Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 050116Th.XVIII, 4 Januari 2016 3
2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret - September 2015
Jumlah penduduk miskin di Sumatera Selatan pada bulan September 2015 sebanyak 1.112,53 ribu orang atau sebesar 13,77 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin
pada Maret 2015 yang berjumlah 1.145,63 orang 14,25 persen, berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar
33.102 orang.
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah,
Maret - September 2015 JumlahPersentase
Penduduk Miskin Maret
2015 September
2015 Perubahan
Jumlah Penduduk Miskin
Perkotaan 390,87
360,73 -30,14
Pedesaan 754,76
751,8 -2,96
Perkotaan+Pedesaan 1.145,63
1.112,53 -33,10
Persentase Penduduk Miskin
Perkotaan 13,62
12,51 -1,11
Pedesaan 14,6
14,47 -0,13
Perkotaan+Pedesaan 14,25
13,77 -0,48
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret dan September 2015
Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan dan daerah perdesaan mengalami penurunan. Selama periode Maret - September 2015, penduduk miskin di daerah
perkotaan berkurang sebanyak 30.141 orang, atau sebesar 1,11 persen. Di daerah perdesaan berkurang sebanyak 2.961 orang, atau turun sebesar 0,13 persen. Tabel 2.
Komposisi penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah, di mana sebagian besar penduduk miskin berada di daerah
perdesaan 65,88 persen pada bulan Maret 2015 dan naik menjadi 67,58 persen pada September 2015.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 050116Th.XVIII, 4 Januari 2016 4
3. Perubahan Garis Kemiskinan Maret - September 2015
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
Selama Maret - September 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,30 persen, yaitu dari Rp. 326.905,- per kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp 340.958,- perkapita per
bulan pada September 2015. Dengan memperhatikan daerah Garis Kemiskinan GK, yang terdiri dari Garis Kemiskinan daerah perkotaan dan Garis Kemiskinan daerah
perdesaan, terlihat bahwa garis kemiskinan di daerah perkotaan naik sebesar 3,67 persen yaitu dari Rp. 365.336,- per kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp. 378.739,-
per kapita per bulan pada September 2015. Sedangkan garis kemiskinan di daerah perdesaan juga mengalami kenaikan sebesar 4,72 persen yaitu dari Rp. 305.581,- per
kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp. 319.994,- per kapita per bulan pada September 2015.
Tabel 3. Garis Kemiskinan RpKapitaBulan Menurut Daerah,
Maret – September 2015
Garis Kemiskinan
Maret 2015
September 2015
Perubahan Perkotaan
Makanan GKM 263.734
272.915 3,48
Non Makanan GKNM 101.603
105.823 4,15
Total GK 365.336
378.739 3,67
Pedesaan
Makanan GKM 243.702
254.209 4,31
Non Makanan GKNM 61.880
65.785 6,31
Total GK 305.581
319.994 4,72
Perkotaan+Pedesaan
Makanan GKM 250.850
260.885 4,00
Non Makanan GKNM 76.055
80.073 5,28
Total GK 326.905
340.958 4,30
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret dan September 2015
Dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan GK yang terdiri dari garis kemiskinan makanan GKM dan garis kemiskinan non makanan GKNM terlihat
bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non maknan. Pada bulan September 2015 sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap
garis kemiskinan sebesar 76,52 persen.
Secara keseluruhan GKM dan GKNM mengalami kenaikan pada periode Maret - September 2015. GKM pada bulan September 2015 sebesar Rp. 260.885,- per kapita per
bulan dan GKNM sebesar Rp. 80.073,- per kapita per bulan, di mana pada bulan Maret 2015 GKM sebesar Rp 250.850,- per kapita per bulan dan GKNM sebesar Rp 76.055,-.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 050116Th.XVIII, 4 Januari 2016 5
Terlihat juga pada Tabel 3 di atas bahwa GKM dan GKNM mengalami kenaikan pada periode Maret - September 2015 baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Pada September 2015, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan pada umumnya sama, seperti beras
yang memberi sumbangan 19,38 persen di Perkotaan dan 30,14 persen di Pedesaan. Rokok Kretek Filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan
10,84 persen di perkotaan dan 8,97 persen di pedesaan, Komoditi lainnya adalah telur ayam ras, gula pasir, mie instan dan seterusnya. Sementara itu ada komoditi lain yang
memberi sumbangan berbeda terhadap garis kemiskinan misalnya tahu dan kue basah yang hanya memberikan sumbangan besar untuk GK di perkotaan. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya , September 2015
Jenis Komoditi Perkotaan
Jenis Komoditi Pedesaan
1 2
3 4
MAKANAN
Beras 19,38 Beras
30,14 Rokok kretek filter
10,84 Rokok kretek filter 8,97
Telur ayam ras 4,81 Gula pasir
4,39 Mie instan
4,27 Telur ayam ras 3,78
Daging ayam ras 3,40 Mie instan
3,42 Cabe merah
2,59 Cabe merah 2,65
Gula pasir 2,40 Daging ayam ras
2,25 Tempe
2,34 Kopi bubuk kopi instan sachet
2,16 Kue basah
2,19 Tempe 1,90
Tahu 2,15 Bawang merah
1,82 BUKAN MAKANAN
Perumahan 7,61 Perumahan
6,78 Listrik
3,47 Bensin 2,69
Bensin 2,60 Listrik
1,60 Pendidikan
2,25 Pendidikan 1,52
Angkutan 1,79 Perlengkapan mandi
1,04 Air
1,36 Angkutan 0,76
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2015 Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan,
listrik, bensin dan pendidikan. Sementara terdapat komoditi bukan makanan lainnya memberikan sumbangan berbeda pada GK Perkotaan dan Pedesaan yaitu
air yang memberi sumbangan besar di perkotaan atau perlengkapan mandi yang hanya memberi
sumbangan besar terhadap GK di pedesaan.
4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan