Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kontrasepsi Hormonal di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat 2016

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR

TENTANGKONTRASEPSI HORMONAL DI

POSYANDUMELATI II KELURAHAN PAMULANG

BARAT

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

SHELLY AYU HARLYNDA HASVINTA FURRY

109104000009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437H/2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

Tempat, Tanggal lahir : Magetan, 25 Februari 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Menikah

Alamat : Kampung Bali RT.004/005 No.28 Ujung Menteng, Cakung Jakarta Timur Tlp/ Hp : 085959136165

Email : shellyayu16@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDN PGRI Maospati II – SDN Pulogebang 24 Pagi (1997-2003)

2. MTs Negeri 20 Pulogebang (2003-2006)

3. MA Negeri 08 Cakung (2006-2009)


(7)

vi PELATIHAN/TRAINING/KURSUS

1. Pelatihan “Breaking The Silent” FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Simposium Nasional “Perspektif Islam Dalam Membangun Karakter Bangsa

Pada Era Milenium Kesehatan” FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Seminar Dokter Muslim “Smoking Cessation For Better Generation Without

Tobacco” FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Nursing Camp ILMIKI Wilayah III “Memaksimalkan Peran Organisasi Keperawatan Dalam Menghadapi Tantangan Global” ILMIKI dan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Emergency Nursing Seminar & Workshop “Peran Perawat Dalam Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” RSUD Gatot Soebroto- Jakarta

6. Penghargaan Teman Terapih Angkatan 2009 – 2010 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota KIR MAN 08 Cakung 2007-2008 2. Sekretaris Pramuka MAN 08 Cakung 2007-2008 3. Anggota divisi Humas BMJ Ilmu Keperawatan 2009-2011 4. Ketua divisi Medis relawan ESQ 2011-sekarang 5. Sangga Kerja Raimuna Nasional 2008


(8)

vii

Shelly Ayu Harlynda Hasvinta Furry, NIM. 109104000009

Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kontrasepsi Hormonal di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat 2016

xviii + 90halaman + 9 tabel + 1 bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Prevelensi penggunaan kontrasepsi di Indonesia didominasi oleh penggunaan kontrasepsi jenis suntik (34,3%) dan pil (13,9%). Wilayah kota Tangerang sendiri memiliki data pengguna kontrasepsi pengguna suntik (819,6%), pil (484,7%) dan implant (30,1%). Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pengetahuan wanita usia subur tentang alat kontrasepsi hormonal. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data responden diperoleh 59 orang dengan menggunakan instrument kuesioner. Hasil analisis univariat karakteristik berdasarkan usia dengan jumlah presentase 47,5% untuk usia dewasa muda( <32 tahun) dan 52,5% untuk usia dewasa tua ( ≥32 tahun). Berdasakan jenis

pendidikan 49,2% tamat pendidikan dasar (SD,SMP), 45,8% tamat pendidikan menengah (MA/SMA/SMK) dan 5,1%, Tamat pendidikan tinggi. Wanita usia subur dengan hasil presentase 20,3% diketahui bekerja, sementara sebanyak 79,7% yang tidak bekerja. Hasil presentase dari pengetahuan wanita usia subur tentang alat kontrasepsi hormonal diketahui sebanyak 45,8% katagori baik, 50,8% dikatagorikan cukup dan 3,4% masih dalam katagori pengetahuan kurang. Berdasarkan jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan diketahui sebanyak 32,2% menggunakan Pil, 52,5% menggunakan Suntik dan 15,3% yang menggunakan jenis Implant. Peneliti menyarankan agar petugas kesehatan dan kader posyandu dapat lebih aktif dalam memberikan promosi kesehatan tentang alat kontrasepsi hormonal (pil, suntik, dan implant) guna meningkatkan pengetahuan wanita usia subur tentang alat kontrasepsi yang digunakan

Kata Kunci : Pengetahuan, Wanita Usia Subur , Kontrasepsi Hormonal Daftar Bacaan : 55 (1998-2015)


(9)

viii SCHOOL OF NURSING

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate Thesis, Juni 2016

Shelly Ayu Harlynda Hasvinta Furry, NIM. 109104000009

Knowledge of Women in their Productive Age about Hormonal Contraceptive in The Posyandu Melati II Village Pamulang Barat 2016

xviii + 90 pages + 9 tables + 1 schemes + 7 attachments

ABSTRACT

The prevalence of contraceptive in Indonesia is dominated by the used of injections contraceptive (34.3%) and pills (13.9%).Tangerang city area for examplehas around (819.6%) of women using contraceptive injection while others use pills (484.7%), and the implant (30.1%). This research aims to describe the knowledge of women in their productive age about hormonal contraception.This research method used a quantitative approach with descriptive research.Data of 59 respondents obtained using a questionnaire.The results of the univariate analysis of the characteristics based on their age on the percentage 47.5% of young adults aged ( <32 years ) and 52.5% for older adults aged ( ≥32 years ).Based on education 49.2% completed of primary education (elementary, middle), 45.8%completed senior education (MA/SMA/SMK) and 5.1%, collegeeducation.Women in their productive age with the percentage 20.3% are working, while 79.7% were not working. The results of women in their productive age knowledge of hormonal contraceptives is known as much 45.8% in good category, 50.8% categorized enough and 3.4% is still in the category of less knowledge.Based on the type of hormonal contraceptive use are known 32.2% use the Pill, 52.5% using a Injection, and 15.3% use an implant.Researchers suggested that health officials and cadres of Posyandu can be more active in providing health promotion of hormonal contraceptives (pills, injections, and implants) to increase awareness of women in their productive age about contraception use.

Keywords: Knowledge, Women in their productive age, Hormonal Contraception Reading list : 55 (1998-2015)


(10)

ix

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia serta ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Homonal di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat tahun 2016

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.

Penyusunan skripsi ini, berbagai pihak telah banyak memberikan dorongan/ motivasi, bantuan serta masukan sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM. M.Kes selaku Dekan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Ketua Program Studi dan ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(11)

x

3. Ibu Mardiyanti.,S.Kep,MDS selaku Pembimbing I dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep.,Sp.KMB selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak waktu, tenaga, dan buah pikiran sehingga proposal skripsi ini dapat dilanjutkan.

4. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan keperawatan serta teladan yang baik.

5. Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan yang telah memberi persetujuan awal kepada penulis untuk melakuakan penelitian di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat

6. Ketua Posyandu Bu Eri dan seluruh kader Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat yang telah membantu penulis melakukan penelitian.

7. Spesial terimakasih untuk mama, papa, dan adik-adik tersayang yang telah memberikan motivasi dan kasih sayang nya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini

8. Untuk suami tersayang bang Imbron yang telah berusaha keras memberikan motivasi dan dukungannya, yang tak pernah lelah menasehati

9. Sahabat-sahabat PSIK 2009 yang telah banyak membantu dan mendoakan, terutama terimakasih untuk sahabatku Winda, Eka, Anggi, Astuti, dan Ezi yang telah sama-sama berjuang sampai akhir


(12)

xi

penyusunan skripsi ini menjadi awal yang baik bagi penyusun skripsi yang bermanfaat dan berkah. Aamin

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Juni 2016


(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...……..i

LEMBAR PENGESAHAN ... …….ii

LEMBAR PERNYATAAN ...…….iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... …...v

ABSTRAK ...….. vii

ABSTRACT ...….. viii

KATA PENGANTAR ... …...ix

DAFTAR ISI ...…....xii

DAFTAR TABEL ...…...xvi

DAFTAR BAGAN………..xvii

DAFTAR LAMPIRAN………...xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 6

C.Pertanyaan Penelitian ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Pengetahuan ... 10

1. Definisi Pengetahuan ... 10 Halaman


(14)

xiii

B.Wanita Usia Subur ... 16

1. Definisi Wanita Usia Subur ... 16

2. Karakteristik ... 16

3. Karakteristik Wanita Usia Subur ... 16

C.Konsep Keluarga Berencana (KB) ... 19

1. Definisi Keluarga Berencana ... 19

2. Tujuan Keluarga Berencana ... 20

3. Manfaat Keluarga Berencana ... 20

D.Konsep Kontrasepsi ... 21

1. Definisi Kontrasepsi ... 21

2. Tujuan Kontrasepsi ... 21

3. Syarat-syarat Kontrasepsi ... 22

E. PembagianKontrasepsi ... 22

1. Kontrasepsi Non Hormonal ... 24

2. Kontrasepsi Hormonal ... 38

a. Definisi ... 38

b. Mekanisme Kerja ... 39

c. Jenis Kontrasepsi Hormonal ... 41

E. Kerangka Teori ... 60

BAB III KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL F. Kerangka Konsep ... 61


(15)

xiv BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 64

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 64

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 65

1. Populasi Penelitian ... 65

2. Sampel Penelitian ... 65

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 67

D. Teknik Pengumpulan Data ... 67

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 69

2. Tahap Pengambilan Data ... 74

E. Pengolahan Data ... 75

1. Pengolahan Data (Editing) ... 75

2. Pengkodean (Coding) ... 75

3. Pemasukan Data (Entry) ... 75

4. Pembersihan Data (Cleaning) ... 76

F. Teknik Analisis Data ... 76

1. Analisis Univariat ... 76

G. Etika Penelitian ... 77

BAB V HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Tempat Penelitian ... . 78

B.Gambaran Umum Karakteristik 1. Karakteristik Usia ... . 80

2. Karakteristik Pendidikan ... ..81

3. Karakteistik Pekerjaan ... ..81

C. Gambaran Pengetahuan WUS tentang Alat Kontrasepsi ... ..82


(16)

xv

3. Pekerjaan ... ..86 4. Pengetahuan Kontrasepsi ... ..87 B. Keterbatasan Penelitian ... ..89

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... ..90 B.Saran ... ..91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

xvi DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Definisi Operasional 62

3.2 Skala Guttman 68

3.3 Kriteria Reliabilitas 74

3.4 Jumlah Posyandu Kelurahan Pamulang 79 3.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di

Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat 2016

80

3.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat 2016

81

3.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan di Posyandu Melati II Keluran Pamulang Barat 2016

81

3.8 Distribusi Frekuensi Menurut Gambaran Pengetahuan WUS tentang Kontrasepsi Hormonal di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat 2016

82

3.9 Distribusi Frekuensi Responden Pengguna Kontrasepsi Hormonal di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat 2016


(18)

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Konsep Kuesioner Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner

Lampiran 4. SKALO Guttman

Lampiran 5. Hasil Olahan SPSS Univariat

Lampiran 6. Surat Izin Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 7. Surat Izin Penelitian


(20)

1

Indonesia merupakan negara berkembang terbesar ke empat setelah China, India, dan Amerika. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 meningkat menjadi 237 jiwa dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah penduduk Indonesia mencapai 253 juta jiwa. (Badan Pusat Statistik, 2012).

Pulau jawa merupakan pulau terluas ke-13 di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 136 juta jiwa, dengan kepadatan 1.029 jiwa/km dan sepertiga bagian dari pulau ini yaitu wilayah Jawa Barat, Banten dan Jakarta memiliki kepadatan penduduk mencapai 1.400 jiwa/km. Wilayah Banten merupakan urutan ke-4 yang jumlah penduduknya cukup padat mencapai 10.54 juta jiwa, dimana terdapat 8 Kabupaten diantaranya wilayah Kota Tangerang Selatan dengan jumlah penduduknya sebanyak 1.3 juta jiwa dan hampir sebagian besar adalah penduduk perempuan sebanyak 644 jiwa, sementara untuk laki-laki sebanyak 658 jiwa. (Badan Pusat Statistik, 2010).

Metode kontrasepsi yang digunakan terdiri dari kontrasepsi hormonal dan non hormonal . Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan revesibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan kontrasepsi hormonal diberikan secara oral (kontrasepsi oral). Dalam kontrasepsi hormonal yang mengandung progesteron saja dapat berupa pil, depo dalam bentuk injeksi atau suntik, dan implant. (Ali, Baziad, 2008).


(21)

2

Tingginya jumlah penduduk tentu akan mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk maka semakin besar pula usaha yang harus dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pergerakan laju pertumbuhan di wilayah Kota Tangerang Selatan yang dapat di katakan cukup tinggi dari tahun ke tahun ini menjadikan program Keluarga Berencana (KB) sebagai program andalan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk, hal itu demi menjaga kualitas sumber daya manusia kedepannya.

Penggunaan kontrasepsi di dunia menurut World Health Organization (WHO) pada wanita dengan usia 15-49 tahun bersadarkan data World Contraceptive Patterns 2013 didapatkan data pada tahun 2011 untuk penggunaan kontrasepsi pil dengan presentase sebanyak 8,9% suntik 4,1% dan implant 0,5%. Penggunaan kontrasepsi pil relatif tinggi, 30% atau lebih, dari empat negara di Aftrika, satu negara di Asia, sembilan di Eropa, satu negara di Amerika Latin dan di Karibia, dan satu di Oseania. Negara dengan penggunaan kontrasepsi pil paling tinggi lebih dari 40% terdapat di negara Algeria, Republik Czech, Prancis, Maroko, Netherland, Portugal, dan Zimbabwe. (WHO., 2013)

Di Indonesia penggunaan kontrasepsi pada tahun 2010 ada sekitar 75,4%, dimana presentase peserta KB aktif tertinggi di Provinsi Bengkulu (89,9%), Gorontalo (85,6%), dan Bali (85,3%). Sementara presentase peserta KB aktif terendah adalah Papua sekitar (48,4%), Maluku Utara (58,2%), dan Kepulau Riau (64%). Pada tahun 2010 sebesar 76,5% peserta KB aktif masih


(22)

banyak yang menggunakan kontrasepsi jangka pendek terutama suntik (47,19%) dan pil KB (26,81%). (Kementrian Kesehatan RI., 2010).

Jumlah Wanita Usia Subur (WUS) keseluruhan di wilayah kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 yaitu sebanyak 3.149.903 jiwa dan untuk akseptor KB aktif pada pengguna Intra Uterine Device (IUD) sebanyak 132.086 jiwa, Metode Operasi Wanita (MOW) 9.290 jiwa, implant 30.169 jiwa, suntik 819.635 jiwa, pil KB 484.726 jiwa, dan kondom 171.869 jiwa.(Dinas Kesehatan Tangerang, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian Ajeng Pramesti (2009) mengenai pravalensi penggunaan kotrasepsi pada WUS di wilayah Puskesmas Ciputat di dapatkan hasil penggunaan KB suntik sebesar 95,2% sementara KB pil sebesar (10,9%). Penggunaan metode KB suntik dan KB pil yang besar dikarenakan kontrasepsi suntik dan pil merupakan kontrasepsi yang efektif, murah, tahan lama dan dapat digunakan lebih mudah dan praktis oleh akseptor KB.

Kontrasepsi hormonal (pil, suntik, dan implant) merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh perempuan usia reproduksi di banyak negara di dunia sebagai metode pencegahan dan mengontrol kehamilan, karena penggunaannya yang sederhana dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya. Semua metode kontrasepsi yang digunakan memiliki efek samping yang ditimbulkan yang harus diketahui oleh pemakainya sebelum memakai metode kontrasepsi tersebut. Pada penggunaan kontrasepsi suntik perlu di perhatikan khusus, terutama pada wanita yang telah


(23)

4

berusia diatas 35 tahun karena dapat beresiko serangan jantung, stroke dan masalah terjadinya perubahan pada tekanan darah yang dapat memicu terjadinya hipertensi. Selain itu kontrasepsi suntik dapat menyebabkan perubahan pada pola haid. Diantaranya seperti amenorea, monoragia, dan munculnya bercak-bercak (spotting), bertambahnya berat badan dan alergi. Sementara pada kontrasepsi pil juga dapat menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi, terjadi kurang lebih 4-5% pada wanita yang tekanan darahnya normal sebelum menggunakan kontrasepsi hormonal tersebut dan meningkatkan tekanan darah kurang lebih 9-16% wanita yang sebelunya telah mederita hipertensi.(Proverawati, 2010; BKKBN, 2014; Hartanto, 2010)

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam memilih kontrasepsi dimana pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia mengenai suatu objek tertentu dan ilmu didalamnya. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab permasalahan dalam kehidupan sehari-hari manusia dan digunakan untuk kemudahan hidup manusia. (Jujun, 1989)

Pemilihan metode kontrasepsi yang baik dan tepat perlu dilandaskan pengetahuan yang baik dari wanita usia subur yang akan menggunakan kontrasepsi, pengetahuan mengenai bagaimana cara memilih jenis kontrasepsi, manfaat kontrasepsi, efek samping yang di timbulkan oleh kontrasepsi tersebut. Pemilihan kontrasepsi yang tepat merupakan hal yang sangat penting guna menjaga kesehatan reproduksi wanita. Kurangnya


(24)

pengetahuan akan sangat mempengaruhi dan berdampak pada peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak di inginkan serta angka kejadian penyakit menular seksual, dan angka kejadian gangguan pada kesehatan akibat dari efek samping kontrasepsi. (Hestiantoro, 2007)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Posyandu Melati II melalui wawancara dengan 5 orang wanita usia subur yang datang 3 diantaranya mengatakan masih merasa bingung dan kurang tau kontrasesi apa yang tepat untuk mereka gunakan, dan alasan mereka menggunakan kontrasepsi tersebut bukan karena mereka tahu akan manfaat, efek samping dari kontrasepsi itu akan tetapi karena anjuran dari petugas kesehatan atau karena mengikuti tetangga yang menggunakan kontrasepsi tersebut. Salah satu diantaranya sudah cukup mengetahui kontrasepsi apa yang baik dan tepat yang akan digunakan. Dari studi pendahuluan tersebut diketahui masih kurangnya pengetahuan wanita akseptor dalam menentukan konrasepsi apa yang ingin digunaakan. Rendahnya pengetahuan seorang wanita akan mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, karena salah satu hal yang menentukan seseorang dalam memilih kontrasepsi adalah pengetahuan yang dimilikinya, hal tersebut akan berdampak pada kesehatan jika wanita tersebut tidak mengetahui efek samping yang akan ditimbulkan pada saat pemakaian jika seorang wanita tersebut memiliki pengetahuan yang baik mengenai suatu objek maka akan memiliki kemampuan memilih yang lebih baik dan positif terhadap suatu hal maka akan membuat orang tersebut


(25)

6

memiliki sikap dan perilaku yang positif juga sehingga wanita tersebut akan lebih baik dalam memilih kontrasepsi yang tepat bagi dirinya dan hal tersebut dapat meminimalisir efek samping yang akan ditimbulkan . (BKKBN, 2004)

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan WUS tentang kontrasepsi jenis hormonal pil, suntik dan implant di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat. Alasan pemiihan wilayah tersebut karena memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi dengan angka 155.016 jiwa pada tahun 2014, dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 9598 di tahun 2015. Berdasarkan data yang di dapat pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan di tahun 2014 jumlah WUS sebanyak (315,0%) dengan jumlah akseptor KB aktif untuk pil sebanyak (21,08%), suntik sebanyak (25,07%) dan implant sebanyak (1,27%).

B. Perumusan Masalah

Kontrasepsi hormonal pil, suntik, implant merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh kebanyakan perempuan usia reproduksi di banyak negara di dunia sebagai metode pencegahan dan mengontrol kehamilan, karena penggunaan kontrasepsi tersebut cukup sederhana di banding dengan lainnya. Semua metode kontrasepsi yang digunakan pasti memiliki efek samping masing-masing dan hal tersebut harus di ketahui oleh pemakainya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam memilih adalah pengetahuan, kurangnya pengetahuan


(26)

wanita usia subur dalam pemilihan akan mempengaruhi dan berdampak pada kesehatan reproduksinya, peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, kehamilan yang tidak di inginkan serta peningkatan angka kejadian penyakit menular seksual akibat efek smping yang terjadi pada kontraspsi.

Berdasarkan latar belakang dan alasan tersebut bahwa seiring dengan munculnya masalah akibat kurangnya pengetahuan wanita usia subur dalam memilih metode kontrasepsi apa yang tepat yang akan berdampak pada kesehatan ibu, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan WUS tentang kontrasepsi hormonal di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat. Alasan peneliti mengapa di wilayah tersebut karena jumlah PUS di wilayah tersebut lebih banyak sebanyak 9598 setelah Posyandu Kelurahan Pamulang Timur yang berjumlah 6282 dan karena keterbatasan peneliti yang pada akhirnya ingin meneliti di wilayah Pamulang Barat.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pengetahuan WUS tentang kontrasepsi hormonal (pil, suntik, dan implant ) di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat?

2. Bagaimana karakteristik WUS (usia, pendidikan, dan pekerjaan) di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat?

3. Apakah jenis kontrasepsi hormonal yang di gunakan WUS di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat?


(27)

8

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan WUS tentang kontrasepsi hormonal di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat.

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik WUS (usia, pendidikan, dan pekerjaan ) di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat. 2. Mengetahui gambaran pengetahuan WUS tentang kontrasepsi

hormonal (suntik,pil, dan implantt) di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat.

3. Mengetahui jenis kontrasepsi hormonal yang di gunakan WUS di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Wanita Usia Subur

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai kontrasepsi hormonal jenis suntik, pil dan implant

2. Bagi Posyandu

Memberikan masukan atau informasi kepada pihak Posyandu Melati II mengenai gambaran pengetahuan WUS tentang kontrasepsi jenis hormonal suntik, pil dan implant di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat .


(28)

3. Mahasiswa Ilmu Keperawatan

Secara akademik penelitian ini bermanfaat untuk menambah penegtahuan mahasiswa keperawatan mengenai bagaimana pengetauan wanita usia subur (WUS) tentang kontrasepsi hormonal jenis pil, suntik dan implant

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian yang akan datang mengenai aspek lain tentang kontrasepsi hormonal jenis suntik, pil dan implant serta sebagai bahan pengembangan untuk penelitian yang selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggambarkan tentang bagaimana pengetahuan WUS tentang kontrasepsi hormonal jenis suntik, pil dan implant di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat. Populasi penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) yang berada di Posyandu Melati II. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh menggunakan data primer dengan pendekatan menggunakan pertannyaan kuisioner terhadap responden.


(29)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan suatu kejadian tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga .(Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan menurut Bloom dan Skinner, adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahui dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan.(Notoatmodjo, 2003)

2. Jenis Pengetahuan

Budiman (2013) menjelaskan bahwa jenis pengetahuan di antaranya sebagai berikut:

a. Pengetahuan Implisit

Merupakan pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.


(30)

b. Pengetahuan Eksplisit

Merupakan pengetahuan yang telah disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

3. Pengetahuan Kesehatan

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan mengenai kesehatan itu dapat mencangkup tentang apa yang diketahui seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan yang meliputi:

a. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (definisi, jenis penyakit dan tanda gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, komplikasi, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menanganinya sementara).

b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan.

c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang professional maupun secara tradisional (Notoadmodjo, 2003).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Dalam Memilih Metode

Kontrasepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memilih jenis kontrasepsi yang digunakan menurut (Hartanto,Hanafi, 2010)antara lain : a. Faktor pasangan – Motivasi dan Rehabilitas:


(31)

12

1) Usia

Wanita usia subur yang dapat menggunakan kontrasepsi progestin,sedangkan wanita yang sudah menopause tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi progestin, sehingga dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih metode kontrasepsi.Pembagian usia menurut Manuaba (2009), dari sudutkematian maternal usia reproduksi dibagi dalam :

-Dibawah 20 tahun masa menunda kehamilan

-Usia 20 sampai 35 tahun, masa mengatur kesuburan atau aman untuk hamil dan bersalin

-Usia lebih dari 35 tahun, masa mengakhiri kehamilan 2) Gaya hidup

Perempuan yang gaya hidupnya suka merokok dan mengkonsumsi alkohol,dan menderita anemia boleh menggunakan kontrasepsi progestin karena tidak ada efek samping bagi wanita perokok dan penderita anemia dan wanita yang mengkonsumsi alkohol.

3) Frekuensi senggama.

Kontrasepsi yang mengandung progesteron dapat digunakan pada wanita yang sering melakukan hubungan seksual ataupun yang jarang melakukan hubungan seksual dengan suaminya, karena kontrasepsi ini tidak mengganggu pasangan dalam melakukan hubungan seksual.


(32)

Salah satu tujuan dari kontrasepsi ini adalah untuk menjarangkan kehamilan,serta mencegah atau melawan pertemuan antara sel telur yang matang dan juga sel sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Jadi wanita yang ingin mengatur jumlah anak ataupun yang ingin menjarangkan kehamilan sehingga jumlah anak dalam keluarga sesuai keinginan dapat menggunakan kontrasepsi.

5) Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu.

Perempuan yang dahulunya pernah menggunakan salah satu jenis kontrasepsi,kemungkinan besar dia akan tetap bertahan atau melanjutkan pemakaian lagi jika dia suda merasa nyaman dengan kontrasepsi tersebut, dan merasa mendapat keuntungan dari kontrasepsi itu.

b. Faktor kesehatan kontra indikasi absolute dan relative 1) Status kesehatan

Perempuan dengan penyakit jantung dapat menggunakan kontrasepsi progesterone, karna dalam kontrasepsi ini mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung. 2) Riwayat haid

Semua Perempuan yang siklus haidnya panjang atau pendek dapat menggunakan kontrasepsi progesterone, sedangkan wanita yang pernah mengalami perdarahan pervagina yang tidak jelas penyebabnya tidak boleh menggunakan kontrasepsi progesteron.


(33)

14

3) Riwayat keluarga

Perempuan yang mempunyai penyakit keturunan misal dalam keluarganya mempunyai riwayat kanker payudara dan diabetes mellitus disertai komplikasi tidak dapat menggunakan kontrasepsi progestin,karna akan memberi dampak yang negative pada wanita tersebut.

4) Pemeriksaan fisik

Perempuan yang pada pemeriksaan fisik terdapat varises tidak dapat menggunakan kontrasepsi progestin (Saifuddin, 2006).

c. Faktor metode Keluarga berencana penerimaan dan pemakaian

berkesinambungan 1) Efektivitas

Efektivitas kontrasepsi progestin tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan tiap tahun. Asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.

2) Efek samping minor

Efek samping hanya sedikit (gangguan siklus haid, perubahan berat badan, terlambat kembalinya kesuburan dan osteoporosis pada pemakaian jangka panjang).

3) Kerugian

Kerugian hanya sedikit dan jarang terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi progesterone ini, perubahan berat badan dan gangguan haid merupakan kerugian tersering.


(34)

4) Biaya

Pada dasarnya, pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan oleh peserta KB dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor yang berasal dari pihak calon akseptor dan faktor yang berasal dari pihak medis/petugas KB. Faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Pihak calon akseptor

-Efektivitas, baik efektivitas teoritis, efektivitas dalam praktek, maupun efektivitas biaya

b. Pihak medis / petugas KB

Pihak medis atau petugas KB perlu memberikan konseling kepada calon akseptor tentang keuntungan dan kerugian jenis kontrasepsi yang dipilih, mengetahui indikasi maupun kontra indikasi dari tiap-tiap jenis kontrasepsi,mengetahui efek samping masing-masing jenis kontrasepsi, serta memberikan pengertian tentang pentingnya kerja sama suami-istri dalam program KB.

Selain faktor-faktor di atas, ternyata pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan juga tergantung dari kebutuhan masing-masing akseptor. Kebutuhan akseptor tersebut disesuaikan dengan Masa Reproduksi Sehat.

