BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 34
Volume 4 Nomor 1, April 2006
perekonomian Jepang menjangkau seluruh pelosok dunia, menjadi negara
pemasok hasil industri, serta pengimpor terkemuka atas minyak dan
gas bumi
dan perdagangan internasionalnya memiliki pengaruh
yang akan selalu diperhitungkan oleh negara-negara besar di dunia.
Prinsip dalam pembuatan suatu peraturan selain dimaksudkan untuk
mengatur juga diusahakan mampu dilaksanakan, yang berarti dalam
pelaksanaannya tidak boleh terlalu membebani atau membatasi. Demikian
pula dalam keharusan penggunaan rupiah, aturan ini pada prinsipnya
adalah untuk meningkatkan nilai rupiah. Menyadari bahwa saat ini
rupiah bukanlah merupakan hard money dan belum pula semua negara
mau menerima uang rupiah, maka pengaturan pengecualian terdapat
penggunaan rupiah tetap diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar jangan
sampai pembebanan keharusan penggunaan rupiah ini justru
membatasi kegiatan perekonomian yang nantinya berpotensi membawa
keterpurukan ekonomi bangsa Indonesia. Prinsip pengecualian ini juga
dianut beberapa negara lain seperti Kanada.
Saat ini tidak semua transaksi di wilayah Republik Indonesia bisa
menggunakan rupiah, tetapi seharusnya pengecualiannya adalah
dengan pembatasan yang tegas, sehingga tidak mengaburkan
kewajiban pengunaan rupiah sebagai legal tender. Pembatasan yang tegas
tersebut dapat dilakukan misalnya dengan mengatur pengecualian
penggunaan rupiah tersebut dalam sebuah Peraturan Pemerintah yang
dikeluarkan oleh presiden sehingga lebih menjamin implementasi
pengaturan kewajiban penggunaan uang rupiah. Adapun beberapa hal
yang dapat dijadikan pertimbangan dalam penetapan pengecualian
terhadap penggunaan rupiah antara lain:
1. Wilayah Perbatasan Daratan
Wilayah perbatasan harusnya diatur kebijakan khusus tentang
kewajiban penggunaan rupiah yang berbeda dengan wilayah di
Indonesia pada umumnya. Hal ini karena batas perbatasan yang
kadang kabur, jauhnya pusat ekonomi dalam negara Republik
Indonesia dan juga lemahnya nilai rupiah terhadap mata uang di
negara perbatasan. Beberapa wilayah perbatasan daratan
Republik Indonesia adalah:
a Batas dengan Malaysia di Kalimantan dan pulau Sebatik,
sekitar 2004 kilometer, mengacu kepada perjanjian
batas antara wilayah kolonial Inggris dengan Hindia Belanda,
yaitu
Treaty-1891 serta Konvensi 1915 dan 1928.
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 35
Volume 4 Nomor 1, April 2006
b Batas dengan PNG, di Papua Irian Jaya sekitar 780
kilometer, mengacu perjanjian tentang batas-batas negara
antara Indonesia dengan Papua Nugini oleh Pemerintah
Indonesia dan Pemerintah Australia pada tahun 1973.
Hasil perjanjian terakhir diratifikasi dengan UU No. 6
tahun 1973.
c Batas dengan Timor-Leste, sekitar 255 kilometer, mengacu
pada perjanjian batas antara Hindia Belanda dengan Portugis
pada tahun 1904 Treaty-1904 dan Permanent Court Award
PCA 1914. Mengacu kepada dua produk hukum tersebut,
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Timor-Leste sepakat
untuk melakukan delineasi bersama, yang hasilnya
disepakati pada tanggal 8 April 2005 dalam bentuk sebuah
Provisional Agreement.
10
2. Transaksi Ekspor Impor Transaksi International
Dalam posisi Rupiah saat ini belum memungkinkan setiap negara mau
untuk membayar atau dibayar dalam rupiah. Maka pengaturan
yang berbeda tentang kewajiban
10
Dr.Ir. Sobar Sutrina, M.Surv., Sc., Batas-batas NKRI, Makalah dalam “Seminar Nasional Batas Wilayah”
diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Geodesi FT-UGM di Yogyakarta pada tanggal 3 Mei
2005.
penggunaan rupiah perlu diatur dalam sistem pembayaran untuk
traksaksi ekspor impor. Pengaturan ini bukan berarti pelegalan tanpa
batas penggunaan uang asing dalam transaksi ekspor impor tapi
lebih pada pengaturan bagaimana traksaksi ekspor impor Indonesia
tetap lancar tetapi tidak mengarah pada penurunan nilai rupiah. Dalam
hal ini tentu diatur jenis komoditi apa saja dan dengan negara mana,
termasuk persyaratan diperbolehkan menggunakan mata
uang asing.
3. Wilayah Pariwisata