TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

Bagian Kesatu Penetapan dan Jenis Tempat Penimbunan Sementara Pasal 8 1 Penetapan suatu kawasan, bangunan, danatau lapangan sebagai Tempat Penimbunan Sementara ditetapkan oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan. 2 Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berupa : a. Lapangan Penimbunan; b. Lapangan Penimbunan Peti Kemas; c. Gudang Penimbunan; danatau d. Tangki penimbunan. 3 Penambahan jenis Tempat Penimbunan Sementara selain sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal. Bagian Kedua Persyaratan dan Tatacara Penetapan Sebagai Tempat Penimbunan Sementara Pasal 9 1 Untuk dapat ditetapkan sebagai Tempat Penimbunan Sementara, Pengusaha tempat penimbunan harus mengajukan permohonan penetapan suatu kawasan, bangunan, danatau lapangan sebagai Tempat Penimbunan Sementara kepada Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya. 2 Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dilampiri dengan: a. Salinan Akte Pendirian Perusahaan sebagai Badan Hukum; b. Surat Izin Usaha dari instansi terkait; c. Izin dari Pemerintah Daerah setempat; d. Foto copy bukti kepemilikan atau penguasaan suatu bangunan, tempat atau kawasan yang mempunyai batas-batas yang jelas; e. Bukti Nomor Pokok Wajib Pajak; f. Gambar denah dan batas-batasnya yang meliputi tempat penimbunan barang impor, ekspor, barang untuk diangkut ke dalam MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA daerah pabean lainnya melalui luar daerah pabean, dan tempat pemeriksaan barang dan ruang kerja Pejabat Bea dan Cukai; g. Daftar peralatan dan fasilitas penunjang kegiatan usaha yang dimiliki dan surat pernyataan sanggup untuk menyediakan peralatan dan fasilitas yang memadai; h. Surat keterangan dari pengusaha atau penanggung jawab Kawasan Pabean tentang penggunaan bangunan danatau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di dalam Kawasan Pabean bersangkutan sebagai Tempat Penimbunan Sementara; i. Berita Acara Pemeriksaan Lokasi; j. Surat pernyataan sanggup melaksanakan administrasi pembukuan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia; dan k. Surat pernyataan sanggup memenuhi peraturan perundang- undangan di bidang kepabeanan. Pasal 10 1 Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan terhadap permohonan penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dalam jangka waktu paling lama 45 empat puluh lima hari sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar. 2 Persetujuan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan menerbitkan Keputusan Penetapan Sebagai Tempat Penimbunan Sementara oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan. 3 Penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan menerbitkan surat pemberitahuan penolakan oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan yang disertai dengan alasan penolakan. 4 Keputusan penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan adanya pencabutan. Bagian Ketiga Penimbunan Barang di Tempat Penimbunan Sementara Pasal 11 1 Penimbunan barang impor dan barang ekspor sementara menunggu pengeluaran atau pemuatannya, dilakukan di tempat penimbunan yang telah mendapatkan penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2 Barang yang berasal dari dalam daerah pabean dilarang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara kecuali untuk : a. tujuan ekspor; b. tujuan reekspor; atau c. tujuan dikirim ke tempat lain dalam daerah pabean dengan melewati tempat di luar daerah pabean. Pasal 12 1 Penimbunan barang di dalam Tempat Penimbunan Sementara wajib dipisahkan antara barang impor, barang ekspor, dan barang untuk diangkut ke dalam daerah pabean lainnya melalui luar daerah pabean. 2 Barang-barang berbahaya, merusak, danatau yang memiliki sifat dapat mempengaruhi barang-barang lain atau yang memerlukan instalasi atau penanganan khusus, wajib ditimbun di tempat khusus yang disediakan untuk itu. 3 Peti kemas kosong wajib ditimbun di tempat khusus yang disediakan untuk itu. 4 Barang impor, ekspor, atau untuk diangkut ke dalam daerah pabean lainnya melalui luar daerah pabean yang ditimbun di gudang penimbunan, wajib diberi identitas secara jelas. Pasal 13 1 Peti kemas atau kemasan barang-barang lainnya yang ditimbun dalam Tempat Penimbunan Sementara hanya dapat dibuka untuk kepentingan pemeriksaan fisik barang dalam rangka pemeriksaan pabean. 2 Dalam hal terdapat permohonan tertulis dari pemilik barang atau kuasanya, Pejabat Bea dan Cukai dapat memberikan persetujuan untuk membuka peti kemas atau kemasan barang untuk tujuan selain yang dimaksud pada ayat 1. Pasal 14 1 Penimbunan barang di Tempat Penimbunan Sementara yang berada di dalam area pelabuhan laut atau bandar udara ditetapkan paling lama 30 tiga puluh hari sejak tanggal penimbunan. 2 Penimbunan barang di Tempat Penimbunan Sementara yang berada di tempat lain, ditetapkan paling lama 60 enam puluh hari sejak tanggal penimbunan. 3 Barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara yang tidak dikeluarkan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan sebagai Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Bagian Keempat Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara Pasal 15 1 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib menyediakan tempat atau bangunan dan sarana yang memadai untuk tempat pemeriksaan barang yang ditimbun di dalam Tempat Penimbunan Sementara. 