)

asupan fitosteron. Walaupun terdapat hubungan antara jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal secara statistik, mayoritas responden memiliki usia menopause normal, yaitu dalam rentang usia 45-55 tahun. Data demografi

responden menujukkan bahwa mayoritas responden memiliki anak ≤ 4 orang dan

mengalami menarche pada usia > 13 tahun. Peneliti berpendapat bahwa walaupun usia menopause bergeser ke usia yang lebih tua akibat penggunaan kontrasepsi

hormonal, faktor jumlah anak yang ≤ 4 orang dan usia menarche > 13 tahun juga

mempengaruhi usia menopause menjadi lebih cepat dan hal tersebutlah yang menyebabkan mayoritas responden memiliki usia menopause normal.

5.3 Hambatan penelitian

Peneliti menemukan beberapa kendala selama melakukan proses pengumpulan data. Kendala tersebut berhubungan dengan calon respoden yang menolak untuk dilakukan wawancara dengan alasan takut jika diakhir proses wawancara mereka akan dimintai biaya atau diminta untuk ikut dengan peneliti ke Fakultas Keperawatan USU untuk wawancara lebih lanjut. Alasan ketakutan responden tersebut dikarenakan sebelumnya belum pernah ada penelitian seperti ini yang mendatangi satu-persatu responden dan melakukan wawancara langsung. Tetapi setelah peneliti memberikan informed consent, calon respoden akhirnya setuju untuk dilakukan wawancara.

Kendala lainnya yaitu kesulitan responden dalam mengingat riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Sebagian besar responden merupakan lansia yang sudah mengalami penurunan daya ingat sehingga peneliti harus melakukan


(51)

beberapa cara untuk membantu responden mengingatnya kembali, yaitu dengan menanyakan secara berurutan jenis dan lama penggunaan kontraspsi hormonal mulai dari awal menikah hingga saat ini.

Hambatan penelitian selanjutnya yaitu instrumen yang telah disusun oleh peneliti memiliki beberapa kelemahan sehingga belum dapat megukur variabel secara akurat. Beberapa kelemahan tersebut antara lain: tidak mengkaji faktor yang mempengaruhi usia menopause secara keseluruhan, yaitu riwayat menopause dini dalam keluarga, usia melahirkan anak terakhir, riwayat merokok, asupan fitosteron, dan penyakit yang sedang diderita.


(52)

Bab 6

Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan dari 68 responden, mayoritas menggunakan kontrasepsi hormonal jenis pil (36 %), rata-rata lama total penggunaan kontrasepsi hormonal adalah 9,11 tahun,, dan mayoritas mengalami menopause normal (75%).

Berdasarkan hasil analisa statistik uji korelasi menggunakan kontingensi C

(koefisien Cramer) dengan taraf kritik (α) yang digunakan adalah 0,05, dapat

dibuktikan bahwa: ada hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause (ρ=0,012 < α=0,05) dengan nilai koefisien Cramer (C)= 0,434; ada hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

(ρ=0,000 < α=0,05) dengan nilai koefissien Cramer (C)= 0,517. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Ha1 dan Ha2 diterima dengan pernyataan hipotesa Ha1

ada hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause; Ha2 ada

hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal engan usia menopause. Keeratan hubungan termasuk kuat dengan arah yang positif.

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Peneliti menyarankan agar pendidikan keperawatan menambahkan kegiatan penyuluhan tentang kontrasepsi hormonal dan menopause kepada masyarakat dalam kurikulum praktek komunitas yang dilakukan mahasiswa agar


(53)

pengetahuan masyarakat tentang kontrasepsi hormonal dan menopause semakin baik.

6.2.2 Pelayanan keperawatan

Peneliti menyarankan agar pelayanan keperawatan lebih banyak melakukan sosialisasi tentang metode penggunaan kontrasepsi yang tepat kepada masyarakat sesuai dengan tujuan akseptor KB menggunakan kontrasepsi. Disarankan juga agar pelayanan keperawatan lebih mensosialisasikan tentang metode kontrasepsi jangka panjang agar jumlah pengguna metode tersebut (AKDR dan implan) semakin meningkat karena metode tersebut menimbulkan keluhan yang lebih sedikit serta resiko putus penggunaan KB lebih kecil dibandingkan metode pil dan suntik, sehingga dengan demikian target pencapaian jumlah akseptor KB dalam program Keluarga Berencana yang sedang dijalankan pemerintah saat ini dapat tercapai.

6.2.3 Penelitian keperawatan

Disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan memperhatikan variabel riwayat menopause dini dalam keluarga, riwayat penyakit, dan usia ibu saat melahirkan anak terakhir untuk menapatkan hasil yang lebih tepat tentang hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.


