Akuntansi Pajak

(1)

PENGERTIAN

PENGERTIAN

AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI PAJAK



Akuntansi Pajak adalahAkuntansi Pajak adalah

-- sekumpulan prinsip,sekumpulan prinsip, -- standar,standar,

-- perlakuan akuntansi lengkapperlakuan akuntansi lengkap

yang digunakan oleh Wajib Pajak sebagai landasan untuk yang digunakan oleh Wajib Pajak sebagai landasan untuk

memenuhi kewajiban perpajakannya memenuhi kewajiban perpajakannya

 Akuntansi Perpajakan merupakan bagian akuntansi yangAkuntansi Perpajakan merupakan bagian akuntansi yang menekankan kepada :

menekankan kepada :

-- penyusunan SPTpenyusunan SPT (tax return)(tax return)

-- pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksipertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan perusahaan.


(2)

Tujuan Akuntansi Pajak

Tujuan Akuntansi Pajak

a.

a.

Dasar menghitung PKPDasar menghitung PKP

b.

b.

Menghitung harga perolehanMenghitung harga perolehan

c.

c.

Menghitung penyerahan barang kena pajakMenghitung penyerahan barang kena pajak

c.

c.

Menghitung penyerahan barang kena pajakMenghitung penyerahan barang kena pajak

d.

d.

Menghitung besarnya pajak yang terhutangMenghitung besarnya pajak yang terhutang

e.

e.

Memberi peluang menggunakan beberapaMemberi peluang menggunakan beberapa Keputusan Pemerintah.(u pembukuan)

Keputusan Pemerintah.(u pembukuan)

f.

f.

Dasar pertahanan WP dalam pemeriksaan danDasar pertahanan WP dalam pemeriksaan dan penyidikan pajak


(3)

Kerangka Dasar Akuntansi Pajak

Kerangka Dasar Akuntansi Pajak

1.

1. Laporan Keuangan disusun dan disajikan kepadaLaporan Keuangan disusun dan disajikan kepada otoritas pajak untuk kepentingan perpajakan.

otoritas pajak untuk kepentingan perpajakan.

2.

2. Laporan keuangan meliputi neraca dan laba rugi,Laporan keuangan meliputi neraca dan laba rugi, ditambah informasi lain yang diwajibkan UU

ditambah informasi lain yang diwajibkan UU Perpajakan.

Perpajakan. Perpajakan. Perpajakan.

3.

3. Laporan utama adalah Laporan Laba Rugi Fiskal.Laporan utama adalah Laporan Laba Rugi Fiskal.

4.

4. Konsep penting;Konsep penting; proper matching cost against revenueproper matching cost against revenue..

5.

5. Tanggung jawab menyusun laporan keuangan fiskalTanggung jawab menyusun laporan keuangan fiskal terletak pada Wajib Pajak atau pengurus atau

terletak pada Wajib Pajak atau pengurus atau kuasanya.

kuasanya.

6.

6. Posisi keuangan tergambar pada neraca, penting untukPosisi keuangan tergambar pada neraca, penting untuk mengetahui potensi pajak jangka panjang.


(4)

Ciri Kualitatif Laporan Keuangan Pajak

Ciri Kualitatif Laporan Keuangan Pajak

1.

1.Dipahami oleh pemeriksa pajak.Dipahami oleh pemeriksa pajak.

2.

2.Sensitivitas informasi, bukan materialitas.Sensitivitas informasi, bukan materialitas.

2.

2.Sensitivitas informasi, bukan materialitas.Sensitivitas informasi, bukan materialitas.

3.

3.Laporan Keuangan Fiskal disajikan secara jujur, denganLaporan Keuangan Fiskal disajikan secara jujur, dengan itikad baik.

itikad baik.

4.

4.Dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya.Dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya.

5.

5.Laporan keuangan fiskal harus tepat waktu.Laporan keuangan fiskal harus tepat waktu.

6.

6.Akuntansi Pajak harus independen terhadap akuntansiAkuntansi Pajak harus independen terhadap akuntansi komersial.

komersial.

7.

7.Apabila akuntansi komersial tidak mampu menerbitkanApabila akuntansi komersial tidak mampu menerbitkan laporan keuangan tepat waktu, akuntansi pajak harus laporan keuangan tepat waktu, akuntansi pajak harus mampu menerbitkan laporan keuangan fiskal sendiri. mampu menerbitkan laporan keuangan fiskal sendiri.


(5)

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Komersial Laporan Keuangan Komersial 1.

1. NeracaNeraca

2.

2. Laporan Laba RugiLaporan Laba Rugi

3.

3. Laporan perubahan posisiLaporan perubahan posisi

Laporan Keuangan Fiskal Laporan Keuangan Fiskal

1. Neraca Fiskal 1. Neraca Fiskal

2. Perhitungan Laba Rugi dan 2. Perhitungan Laba Rugi dan perubahan laba yang ditahan perubahan laba yang ditahan

3.

3. Laporan perubahan posisiLaporan perubahan posisi keuangan

keuangan

4.

4. Catatan atas LaporanCatatan atas Laporan Keuangan

Keuangan

5.

5. Laporan lain serta materiLaporan lain serta materi

penjelasan yang merupakan bagian penjelasan yang merupakan bagian integral

integral daridari laporan keuangan.laporan keuangan.

perubahan laba yang ditahan perubahan laba yang ditahan 3. Penjelasan Laporan

3. Penjelasan Laporan Keuangan Fiskal

Keuangan Fiskal

4. Rekonsiliasi LKK dan LKF 4. Rekonsiliasi LKK dan LKF 5. Ikhtisar kewajiban pajak 5. Ikhtisar kewajiban pajak 6. Laporan Arus Kas


(6)

Prinsip Akuntansi menurut Fiskal dan Komersial Prinsip Akuntansi menurut Fiskal dan Komersial

sehingga terjadi perbedaan adalah : sehingga terjadi perbedaan adalah :

a.

a. Pengakuan Penghasilan dan BebanPengakuan Penghasilan dan Beban

Penghasilan secara umum diakui ketika direalisasi atau Penghasilan secara umum diakui ketika direalisasi atau dihasilkan dan biaya diakui ketika terjadi atau terutang. dihasilkan dan biaya diakui ketika terjadi atau terutang.

Metode pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi Metode pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi Metode pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi Metode pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi adalah metode accruals dan cash basis.

adalah metode accruals dan cash basis.

Untuk tujuan perpajakan berupa metode campuran Untuk tujuan perpajakan berupa metode campuran b.

b. KonsistensiKonsistensi

Penerapan metode akuntansi secara konsisten sesuai KUP Penerapan metode akuntansi secara konsisten sesuai KUP Pasal 28 ayat 5.

Pasal 28 ayat 5.

Konsistensi ini lebih menekankan kepada penyandingan Konsistensi ini lebih menekankan kepada penyandingan vertical.

vertical.

jika ada perubahan prosedur akuntansi, pengaruhnya harus jika ada perubahan prosedur akuntansi, pengaruhnya harus dikemukakan dalam laporan keuangan.