2 Tempat, bangunan, dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib memenuhi persyaratan yang memungkinkan dapat dilakukannya pengeluaran, pemeriksaan, dan pemasukan barang dari dan ke peti kemas atau kemasan barang lainnya serta mengurangi resiko terjadinya kehilangan atau kerusakan barang. Pasal 16 1 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara yang telah mendapatkan Keputusan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 2, sebelum memulai operasional kegiatan sebagai Tempat Penimbunan Sementara wajib menyerahkan jaminan kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi Tempat Penimbunan Sementara. 2 Besarnya jumlah jaminan ditetapkan dengan memperhatikan kapasitas, jenis, danatau volume Tempat Penimbunan Sementara. 3 Bentuk jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa: a. uang tunai; b. jaminan bank; danatau c. jaminan dari perusahaan asuransi. Pasal 17 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara yang akan memulai operasional kegiatan sebagai Tempat Penimbunan Sementara wajib memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi. Pasal 18 Tempat Penimbunan Sementara yang berada di bawah pengawasan Kantor Pabean yang telah menerapkan sistem Pertukaran Data Elektronik PDE Kepabeanan wajib memiliki aplikasi pengelolaan barang di Tempat Penimbunan Sementara dan menyediakan media komunikasi data elektronik yang terhubung on-line computer dengan aplikasi kepabeanan Kantor Pabean. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 19 1 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib memberitahukan setiap perubahan data, tata letak lapangan atau bangunan, danatau pengalihan pengusahaan Tempat Penimbunan Sementara kepada Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya. 2 Dalam hal perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menyangkut perubahan terhadap kapasitas, jenis, danatau volume Tempat Penimbunan Sementara yang mengakibatkan perubahan besarnya jaminan, Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib melakukan penyesuaian besarnya jaminan ke Kantor Pabean yang mengawasi. Pasal 20 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib menyampaikan daftar barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara yang telah melewati jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 1 dan ayat 2 kepada Kepala Kantor Pabean. Pasal 21 1 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib menyelenggarakan pembukuan dan menyimpan catatan dan dokumen, termasuk data elektronik, yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara untuk jangka waktu 10 sepuluh tahun. 2 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib menyerahkan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan untuk kepentingan audit kepabeanan. Pasal 22 1 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara bertanggung jawab atas bea masuk danatau cukai serta pajak dalam rangka impor yang terutang atas barang yang ditimbun dalam Tempat Penimbunan Sementara terhitung sejak saat penimbunan sampai dengan tanggal Pemberitahuan Pabean atas Impor. 2 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara dibebaskan dari tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dalam hal barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementaranya: a. musnah tanpa sengaja; b. telah diekspor kembali, diimpor untuk dipakai, atau diimpor sementara; atau MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA c. telah dipindahkan ke Tempat Penimbunan Sementara lain, Tempat Penimbunan Berikat atau Tempat Penimbunan Pabean. 3 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara yang tidak dapat mempertanggungjawabkan barang yang seharusnya berada di tempat penimbunannya, wajib membayar bea masuk danatau cukai serta pajak dalam rangka impor yang terutang dan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 25 dua puluh lima persen dari bea masuk yang seharusnya dibayar. 4 Perhitungan bea masuk danatau cukai serta pajak dalam rangka impor yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, sepanjang tidak dapat didasarkan pada tarif dan nilai pabean barang yang bersangkutan, didasarkan pada tarif tertinggi untuk golongan barang yang tertera dalam pemberitahuan pabean pada saat barang tersebut ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara dan nilai pabean ditetapkan oleh Pejabat Bea dan Cukai. Bagian Kelima Sanksi Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara Pasal 23 Kapala Kantor Pabean yang mengawasi Tempat Penimbunan Sementara memberikan peringatan tertulis kepada Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara dalam hal pengusaha Tempat Penimbunan Sementara: a. tidak mengindahkan ketentuan pemisahan penimbunan barang impor, barang ekspor, dan barang untuk diangkut ke dalam daerah pabean lainnya melalui luar daerah pabean, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 1; b. menimbun barang-barang berbahaya, merusak, dan yang karena sifatnya