(54)

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1

Menopause

2.1.1

Defenisi Menopause

Kata menopause pertama kali digunakan oleh dokter pada tahun 1821 (Ballard, 2003 dalam Bushman dan Young, 2012). Kata ini berasal dari bahasa Yunani menos, yang berarti bulan, dan pausos, yang berarti berakhir. Jadi menopause dapat diartikan berhentinya siklus menstruasi bulanan (Bushman & Young, 2012).

Semua wanita yang berumur panjang akan mengalami menopause. Abernethy (2009, dalam Andrews, 2009) mengatakan menopause merupakan suatu fase dalam kehidupan wanita dimana masa kesuburan sudah berakhir yang ditandai dengan berhentinya siklus haid. Menurut Morgan dan Hamilton (2009) menopause merupakan berhentinya menstruasi secara permanen akibat kegagalan ovarium. Widyastuti, Rahmawati, dan Purnamaningrum (2009) berpendapat bahwa menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir yang dapat didiagnosis setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya selama 1 tahun. Jadi menopause dapat didefenisikan sebagai suatu fase dalam kehidupan wanita dimana siklus haid berhenti secara permanen sekurang-kurangnya selama 1 tahun, yang dapat terjadi akibat berhentinya fungsi ovarium.

Sebelum mencapai menopause seorang wanita terlebih dahulu melalui masa perimenopause. Perimenopause merupakan masa yang menjelaskan tentang tahun-tahun menjelang masa menopause, yang ditandai dengan ketidakteraturan


(55)

menstruasi (Morgan dan Hamilton, 2009). Masa peralihan ini terjadi selama 4-5 tahun sekitar menopause (2-3 tahun sebelum dan sesudah menopause), dan ditandai dengan perdarahan yang terjadi sebentar dan sedikit atau perdarahan yang banyak disertai bekuan dan rasa kram.

Menopause merupakan masa yang sangat individual dan berbeda pada tiap wanita. Perbedaannya dapat dilihat dari usia awal menopause, keluhan-keluhan yang dirasakan, serta respon dalam menghadapi perubahan selama masa menopause maupun masa setelahnya (pascamenopause). Usia awal menopause berbeda-beda tergantung faktor yang mempengaruhinya. Enam persen wanita mengalami menopause pada usia 35 tahun, 25% pada usia 44 tahun, 75% pada usia 50 tahun, dan 94% pada usia 55 tahun (Morgan dan Hamilton, 2009). Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa usia menopause terbanyak yaitu pada usia 50-55 tahun. Wilson (2003 dalam Bushman & Young, 2012) menyebutkan bahwa rentang usia menopause wanita di Amerika Serikat adalah 40-55, dengan rata-rata usia 51,3 tahun. sedangkan menurut Ganong (2014) usia rata-rata awitan menopause adalah sekitar 52 tahun. DepKes RI menyebutkan rentang usia menopause wanita Indonesia adalah 45-55 tahun dengan rata-rata usia menopause 49 tahun. Beberapa wanita mengalami perhentian menopause secara lambat dan bertahap selama bertahun-tahun, sebagian mengalaminya dengan cepat. Keluhan yang dialami juga dapat berbeda. Sebagian wanita dapat melalui masa menopause


(56)

2.1.2 Tipe Menopause

Menopause dapat terjadi sebagai kejadian yang terjadi secara alami atau perubahan hidup yang timbul akibat intervensi medis. Penyebab menopause dapat dikategorikan sebagai berikut:

2.1.2.1Menopause normal

Menopause normal merupakan menopause yang terjadi secara alami sesuai dengan waktu normal terjadinya menopause, yaitu 45-55 tahun, dengan rata-rata usia kurang lebih 51 tahun (Tagliaferri, Cohen, Tripathy, 2007)

2.1.2.2Menopause prematur

Menopause prematur adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun apapun penyebabnya. Wanita yang menjalani menopause prematur memiliki resiko yang lebih kecil untuk terkena kanker payudara dan ovarium, tetapi memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena osteoporosis (Tagliaferri, Cohen, Tripathy, 2007). Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang wanita mengalami menopause prematur, termasuk genetik, proses autoimun, atau intervensi medis, seperti kemoterapi, dan pengangkatan indung telur (ooforektomi).

2.1.2.3 Menopause beralasan atau medis

Menopause beralasan atau medis terjadi pada saat adanya kerusakan parah pada ovarum (seperti yang disebabkan oleh kemoterapi) atau adanya pengangkatan operatif ovarium (Tagliaferri, Cohen, Tripathy, 2007). Pada saat terjadi kerusakan pada ovarium atau dilakukan pengangkatan ovarium, terjadi penurunan produksi hormon estrogen secara tiba-tiba dan wanita dengan


(57)

menopause tipe ini cenderung mengalami gejala menopause yang lebih parah dibandingkan dengan wanita yang mengalami menopause alami (Tagliaferri, Cohen, Tripathy, 2007).

2.1.2.4 Menopause terlambat

Seorang wanita dikatakan mengalami menopause terlambat jika usia menopausenya diatas 55 tahun. Menopause yang terlambat sering dikaitkan dengan fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen, sehingga seorang wanita yang mengalami menopause terlambat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi, 2008). Menurut Novak dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), wanita dengan karsinoma endometrium sering mengeluhkan menopausenya yang terlambat. Selain itu, wanita yang mengalami menopause terlambat akan terpapar estrogen lebih lama dibandingkan wanita dengan jadwal menopause normal, dimana menurut Manuaba (2010) paparan estrogen berhubungan dengan angka kejadian carsinoma mammae.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi usia menopause

Usia seseorang mengalami menopause dapat berbeda menurut faktor yang mempengaruhinya. Menurut hasil penelitian Herawati (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi usia menopause, yaitu: kebiasaan merokok, pendapatan, penggunaan kontrasepsi, olahraga, jumlah anak, status pernikahan,


(58)

2.1.3.1 Usia menarche

Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia menarche berhubungan dengan usia menopause. Semakin cepat seorang wanita mengalami menarche maka semakin lama menopause terjadi sehingga masa reproduksi akan semakin panjang. Hal tersebut berhubungan dengan jumlah folikel primordial yang tersisa untuk dimatangkan selama masa reproduksi yang dimulai sejak masa pubertas (menarche). Menurut Sibagariang, Pusmaika, Rismalinda (2010) usia menarche di Indonesia berkisar 12-13 tahun, sebagian perempuan mengalami menstruasi lebih awal (8 tahun) atau lebih lambat (18 tahun). Jumlah folikel primordial pada usia 6-9 tahun adalah sebanyak 486.600 dan terus berkurang hingga tersisa 382.000 pada usia 12-16 tahun (Kasdu, 2002). Sedangkan menurut Manuaba (2010) jumlah folikel primordial pada usia 6-15 tahun berkisar 440.000 dan terus berkurang hingga mencapai 160.000 pada usia 16-25 tahun. Semakin lama seorang wanita mengalami menarche, maka semakin sedikit jumlah folikel primordial yang akan dimatangkan dan melalui proses ovulasi dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut yang dapat menyebabkan perempuan yang mengalami menarche lebih cepat mengalami menopause yang lebih lambat karena menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia menopause berhubungan dengan jumlah cadangan folikel yang masih tersisa dalam ovarium.

2.1.3.2 Penggunaan kontrasepsi hormonal

Sebagian besar kontrasepsi hormonal menekan produksi dan sekresi gonadotropin (Baziad, 2002). Hormon yang temasuk dalam hormon


(59)

gonadotropin yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing

Hormone), dimana hormon ini berperan dalam proses pematangan dan pelepasan

folikel ovarium (Andrews dan Steele, 2009 dalam Andrews, 2009).

Menurut pendapat Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008) pemberian hormon estrogen dan/ atau progesteron dalam konsentrasi dan jangka waku tertentu dapat menekan produksi dan sekresi gonadotropin melalui suatu mekanisme umpan balik positif-negatif. Pemberian hormon estrogen dan/ atau progesteron melalui kontrasepsi hormonal akan menyebabkan konsentrasi kedua hormon steroid tersebut meningkat hingga mencapai konsentrasi tertentu yang dapat menstimulus hipofisi anterior untuk menghentikan produksi dan sekresi FSH dan LH. Ketika produksi dan sekresi gonadotropin dihambat maka proses pematangan folikel akan terhambat dan ovulasi tidak terjadi sehingga menyebabkan menstruasi yang tidak menghasilkan sel telur dan juga berarti mempengaruhi kesuburan wanita.

2.1.3.3 Paritas

Usia menopause berhubungan dengan paritas, semakin banyak jumlah anak maka usia menopause akan semakin tua (Kasdu, 2002; Sibagariang, Pusmaika, Rismalinda, 2010). Hal tersebut terjadi karena selama kehamilan dan persalinan sistem kerja organ reproduksi dihambat (Kasdu, 2002). Menurut Sibagariang, Pusmaika, Rismalinda (2010) selama kehamilan, menstruasi dan


(60)

siklus menstruasi selama 6 bulan pertama setelah kembalinya haid bersifat anovulatorik (tidak mengandung sel telur). Penundaan ovulasi selama masa kehamilan dan laktasi menyebabkan waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kehilangan seluruh folikel akan semakin lama. Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia menopause berhubungan dengan jumlah cadangan folikel yang masih tersisa dalam ovarium.