(7)

c. Konservatisme c. Konservatisme

Jika muncul keraguan maka lebih baik Jika muncul keraguan maka lebih baik menyajikan angka laba bersih dan aktiva menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu rendah daripada terlalu bersih yang terlalu rendah daripada terlalu tinggi.

tinggi.

Dalam perpajakan lebih cenderung menganut Dalam perpajakan lebih cenderung menganut realitas dengan meneliti secara seksama tiap realitas dengan meneliti secara seksama tiap elemen pengurang basis pengenaan pajak. elemen pengurang basis pengenaan pajak.

d. Realisasi d. Realisasi

Penghasilan menurut prinsip akuntansi Penghasilan menurut prinsip akuntansi

komersial hanya dapat diakui setelah terjadi komersial hanya dapat diakui setelah terjadi transaksi atau realisasi. Prinsip perpajakan transaksi atau realisasi. Prinsip perpajakan penghasilan dicatat apabila telah terjadi

penghasilan dicatat apabila telah terjadi transaksi penjualan.


(8)

e.

e. PrinsipPrinsip CostCost (harga perolehan)(harga perolehan)

seperti yang diterapkan dalam penilaian persediaan dan seperti yang diterapkan dalam penilaian persediaan dan harga pokok barang yang diproduksi sendiri untuk tenaga harga pokok barang yang diproduksi sendiri untuk tenaga kerja tidak termasuk upah in natura, barang modal

kerja tidak termasuk upah in natura, barang modal

sehubungan dengan PPN dan PPnBMnya dapat tidak sehubungan dengan PPN dan PPnBMnya dapat tidak

dikapitalisir dan harga perolehan suatu aktiva yang terjadi dikapitalisir dan harga perolehan suatu aktiva yang terjadi dari transaksi

dari transaksi--transaksi antara pihaktransaksi antara pihak--pihak yang mempunyaipihak yang mempunyai hubungan istimewa dapat ditentukan lain.

hubungan istimewa dapat ditentukan lain.

f. Prinsip

f. Prinsip Matching Cost Against and RevenueMatching Cost Against and Revenue (biaya(biaya –– hasil),hasil),

cost barang modal baru disusut jika aktiva tsb telah cost barang modal baru disusut jika aktiva tsb telah

dioperasikan dan biaya penyusutan dapat dihitung lebih dioperasikan dan biaya penyusutan dapat dihitung lebih pendek dari satu tahun.

pendek dari satu tahun.

Untuk tujuan fiscal perhitungan penyusutan dimulai pada Untuk tujuan fiscal perhitungan penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan.


(9)

g.

g. Perbedaan Metode dan Prosedur AkuntansiPerbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi

 Metode penilaian persediaan, untuk tujuan akuntansi bisa dipakaiMetode penilaian persediaan, untuk tujuan akuntansi bisa dipakai salah satu dari metode harga perolehan atau biaya standar metode salah satu dari metode harga perolehan atau biaya standar metode pendekatan estimasi.

pendekatan estimasi.

Untuk tujuan fiscal hanya diperbolehkan metode penilaian FIFO Untuk tujuan fiscal hanya diperbolehkan metode penilaian FIFO atau Average

atau Average

 Metode penyusutan dan Amortisasi, untuk tujuan fiscal yaitu metodeMetode penyusutan dan Amortisasi, untuk tujuan fiscal yaitu metode garis lurus (harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud

garis lurus (harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud garis lurus (harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud garis lurus (harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud berupa bangunan) atau Metode saldo menurun (hanya untuk harta berupa bangunan) atau Metode saldo menurun (hanya untuk harta berwujud bukan bangunan)

berwujud bukan bangunan)

 Metode Penghapusan Piutang, untuk tujuan fiscal metodeMetode Penghapusan Piutang, untuk tujuan fiscal metode

penghapusan piutang yang diperkenankan adalah metode langsung penghapusan piutang yang diperkenankan adalah metode langsung

 Metode Penentuan Keuntungan dari perusahaan konstruksi untukMetode Penentuan Keuntungan dari perusahaan konstruksi untuk tujuan perpajakan hanya diperkenankan memakai persentase

tujuan perpajakan hanya diperkenankan memakai persentase tingkat penyelesaian pekerjaan, tanpa memperhatikan masa tingkat penyelesaian pekerjaan, tanpa memperhatikan masa kontrak.


(10)

Pembukuan dan Pencatatan

Pembukuan dan Pencatatan

Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan

membutuhkan sistem pencatatan yang mencatat membutuhkan sistem pencatatan yang mencatat dan merekam semua aktivitas perusahaan

dan merekam semua aktivitas perusahaan

secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem pencatatan aktivitas suatu usaha dinamakan pencatatan aktivitas suatu usaha dinamakan akuntansi, yaitu suatu sistem informasi yang akuntansi, yaitu suatu sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak

menghasilkan laporan kepada pihak--pihak yangpihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.


(11)

Sanksi Bagi Wajib Pajak Yang Tidak

Sanksi Bagi Wajib Pajak Yang Tidak

Menyelenggarakan Pembukuan

Menyelenggarakan Pembukuan

-- 50 %50 % dari PPh yang tidak ataudari PPh yang tidak atau

kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak; kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;

--100 %100 % dari PPh yang tidakdari PPh yang tidak atau kurang dipotong

atau kurang dipotong --100 %100 % dari PPNdari PPN

dan PPnBM yang tidak atau dan PPnBM yang tidak atau

kurang dibayar kurang dibayar


(12)

Persyaratan Pembukuan

Persyaratan Pembukuan

 WP OP yang melakukan kegiatan usaha atauWP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan WP Badan di Indonesia pekerjaan bebas dan WP Badan di Indonesia

 menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan Rupiah,menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan Rupiah, disusun dalam b. Ind atau b.Inggris.

disusun dalam b. Ind atau b.Inggris. disusun dalam b. Ind atau b.Inggris. disusun dalam b. Ind atau b.Inggris.

 prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelselprinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.

kas.

 Terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal,Terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan

penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian.

pembelian.

 Terdiri dr data tentang; peredaran bruto, sebagai dasarTerdiri dr data tentang; peredaran bruto, sebagai dasar menghitung jumlah pajak yang terutang.

menghitung jumlah pajak yang terutang.


(13)

Dikecualikan dari kewajiban

Dikecualikan dari kewajiban

menyelenggarakan pembukuan :

menyelenggarakan pembukuan :

 WP OP yang melakukan kegiatan usaha atauWP OP yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 600.000.000,00

tahun kurang dari Rp 600.000.000,00

 dengan syarat memberitahukan kepada Direkturdengan syarat memberitahukan kepada Direktur

Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

dari tahun pajak yang bersangkutan.

 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukanWajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas


(14)

Metode dan Sistem Pembukuan yang

Metode dan Sistem Pembukuan yang

Berlaku dalam Perpajakan

Berlaku dalam Perpajakan

ACCRUAL BASIS ACCRUAL BASIS

CASH BASIS CASH BASIS


(15)

Accrual Basis

Accrual Basis

Stelsel akrual (accrual basis)

Stelsel akrual (accrual basis)

adalah

adalah

suatu metode penghitungan penghasilan

suatu metode penghitungan penghasilan

dan biaya dimana penghasilan diakui

dan biaya dimana penghasilan diakui

pada waktu diperoleh dan biaya diakui

pada waktu diperoleh dan biaya diakui

pada saat terutang.


