Prarancangan Pabrik High Fructose Syrup dari Tepung Tapioka dengan Proses Enzymatic Kapasitas Produksi 110.000 tontahun
Hasri Widuri D500140005
Universitas Muhammadiyah Surakarta
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik
Menurut FAO 2007, Indonesia sebagai negara agraris merupakan salah satu penghasil komoditi singkong terbesar ke-4 di dunia, sehingga sangat
memungkinkan bagi Indonesia untuk mengembangkan industri yang berbasis singkong. Jawa dan Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar yaitu
sekitar 85 dari total panen di Indonesia. Daerah penghasil lainnya adalah Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Produksi ubi kayu di Indonesia yang cukup besar dapat dimanfaatkan sebagai suatu produk industri olahan seperti tapioka. Selain sebagai bahan
pembuat olahan rumah tangga, tapioka juga digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sirup fruktosa. Sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari ubi
kayu. Selain itu cara ini merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk olahan berbahan ubi kayu serta untuk memenuhi kebutuhan gula di Indonesia yang
semakin meningkat. Disamping itu dengan didirikannya pabrik ini akan membuka lapangan kerja baru dan dengan adanya pabrik ini akan mendorong berdirinya
pabrik-pabrik lain yang menggunakan bahan dasar sirup fruktosa di Indonesia. Indonesia adalah penghasil tepung tapioka terbesar ke-2 di dunia setelah
Thailand, dengan kapasitas rata-rata 15 juta hingga 16 juta ton per tahun. Tepung tapioka merupakan salah satu bahan baku yang dapat digunakan untuk
memproduksi high fructose syrup HFS. Ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah, memungkinkan untuk mendirikan dan mengembangkan pabrik high
fructose syrup HFS di Indonesia. Campuran sirup glukosa dan fruktosa dikenal secara komersial sebagai high
fructose syrup HFS, biasanya mengandung 42 fruktosa dan 55 glukosa. High fructose syrup HFS merupakan salah satu jenis gula cair yang popular di
industri makanan dan minuman. Gula ini dapat dihasilkan dari semua bahan yang mengandung karbohidrat, seperti jagung, singkong, beras, kentang, dan lain-lain.
E. A Borges da Silva, et.al., 2006
Prarancangan Pabrik High Fructose Syrup dari Tepung Tapioka dengan Proses Enzymatic Kapasitas Produksi 110.000 tontahun
Hasri Widuri D500140005
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dari tahun ke tahun permintaan jenis gula ini semakin meningkat. Menurut E.A. Borges da Silva, et.al. tahun 2006 dalam chemical engineering journal,
Permintaan HFS meningkat disebabkan beberapa faktor antara lain, karena produk ini memberikan cita rasa yang lebih segar dari pada gula sukrosa, serta
mempunyai resiko lebih rendah bagi penderita diabetes atau yang mengalami masalah metabolisme tubuh.
Berdasarkan Parker Kay, et.al.,, tahun 2010, fruktosa lebih manis daripada sukrosa. Tingkat kemanisan beberapa pemanis dapat dilihat pada Tabel 1.1,
sebagai berikut : Tabel 1.1 Tingkat kemanisan pada larutan pemanis
Pemanis Tingkat kemanisan
Sucrose Invert sugar
Fructose Glucose
Galactose Maltose
Lactose Xylitol
Cyclamates Acesulfame K Sunnette ®
Aspartame Equal ®, Nutrasweet ®
Saccharine The Pink Stuff Stevioside
Sucralose Splenda ® Thaumatin Talin ®
1,0 0,85 – 1,0
1,3 0,56
0,4 – 0,6 0,3 – 0,5
0,2 – 0,3
1,01 30 – 80
200 100 – 200
200 - 300 300
600 2000 – 3000
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa fruktosa mempunyai kemanisan tertinggi dari jenis pemanis alami lainnya sukrosa, maltose, laktosa, xylitol, galaktosa, gula
inversi dan glukosa. Meskipun jenis pemanis sintesis mempunyai tingkat kemanisan yang tinggi, pemanis sintesis tidak bisa menggantikan sukrosa karena
penggunaanya dibatasi oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722MENKES PER IX 1988 tentang bahan tambahan makanan.
Pabrik high fructose syrup HFS dari tepung tapioka dengan proses enzimatik didirikan dengan tujuan dapat menurunkan impor sukrosa dan gula
rafinasi yang pada akhirnya akan membantu memenuhi kebutuhan pemanis untuk
Prarancangan Pabrik High Fructose Syrup dari Tepung Tapioka dengan Proses Enzymatic Kapasitas Produksi 110.000 tontahun
Hasri Widuri D500140005
Universitas Muhammadiyah Surakarta
konsumsi masyarakat dan industri, dengan memanfaatkan potensi Indonesia dalam pemenuhan bahan baku. Selain itu, dapat memberikan peluang yang bagus
untuk pengembangan produksi dengan inovasi bahan baku, yaitu menggunakan tepung tapioka.
Jika ditinjau dari harga, produksi high fructose syrup HFS lebih murah karena dalam proses pembuatannya tidak perlu dilakukan pengkristalan dan
pengeringan seperti pada proses pembuatan sukrosa, sehingga harga jual produk juga lebih murah. Selain industri minuman ringan, high fructose syrup HFS juga
digunakan dalam industri yogurt, industri cokelat dan industri ice cream yang berfungsi meningkatkan cita rasa, dapat mempercepat proses fermentasi dalam
pembuatan yogurt, dan dapat mempengaruhi struktur serta viskositas pada cokelat dan ice cream. Penggunaan high fructose syrup HFS akan memberikan
keuntungan ekonomi yang lebih untuk industri-industri tersebut. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendirian pabrik
high fructose syrup HFS dari tepung tapioka mempunyai prospek yang cukup baik. Pendirian pabrik ini diestimasi dapat menurunkan impor gula tebu sukrosa
sehingga menguntungkan produksi gula nasional, Sehingga kebutuhan sukrosa dapat ditekan. Selain itu, permintaan high fructose syrup HFS diestimasi akan
terus meningkat seiring dengan meningkatnya industri makanan, minuman dan industri– industri lain yang menggunakan high fructose syrup HFS di Indonesia.
1.2 Penentuan Kapasitas Perancangan Pabrik