Konservatisme Konservatisme Realisasi Realisasi Prinsip Prinsip Matching Cost Against and Revenue
c. Konservatisme c. Konservatisme
Jika muncul keraguan maka lebih baik Jika muncul keraguan maka lebih baik
menyajikan angka laba bersih dan aktiva menyajikan angka laba bersih dan aktiva
bersih yang terlalu rendah daripada terlalu bersih yang terlalu rendah daripada terlalu
tinggi. tinggi.
Dalam perpajakan lebih cenderung menganut Dalam perpajakan lebih cenderung menganut
realitas dengan meneliti secara seksama tiap realitas dengan meneliti secara seksama tiap
elemen pengurang basis pengenaan pajak. elemen pengurang basis pengenaan pajak.
d. Realisasi d. Realisasi
Penghasilan menurut prinsip akuntansi Penghasilan menurut prinsip akuntansi
komersial hanya dapat diakui setelah terjadi komersial hanya dapat diakui setelah terjadi
transaksi atau realisasi. Prinsip perpajakan transaksi atau realisasi. Prinsip perpajakan
penghasilan dicatat apabila telah terjadi penghasilan dicatat apabila telah terjadi
transaksi penjualan. transaksi penjualan.
e. e.
Prinsip Prinsip Cost
Cost harga perolehan harga perolehan
seperti yang diterapkan dalam penilaian persediaan dan seperti yang diterapkan dalam penilaian persediaan dan
harga pokok barang yang diproduksi sendiri untuk tenaga harga pokok barang yang diproduksi sendiri untuk tenaga
kerja tidak termasuk upah in natura, barang modal kerja tidak termasuk upah in natura, barang modal
sehubungan dengan PPN dan PPnBMnya dapat tidak sehubungan dengan PPN dan PPnBMnya dapat tidak
dikapitalisir dan harga perolehan suatu aktiva yang terjadi dikapitalisir dan harga perolehan suatu aktiva yang terjadi
dari transaksi dari transaksi--transaksi antara pihak
transaksi antara pihak--pihak yang mempunyai pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dapat ditentukan lain. hubungan istimewa dapat ditentukan lain.
f. Prinsip f. Prinsip Matching Cost Against and Revenue
Matching Cost Against and Revenue biaya biaya –
– hasil, hasil,
cost barang modal baru disusut jika aktiva tsb telah cost barang modal baru disusut jika aktiva tsb telah
dioperasikan dan biaya penyusutan dapat dihitung lebih dioperasikan dan biaya penyusutan dapat dihitung lebih
pendek dari satu tahun. pendek dari satu tahun.
Untuk tujuan fiscal perhitungan penyusutan dimulai pada Untuk tujuan fiscal perhitungan penyusutan dimulai pada
bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang
masih dalam proses pengerjaan. masih dalam proses pengerjaan.
g. g.
Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi
Metode penilaian persediaan, untuk tujuan akuntansi bisa dipakai Metode penilaian persediaan, untuk tujuan akuntansi bisa dipakai
salah satu dari metode harga perolehan atau biaya standar metode salah satu dari metode harga perolehan atau biaya standar metode
pendekatan estimasi. pendekatan estimasi.
Untuk tujuan fiscal hanya diperbolehkan metode penilaian FIFO Untuk tujuan fiscal hanya diperbolehkan metode penilaian FIFO
atau Average atau Average
Metode penyusutan dan Amortisasi, untuk tujuan fiscal yaitu metode Metode penyusutan dan Amortisasi, untuk tujuan fiscal yaitu metode
garis lurus harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud garis lurus harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud
garis lurus harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud garis lurus harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud
berupa bangunan atau Metode saldo menurun hanya untuk harta berupa bangunan atau Metode saldo menurun hanya untuk harta
berwujud bukan bangunan berwujud bukan bangunan
Metode Penghapusan Piutang, untuk tujuan fiscal metode Metode Penghapusan Piutang, untuk tujuan fiscal metode
penghapusan piutang yang diperkenankan adalah metode langsung penghapusan piutang yang diperkenankan adalah metode langsung
Metode Penentuan Keuntungan dari perusahaan konstruksi untuk Metode Penentuan Keuntungan dari perusahaan konstruksi untuk
tujuan perpajakan hanya diperkenankan memakai persentase tujuan perpajakan hanya diperkenankan memakai persentase
tingkat penyelesaian pekerjaan, tanpa memperhatikan masa tingkat penyelesaian pekerjaan, tanpa memperhatikan masa
kontrak. kontrak.