Masa Reproduksi Sehat

wanita dibagi menjadi 3 periode yaitu : kurun reproduksi muda (15-19 tahun) merupakan tahap menunda kehamilan, kurun reproduksi sehat (20-35 tahun) merupakan tahap untuk menjarangkan kehamilan, dan kurun


(35)

16

reproduksi tua (36-45) tahun merupakan tahap untuk mengakhiri kehamilan.

B. Wanita Usia Subur

1. Definisi Wanita Usia Subur

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang kadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara usia 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk dapat hamil. Pada rentang usia 30-an presentasnya menurun hingga mnjadi 90%. Setelah usia 40 tahun, maka kesempatan untuk hamil akan berkurang menjadi 40%. Setelah mencapai usia 40 tahun wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang penting untuk diketahui (Suparyanto, 2011).

2. Karakteristik

Karakteristik adalah kualitas atau ciri-ciri yang membedakan individu atau kelompok individu yang satu dengan yang lainnya.Kualitas atau cirri-ciri ini bisa demografik seperti umur, jenis kelamin dan status ekonomi.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan


(36)

tertentu.Karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan.

3. Karakteristik Wanita Usia Subur

a. Usia

Wanita usia subur (WUS) yang reproduksinya sehat dan aman untuk kehamilan dalam masa persalinan adalah pada usia 20-30 tahun, diketahui bahwa kematian maternal akan meningkat ketika melewati usia 30-35 tahun. Usia wanita sangat berpengaruh dalam pemilihan kontasepsi karena banyaknya wanita usia subur (WUS) yang usia istrinya kurang dari 20 tahun, usia dibawah 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya sehingga diprioritaskan untuk menggunakan kontraspsi jenis pil sedangkan pada wanita dengan usia 20-30 tahun sebaiknya untuk menjarangkan kehamilan dan pada usia diatas 35 tahun sebaiknya tidak menggunakan kontrasepsi hormonal karena kemungkinan untuk timbunya efek samping dan komplikasi akan lebih besar. (Hanifa ,Wiknjosastro, 2009 )

Usia sesuai dengan standar WHO dalam Soekidjo

Notoatmodjo, 2003 dibagi pada suatu penelitian terbagi berdasarkan tingkat kedewasaan yaitu usia 15 tahun sampai dengan usia 49 tahun, dimana berada pada tahap dewasa, dengan kata lain bata antara usia dewasa muda dan dewasa tua yaitu 32 tahun.


(37)

18

Rentang usia dewasa menurut Depkes, 2009 untuk usia dewasa awal berkisar 26-36 tahun, untuk usia dewasa akhir berkisar 36-45 tahun.

b. Pendidikan

Pendidikan menunjukan adanya hubungan yang positif dengan pemakaian pada jenis kontrasepsi.Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka semakin efektif menggunaannya terhadap

kontrasepsi.Hal tersebut karena pendidikan dapat memperluas pengetahuan seseorang mengenaikontrasepsi, mengetahui kepentingan seseorang dalam menggunakan kontrasepsi, meningkatkan kecermatan seseorang dalam memilih kontrasepsi yang dibutuhkan dan mengetahui akibat dari penggunaan masing-masing kontrasepsi. Pendidikan yang luas pada wanita akan mengurangi jumlah anak yang dilahirkan, hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran dan rasa tanggung jawab dalam hidup berumah tangga. Selain itu kesempatan mengikuti pendidikan akan menyebabkan penundaan usia perkawinan pertama dan besar pengaruhnya dalam upaya peningkatan kualitas dan produktivitas penduduk. Pendidikan yang rendah merupakan salah satu faktor sosial budaya yang berpaeran pada tingginya angka kematian maternal, karena wanita yang berpendidikan tinggi cenderung akan lebih memperhatikan kesehatan diri dan tingkat kesadaran tentang keluarga berencana (KB) serta dapat memutuskan secara bijak kontrasepsi yang sesuai dengan keinginannya.


(38)

c. Pekerjaan

Kaum wanita merupakan bagian dari penduduk Indonesia ternyata belum mencapai tingkat kesehatan yang diharapkan.Hal ini tidak terlepas dari pendidikan kaum perempuan yang sebagian besar masih rendah maka keterampilannnya pun terbatas yang berakibat

hanya bisa bekerja dengan upah yang relatif rendah

(www.resep.web.id).Wanita yang bekerjaa pada lapangan pekerjaan akan memaksa mereka untuk keluar rumah dan waktu mereka sebagian dilakukan untuk pekerjaan, sehingga terasa beban keluarga semakin berat dilihat dari segi ini maka diperkirakan bahwa lapangan pekerjaan wanita berpengaruh terhadap kelangsungan pemakaian kontrasepsi dan keefektifan kontrasepsi yang digunakan. Menurut Nursalam dan Pariani, 2001 bahwa ibu yang tidak bekerja memiliki waktu luang yang cukup banyak sehingga dapat memanfaatkan waktu untuk membesarkan anak dan berkumpul dengan banyak orang sehingga dapat berbagi pengalaman dan informasi lebih banyak.

C. Konsep Keluarga Berencana (KB)

1. Definisi Keluarga berencana (KB)

Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur


(39)

20

interval diantara kehamilan dan mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri (Suparyanto, 2011)

Menurut Sulistyawati, (2011) Keluarga Berencana (KB)

merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.

2. Tujuan Keluarga Berencana (KB)

Menurut Mochtar, (1998) Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak supaya diperoleh suatu keluarga yang bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Manfaat Keluarga Berencana

a. Manfaat Keluarga Berencana (KB)

Menurut BKKBN (2010), manfaat dari mengikuti Program Keluarga Berencana (KB) sesuai anjuran pemerintah, maka akseptor akan mendapatkan 3 (tiga) manfaat utama, baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara lain :

1. Manfaat Untuk Ibu :

• Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

• Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu


(40)

• Merencanakan kehamilan terprogram

2. Manfaat Untuk Anak :

• Mengurangi resiko kematian bayi

• Meningkatkan kesehatan bayi

• Mencegah kekurangan gizi pada bayi

• Tumbuh kembang bayi lebih terjamin

• Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi

• Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal

3. Manfaat Untuk Keluarga :

• Meningkatkan kesejahteraan keluarga

• Keharmonisan keluarga lebih terjaga

D. Konsep Kontrasepsi

1. Definisi Kontrasesi

Menurut Suherman, (2008) kontrasepsi adalah suatu tindakan untuk mencegah konsepsi atau kehamilan. Alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah konsepsi diantaranya menggunakan kondom pada pria atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR, IUD = Intra Uterine Devices) tindakan operasi sterilisasi (tubektomi wanita atau vasektomi pria) atau dengan penggunaan kontrasepsi hormonal.


(41)

22

2. Tujuan Kontrasepsi

Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kelahiran, mengendalikan jumlah anak, dan untuk kesehatan reproduksi wanita.Serta mencapai keluarga yang sejahtera.(Hartanto, 2004)

3. Syarat-syarat Kontrasepsi

Syarat-syarat kontrasepsi menurut Hartanto (2004) antara lain sebagai berikut:

a. Aman atau tidak berbahaya

b. Dapat diandalkan

c. Sederhana

d. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas

e. Dapat diterima oleh banyak orang

f. Pemakaian dengan jangka lama

4. Pembagian Kontrasepsi

Pembagian kontrasepsi menurut Wiknjosastro, (2003) adalah: 1. Kontrasepsi Sederhana yaitu kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau

obat seperti:

a. Senggama terputus, senggama terputus adalah penarikan sebelum terjadinya proses ejakulasi

b. Pembilasan pasca senggama, pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat segera setelah koitus.


(42)

c. Pantang berkala, kontrasepsi pantang berkala yaitu menghindari koitus pada masa subur atau fase ovulasi (48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi)

2. Kontrasepsi dengan menggunakan alat atau obat menurut

Wiknjosastro, (2005) adalah:

a. Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vanil) yang dipasang pada penis pada saat hubungan seksual yang mempunyai bentuk seperti puting susu.

b. Diagfragma vagina

Kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada pinggirannya

c. Cervical cap/ Kondom Wanita

Bentuknya seperti mangkuk karet atau plastik yang dalam dengan pinggirannya terbuat dari karet yang teba

d. Spermatisida

Bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma yang dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria dan krim.

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kemenkes RI.(2012) metode kontrasepsi terbagi menjadi dua yaitu kontrasepsi hormonal dan non hormonal.Jenis


(43)

24

kontrasepsi hormonal yaitu progestin (pil, suntik, implant) sedangkan kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan kontrasepsi mantap (tubektomi da vasektomi).

5. Kontrasepsi Non Hormonal

Kontrasepsi non hormonal terdiri dari empat jenis yaitu Metode Amenore Laktasi (MAL), Kondom, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan kontrasepsi mantap (Tubektomi dan Vasektomi) (BKKBN, Kemenkes RI, 2012).

2. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1. Pengertian

Menurut ( Suradi, 2003 ) Metode Amenorea Laktasi adalah kontrasepsi dengan pemberian ASI secara langsung atau eksklusif. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sebagai salah satu pilihan metode kontrasepsi yang baik yang di kenal sebagai Metode Amenore Laktasi metode ini bersifat sementara hanya enam bulan pertama pasca partum.Metode ini mendasarkan pada infertilitas alamiah sebagai hasil pola tertentu pemberian ASI. 2. Indikasi

a. Ibu yang menyusui secara eksklusif b. Bayi berumur kurang dari 6 bulan


(44)

3. Kontraindikasi

Menurut (BKKBN, 2009) kontrasepsi MAL tidak dapat digunakan pada :

-Ibu yang menderita sakit jiwa -Ibu yang menderita hepatitis dan -Ibu yang menderita penyakit lepra 4. Mekanisme Kerja

Menurut (Hidayati dalam Haidar, 2014) kontrasepsi

prolaktin meningkat sebagai respons terhadap stimulus pengisapan berulang ketika menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi yang cukup, kadar prolaktin akan tetap tinggi. Hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI juga mengurangi kadar hormon LH yang perlukan untuk memelihara siklus menstruasi. Kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurang sensitif terhadap perangsangan gonadotropin yang memang sudah rendah, dengan akibat timbulnya inaktivasi ovarium, kadar estrogen yang rendah dan an-ovulasi. Bahkan pada saat aktivitas ovarium mulai pulih kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal yangsingkat dan fertilitas menurun. Jadi, inti dari cara kerja Metode Amenorea Laktasi ini adalah dengan penundaan atau penekanan ovulasi.


(45)

26

5.Efek samping

Menurut ( BKKBN dan Kemenkes RI, 2012) , metode

Amenore Laktasi (MAL) tidak memiliki efek samping bagi penggunanya.

Keuntungan menggunakan kontrasepsi MAL menurut (

BBKBN dan Kemenkes RI, 2012) adalah, tingkat keberhasialan mencapai 98% pada 6 bulan pertama setelah melahirkan, segera efektif, tidak mengganggu sengama, tidak ada efektif secara sistemik, tidak da pengawasan medis, tanpa obat alat dan biaya.

Kerugian penggunaan kontrasepsi MAL menurut ( BKKBN

dan Kemenkes, 2012) adalah persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui selama 30 menit pasca melahirkan, efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya masa haid atau hanya sampai 6 bulan, tidak dapat melindungi terhadap penyakit IMS, HIV/ AIDS

a. Kondom

1.Pengertian

Menurut ( Sutantri dalam Ramadhan, 2012) Kondom adalah alat untuk mencegah kehamilan atau mencegah penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Bahan yang biasa digunakan untuk kondom biasanya terbuat dari latex dan dipakaikan pada alat kelamin pria atau wanita pada keadaan erksi sebelum bersenggama.


(46)

1) Kondom Pria

Pada pria kondom berbentuk seperti sarung yang terbuat dari latex yang tipis, yang digunakan saat penis ereksi pada saat

melakukan senggama.Kondom sendiri berguna untuk

mengumpulkan semen sebelum, selama, dan setelah masa ejakulasi dan menghalangi agar sperma tidak masuk pada vagina sehingga tidak terjadi pertemuan sel telur dan sperma.Kondom yang digunakan secara baik dan benar dapat mengurangi resiko penularan penyakit seksual dan juga sebagai alat kontrasepsi.

2) Kondom Wanita

Kondom pada wanita bentuknya seperti sarung atau kantong dengan panjang 17 cm (6,5 inci) bahannya etrbuat dari polyurethane, bahan ini kurang menyebabkanalergi dibandingkan dengan bahan latex . Kondom wanita memili fungsi yang sama seperti kondom l pada pria yang dapat mencegah penularan penyakit seksual dan mencegah terjadinya kehamilan apabila digunakan dengan baik dan benar.

2. Indikasi

Menurut BKKBN 2003, terdapat indikasi khusus dan umum dalam pemakaian kontrasepsi kondom.


(47)

28

(a) Pasangan yang benar-benar sepakat menggunakan cara

barier

(b) Proteksi terhadap PMS dan HIV

b) Indikasi umum penggunaan kondom :

(a) Terdapat kontraindikasi medis untuk cara KB lain,

sementara klien belum menginginkan sterilisasi. (b) Klien tidak sering melakukan hubungan seksual

(c) Sebagai kontrasepsi sementara pada keadaan-keadaan

khusus yaitu, selama amenore laktasional, beberapa waktu setelah vasektomi ketika benang pada IUD tidak terlihat, ketika wanita minum obat yang mempengaruhi khasiat kontrasepsi oral (pil), selama menunggu cara lain (misalnya sterilisasi atau IUD).

(d) Sebagai pelindung terhadap PMS dan HIV

3. Kontraindikasi

Menurut (Simbolon, 2011 ) yaitu

a. Pada pria dengan gangguan ereksi

b. Pada pasangan yang alergi terhadap bahan karet atau lubrikan dari kondom

4. Mekanisme kerja

Mekanisme kerja kondom menurut (BKKBN dan Kemenkes RI, 2012) yaitu:


(48)

a. Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara menampung sperma pada ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tidak masuk pada saluran reproduksi wanita.

b. Mencegah terjadinya penularan mikroorganisme (IMS

termasuk HIV/ AIDS dan HBV) dari satu pasangan ke pasangan yang lain ( khusus pada kondom bahan lateks dan vinil).

5. Efek samping

BKKBN (2012) menjelaskan bahwa efek samping dari penggunaan kondom jarang terjadi, namun efek samping biasanya yang terjadi berupa alergi terhadap bahan lateks atau [ada lubrikan atau spermisida yang terdapat pada kondom.

Keuntungan pada penggunaan kontrasepsi kondom diantaranya, efektif dalam mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien, tidak ada pengaruh sistemik, harga terjangkau dapat dibeli secara umum, tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus, metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda (BKKBN dan Kemenkes RI, 2012).

Kekurangan pada penggunaan kontrasepsi kondom diantaranya yaitu, cara penggunaan sangat mempengaruhi


(49)

30

keberhasilan kontrasepsi, harus tersedia setiap berhubungan seksual, rasa malu ketika membeli di tempat umum. (BKKBN dan Kemenkes RI, 2012).

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

1.Pengertian

AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral adalah plastik yang lentur dan mempunyai benang, sebagian mempunyai lilitan tembaga namun ada juga yang tidak logam, dan ada yang mengandung homon.Alat ini dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina.(Indiarti, MT, 2007)

2.Jenis- jenis AKDR a.Lippes Loop

IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes mempunyai angka kegagalan yang rendah.

b.Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat


(50)

tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah

kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan

menstruasi. c.Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.

d. Multi Load

IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

3. Indikasi

a. Usia reproduktif


(51)

32

c. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan

kontrasepsi

d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui

e. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi f. Resiko rendah Infeksi Menular Seksual (IMS)

g. Tidak ingin metode hormonal

h. Tidak mengingkan kehamilan setelah senggama

i. Gemuk atau kurus

4. Kontraindikasi

a. Kehamilan

b. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis, jika sudah terdiagnosis penyabab dan diobati AKDR boleh dipasang\ c. Kelainan pada uterus

d. Alergi terhadap komponen AKDR misalnya, tembaga

e. HIV/AIDS karena penurunan system imun dan peningkatan

resiko infeksi

f. Infeksi panggul atau vagina, bila sudah diobati maka moleh dipasang

5. Mekanisme Kerja

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

b. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri

c. AKDR bekerja mencegah agar sperma dan ovum bertemu


(52)

(Saifuddin, 2006)

6. Efek Samping

a. Ameora

b. Kejang

c. Perdarahan pervagina yang hebat dan tidak teratur d. Keluarnya cairan yang abnormal dari vagina

Keuntungan penggunaan kontrasepsi AKDR diantaranya, kontrasepsi yang efektivitasnya tinggi, efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang, tidak takut jika hamil, tidak mempengaruhi ASI, tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A), dapat segera dipasang setelah melahirkan, dapat digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi obat, mencegah kehamilan ektopik.

Kerugian dari penggunaan kontrasepsi AKDR efek yang ditimbulkan namun masih aman seperti perubahan pada siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting) , saat

haid lebih sakit. Kerugian penggunaan AKDR dan

menyebabkan komplikasi diantaranya, merasa sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah dipasang, perdarahan berat pada saat haid dan dapat menyebabkan anemia, perforasi dinding uterus jika pemasangannya tidak benar, tidak mencegah IMS, HIV/AIDS. (Saifuddin, 2006)


(53)

34

d.Alat Kontrasepsi Mantap ( Tubektomi dan Vasektomi) 1. Pengertian

Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela (Zietraelmart, 2010).

a. Tubektomi

1) Pengertian

Tubektomi adalah kontrasepsi permanen pada

wanita.Caranya dengan mengikat atau memutuskan kedua saluran telur.Sehingga sperma yang masuk tidak dapat bertemu dengan sel telur. Ada dua cara dalam tubektomi, yaitu:

• Memotong saluran telur

• Mengikat saluran telur

Kontrasepsi ini digunakan pada pasangan suami istri yang sudah mempunyai anak setidaknya dua orang dan istrinya masih dalam usia reproduksi panjang. (Indiarti, MT, 2007) 2) Jenis-Jenis Tubektomi

Menurut (Hartanto, 2004) yaitu


(54)

b) Minilaparotomi/Mini-lap

c) Sub-umblika/ infra-umblika : post partum

d) Supra pubis/ Mini-Pfannenstiel: post-abortus, interval

e) Laparaskopi

3) Indikasi

Menurut ( Saifuddin, 2003) tubektomi dapat dilakukan pada:

a) Usia > 26 tahun b) Paritas lebida dari dua

c) Pada kehamilan dapat menimbulkan resiko kesehatan yang serius

d) Pasca persalinan, pasaca keguguran

e) Paham dan setuju prosedur nya

4) Kontraindikasi a) Positif hamil

b) Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya\ c) Infeksi sistemik atau pelvic yang akut

d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan

5) Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja tubektomi yaitu dengan memotong kedua saluran tuba fallopi yang menghubungkan ovarium dan uterus.Kemudian ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter).Jika tidak menginginkan dipotong, dapat


(55)

36

dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip).Dengan demikian sel telur yang diproduksi tidak dapat bertemu dengan sperma. Karena pada kondisi normal, sel telur yang telah matang akan berada pada tuba falopi menunggu sperma untuk dibuahi.

6) Efek Samping

Menurut Saifuddin (2006) efek samping yang ditimbulkan setelah prosedur bedah biasanya adalah:

a) Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena gas (CO2) di bawah diafragma.

b) Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa (apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur, jumlah dan durasi haid dapat meningkat setelah pembedahan).

Keuntungan menggunakan kontrasepsi tubektomi diantaranya, sangat efektif, tidak mempengaruhi ASI, tidak ada efek samping jangka panjang, tidak ada perubahan fungsi seksual, tidak mengganggu senggama.Kerugian yang dapat ditimbulkan diantaranya sifatnya yang permanen, tidak melindungi penyekit IMS, HIV/AIDS, ada rasa menyesal jika ingin punya keturunan lagi.

b. Vasektomi


(56)

Vasektomi adalah tindakan pngikatan saluran keluarnya sperma sehingga sperma tidak dikeluarkan dan tidak bisa bertemu dengan sel telur. Jika mlakukan hubungan seksual tidak akan terjadi kehamilan, yang disebabkan karena tidak adanya pertemuan antara sel sperma suami dan sel telur istri.(BKKBN, 2008)

2) Indikasi

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi reproduksi merupakkan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).

3) Kontraindikasi a. Infeksi kulit local

b. Kelainan skrotum : Varicele, Hydrocele besar, Filariasis, Hernia inguinalis

c. Penyekit sistemik : Penyakit perdarahan, Diabetes mellitus, Jantung koroner yang baru

d. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual tidak stabil (Hartanto, 2004)

4) Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja dari vasektomi yaitu oklusi/pemotongan vas deferens sehingga menghambat perjalanan sperma dan tidak


(57)

38

dapat menghantarkan sperma di dalam semen/ejakulat (tidak ada penghantaran sperma dari testis ke penis).

5) Efek Samping Efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi vasektomi menurut Everett (2008) adalah:

a. Infeksi b. Hematoma c. Granula sperma

Keuntungan pada vasektomi adalah lebih efektif, aman, metode yang permanen, tidak menggangu senggama, menghilangkan rasa cemas jika hamil. Kerugian yang ditimbulkan dari vasektomi diantaranya di perlukan tindakan operatif, terkadang timbul komplikasi perdarahan atau infeksi, memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan. (Hartanto, 2004)

6. Kontrasepsi Hormonal

a. Definisi Kontrasepsi Hormonal

Menurut ( Hartanto, Hanafi, 2004) kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang di dalamnya mengandung hormon estrogen dan progesteron.Metode kontrasepsi hormonal dibagi menjadi dua yaitu kombinasi (mengandung hormon progresteron dan estrogen


(58)

sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja.Sedangkan kontrasepsi hormonal yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik, dan

implant. Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal dibedakan

berdasarkan jenis hormon yang terkandung didalamnya (Handayani, 2010; Hartanto, 2010)

b. Mekanisme Kontrasepsi Hormonal

Mekanisme kerja estrogen:

1) Menekan ovulasi

Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus

dan selanjutnya menghambat FSH dan LH kelenjar

hypohyse.Penghambatan tampak tidak adanya estrogen pada pertengahan siklus, tidak adanya puncak FSH dan LH pada pertengahan siklus (Prawirohardjo, 2008; Handayani, 2010).

2) Mencegah implantasi

Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi (dietil stilbestrol, etinil estradiol ) yang diberikan pada pertengahan siklus. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen dosis tinggi pasca-konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron, yang dapat menghambat implantasi (Prawirohardjo, 2008; Handayani, 2010).


(59)

40

3) Mempercepat transport gamet/ovum

Tranport gamet / ovum dipercepat oleh estrogen disebabkan efek hormonal pada sekresi dan peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus (Prawirohardjo, 2008; Handayani, 2010).

4) Luteolysis

Degenerasi di corpus luteum menyebabkan penurunan cepat dari produksi estrogen dan progesteron di ovarium (Hartanto, 2010; Handayani 2010).

Mekanisme kerja progesteron:

1) Mekanisme ovulasi

Ovulasi dihambat karena terganggu fungsi proses hipotalamus-hipofisis-ovriu dan modifiasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus (Prawiroharjo, 2005; Handayani, 2010)

2) Menghambat implantasi

Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus lutcum akan berkurang, sehingga implantasi dihambat.

(Prawirohardjo,2005;Handayani, 2010).

3) Memperlambat transport gamet / ovum

Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat (Prawirohardjo, 2005;Handayani, 2010).


(60)

4) Lutcolysis

Pemberian jangka panjang lama progesteron menyebabkan fungsi corpus lutcum tidak adekuat pada siklushaid.

(Hartanto, 2010; Handayani, 2010). 5) Mengentalkan lendir serviks

Lendir serviks mengalami perubahan menjadilebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit.(Hartanto, 2010; Handayani, 2010).

c. Jenis Kontrasepsi Hormonal

1. Kontrasepsi oral/ Pil a. Pengertian

Kontrasepsi oral adalah kontrasepi sejenis pil yang digunakan untuk mencegah kehamilan, yang mengandung hormon estrogen dan progesteron atau yang hanya mengandung hormon

progesteron saja.(BKKBN, 2008).Kontrasepsi pil akan

menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium slama siklus haid yang normal sehingga juga akan menekan releasing-factors di otak dan pada akhirnya mencegah ovulasi. (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).

Kontrasepsi pil terdiri atas dua jenis yaitu pil kombinasi yang berisi hormon estrogen dan progesteron, atau hanya berisi hormon progesteron saja yang sering disebut dengan nimipil atau


(61)

42

pil progestin. Pada pemakaian pil kombinasi maka terjadi penggunaan estrogen dan progestin terus menerus sehingga mengakibatkan terjadinya hambatan sekresi pada GnRH dan gonadotropin sehingga tidak terjadi proses ovulasi. Sementara pada progestin akan mengakibatkan penambahan kekentalan mukus serviks dan penetrasi sperma terhambat, dan terjadi gangguan keseimbangan hormonal dan hambatan pada progesteron, sehingga menyebabkan hambatan nidasi dan gangguan pergerakan tuba (Handayani, 2010; Gunawa, 2007).

b. Jenis-jenis Kontrasepsi Pil

1. Pil kombinasi dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:

a. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang sama dan 7 tablettanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan.

(Proverawati, 2010; Handayani, 2010).

b. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam duadosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(Proverawati, 2010; Handayani, 2010).

c. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam tiga dosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif.


(62)

(Proverawati, 2010; Handayani, 2010) d. Mini Pil/ Pil Progestin

1. Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil mengandung 75 mikro gram desogestrel

2. Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung 300

mikro gram levonogestrel atau 350 micro gram noretindron Contoh Mini Pil

-Micrinor, NOR-QD,noriday norod yang mengandung 0,35 mg noretindron

-Microval, noregeston, microlut mengandung 0,03 mg levonogestrol

-Ourette, noegest mengandung 0,5 mg linestrenol Pil Kombinasi

a. Indikasi

Indikasi penggunaan kontrasepsi pil menurut (Saefuddin, 2003 dan Billing E 2006) yaitu:

a. Usia reproduksi

b. Telah memiliki anak

c. Ibu yang menyusui tapi tidak memberikan asi esklusif d. Ibu yang siklus haid tidak teratur

e. Riwayat kehamilan ektopik


(63)

44

g. Setelah melahirkan 6 bulan namuntidak memberikan ASI

eksklusif sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocoksiklus haid tidak lancar kerena ketidaksimbangan hormon, pil kombinasi dapat menyeimbangkan hormon

b) Kontraindikasi

a. Hamil atau dicurigai hamil

b. Menyusui eksklusif karena dapat mengurangi kualitas ASI c. Perdarahan pervagina yang tidak diketahui penyebabnya d. Perokok dengan usia > 35 tahun karena beresiko stroke e. Riwayat penyakit jantung, stroke, dan TD > 180/110 mmHg f. Kanker payudara, penyakit epilepsi

Pil Progestin/ Mini pil a) Indikasi

a. Usia reproduktif

b. Telah memiliki anak

c. Mengingkinkan metode yang efektif

d. Mempunyai TD tinggi < 180/110 mmHg hormon progesteron

dapat meningkatkan tekanan darah, dapat diberikan

progesterone dalam dosis rendah dan pengawasan

e. Tidak boleh menggunakan estrogen (Saefuddin, 2003)

b) Kontraindikasi


(64)

b. Perdarahan pervagina yang tidak diketahui penyebabnya

c. Sering lupa meminumnya tidak dapat menggunakan pil secara teratur

d. Miom uterus, progestin dapat memicu pertumbuhan uterus

e. Riwayat stroke karena dapat menyebabkan spasme/

penyempitan pembuluh darah (Brilling E, 2006)

c) Efek Samping

Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini adalah:

a. Peningkatan risiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung b. Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan

c. Mual (terjadi pada 3 bulan pertama)

d. Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama)

e. Pusing, Amenore, Nyeri payudara

f. Kenaikan berat badan

d) Waktu dan Cara Penggunaan

Pil Kombinasi

1. Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi

a. Dapat digunakan setiap saat asal yakin tidak hamil

b. Bila pertama meminumnya pada hari 1-7 siklus haid (tidak memerlukan kontrasepsi tambahan)


(65)

46

c. Bila pertama meminumnya setelah hari ke-7 siklus haid (jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari)

d. Bila tidak haid (amenorhea), pil kombinasi dapat diberikan setiap saat, asal diyakini tidak hamil. (jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja)

e. Setelah Melahirkan :

- Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif - Setelah 3 bulan dan tidak menyusui

f. Pil Kombinasi dapat diberikan segera pasca keguguran

g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantinya dengan pil kombinasi, pil kombinasi dapat segera diberikan.

h. Bila kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut sedang tidak hamil. (tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain)

i. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, pil dapat segera diberikan tanpa menunggu haid (sebelum atau pada saat jadwal suntik ulang). Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan

j. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan pil kombinasi, pil kombinasi


(66)

diberikan pada hari ke 1-7 siklus haid. (tidak memerlukan metode kontrasepsi lain).