(16)

Cash Basis

Cash Basis

Stelsel kas (cash basis)

Stelsel kas (cash basis) adalahadalah

suatu metode yang penghitungannya didasarkan suatu metode yang penghitungannya didasarkan

atas penghasilan yang diterima dan biaya yang atas penghasilan yang diterima dan biaya yang atas penghasilan yang diterima dan biaya yang atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Penghasilan baru

dibayar secara tunai. Penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan, bila benar

dianggap sebagai penghasilan, bila benar--benarbenar telah diterima tunai dalam suatu periode

telah diterima tunai dalam suatu periode

tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila benar

biaya, bila benar--benar telah dibayar tunaibenar telah dibayar tunai dalam suatu periode tertentu


(17)

Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan

penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas.

dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas.

Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam

memakai stelsel kas harus memperhatikan hal

memakai stelsel kas harus memperhatikan hal--hal:hal:

 Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harusPenghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.

 Dalam menghitung harga pokok penjualan harusDalam menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan; diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan;

 Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hakDalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak--hakhak yang dapat diamortisasi, biaya

yang dapat diamortisasi, biaya--biaya yang dikurangkan daribiaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi;


(18)

Tahun Buku (Tahun Pajak)

Tahun Buku (Tahun Pajak)

Tahun Pajak adalah sama dengan tahun takwim (tahun kalender) Tahun Pajak adalah sama dengan tahun takwim (tahun kalender) kecuali WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan kecuali WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.

tahun takwim.

Apabila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan Apabila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan

tahun takwim, maka penyebutan Tahun Pajak yang tahun takwim, maka penyebutan Tahun Pajak yang

bersangkutan menggunakan tahun yang di dalamnya meliputi bersangkutan menggunakan tahun yang di dalamnya meliputi masa 6 (enam) bulan pertama atau lebih.

masa 6 (enam) bulan pertama atau lebih. Contoh :

Contoh :

 Pembukuan 1 Juli 2003 sampai 30 Juni 2004, tahun pajaknyaPembukuan 1 Juli 2003 sampai 30 Juni 2004, tahun pajaknya adalah tahun 2003.


(19)

Perubahan Metode Pembukuan

Perubahan Metode Pembukuan

Pada dasarnya metode

Pada dasarnya metode--metode pencatatanmetode pencatatan

pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama dengan tahun

harus sama dengan tahun--tahun sebelumnya.tahun sebelumnya. Namun demikian, perubahan metode pembukuan Namun demikian, perubahan metode pembukuan

masih dimungkinkan dengan syarat telah masih dimungkinkan dengan syarat telah

mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak, dengan menyampaikan alasan

Pajak, dengan menyampaikan alasan--alasanalasan yang logis dan dapat diterima serta akibat

yang logis dan dapat diterima serta akibat--akibatakibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut. yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.


(20)

Misalnya dalam metode pengakuan biaya yang berkenaan Misalnya dalam metode pengakuan biaya yang berkenaan

dengan penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan dengan penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode penyusutan tertentu.

metode penyusutan tertentu.

Contoh : Contoh :

 WP dalam tahun 2006 menggunakan metodeWP dalam tahun 2006 menggunakan metode penyusutan garis lurus atau

penyusutan garis lurus atau straight line methodstraight line method. Dalam. Dalam tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode

tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode penyusutan aktiva dengan menggunakan metode penyusutan aktiva dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun atau

penyusutan saldo menurun atau declining balancedeclining balance method

method..

 Perubahan periode tahun buku juga berakibatPerubahan periode tahun buku juga berakibat

berubahnya jumlah penghasilan atau kerugian WP, oleh berubahnya jumlah penghasilan atau kerugian WP, oleh karena itu perubahan tersebut juga harus mendapat

karena itu perubahan tersebut juga harus mendapat persetujuan Direktur Jenderal Pajak.


(21)

PENDAHULUAN

HUBUNGAN

AKUNTANSI KOMERSIAL VS

AKUNTANSI PAJAK


(22)

HUBUNGAN AKUNTANSI KOMERSIAL

DENGAN AKUNTANSI PAJAK

Akuntansi Komersial:

Menyediakan informasi yang menyangkut :

a. Posisi keuangan

Akuntansi Pajak:

Digunakan untuk menyusun SPT

Syarat SPT: a. Posisi keuangan

b. Kinerja

c. Perubahan posisi keuangan Disusun berdasarkan SAK

Laporan Keuangan : BS, IS, Cash Flow dll

Syarat SPT:

- Pembukuan/pencatatan - Lampiran LK : BS,IS/Cash


(23)

Akun-akun dalam Akuntansi Pajak:

NERACA

ASET

Pajak dibayar dimuka

~ PPh 22, PPh23, PPh24, dan PPh25

~ PPh 22, PPh23, PPh24, dan PPh25

~PPh atas pengalihan hak atas tanah dan

bangunan

~PPN Masukan


(24)

KEWAJIBAN

Utang Pajak

(Tax Payable)

~ PPh 21, PPh23, PPh26, PPh 29

~ PPN Keluaran

~ PPN Keluaran


(25)

RUGI LABA

Beban PPh

(Income Tax Expense)

Penghasilan Pajak Tangguhan

(Deffered tax

income)

Beban pajak tangguhan

(deffered tax expense)

PBB, PPN Masukan yang tidak dapat

dikreditkan, dan Bea Meterai dicatat sebagai

beban operasional

(operational expense)

RUGI

LABA


(26)

NERACA (ASSET- kas dan bank)

Kas adalah aset paling likuid sehingga

ditempatkan posisi atas dalam laporan posisi

aset.

Yang termasuk kas:

Yang termasuk kas:

- Uang

- Saldo rekening bank

Untuk keperluan penyusunan neraca komersial

dan neraca fiskal, kas dan bank dilaporkan


(27)

PERATURAN PAJAK TTG

BUNGA BANK

Pengenaan pajak tersebut :

20% PB, bersifat Final apabila WP OP atau

badan

20% PB atau tarif P3B, sifat final apabila WP

20% PB atau tarif P3B, sifat final apabila WP

Luar Negeri

Dipotong langsung oleh bank, dan o/ bank

disetor ke kas negara menggunakan SSP, dan

melapor dengan SPT Masa PPh pasal 4 ayat(2)


(28)

Contoh:

Tanggal 28 Februari 2009 PT.A mendapat bunga

tabungan

Rp.10.000.000,-•

Metode bruto

(gross method)

Tanggal Keterangan debit kredit

28 Februari 2009 Bank 8.000.000

PPh Pasal 4 ayat(2) 2.000.000


(29)

Metode Neto

(Nett method)

Tanggal Keterangan debit kredit

28 Februari 2009 Bank 8.000.000


(30)

NERACA

(ASSET- Investasi Jk Pendek)

PIUTANG


(31)

INVESTASI JANGKA PENDEK

Kelebihan dana atau adannya dana

menganggur

(Iddle Cash)

digunakan

perusahaan untuk ditanamkan kembali dalam

bentuk surat2berharga yang dapat segera

dijual.

dijual.