2.1.3.4 Konsumsi isoflavon

Menurut penelitian Mulyati, Triwinarto, Budiman (2006), konsumsi isoflavon berpengaruh terhadap usia menopause. Isoflavon adalah salah satu dari tiga gugus utama fitoestrogen. Fitoestrogen merupakan hormon alamiah yang terdapat dalam tanaman (kacang dari keluarga polong-polongan, paling banyak terdapat pada kedelai) yang memiliki efek manfaat mirip dengan estrogen (Northrup, 2006). Sama seperti hormon estrogen, isoflavon akan terikat dengan reseptor estrogen dalam tubuh dan memerikan efek yang menyeimbangkan atau adaptogenik, artinya, saat kadar estrogen dalam tubuh rendah maka isoflavon akan menaikkan kadarnya hingga mencapai keseimbangan, begitu pula sebaliknya (Northrup, 2006). Menopause berhubungan dengan defisiensi estrogen sebagai akibat dari menurunnya fungsi ovarium. Dengan mengkonsumsi isoflavon maka penurunan kadar estrogen dalam tubuh dapat diseimbangkan. Konsumsi isoflavon sebanyak 80 mg per hari dalam jangka panjang akan memperlama usia menopause dan mengurangi masalah kesehatan yang terjadi pada masa menopause (Mulyati, Triwinarto, Budiman, 2006).


(61)

2.1.4Dampak fisik yang terjadi saat menopause 2.1.4.1 Hot flush

Rata-rata 75% wanita menopause akan mengalami hot flush (North American Menopause Society/NAMS, 2004 dalam Bushman dan Young, 2012). Menurut Goldman dan Hatch (2000, dalam Bushman dan Yong, 2012), hot flush didefenisikan sebagai peningkatan atau perasaan kepanasan di dalam atau pada tubuh. Perasaan kepanasan terdapat pada bagian atas tubuh (wajah, leher) atau di seluruh tubuh. Hot flush dapat disertai dengan keringat dan kadang ruam merah pada kulit.

2.1.4.1Perubahan vagina

Saat produksi estrogen berkurang, lapisan dinding vagina menjadi lebih tipis dan kurang elastis. Selain itu sekresi vagina menurun dan pH vagina berubah dari asam menjadi basa, sehingga meningkatkan resiko terkena infeksi vagina (Bushman dan Yong, 2012).

2.1.4.2Perubahan kulit

Perubahan pada kulit yang terjadi berupa penipisan dan penurunan lapisan lemak subkutan, kekeringan, kerontokan rambut, dan hirsutisme ringan di wajah (Manuaba, 2010).

2.1.4.3Masalah perkemihan


(62)

uretra (Manuaba, 2010). Hal ini menyebabkan banyak wanita menopause yang mengeluhkan inkontinensia urin.

2.1.5 Dampak psikologis yang terjadi akibat menopause

Banyak wanita yang mengeluh masalah psikologis saat menopause, tetapi sulit untuk menentukan apakah masalah ini timbul akibat defisiensi estrogen atau merupakan faktor sekunder akibat gejala lain, seperti flush dan keringat malam (Abernethy, 2009 dalam Andrews, 2009). Keringat malam yang berkepanjangan akan menyebabkan gangguan pola tidur yang akhirnya menyebabkan gangguan konsentrasi, ingatan yang kurang baik, bahkan gejala fisik seperti sakit kepala dan keletihan. Gejala psikologi lain yang dapat timbul yaitu depresi, kurangnya rasa percaya diri, perasaan tidak berharga, dan kesulitan membuat keputusan (Abernethy, 2009 dalam Andrews, 2009).

2.2 Kontrasepsi hormonal

2.2.1 Defenisi kontrasepsi hormonal

Sejak dahulu wanita dan pria telah berupaya mengontrol kesuburan dengan berbagai metode. Zaman dahulu wanita menggunakan kain berminyak dan lemon belah sebagai diafragma, sedangkan pria menggunakan kondom yang terbuat dari sutra, linen, dan usus binatang (Everett, 2009 dalam Andrews, 2009). Di Cina, wanita mengkonsumsi merkuri untuk mencegah kehamilan, sedangkan wanita di Arab menggunakan kotoran gajah sebagai pesarium vagina (Everett, 2009 dalam Andrews, 2009).