2. Instruksi Pada Klien

a. Minum pil kombinasi setiap hari dan pada waktu yang sama b. Pil pertama diminum pada hari 1-7 siklus haid

c. Pemakaian berdasarkan jumlah pil

- Paket 28 pil : bila paket 28 pil habis, langsung dilanjutkan minum pil pada paket yang baru

- Paket 21 pil : bila paket 21 pil habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru

d. Bila ibu muntah dalam waktu 2jam setelah minum pil, minumlah pil yang lain.

f. Bila ibu muntah hebat atau diare >24jam, maka bila keadaan memungkinkasn dan tidak memperburuk keadaan klien, pil dapat diteruskan

g. Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2hari atau lebih, cara penggunaan mengikuti cara pil lupa

h. Bila ibu lupa 1 pil (hari 1 - 21), minumlah segera pil yang terlupa tersebut begitu ingat, walau harus minum 2 pil pada hari yg sama (tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi tambahan) i. Bila ibu lupa 2 pil atau lebih (hari 1 - 21), minumlah 2 pil yang setiap hari sampai sesuai dengan jadwal minum yang ditetapkan


(67)

48

tersebut begitu ingat (gunakan metode kontrasepsi lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai paket pil tersebut habis) j. Bila ibu tidak haid, lakukan tes kehamilan. (Saefuddin, 2003)

Pil Progestin atau Mini Pil

a. Mini pil diminum setiap hari pada saat yang sama sampai habis. b. Pil pertama sebaiknya diminum pada saat hari pertama siklus

haid.

c. Metode barier digunakan pada hari ke tujuh atau 4-6 minggu post partum walaupun haid belum kembali.

d. Pada ibu 9 bulan post partum sebaiknya beralih menggunakan pil

kombinasi karena efektifitas mini pil mulai menurun.

e. Bila pasien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,

minum pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi lain jika akan melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya. f. Meskipun pasien belum haid, mulai paket baru sehari setelah

paket terakhir habis.

g. Bila pasien mendapat haid teratur setiap bulan dan kehilangan 1 siklus (tidak haid), atau merasa hamil, maka lakukan tes kehamilan.

h. Apabila pasien mengalami spotting atau perdarahan selama masa

interval, tetap minum pil sesuai jadual (perdarahan biasa terjadi selama bulan-bulan pertama).


(68)

i. Apabila pasien mengalami kram, nyeri perut hebat atau demam maka segera periksa ke pelayanan kesehatan.

j. Sarankan pada pasien untuk menggunakan kondom ataupun

spermisida selain memakai mini pil apabila kemungkinan terinfeksi penyakit menular seksual (termasuk HBV dan HIV/AIDS) atau lupa minum pil.

e) Aturan Meminum Pil Jika Lupa

Apabila lupa minum 1 pil (hari 1-21), maka setelah ingat segera minum 2 pil pada hari yang sama. Apabila lupa minum 2 pil (hari 1-21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai jadwal yang ditetapkan (sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai pil habis)

Keuntungan kontrasepsi pil kombinasi adalah siklus haid teratur, sehingga mencegah anemia, mudah jika ingin dihentikan, kesuburan cepat kembali setelah penggunaan di hentikan,

mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker

endometrium, kista ovarium, jerawat, dismenorhe. Kerugian kontrasepsi pil kombinasi adalah terdapat perdarahan bercak atau perdarahan pada tiga bulan pertama, merasa pusing, nyeri pada payudara, terjadi kenaikan pada berat badan , meningkatkan tekanan darah sehingga beresiko terjadi stroke.


(69)

50

2. Kontrasepsi suntik a) Pengertian

Kontrasepsi suntik adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Terdapat dua macam yaitu suntikan kombinasi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron. Cara penyuntikan pada umumnya dilakukan pada otot (intra muskular) yaitu pada otot gluteus yang dalam dan pada otot pangkal lengan deltoid (Uliyah, 2010; Saifuddin, 2003).

Suntik di bagi menjadi 2 (Syaifudin, 2006):

a.Suntikan kombinasi yaitu: 25 mg Depomedroksiprogesterom Asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang di berikan injeksi IM, 1 bulan sekali(cyclofem), dan 50 mg Noretindron dan 5 mg estradiol valerat yang di beriukan IM 1 bulan sekali.

b. Suntikan progestin di bagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Depo medroksiprogesteron asetat(depoprovera)

mengandung 150mg (DMPA) yang di berikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik IM

2. Depon nerotisteron enantat(deponoristerat), yang mengandung 200 mg noretindron enantat, di berikan setiap 2 bulan dengan cara suntik IM

b) Jenis Kontrasepsi Suntik yang sekarang banyak dipakai adalah:


(70)

Diberikan setiap 3bulan sekali atau 13 minggu dengan dosis 150 mg, dengan mekanisme kerja menurunkan kadar dari FSH dan LH sehingga tidak terjadi sentakan LH raena respon

kelenjar hipofisinya tidak berubah terhadap GnRH

(gonadotropin-releasing hormone) dan akan memeberikan kesan proses yang terjadi dihipotalamus. Dari pada di hipofisis. (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).

b. NET-EN (Norethindrone enanthate) – Noristerat

Dipakai lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta wanita. Diberikan 8 minggu sekali atau 6 bulan pertama dengan dosis 200 mg, kemudian selanjutnya 1 kali pemberian setiap 12 minggu (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).

c. Cyclofem

Mengandung 25 mg depo medroksi asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi intramuskular 1 bulan sekali (Saifuddin, 2003; Handayani, 2010).

Suntik Kombinasi a) Indikasi

a. Usia reproduksi

b. Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak

c. Ingin mendapatkan yang dengan efektifitas tinggi d. Menyusui asi pasca persalinan 6 bulan


(71)

52

(Saifuddin, 2003; Handayani, 2010). b) Kontraindikasi

a. Hamil atau di duga hamil

b. Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan karena

penggunaan suntik kombinasi dapat mengurangi kualitas Asi c. Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya

d. Usia > dari 35 tahun yang merokok

e. Tekanan darah tinggi > 180 / 100 mmHg, kombinasi dapat meningkatkan tekanan darah

(Saifuddin, 2003; Handayani, 2010). Suntik Progestin

a) Indikasi

a. Usia reproduksi

b. Nulipara dan telah memiliki anak

c. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang dan efektivitas tinggi

d. Setelah melahirkan tidak menyusui e. Setelah abortus atau keguguran f. Tekanan darah < 180/110 mmHg

g. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen

h. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil i. Anemia defisiensi zat besi


(72)

a) Kontraindikasi

a. Hamil atau dicurigai hamil

b. Perdarahan pervagina yang pelum jelas penyebabnya

c. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

d. Pernah mengalami stroke

e. Menderita tumor hati (hepatoma) dan diabetes (Brilling E, 2006, Hartanto 2010)

b) Efek samping

a. Gangguan pola haid ( amenorea)

b. Berat badan bertambah

c. Keluhan-keluhan seperti, mual, muntah, sakit kepala, panas dingin, pegal-pegal, nyeri perut

c) Waktu penggunaan

a. Pada suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid, tidak perlu kontrasepsi tambahan

b. Bila suntikan pertama diberikan setelah 7 siklus 7 hari, tidak boleh melakukan senggama selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama 7 hari

c. Jika pasca persalinan 6 bulan, menyusui, dan belum haid, suntikan pertama dapat diberikan asal tidak hamil

d. Ibu yang menggunakan metode lain dan ingin mengganti dengan


(73)

54

benar, dan tidak hamil maka suntikan pertama dapat diberikan tanpa menunggu haid berikutnya

Keuntungan menggunakan kontrasepsi suntik adalah efek samping sangat kecil, pengawasan medis ringan, dapat diberikan pasca persalinan, pasca keguguran, atau pasca mensturasi, tidak menganggu laktasi jika sewaktu-waktu ingin hamil, bisa segera dihentikan. Kerugian kontrasepsi suntik adalah adanya gangguan pola haid (perubahan siklus mensturasi), perubahan pada berat badan, suntikan terhenti, sebagian wanita belum kembali fertilitasnya selama 4-5 hari , ada rasa mual, pusing, spotting (bercak perdarahan) (Hartanto, 2010)

3. Kontrasepsi Implant/AKBK

a) Pengertian

Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang berupasusuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon,dipasang pada lengan atas.(Handayani, 2010)

Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang pemakaiannyayaitu dengan cara memasukkan tabung kecil dibawah kulit pada bagiantangan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan. Tabung kecilberisi hormon tersebut akan

terlepas sedikit-sedikit, sehinggamencegah kehamilan.