Investasi jangka pendek syarat maupun teknis

pencatatan tidak diatur dalam UU pajak. Maka

cara menurut PSAK 13 dapat diberlakukan


(32)

PPH ATAS

KEUNTUNGAN TRANSAKSI SAHAM

Penghasilan atas transaksi penjualan saham

dipotong langsung oleh penyelenggara bursa

efek pada saat transaksi jual beli saham,

efek pada saat transaksi jual beli saham,

kemudian disetor dan dilaporkan SPT Masa

PPh Pasal 4 ayat2


(33)

JURNAL

Penjualan bukan saham pendiri

(Dr) Kas

xx

(Dr) PPh Pasal 4 ayat 2

xx

(Cr) Investasi saham dalam PT.A

xx

Penjualan saham pendiri

(Dr) Kas

xx

(Dr) PPh Pasal 4 ayat 2

xx


(34)

SEKURITAS

Untuk keperluan perpajakan ketentuan penilaian

persediaan berlaku juga untuk sekuritas.

Nilai berdasarkan harga perolehan.

Penghasilan saham berupa dividen hanya diakui

pada saat secara nyata terdapat pembagian

Penghasilan saham berupa dividen hanya diakui

pada saat secara nyata terdapat pembagian

dividen.

Tarif :

PPh 0,1% untuk saham dijual di bursa

PPh 0,5% untuk saham pendiri


(35)

Misal:

21 Maret 2008 Pt.arva menjual saham PT.HUAZAN

dg nilai nominal Rp.10.000.000 dijual sebear

Rp.11.000.000 dengan jasa pialang Rp.200.000.

Jika Keuntungan bersih PT.ARVA Rp.800.000.

Untuk tujuan perpajakan keuntungan

dikesampingkan, PT.ARVA membayar pajak final

Rp.11.000.000 x 0,1% = Rp.11.000.

Rp.11.000.000 x 0,1% = Rp.11.000.

Jurnal :

21/3/2008

Kas

10.789.000

PPh Pasal ayat 2

11.000

Laba penjualan saham

800.000

Investasi dalam saham PT. HUAZAN

10.000.000


(36)

Jika kerugian PT.ARVA Rp.9.500.000 jasa

pialang Rp.100.000 maka PT.ARVA tetap harus

membayar pajak final Rp.9.500.000 x 0,1% =

Rp. 9.500

Jurnal:

21/3/2008

21/3/2008

Kas 9.390.500

PPh Pasal 4 ayat 2 9.500 Rugi Penjualan saham 600.000


(37)

NERACA (PIUTANG)

Ketentuan pajak

• Diskon mengurangi Penghasilan Bruto penjualan

• Penyisihan untuk potongan tunai (allowance) tidak diperkenankan

• Tidak memperkenankan pembentukan cadangan penghapusan piutang

• Ketentuan pajak melihat realitas dan memberlakukan metode

• Ketentuan pajak melihat realitas dan memberlakukan metode penghapusan langsung (write off) dengan syarat:

a) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial b) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri dan badan urusan piutang dan lelang negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis antara kreditor dan debitur

c) Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus

d) WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada DJP.


(38)

CONTOH:

• PT. A menjual barang secara kredit Rp.5.000.000

(belum termasuk PPN 10%) pada tanggal 12 April 2008. PT A telah dikukuhkan sebagai PKP 15 Maret 2000. HPP sebesar Rp.3.500.000

Jurnal:

Piutang usaha 5.500.000 Piutang usaha 5.500.000

PPN K 500.000

Penjualan 5.500.000

HPP 3.500.000


(39)

Jika PT. A belum dikukuhkan sbg PKP

Jurnal:

Piutang Usaha

5.000.000

Piutang Usaha

5.000.000


(40)

NERACA

PERSEDIAAN


(41)

SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN

Dalam UU PPh sistem pencatatan persediaan

tidak diatur secara jelas. Selama sisitem

menunjukkan kebenaran pencatatan dan

konsisten serta taat asas maka ketentuan

konsisten serta taat asas maka ketentuan

perpajakan dapat menerimanya.

Sistem Periodik


(42)

Contoh:

Tanggal 3 maret 2008 PD.B (PKP) membeli 100

unit barang dagangan secara tunai dengan harga

Rp.5.000.000 harga belum termasuk PPN.

Pembukuan dilakukan dengan sistem perpetual.

Jurnal

Persediaan barang dagangan 5.000.000

PPN Masukan

500.000


(43)

Tanggal 31 Maret menjual 30 unit barang dagangan

secara tunai (harga pokok Rp.5.000.000/100 =

Rp.50.000) dengan harga jual/unit Rp.70.000 belum

termasuk PPN.

Jurnal

Kas

2.310.000

PPN Keluaran

210.000

PPN Keluaran

210.000

Penjualan

2.100.000

HPP

1.500.000


(44)

Persediaan yang tersisa dan tercatat

dalam pembukuan:

Tanggal Keter anga

n

Pembelian Penjualan Saldo Qty Harga Total Qty Harga Total

3 Maret Beli 100 50.000 5.000.000 5.000.000

31 Maret


(45)

NILAI PERSEDIAAN DALAM NERACA

Penilaian persediaan barang didasarkan pada

harga perolehan. Penilaian pemakaian

persediaan untuk penghitungan HPP hanya

boleh dilakukan melalui 2 cara menurut

ketentuan perpajakan UU PPh pasal 10 ayat 6

ketentuan perpajakan UU PPh pasal 10 ayat 6

yaitu:

Metode rata-rata (average)

Metode mendahulukan persediaan yang

diperoleh pertama (FIFO)


(46)

INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi jangka panjang dapat berupa:

Penyertaan dalam bentuk saham, obligasi dll

Dana untuk melunasi utang jangka panjang

atau dana khusus

atau dana khusus

Asset lain-lain seperti pembelian tnah dengan

rencana penggunaan di masa yad


(47)

SAHAM

Transaksi Cost Method

Pembelian saham Investasi dalam saham PT… Xxx

Kas xxx

Pengumuman laba No entry

Pembagian dividen Kas xxx Pembagian dividen Kas xxx PPh 23 dibayar dimuka xxx

Pendapatan dividen xxx


(48)

Transaksi Equity Method (kepemilikan saham <25%)

Pembelian saham Investasi dalam saham PT… Xxx

Kas xxx

Pengumuman laba Investasi dalam saham PT… Xxx

Pendapatan Investasi xxx

Pembagian dividen Kas xxx

PPh 23 dibayar dimuka xxx


(49)

Transaksi Equity Method (kepemilikan saham >=25%)

Pembelian saham Investasi dalam saham PT… Xxx

Kas xxx

Pengumuman laba Investasi dalam saham PT… Xxx

Pendapatan Investasi xxx Pendapatan Investasi xxx


(50)

OBLIGASI

Obligasi adalah surat utang jangka panjang dengan tingkat bunga tertentu.

• Pembayaran bunga harus dinyatakan terpisah dari

harga perolehannya.

• Perbedaan antara harga perolehan dengan nilai

nominal obligasi atau surat berharga semacam itu

• Perbedaan antara harga perolehan dengan nilai

nominal obligasi atau surat berharga semacam itu

harus ditangguhkan dan diamortisasikan selama jangka waktu yang ada.

• Penjelasan pasal 4 ayat 1 UU PPh menganggap bagian

keuntungan atas pembagian keuntukan dalam hal


(51)

CONTOH:

Pada tanggal 1 juli 2003 Budi membeli 10

lembar obligasi PT.A dengan niali nominal

Rp.10.000 dan dengan kurs sebesar 110%.

Bunga obligasi 12% pertahun dibayar tiap 1

Bunga obligasi 12% pertahun dibayar tiap 1

april dan 1 oktober. Komisi pialang Rp.8.000.

Obligasi akan dilunasi pada tanggal 31


(52)

Pencatatan investasi obligasi oleh Budi:

1 Juli Investasi Obligasi 100.000

Premium 10.000

Penghasilan Bunga 3.000

Utang PPh Pasal 23 1.500


(53)

Pendapatan bunga yang diterima budi dipotong

PPh 23 oleh PT.A 15% x 6.000 = 900

1 Oktober Kas 5.100

Pph 23 dibayar dimuka 900 Pph 23 dibayar dimuka 900


(54)

Premium obligasi diamortisasi Rp.1.111 untuk 6

bulan selama tahun 2003 yang dimasukkan

dalam pos pengurang penghasilan bunga

31 Des Piutang bunga 3.000

Penghasilan bunga 3.000 Penghasilan bunga 3.000

Penghasilan bunga 1.111


(55)

BIAYA DIBAYAR DIMUKA

TRANSAKSI YANG BERKENAAN

DENGAN PPH PASAL 22 DAN 23


(56)

PPH 22 (IMPOR)

PT. QQ adalah Importir Lampu hias yang tidak

memiliki API. Pada 2 Februari melakukan import

barang dari Italia dengan harga faktur US$

150.000. Biaya Asuransi yang dibayar di Luar

Negeri dan Biaya Angkut dari Italia ke daerah

Pabean (Indonesia) masing-masing sebesar Rp.

Negeri dan Biaya Angkut dari Italia ke daerah

Pabean (Indonesia) masing-masing sebesar Rp.

3% dan 4% dari harga Faktur. Tarif Bea Masuk dan

Bea Masuk Tambahan masing-masing sebesar

10% dan 20% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh

menteri Keuangan pada saat itu adalah US$ 1


(57)

NILAI IMPOR, PPh 22, PPN

Harga Faktur US$ 150.000 x Rp. 9.700 Rp. 1. 455.000.000 Biaya Asuransi 3% x Rp. 1.455.000.000 Rp. 43.650.000 Biaya Angkut 4% x Rp. 1.455.000.000 Rp. 58.200.000

CIF Rp. 1. 556.850.000

Bea Masuk 10% x Rp. 1.556.850.000 Rp. 155.685.000 Bea Masuk 10% x Rp. 1.556.850.000 Rp. 155.685.000 Bea Msk Tamb 20% x Rp. 1.556.850.000 Rp. 311.370.000 Nilai Impor Rp. 2. 023.905.000 PPh Pasal 22 Import : 7,5 % x Rp. 2.023.905.000 =

Rp. 151.792.875


(58)

JURNAL

2 Februari Persediaan lampu hias 2. 023.905.000 PPh Pasal 22 dibayar dimuka 151.792.875 PPN Masukan 202.390.500 PPN Masukan 202.390.500


(59)

PPH 22 BENDAHARAWAN

3 Juli 2009, sesuai dengan Daftar Isian Proyek

(DIP), Bendaharawan Departemen P dan K

melakukan kontrak dengan CV. Maftuh untuk

membeli meja kursi kantor dengan harga

membeli meja kursi kantor dengan harga

sebesar Rp 605.000.000,00 termasuk PPN

10%.

Pembayaran dilakukan pada tgl 10 Oktober

2009.


(60)

JURNAL

10

Oktober

Kas 541.750.000

PPh Pasal 22 dibayar dimuka 8.250.000 PPN Pemungut 55.000.000

Penjualan 550.000.000 PPN Keluaran (10% penjualan) 55.000.000


(61)

PPH PERTAMINA

CV. ZABILLA bukan penyalur resmi PERTAMINA,

pada tanggal 14 April 2009 membeli solar

sebanyak 10.000 liter dari PERTAMINA

seharga Rp 4.000,00 per liter termasuk PPN.

seharga Rp 4.000,00 per liter termasuk PPN.


(62)

JURNAL

14 April Persediaan solar 40.000.000 PPh Pasal 22 dibayar dimuka 109.091

PPN Pemungut 4.000.000


(63)

PPH 23

PPh Pasal 23 adalah pajak atas penghasilan

berupa dividen, bunga, royalty, dan imbalan

jasa-jasa tertentu. PPh Pasal 23 merupakan

pembayaran pajak dimuka yang pada

pembayaran pajak dimuka yang pada

umumnya dapat dikreditkan pada SPT

Tahunan oleh WP yang menerima penghasilan

(kecuali atas PPh yang bersifat final, yaitu


(64)

CONTOH

PT. A menerima penghasilan berupa royalty dari

PT.B sebesar Rp.100.000.000 pada tanggal 19 Juli

2008

Jurnal PT. A:

19 Juli Kas 95.000.000 19 Juli Kas 95.000.000 PPh Pasal 23 dibayar dimuka 15.000.000

PPN Keluaran 10.000.000 Pendapatan royalti 100.000.000


(65)

PPH DIBAYAR DIMUKA

PPH 4(2)

PPH 24

PPH 25


(66)

PPH PASAL 4 (2)

SEWA DIBAYAR DIMUKA

Sewa atas tanah dan/atau bangunan

Penghasilan yang diperoleh dari sewa ini dikenakan PPh pasal 4 ayat 2 dengan tarif 10% X PB. PPh dipotong penyewa, atau disetor sendiri pemilik

disetor sendiri pemilik CONTOH:

2 Maret 2009 PT. A menyewakan ruang perkantoran pada PT.B Rp.100.000.000 (belum termasuk PPN) untuk 1 tahun.


(67)

Pembukuan PT. A

PT. A PKP

PT. B PKP PT. B Non PKP Kas 100.000.000 Kas 100.000.0

00 PPh Pasal 4 (2) 10.000.000 PPh Pasal 4 (2)

10.000.00 0

PPN K 10.000.000 PPN K

10.000.0 00

Pendapatan Sewa 100.000.000 Pendapatan Sewa 100.000. 000 PT. A

NON PKP

Kas 90.000.000 Kas

90.000.00 0

PPh Pasal 4 (2) 10.000.000 PPh Pasal 4 (2)

10.000.00 0

Pendapatan Sewa 100.000.000 Pendapatan Sewa 100.000. 000


(68)

Sewa atas angkutan darat

Atas penghasilan sewa kendaraan ini dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari perkiraan penghasilan netto oleh pihak yang Wajib Memabayar.

Perkiraan penghasilan netto 10% PB. CONTOH

1 April 2009 PT.C menyewa bus kepada PT.D untuk 6 bulan kedepan. Biaya sewa perbulan Rp.10.000.000. PT.C dan PT.D dalah PKP.


(69)

1 April Sewa Dibayar dimuka 60.000.000

PPN Masukan 6.000.000

Utang PPh Pasal 23 900.000

Kas 65.100.000

10 Mei Utang PPh 23 900.000

Kas 900.000

Jurnal untuk PT.C

1 April Kas 65.100.000

PPh Pasal 23 dibayar dimuka 900.000

PPN Keluaran 6.000.000

Pendapatan sewa 60.000.000


(70)

PPH Pasal 24

Dalam kondisi bisnis internasional semakin meningkat, WP Dalam Negeri dan WP BUT mungkin saja memperoleh penghasilan dari luar negeri, misalnya melalui kantor cabang di luar negeri melalui anak perusahaan di luar negeri, penggunaan modal di luar negeri, dan lain-lain. Penghasilan dari luar negeri itu tentu dikenai pajak di negeri asal dari penghasilan tersebut. Hal ini sudah pasti memberatkan WP Dalam Negeri dan WP BUT, karena di Indonesia

pasti memberatkan WP Dalam Negeri dan WP BUT, karena di Indonesia penghasilan yang sama juga dikenai PPh dengan tarif pasal 17 (terjadinya pajak berganda internasional, internasional double taxation). Untuk

mengurangi beban pajak berganda tersebut, UU PPh secara sepihak (unilateral) menentukan kredit pajak luar negeri di pasal 24.


(71)

Contoh Penghitungan Batas

Besarnya Kredi Pajak Luar Negeri

PT ARVA perusahaan dalam negeri bergerak di bidang industri makanan kaleng, pada tahun 2009, memperoleh Penghasilan Netto Dalam Negeri sebesar Rp. 100.000.000,00. Selain itu perusahaan melakukan penyertaan saham pada MATHEW Ltd di Singapura, yang pada akhir tahun 2009

saham pada MATHEW Ltd di Singapura, yang pada akhir tahun 2009

memperoleh penghasilan berupa deviden sebesar Rp. 40.000.000,00. Pajak atas perolehan deviden di Singapura adalah sebesar 25%.

Total Penghasilan Kena Pajak :

• Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp.100.000.000,00

• Penghasilan Netto Luar Negeri Rp. 40.000.000,00 Rp.140.000.000,00


(72)

Pajak terutang : 28% X 140.000.000 = 39.200.000 Pajak atas deviden di Singapura sebesar

25% X Rp.40.000.000 = Rp.10.000.000,00

Kredit pajak atas penghasilan deviden dari Singapura maksimal sebesar Rp.10.000.000,00 tapi tidak boleh lebih tinggi dari sebesar Rp.10.000.000,00 tapi tidak boleh lebih tinggi dari Penghasilan NettoxPajak terutang =40jtx24.500.000

= 7.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak140jt

Maka Kredit pajak Luar Negeri yang diperbolehkan sebesar Rp. 7.000.000


(73)

ANGSURAN PPH PASAL 25 DALAM

TAHUN BERJALAN

Sistem perpajakan kita menganut prinsip

convenience to pay

” yang berarti bahwa

wajib pajak diharapkan membayar pada saat

yang paling menguntungkan dirinya. Salah

yang paling menguntungkan dirinya. Salah

satu contohnya adalah membayar angsuran

pajak setiap bulan. Pajak Penghasilan Pasal 25,

mengatur tentang penghitungan besarnya

angsuran bulanan yang harus dibayar oleh

Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan.


(74)

Contoh:

Berdasarkan SPT Tahunan PPh, Penghasilan Kena Pajak pada tahun 2009 adalah Rp.450.000.000

Tarif pasal 17 PPh OP : 5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-15% x Rp. 200.000.000,-= Rp. 30.000.000,-25% x Rp. 200.000.000,-= Rp. 50.000.000,

Rp. 82.500.000,-Pajak penghasilan yang terutang Rp. 82.500.000

Kredit pajak PPh psl 22 5.000.000 Kredit pajak PPh psl 22 5.000.000 PPh psl 23 2.500.000 PPh psl 24 7.500.000

Rp. 15.000.000 Rp. 67.500.000

Besarnya angsuran PPh pasal 25 (pajak yang harus dibayar sendiri) setiap bulan untuk tahun 2009 adalah sebesar 67.500.000/12 = 5.625.000/bln


(75)

JURNAL

PPh dibayar dimuka 5.625.000

Kas 5.625.000 Jurnal setiap bulan:


(76)

NERACA


(77)

PENGERTIAN

PSAK 16

Asset tetap adalah asset berwujud yang

diperoleh dalam bentuk siap pakai atau

dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam

dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam

operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk

dijual dalam rangka kegiatan normal

perusahaan dan mempunyai masa manfaat

lebih dari satu tahun. Kecuali tanah.


(78)

PEMBELIAN ASSET TETAP

Untuk pembelian Lokal, Kas yang dikeluarkan

merupakan harga perolehan ditambah dengan

PPN Masukan

Jika pembelian dilakukan dengan impor maka

Jika pembelian dilakukan dengan impor maka

jurnal yang dibuat sama dengan jurnal

berkenaan dengan PPh Pasal 22 Impor pada

pertemuan ke 4


(79)

PENYUSUTAN ASET TETAP

CONTOH:

Gedung pabrik dibeli 1 Januari 2008 dengan harga perolehan Rp.600.000.000. Masa manfaat komersial selama 30 tahun. Menurut fiscal 20 tahun.

JURNAL:

1 Jan Beban penyusutan gedung 20.000.000

Akumulasi penyusutan gedung 20.000.000 Akumulasi penyusutan gedung 20.000.000

Komersial : Rp. 600.000.000/30 tahun = Rp. 20.000.000 Fiskal : Rp. 600.000.000 x 5% = Rp.30.000.000

Atas perbedaan tersebut tidak perlu membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan tersebut menimbulkan beda waktu saja.


(80)

PENJUALAN ASSET

Contoh:

Mobil operasional perusahaan yang diperoleh tanggal 12 Juli 2005 dengan harga Rp.48.000.000 dijual dengan harga Rp.40.000.000. Menurut akuntansi masa

manfaat mobil 4 tahun, menurut pajak 8 tahun.

Keterangan Akuntansi Pajak

Harga perolehan 48.000.000 48.000.000 Akum. Penyusutan (12.000.000) (9.000.000) Nilai Buku 36.000.000 39.000.000 Harga pasar 40.000.000 40.000.000 Laba Penjualan 4.000.000 1.000.000


(81)

JURNAL

31 Des

Kas 44.000.000

Akum Penyusutan kendaraan 12.000.000

Kendaraan 48.000.000 PPN Keluaran (Psl 16D) 4.000.000 Laba penjualan kendaraan 4.000.000

Perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan asset yang terjadi antara akuntansi dan pajak, perusahaan tidak perlu membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan tersebut dikoreksi pada saat mengisi SPT tahunan sebesar Rp.4.000.000 – Rp.1.000.000 =


(82)

REVALUASI AKTIVA TETAP

• Revaluasi asset tetap adalah suatu penilaian kemabali atas asset tetap yang dimiliki perusahaan sehingga dapat sesuai dengan harga pasar saat dilakukannya revaluasi tersebut.

• Menurut perpajakan, revaluasi aktiva tetap merupakan penyesuaian cost asset tetap dengan harga pasar. Revaluasi asset

menguntungkan karena pemerintah dapat melakukan pemajakan menguntungkan karena pemerintah dapat melakukan pemajakan atas selisih dari cost asset tetap dengan harga pasar.

• Penilaian kembali aktiva tetap harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap tsb yang berlaku pada saat penilaian kembali yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai yang mendapat izin pemerintah.


(83)

CONTOH

31 Desember 2009 PT.Betul benar berencana melakukan revaluasi aktiva tetap yang dimiliki:

• Tanah yang diperoleh Desember 2004 dengan harga perolehan Rp.500.000.000 dan harga revaluasi Rp.1.000.000.000

• Bangunan permanen diperoleh Januari 2007 dengan harga

perolehan Rp.600.000.000 dan harga revaluasi Rp.850.000.000 Mesin termasuk kelompok 2 diperoleh Juli 2007 dengan harga

• Mesin termasuk kelompok 2 diperoleh Juli 2007 dengan harga perolehan Rp.100.000.000 dan harga revaluasi Rp.200.000.000 Metode penyusutan asset tetap menggunakan metode garis lurus.


(84)

JAWAB

Harga perolehan tanah: Rp. 500.000.000 Harga perolehan bangunan: Rp.600.000.000

Akum peny: 600.000.000/20 th x 3 (Rp.90.000.000)

Rp. 510.000.000 Harga perolehan mesin: Rp.100.000.000

Akum peny: 100.000.000 x 30/12 x8 (Rp.31.250.000) Akum peny: 100.000.000 x 30/12 x8 (Rp.31.250.000)

Rp. 68.750.000 Nilai Buku Rp.1.138.750.000

Harga pasar (1.000.000.000+850.000.0000+200.000.000) = 2.050.000.000 Nilai buku = 1.138.750.000 Selisih lebih penilaian kembali = 911.250.000


(85)

JURNAL

Tanah 500.000.000

Bangunan (850.000.000-600.000.000)+90.000.000 340.000.000 Mesin (200.000.000-100.000.000)+31.250.000 131.250.000

Selisih penilaian kembali asset tetap 971.250.000

PPh final atas revaluasi aktiva tetap 87.100.000

Kas/Bank 87.100.000

Kas/Bank 87.100.000

PPh Final = 10% x (911.250.000- 40.000.000) = 10% x 871.250.000 = 87.100.000


(86)

NERACA

ASSET TETAP (LEASING)

ASSET TIDAK BERWUJUD


(87)

Jenis-jenis sewa menurut PSAK 30

1. Finance lease

Lessor :

Pihak yang membiayai penyediaan barang modal.

Lessee : Lessee :

- memilih barang modal yang dibutuhkan atas nama perusahaan sewa

- Pemilik barang modal tsb

- melakukan pemesanan, pemeriksaan serta memelihara barang modal yang dijadikan obyek transaksi sewa.

- Selama masa sewa melakukan pembayaran secara berkala. Jumlah mencakup biaya yang dikeluarkan untuk


(88)

2. Operating lease

Lessor

: membeli barang modal kemudian

disewakan kepada lesse.

Lessee

: membayar sewa membayar biaya

Lessee

: membayar sewa membayar biaya


(89)

3. Sales Type lease

Sewa penjualan merupakan transaksi

pembiayaan sewa secara langsung dimana

jumlah transaksi termasuk laba yang

diperhitungkan oleh pabrikan yang juga

diperhitungkan oleh pabrikan yang juga

merupakan perusahaan sewa.


(90)

Leverage lease

Melibatkan:

penyewa guna usaha,

perusahaan sewa, dan

kreditur jangka panjang yang membiayai

kreditur jangka panjang yang membiayai


(91)

Jenis sewa yang diakui perpajakan:

1. sewa dengan hak opsi (finance lease)

karakteristik yang harus dipenuhi semua:

• pembayaran sewa masa sewa pertama ditambah

dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor. harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

• Masa sewa ditetapkan sekurang-kurangnya dua tahun untuk barang modal golongan I, tiga tahun untuk

barang modal golongan II dan III, dan tujuh tahun untuk golongan bangunan.

• Perjanjian sewa memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.


(92)

sewa tanpa hak opsi

adalah kegiatan jasa pembiayaan berupa penyediaan kredit bagi lesse oleh lessor.

Penghasilan lessor adalah bunga yang diterima pada saat angsuran pelunasan kewajiban sewa.

Perpajakan melarang penyusutan barang sewa ini, karena dianggap sebelum selesainya masa leasing asset bukan milik lessee maupun lessor.

Karakteristik:

• pembayaran sewa selama masa sewa pertama tidak dapat

menutupi harga perolehan barang modal dan tidak menghasilkan keuntungan.

• Perjanjian sewa tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi


(93)

PERLAKUAN PERPAJAKAN

SEWA DENGAN HAK OPSI

BAGI LESSOR:

• Penghasilan kena pajak : pembayaran sewa dikurangai angsuran pokok.

• Tidak berhak melakukan penyusutan asset yang disewakan dengan hak opsi.

• Jika masa sewa lebih pendek dari yang telah ditentukan sebelumnya, DJP melakukan koreksi atas penghasilan lessor.

melakukan koreksi atas penghasilan lessor.

• Kerugian karena piutang tdk dp ditagih dibebankan pada cadangan piutang tak tertagih.

• Cadangan piutang lebih besar dari kenyataan, diakui sebagai penghasilan

• Cadangan piutang lebih kecil dari kenyataan, diakui sebagai kerugian.

• Penyerahan barang kepada lesse dikenakan PPN, penyerahan jasa dalam transaksi ke lesse tidak dikenakan PPN.

• Angsuran PPH pasal 25 setiap bulan adalah PPh terutang berdasarkan LK triwulan terakhir yang disetahunkan dibagi 12.


(94)

BAGI LESSEE:

• Selama masa sewa, lessee tidak boleh melakukan

penyusutan atas barang modal yang disewakan sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli.

• Dasar penyusutan adalah nilai sisa

• Pembayaran sewa dapat mengurangi penghasilan

• Pembayaran sewa dapat mengurangi penghasilan

bruto lessee (jika memenuhi ketetentuan capital lease)

• Masa sewa lebih pendek dari masa yang ditetntukan, DJP melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa.

• Lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa yang dibayar.


(95)

SEWA TANPA HAK OPSI BAGI LESSOR:

• Penghasilan kena pajak : seluruh pembayaran sewa yang diterima.

• Membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewakan

BAGI LESSEE:

• Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto: pembayaran sewa yang dibayar.

• Memotong PPh 23 atas pembayaran sewa tsb

• Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa tanpa hak opsi dari lessor kepada lessee dikenai utang PPN.


(96)

CONTOH

:

PT. A membeli mesin produksi dengan cara sewa

(leasing) pada tanggal 1 Januari 2009, dimana

pembelian ini merupakan capital lease. Setiap

tahun PT.A harus membayar Rp.1.500.000 selama

4 tahun dan masa manfaat mesin 6 tahun. Pada

akhir masa leasing, terdapat opsi pembelian

4 tahun dan masa manfaat mesin 6 tahun. Pada

akhir masa leasing, terdapat opsi pembelian

dengan harga Rp.2.000.000 dan tingkat bunga

implicit 10%. Selain membayar cicilan, PT.A juga

harus membayar biaya leasing Rp.200.000 setiap

tahunnya. Pembayaran pertama dilakukan pada

tanggal 1 januari 2009.


(97)

JAWAB

BAGI LESSEE:

Present value leasing = PV cicilan + PV nilai opsi

= (cicilan x 1- 1 + 1) + (Nilai opsi X 1 )

(1+i)n-1 (1 + i) n

ii

= (1.500.000 x 1 - 1 + 1) + (2.000.000 X 1 )

(1+0,1)3 (1+0.1)4

0,1

= (1.500.000 x 3.4869) + (2.000.000 x 0.6830) = 6.596.350


(98)

1 Jan Mesin (leasing) 6.596.350

Utang leasing jk pendek 1.649.087,5

Utang leasing jk panjang 4.947.262,5

Utang leasing 1.500.000

Utang leasing 1.500.000

Biaya bunga leasing 200.000

Kas 1.700.000.


(99)

BAGI LESSOR:


(100)

ASET TIDAK BERWUJUD

Aset tidak berwujud adalah asset nonmoneter

yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai

wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan

dalam menghasilkan atau menyerahkan

dalam menghasilkan atau menyerahkan

barang atau jasa, disewakan kepada pihak

lainnya, atau untuk tujuan administrative.


(1)

b. Pendekatan Laba Rugi

b. Pendekatan Laba Rugi

1.

1.

Lihat rekonsiliasi fiskal yang sudah dibuat dan

Lihat rekonsiliasi fiskal yang sudah dibuat dan

identifikasi akun

identifikasi akun--akun di laba rugi yang

akun di laba rugi yang

termasuk dalam beda waktu, seperti :

termasuk dalam beda waktu, seperti :

 beban penyisihan persediaan,beban penyisihan persediaan, 

 beban penyisihan persediaan,beban penyisihan persediaan, 

 beban penyisihan piutang tak tertagih,beban penyisihan piutang tak tertagih, 

 beban penyisihan bonus,beban penyisihan bonus, 

 beban penyisihan pensiun (sesuai PSAK 24)beban penyisihan pensiun (sesuai PSAK 24) 

 beban penyusutan, ataubeban penyusutan, atau 


(2)

Identifikasi koreksi fiskal yang dihasilkan dari akun-akun di atas

dan tentukan apakah koreksi fiskal tersebut termasuk

koreksi positif atau negatif.

Koreksi fiskal

Koreksi fiskal Jenis akunJenis akun PerbandinganPerbandingan PPT / BPT yang dihasilkanPPT / BPT yang dihasilkan

Koreksi

Koreksi positifpositif

Penghasilan

Penghasilan Akuntansi <Akuntansi < Pajak Pajak

Penghasilan pajak Penghasilan pajak

tangguhan tangguhan

Biaya

Biaya Akuntansi >Akuntansi > Penghasilan pajakPenghasilan pajak Biaya

Biaya

Pajak

Pajak tangguhantangguhan

Koreksi Koreksi

negatif negatif

Penghasilan

Penghasilan Akuntansi >Akuntansi > Pajak

Pajak Beban pajak tangguhanBeban pajak tangguhan

Biaya

Biaya Akuntansi <Akuntansi < Pajak


(3)

Hitung

Hitung pajak

pajak tangguhan

tangguhan dengan

dengan cara

cara

menerapkan

menerapkan tarif

tarif Pasal

Pasal 17

17 UU

UU PPh

PPh

dikali

dikali koreksi

koreksi fiskal

fiskal yang

yang dihasilkan

dihasilkan

oleh

oleh langkah

langkah di

di atas

atas..

oleh


(4)

Penyajian Pajak Tangguhan

Penyajian Pajak Tangguhan

 Aktiva pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisahAktiva pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah

dari aktiva dan kewajiban lainnya dalam neraca dari aktiva dan kewajiban lainnya dalam neraca

Deferred tax assetDeferred tax asset dandan deferred tax liabilitydeferred tax liability harus dibedakanharus dibedakan

dari

dari taxtax receivablereceivable//prepaidprepaid taxtax dandan taxtax payablepayable

Deferred tax assetDeferred tax asset ((liabilityliability) tidak boleh disajikan sebagai) tidak boleh disajikan sebagai

aktiva (kewajiban) lancar. aktiva (kewajiban) lancar. aktiva (kewajiban) lancar. aktiva (kewajiban) lancar.

 Aktiva pajak kini harus diAktiva pajak kini harus di--offsetoffset dengan kewajiban pajak kinidengan kewajiban pajak kini

dan jumlah netonya harus disajikan pada neraca dan jumlah netonya harus disajikan pada neraca

 Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan labaBeban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba

atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi


(5)

PPh Final

PPh Final

• Beban atau penghasilan yang terkait dengan PPh finalBeban atau penghasilan yang terkait dengan PPh final tidak akan menimbulkan Beda waktu sehingga adanya tidak akan menimbulkan Beda waktu sehingga adanya aktiva atau kewajiban pajak tangguhan tidak diakui. aktiva atau kewajiban pajak tangguhan tidak diakui. •

• Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final,Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak diakui proporsional dengan jumlah beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan.

periode berjalan. periode berjalan. periode berjalan. •

• Selisih antara jumlah PPh final yang terutang denganSelisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada

jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada

perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Dibayar Di perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Dibayar Di Muka dan Pajak yang Masih Harus Dibayar

Muka dan Pajak yang Masih Harus Dibayar

 Akun PPh final dibayar di muka harus disajikanAkun PPh final dibayar di muka harus disajikan

terpisah dari PPh final yang masih harus dibayar. terpisah dari PPh final yang masih harus dibayar.


(6)

Perlakuan akuntansi untuk hal khusus

Perlakuan akuntansi untuk hal khusus

• Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yangJumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dalam

ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak harusSurat Ketetapan Pajak harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain

dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain--lainlain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan.

pada Laporan Laba Rugi periode berjalan. •

• Apabila diajukan keberatan dan atau banding,Apabila diajukan keberatan dan atau banding, •

• Apabila diajukan keberatan dan atau banding,Apabila diajukan keberatan dan atau banding, pembebanannya ditangguhkan.

pembebanannya ditangguhkan. •

• Apabila terdapat kesalahan mendasar, perlakuanApabila terdapat kesalahan mendasar, perlakuan

akuntansinya mengacu pada PSAK 25 tentang Laba atau akuntansinya mengacu pada PSAK 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan dan

Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.