(63)

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, baik secara permanen maupun sementara (Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi, 2008). Kontrasepsi hormonal adalah suatu metode untuk mencegah kehamilan dengan cara pemberian hormon steroid. Metode ini merupakan salah satu metode yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad, 2002). Penggunaan kontrasepsi saat ini sudah dikenal luas secara internasional dan disarankan melalui program keluarga berencana. Saat ini hampir 60% pasangan usia subur di seluruh dunia telah menggunakan kontrasepsi (Glasier dan Gebbie, 2006).

Pada tahun 1921, Haberlandt adalah ilmuan pertama yang berspekulasi bahwa ekstrak dari ovarium dan plasenta hewan hamil dapat digunakan untuk mengendalikan kesuburan. Pada tahun 1937, Kuzrok menyatakan bahwa selama terapi untuk dismenore, ovulasi dihambat dengan menggunakan estron ovarium dan menganjurkan mungkin hormon ini bermanfaat dalam kontrasepsi. Kemudian pada tahun 1950-an pil kontrasepsi oral mulai diproduksi (Guillebaud, 2006 dalam Glasier dan Gabbie 2006).

Lebih dari 200 juta jiwa wanita di seluruh dunia telah mengkonsumsi pil KB sejak pertama kali tersedia, dan saat ini jumlah pemakai adalah sekitar 70 juta jiwa (Guillebaud, 2006 dalam Glasier & Gebbie, 2006). Di Sumatera Utara, kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak


(64)

2014, akseptor KB jenis pil sebanyak 74.617 jiwa, jenis suntikan sebanyak 85.191 jiwa, dan jenis implan sebanyak 20.790 jiwa (BKKBN, 2015).

Sebagian besar jenis hormon yang terdapat dalam kontrasepsi hormonal adalah hormon sintetik karena hormon alami mudah diserap oleh usus dan mudah dihancurkan di hati. Kontrasepsi hormonal mengadung hormon yang terdiri dari estrogen saja, progesteron saja, dan kombinasi estrogen-progesteron.

2.2.2 Bentuk pemberian kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi hormonal dapat berbentuk tablet atau drages dan berupa depo injeksi. Kontrasepsi oral biasanya dikemas dalam satu kotak yang berisi 21 atau 22 tablet, dan sebagian kecil ada yang berisi 28 tablet, dengan 6 atau 7 tablet terakhir merupakan plasebo sehingga tidak perlu lagi masa istirahat 6 atau 7 hari. Minipil digunakan tanpa masa istirahat yang terdiri dari 35 tablet. Sediaan depo injeksi dapat berupa injeksi mikrokristalin atau cairan minyak dari asam lemak steroid ester (Baziad, 2002). Bentuk pemeberian IUD (intrauterine device) atau yang sering disebut AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) merupakan kontrasepsi hormonal berupa logam atau plastik yang mengandung hormon progesteron yang ditanamkan dalam rahim (Ganong, 2014). Selain itu ada juga bentuk pemberian implan, yaitu alat kontrasepsi yang disusukkan di bawah kulit. Implan terdiri atas 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel (Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi, 2008).


(65)

2.2.3 Jenis/sediaan kontrasepsi hormonal

2.2.3.1Sediaan estrogen-gestagen (kombinasi)

Bentuk pemberian sediaan kombinasi adalah tablet yang diberikan secara oral dan merupakan sediaan yang paling banyak digunakan. Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah menekan ovulasi, mengubah lendir serviks menjadi kental, menghambat pembentukan endometrium, dan memperlambat motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu (Baziad, 2002).

2.2.3.2 Sediaan gestagen saja

Sediaan gestagen saja diperkenalkan untuk menghindari efek samping estrogen dan untuk menurunkan pajanan total ke steroid. Bentuk pemberian sediaan gestagen saja adalah minipil, norplant, suntik, dan implant subdermis. Gestagen bekerja menghambat konsepsi dengan cara menekan sekresi gonadotropin, mengubah lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga tidak menguntungkan untuk implantasi, serta memperlambat motilitas tuba (Baziad, 2002). Salah satu kelebihan sediaan gestagen adalah tidak adanya efek merugikan pada proses laktasi dan tidak adanya bukti pengurangan jumlah dan kualitas ASI, serta tidak ada efek pada pertumbuhan dan perkembangan bayi (Fraser, 2006 dalam Glasier & Gebbie, 2006).


(66)

sebagai kontrasepsi darurat sudah lama ditinggalkan karena penggunaan estrogen dalam kontrasepsi ini harus dalam dosis tinggi sehingga menimbulkan efek samping yang tinggi. Mekanisme kerja estrogen bukan lagi untuk mencegah konsepsi, tetapi mencegah terjadinya nidasi (Baziad, 2002).