(74)

Dari beberapa pengertian kontrasepsi implant diatas maka dapatdisimpulkan bahwa implantmerupakan salah satu kontrasepsi yang dapat dipasang pada lengan bagian atas yang dimasukkan kebawah kulit bersifathormonal dan bersifat jangka panjang.

b) Macam-macam implant:

a. Non-BiodegradableImplant

§ Norplant

Norplant (6 kapsul) dengan daya kerja 5 tahun berisi hormone Levonorgastel, yang dimasukan di bawah kulit sebanyak 6 kapsul tiap kapsulnya memiliki panjang 34mm, dengan diameter 2.4 mm, berisi 36 mg levonogastrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg Levonorgestrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgestrel adalh hormon progestin yang di pakai juga dalam kontrasepsi pil, seperti mini pil atau pil kombinasi.(Prawirohardjo, Sarwono, 2008)

§ Norplant-2

Terdiri dari 2 batang silastic yang padat berisi hormon Levonogestrel, daya kerja hingga 3 tahun, satu batang berisi hormon ST-1435 dengan daya kerja 2 tahun dan yang berisi hormon 30keto desogestrel dengan daya kerja 2,5 sampai 4 tahun seperti Implanton.( Hartanto, Hanafi, 2004)


(75)

56

b. Biodegradable Implant

§ Carpronor

Suatu kapsul biodegradable yang mengandung

levonorgestrel yang dilarutkan dalam minyak ethyl-aleate dengan diameter kapsul kurang dari 0.24 cm dan panjang kapsul terdiri dari dua ukuran 2.5 cm dan 4 cm. (Handayani, 2010; Hartanto, 2010).

§ Norethindrone Pellets

Pellets di buat dari 10% kolesterol murni dan 90% norethindrone (NET). Setiap pellets panjang 8 mm mengandung 35 mg NET yang akan dilepaskan saat pellets perlahan-lahan melarut. Sedian empat pellets memberikan

perlindungan terhadap kehamilan untuk

sekurang-kurangnya 12 bulan. (Handayani, 2010; Hartanto, 2010). Efektivitas kontrasepsi implant sebesar 0,05 % jika penggunaannya secara tepat dan konsisten. (WHO, 2004). Keuntungan menggunakan kontrasepsi implant adalah akseptor KB tidak harus minum pil KB atau Suntik KB berkala, proses pemasangan susuk KB cukup satu kali untuk jangka pemakaian 2-5 tahun, dapat langsung dilepaskan jika sewaktu-waktu ingin hamil. Kerugian kontrasepsi implant adanya gangguan pola haid (siklus


(76)

karbohidrat, pembekuan darah, tekanan darah dan perubahan berat badan.

c) Indikasi

a. Telah memiliki anak

b. Menginginkan metode kontrasepsi yang efektif selama periode menyusui karena efektifitas implant cukup tinggi dan tidak mengganggu kualitas ASI

c. Mempunyai TD tinggi < 180/110 mmHg, hormon progesteron dapat meningkatkan tekanan darah jadi dapat diberikan pada dosis yang lebiih rendah dan perlu pengawasan

d. Tidak dianjurkan menggunakan yang mengandung estrogen

e. Tidak menginginkan anak lagi tapi tidak ingin sterilisasi, karena implant merupakan metode jangka yang lebih panjang (Brilling E, 2006)

d) Kontraindikasi

a. Hamil atau disangka hamil

b. Penderita penyakit akut kanker payudara c. Adanya penyakit jantung

d. Penderita hipertensi

e. Tromboemboli dan diabetes melitus.

(Proverawati, 2010; Hartanto, 2010;Handayani, 2010).

e) Efek samping


(77)

58

b. Perdarahan bercak ( spotting) ringan c. Ekspulsi

d. Infeksi pada insersi

e. Kenaikan atau penurunan berat badan

f) Waktu penggunaan

Penggunakan Implant menurut Saifudin, (2006)

a. Implantdapat dipasang selama siklus haid hari ke -2 sampai hari ke – 7

b. Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat

c. Saat menyususi antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan d. Pasca keguguran implant dapat segera di insersikan

e. Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari.

Jadwal kunjungan kembali ke klinik menurut Anggraini (2011). Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant dipasang bila ditemukan hal – hal sebagai berikut :

b. Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah. c. Perdarahan yang banyak dari kemaluan.

d. Rasa nyeri pada lengan.


(78)

f. Ekspulsi dari batang implant

g. Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur. h. Nyeri dada hebat.

i. Dugaan adanya kehamilan.

Jadwal kontrol ulang setelah pemasangan KB Implant yaitu 3 hari, 1 minggu atau sewaktu-waktu bila ada keluhan (Proverawati,2010)

Keuntungan penggunaan kontrasepsi implant diantaranya, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat kesuburan lebih cepat, tidak ada pemeriksaan dalam, tidak mengganggu saat berhubungan suami istri, tidak mengganggu ASI, perlu kembali periksa jika hanya ada keluhan, dapat di cabut setiap saat jika diperlukan. Kerugian penggunaan kontrasepsi implant diantaranya, tidak melindungi dari penyakit seksual HIV/AIDS, adanya pembedahan minor, akseptor tidak dapat

menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, dapat

mempengaruhi penurunan atau kenaikan berat badan, secara penampilan untuk implant jenis Norplant dapat terlihat dari luar, perubahan pola haid (bercak/ spotting, amenore 20% untuk beberapa bulan atau tahun), penggunakaan Norplant dapat menimbulkan keluhan seperti : nyeri kepala, kenaikan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, rasa mual, perubahan perasaan ( gelisah), dermatitis atau jerawat. ( Anggraini, 2011)


(79)

60

E. KerangkaTeori

Bagan 2.1 KerangkaTeori

Modifikasi dari, Budiman (2013), BKKBN, Kemenkes R.I, (2012), Handayani (2010), Hartanto,Hanafi (2010), Notoatmodjo (2007), Proverawati (2010), Suparyanto (2011)

WanitaUsiaSubur (usia 20-45th) yang

menikah

Kontrasepsi

Hormonal Non Hormonal Jenis Kontrasepsi

Hormonal Pil, Suntik, dan

Implant

Pengetahuan

Jenis Pengetahuan

Implisit Eksplisit

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam memilih kontrasepsi

• Faktor pasangan-Motivasi dan Rehabilitas

• Faktor kesehatan kontraindikasi- Absolute dan Relative

• Faktor metode keluarga berencana- Penerimaan dan Pemakaian berkesinambungan

(Hartanto,Hanafi, 2010) PemilihanAlatKontrasepsi


(1)

(2)

Output Analisa Univariat

Analisa Univariat

1.

Gambaran Umum Karakteristik Responden

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 32 28 47.5 47.5 47.5

≥ 32 31 52.5 52.5 100.0

Total 59 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pendidikan Dasar 29 49.2 49.2 49.2

Pendidikan

Menegah 27 45.8 45.8 94.9

Pendidikan Tinggi 3 5.1 5.1 100.0

Total 59 100.0 100.0

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Bekerja 12 20.3 20.3 20.3

Tidak Bekerja 47 79.7 79.7 100.0


(3)

2.

Gambaran Pengetahuan WUS tentang Kontrasepsi Hormonal

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik (76-100%) 27 45.8 45.8 45.8

Cukup (56-75%) 30 50.8 50.8 96.6

Kurang (< 55%) 2 3.4 3.4

100.0

Total 59 100.0 100.0

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 64 1 1.7 1.7 1.7

67 2 3.4 3.4 5.1

75 5 8.5 8.5 13.6

78 6 10.2 10.2 23.7

82 9 15.3 15.3 39.0

85 6 10.2 10.2 49.2

89 9 15.3 15.3 64.4

92 11 18.6 18.6 83.1

96 10 16.9 16.9 100.0


(4)

3.

Jenis Kontrasepsi Hormonal

KONTRASEPSI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pil 19 32.2 32.2 32.2

Suntik 31 52.5 52.5 84.7

Implant 9 15.3 15.3 100.0


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

1 43 116

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

0 47 145

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita di Lingkungan VIII Kelurahan Kampung Lalang

2 45 86

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Gangguan Kesehatan Reproduksi Akibat Merokok Di kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008

4 57 116

Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kontrasepsi Hormonal di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat 2016

1 4 128

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

0 0 5

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG TOXOPLASMOSIS DI KOTA PALU

0 0 7

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI KONDOM SEBAGAI SALAH SATU PENCEGAHAN HIVAIDS DI LINGKUNGAN BUTTADIDIA KELURAHAN MAWANG TAHUN 2016

0 0 112

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KB HORMONAL TENTANG EFEK SAMPING KONTRASEPSI HORMONAL DI PUSKESMAS GENTUNGAN KABUPATEN GOWA TAHUN 2016

0 0 122