dapat mempengaruhi barang-barang lain atau yang memerlukan instalasi atau penanganan khusus, tidak di tempat khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 2; c. menimbun peti kemas kosong, tidak di tempat khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 3; d. tidak memberikan identitas barang impor dan barang ekspor yang ditimbun di gudang penimbunan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 4; e. tidak lagi memenuhi ketentuan tentang tempat pemeriksaan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15; f. tidak menyerahkan jaminan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 19; MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA g. tidak memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi sebelum memulai operasional kegiatan sebagai Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17; h. tidak memberitahukan perubahan data danatau kondisi fisik Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 1 berdasarkan rekomendasi dalam Laporan Hasil Audit di bidang kepabeanan atau dari unit pengawasan lainnya; danatau i. tidak menyampaikan daftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20. Pasal 24 1 Keputusan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 2 dibekukan dalam hal pengusaha Tempat Penimbunan Sementara: a. menimbun barang selain yang diijinkan untuk ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 2; b. tidak lagi memiliki dan menyelenggarakan sistem Pertukaran Data Elektronik PDE sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18; c. tidak menyelenggarakan pembukuan dan tidak bersedia menyerahkan dokumen dan pembukuan lainnya sehubungan dengan audit di bidang kepabeanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21; d. tidak memenuhi kewajiban pelunasan bea masuk danatau cukai serta pajak dalam rangka impor, dan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat 3 dalam waktu 30 tiga puluh hari setelah penagihan; e. tidak memenuhi ketentuan yang menjadi alasan diterbitkannya surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dalam waktu 30 tiga puluh hari sejak tanggal surat peringatan; danatau f. direkomendasikan oleh unit pengawasan untuk dibekukan. 2 Pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ditetapkan oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan dengan Surat Pemberitahuan Pembekuan atas Keputusan Penetapan Sebagai Tempat Penimbunan Sementara berdasarkan hasil penelitian atau audit yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai. 3 Selama dalam status pembekuan, Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara dilarang memasukkan barang ke dalam Tempat Penimbunan Sementara. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 25 1 Pembekuan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dicabut dalam hal pengusaha Tempat Penimbunan Sementara: a. telah mengeluarkan barang yang ditimbun selain yang diizinkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 2; b. telah memiliki dan menyelenggarakan sistem Pertukaran Data Elektronik PDE sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 sesuai waktu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal; c. telah menyelenggarakan pembukuan dan menyatakan bersedia menyerahkan dokumen yang diminta sehubungan dengan audit kepabeanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21; d. telah memenuhi kewajiban pelunasan bea masuk danatau cukai serta pajak dalam rangka impor, dan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat 3; e. telah memenuhi ketentuan yang menjadi alasan diterbitkannya surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23; danatau f. telah melaksanakan rekomendasi dari unit pengawasan. 2 Pencabutan pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya dengan Surat Pemberitahuan Pencabutan Pembekuan atas Keputusan Penetapan Sebagai Tempat Penimbunan Sementara berdasarkan hasil penelitian atau audit yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai. Pasal 26 1 Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri Keuangan melakukan pencabutan Keputusan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai. 2 Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dalam hal: a. Tempat Penimbunan Sementara dalam status pembekuan dalam waktu selama 6 enam bulan secara terus-menerus; b. Tempat Penimbunan Sementara tidak menjalankan kegiatanusaha dalam jangka waktu 1 satu tahun secara terus-menerus; c. Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara terbukti bersalah telah melakukan pelanggaran tindak pidana di bidang kepabeanan berdasarkan putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; d. Tempat Penimbunan Sementara dinyatakan pailit; danatau e. Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara mengajukan permohonan sendiri untuk dilakukan pencabutan. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3 Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak mengurangi tanggung jawab Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara untuk menyelesaikan kewajiban pabean. 4 Atas pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan Keputusan Pencabutan atas Penetapan Sebagai Tempat Penimbunan Sementara.

BAB IV KETENTUAN PERALIHAN