2.2.4 Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal

Bayi wanita sudah memiliki folikel ovarium berjumlah 500.000-700.000 saat lahir, yang akan terus berkurang hingga jumlahnya hanya berkisar 34.000-40.000 pada masa menjelang pubertas (Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi, 2008). Selama masa reproduksi, hanya sekitar 400 folikel yang akan mencapai kematangan, dan akan dilepas selama masa ovulasi.

Salah satu cara kerja kandungan estrogen dan progesteron dalam kontrasepsi hormonal adalah untuk menghambat sekresi hormon gonadotrin. Gonadotropin (FSH dan LH) dikeluarkan oleh hipofisis anterior dan berperan dalam proses pematangan dan pelepasan folikel (ovulasi). Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008) menyatakan bahwa estrogen dan progesteron dalam konsentrasi dan jangka waktu tertentu dapat menghambat produksi FSH dan LH oleh hipofisis anterior. Peristiwa tersebut dinamakan umpan balik negatif dari estrogen dan progesteron. Menurut Ganong (2014), sekresi LH tertahan akibat efek umpan balik negatif peningkatan kadar estrogen, jika kadar estrogen dalam darah ditingkatkan hingga 300% selama 24 jam maka yang terjadi adalah umpan balik negatif estrogen.

Ketika estrogen dan progesteron dalam konsentrasi tertentu diberikan, maka sekresi FSH dan LH akan dihambat dan secara otomatis proses pematangan dan


(67)

pelepasan folikel menjadi terhambat sehingga menyebabkan menstruasi yang tidak mengandung sel telur (anovulatorik). Dalam Ganong (2014) disebutkan bahwa wanita yang menjalani pengobatan jangka panjang estrogen tidak mengalami ovulasi. Wanita yang diterapi dengan estrogen dosis serupa ditambah suatu obat progestasional tidak mengalami ovulasi karena kedua gonadotropinnya terhambat (Ganong, 2014). Tidak terjadinya ovulasi menyebabkan penundaan kesuburan seorang wanita. Penundaan kesuburan tersebut akan menyebabkan semakin lama waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kehilangan seluruh folikel sehingga terjadinya menopause juga akan semakin lama. Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia menopause berhubungan dengan jumlah cadangan folikel yang masih tersisa dalam ovarium.


(68)

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Dewasa ini usia harapan hidup wanita di Indonesia lebih tinggi dibandingkan usia harapan hidup pria. Pada tahun 1990 usia harapan hidup wanita di Indonesia adalah 61,5 tahun, meningkat menjadi 67,3 tahun pada tahun 2000, dan terus mengalami peningkatan menjadi 72,6 tahun di tahun 2010. Usia harapan hidup wanita di Sumatera utara pada tahun 1990 adalah 63,9 tahun, meningkat menjadi 67,9 tahun pada tahun 2010, dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai angka 72,8 tahun di tahun 2010 (BKKBN, 2014). Peningkatan usia harapan hidup pada wanita tersebut menunjukkan jumlah kelompok wanita usia lanjut yang semakin meningkat.

Jumlah penduduk kelompok wanita usia diatas 50 tahun pada tahun 2013 sudah mencapai 1.043.481 jiwa dari total 6.678.117 jiwa penduduk wanita Sumatera Utara (BPS, 2015). BKKBN memprediksikan jumlah wanita kelompok usia di atas 50 tahun pada tahun 2020 mendatang sebesar 1.379.000 jiwa dari total 7.367.700 jiwa penduduk wanita Sumatera Utara (BKKBN, 2014). Meningkatnya jumlah penduduk wanita kelompok usia diatas 50 tahun juga berarti adanya peningkatan jumlah wanita yang mengalami menopause, dimana masa ini merupakan masa kritis karena terjadinya perubahan-perubahan pada fisik maupun psikologis.

Menurut penelitian Mulyati, Triwinarto, Budimanata (2006) dengan judul konsumsi isoflavon berhubungan dengan usia mulai menopause, dikatakan bahwa


(69)

rata-rata usia menopause di Indonesia pada tahun 1980 adalah 46 tahun. Penelitian Agoestina (1982 dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi, 2008) yang dilakukan di Bandung menunjukkan bahwa 50% wanita Indonesia sudah mengalami menopause di usia 48 tahun. Menurut DepKes RI (2006) rata-rata usia menopause wanita Indonesia adalah 49 tahun. Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008) usia menopause di Indonesia semakin meningkat. Pergeseran angka tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia menarche, status pekerjaan, jumlah anak, usia melahirkan terakhir, penggunaan kontrasepsi, konsumsi alkohol, merokok, dan riwayat penyakit (Safitri, 2009). Sedangkan menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008) faktor yang dapat mempengaruhi usia menopause adalah usia menarche, herediter, kesehatan umum, dan pola kehidupan.

Sebagian besar kontrasepsi hormonal bekerja dengan cara menekan produksi dan sekresi gonadotropin (Baziad, 2002). Sediaan hormon gonadotropin antara lain, yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone), dimana hormon ini berperan dalam proses pematangan dan pelepasan folikel ovarium (Andrews, 2009). Ketika produksi dan sekresi gonadotropin dihambat maka proses pematangan folikel akan terhambat dan ovulasi terganggu sehingga menyebabkan menstruasi yang tidak menghasilkan sel telur. Penekanan ovulasi ini akan menyebabkan waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kehilangan seluruh


(70)

cadangan folikel yang masih tersisa dalam ovarium. Penelitian Sari & Lestari (2014) dengan judul hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal dengan usia menopause di dusun Alastuwo kecamatan Poncol Magetan, juga menyebutkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal berhubungan terhadap usia menopause. Hasil penelitian terkait lainnya juga menyebutkan hal yang sama, yaitu pada penelitian Masruroh (2012) yang menyebutkan bahwa riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal berhubungan dengan usia menopause. Tetapi hasil penelitian Emelisa (2012) dengan judul gambaran faktor yang mempengaruhi menopause dini terhadap ibu-ibu yang tinggal di komplek perumahan Perumnas II Indarung kecamatan Lubuk Kilangan tahun 2012 menunjukkan hal yang bertentangan. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa semua ibu-ibu yang mengalami menopause dini memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal.

Saat ini pemerintah semakin menggalangkan program keluarga berencana sehingga menyebabkan jumlah pengguna alat kontrasepsi juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 persentase akseptor KB hormonal terhadap akseptor KB kelompok Wanita Usia Subur (WUS) di Indonesia sebesar 51,8%. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun 1991-2007, persentase penggunaan kontrasepsi hormonal (pil, suntik, IUD, dan implan) terhadap jumlah pengguna kontrasepsi modern (pil, suntik, implan, kondom, IUD, MOW, MOP) di Sumatera Utara adalah sebagai berikut: pada tahun 1991 persentase penggunaan pil sebesar 29,80%, suntik sebesar 19,90%, IUD sebesar 20,70%, dan implan sebesar 3,50%; pada tahun 1994, persentase pengguna pil sebesar 29,60%, suntik sebesar 20,60%,


(71)

IUD sebesar 17,00%, dan implan sebesar 4,50%; pada tahun 1997 persentase pengguna pil sebesar 28,70%, suntik sebesar 30,40%, IUD sebesar 9,60%, dan implan sebesar 6,10%; pada tahun 2002/2003 persentase pengguna pil sebesar 24,90%, suntik sebesar 30,30%, IUD sebesar 6,30%, dan implan sebesar 4,80%; pada tahun 2007 persentase pengguna pil sebesar 21,60%, suntik sebesar 32, 10%, IUD sebesar 3,90%, implan sebesar 3,50%. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat adanya peningkatan jumlah pengguna kontrasepsi hormonal jenis suntik dan implan, walaupun terjadi penurunan jumlah pengguna kontrasepsi hormonal jenis pil dan IUD. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional memperkirakan adanya peningkatan pengguna kontrasepsi modern nasional sebesar 2 juta pengguna sejak tahun 2012 lalu sehingga meningkatkan persentase pengguna kontrasepsi dari 58% menjadi 60% (BKKBN, 2014). Di kota Medan, alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah jenis pil, yaitu sebesar 17.942 jiwa (BKKBN, 2014).

Menopause yang datang lebih awal (menopause prematur) menimbulkan konsekuensi jangka panjang yang jauh lebih besar dibandingkan dengan menopause normal (Andrews, 2009). Setelah menopause, terjadi penurunan produksi hormon estrogen secara signifikan. Penurunan ini menimbulkan keluhan-keluhan, baik secara fisik maupun psikologis (Manuaba, 2010). Keluhan fisik dapat berupa hot flush (semburan rasa panas), kulit menjadi kering, rambut


(72)

(Andrews, 2009). Sedangkan menopause yang terlambat dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Tubuh wanita yang mengalami menopause terlambat akan terpapar estrogen lebih lama daripada wanita yang mengalami menopause normal. Menurut Manuaba (2010), paparan estrogen berhubungan dengan angka kejadian carsinoma mammae. Ganong (2014) menyebutkan bahwa 35% karsinoma payudara pada wanita berusia subur bersifat dependen-estrogen, yang artinya pertumbuhannya bergatung pada adanya estrogen dalam darah. Menurut Gebbie & Glasier (2005), kemungkinan terjadinya kanker payudara merupakan salah satu pertimbangan khusus dalam pemberian terapi sulih hormon estrogen. Hal ini disebabkan karena setelah dilakukan reanalisa terhadap 90% data epidemologis mengenai hubungan antara terapi sulih hormon dan kanker payudara, ditemukan hasil adanya peningkatan kecil resiko kanker payudara seiring dengan lamanya pemberian terapi pada wanita yang menerima terapi sulih hormon (Gebbie & Glasier, 2005).

Penulis tertarik meneliti tulisan ini untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause. Hal yang mendasarinya adalah adanya peningkatan prevalensi penggunaan kontrasepsi hormonal yang beriringan dengan peningkatan usia menopause di Indonesia.

1.2 Rumusan masalah

Apakah terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause?


(1)

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat terbaik saya yang setia berdiskusi dengan saya, membantu

saya dalam proses pembuatan skripsi ini.

8. Serta semua pihak yang telah membantu saya dalam menempuh pendidikan

dan penyusunan skripsi penelitian ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya dan

peneliti juga menerima saran yang membangun dari semua pihak untuk hasil yang

lebih baik. Akhir kata peneliti sampaikan terimakasih.

Medan, 26 Juli 2016


(2)

vi

DAFTAR ISI

halaman

Halaman judul ... i

Lembar pernyataan orisinalitas ... ii

Lembar pengesahan skripsi ... iii

Prakata... iv

Daftar isi ... vi

Daftar tabel ... ix

Daftar skema ... x

Abstrak ... xi

Abstract ... xii

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 5

1.3 Tujuan penelitian ... 6

1.4 Manfaat penelitian ... 6

Bab 2 Tinjauan pustaka 2.1 Menopause ... 8

2.1.1 Defenisi menopause... 8

2.1.2 Tipe menopause ... 10

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi usia menopause ... 11

2.1.4 Dampak fisik yang terjadi saat menopause ... 15

2.1.5 Dampak psikologis yang terjadi akibat menopause ... 16

2.2 Kontrasepsi hormonal ... 16

2.2.1 Defenisi kontrasepsi hormonal ... 16

2.2.2 Bentuk pemberian kotrasepsi hormonal ... 18

2.2.3 Jenis/ sediaan kontrasepsi hormonal ... 19

2.2.4 Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal... 20


(3)

Bab 3 Kerangka penelitian

3.1 Kerangka penelitian... 22

3.2 Defenisi operasional ... 22

3.3 Hipotesa ... 24

Bab 4 Metode penelitian 4.1 Desain penelitian ... 25

4.2 Populasi dan sampel penelitian... 25

4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 27

4.4 Pertimbangan etik ... 27

4.5 Instrumen penelitian ... 28

4.6 Uji validitas dan reliabilitas ... 28

4.7 Pengumpulan data ... 30

4.8 Pengolahan dan analisis data ... 31

Bab 5 Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil……… ... 32

5.1.1 Karakteristik responden ... 32

5.1.2 Jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan ... 33

5.1.3 Lama penggunaan kontrasepsi hormonal ... 34

5.1.4 Usia menopause ... 34

5.1.5 Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause ... 35

5.1.6 Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause ... 36

5.2 Pembahasan ... 36

5.2.1 Jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal... 36

5.2.2 Usia menopause ... 39 5.2.3 Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia


(4)

viii

5.2.4 Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause ... 42 5.3 Hambatan penelitian ... 44

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan…. ... 46 6.2 Saran…………. ... 46 Daftar pustaka…….. ... 48 Lampiran-lampiran

Lampiran 1 Inform consent Lampiran 2 Instrumen penelitian Lampiran 3 Jadwal tentatif penelitian Lampiran 4 Hasil uji validitas

Lampiran 5 Hasil uji reliabilitas Lampiran 6 Master data

Lampiran 7 Hasil penelitian

Lampiran 8 Surat keterangan melakukan validitas instrumen Lampiran 9 Surat ijin penelitian

Lampiran 10 Surat etik penelitian Lampiran 11 Riwayat hidup


(5)

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 3.1 Defenisi operasional hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal

dengan usia menopause ... 23 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden ... 33 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan .... 34 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi lama penggunaan kontrasepsi hormonal ... 34 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi usia menopause responden... 35 Tabel 5.5 Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause ... 35 Tabel 5.6 Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia


(6)

x

Daftar Skema

halaman Skema 1. Kerangka penelitian hubungan penggunaan kontrasepsi