Pembukuan dan Pencatatan Pembukuan dan Pencatatan
Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan
membutuhkan sistem pencatatan yang mencatat membutuhkan sistem pencatatan yang mencatat
dan merekam semua aktivitas perusahaan dan merekam semua aktivitas perusahaan
secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem
secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem
pencatatan aktivitas suatu usaha dinamakan pencatatan aktivitas suatu usaha dinamakan
akuntansi, yaitu suatu sistem informasi yang akuntansi, yaitu suatu sistem informasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak menghasilkan laporan kepada pihak--pihak yang
pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
kondisi perusahaan.
Sanksi Bagi Wajib Pajak Yang Tidak Sanksi Bagi Wajib Pajak Yang Tidak
Menyelenggarakan Pembukuan Menyelenggarakan Pembukuan
-- 50 50 dari PPh yang tidak atau
dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
--100 100 dari PPh yang tidak
dari PPh yang tidak atau kurang dipotong
atau kurang dipotong
--100 100 dari PPN
dari PPN dan PPnBM yang tidak atau
dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar
kurang dibayar
Persyaratan Pembukuan Persyaratan Pembukuan
WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan WP Badan di Indonesia pekerjaan bebas dan WP Badan di Indonesia
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan Rupiah, menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan Rupiah,
disusun dalam b. Ind atau b.Inggris. disusun dalam b. Ind atau b.Inggris.
disusun dalam b. Ind atau b.Inggris. disusun dalam b. Ind atau b.Inggris.
prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas. kas.
Terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, Terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian. pembelian.
Terdiri dr data tentang; peredaran bruto, sebagai dasar Terdiri dr data tentang; peredaran bruto, sebagai dasar
menghitung jumlah pajak yang terutang. menghitung jumlah pajak yang terutang.
Buku, catatan, dokumen wajib disimpan 10 tahun. Buku, catatan, dokumen wajib disimpan 10 tahun.
Dikecualikan dari kewajiban Dikecualikan dari kewajiban
menyelenggarakan pembukuan : menyelenggarakan pembukuan :
WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu
tahun kurang dari Rp 600.000.000,00 tahun kurang dari Rp 600.000.000,00
dengan syarat memberitahukan kepada Direktur dengan syarat memberitahukan kepada Direktur
Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama
dari tahun pajak yang bersangkutan. dari tahun pajak yang bersangkutan.
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Metode dan Sistem Pembukuan yang Metode dan Sistem Pembukuan yang
Berlaku dalam Perpajakan Berlaku dalam Perpajakan
ACCRUAL BASIS ACCRUAL BASIS
CASH BASIS CASH BASIS
Accrual Basis Accrual Basis
Stelsel akrual accrual basis Stelsel akrual accrual basis adalah
adalah
suatu metode penghitungan penghasilan suatu metode penghitungan penghasilan
dan biaya dimana penghasilan diakui dan biaya dimana penghasilan diakui
pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui
pada saat terutang. pada saat terutang.
Cash Basis Cash Basis
Stelsel kas cash basis Stelsel kas cash basis adalah
adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan
suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang
atas penghasilan yang diterima dan biaya yang atas penghasilan yang diterima dan biaya yang
atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Penghasilan baru
dibayar secara tunai. Penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan, bila benar
dianggap sebagai penghasilan, bila benar--benar benar
telah diterima tunai dalam suatu periode telah diterima tunai dalam suatu periode
tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai
biaya, bila benar biaya, bila benar--benar telah dibayar tunai
benar telah dibayar tunai dalam suatu periode tertentu
dalam suatu periode tertentu
Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan
penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu
besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan
dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas. dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam
memakai stelsel kas harus memperhatikan hal memakai stelsel kas harus memperhatikan hal--hal:
hal:
Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus
meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.
meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.
Dalam menghitung harga pokok penjualan harus Dalam menghitung harga pokok penjualan harus
diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan; diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan;
Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak--hak
hak yang dapat diamortisasi, biaya
yang dapat diamortisasi, biaya--biaya yang dikurangkan dari biaya yang dikurangkan dari
penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan
amortisasi; amortisasi;
Tahun Buku Tahun Pajak Tahun Buku Tahun Pajak
Tahun Pajak adalah sama dengan tahun takwim tahun kalender Tahun Pajak adalah sama dengan tahun takwim tahun kalender
kecuali WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan kecuali WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan
tahun takwim. tahun takwim.
Apabila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan Apabila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan
tahun takwim, maka penyebutan Tahun Pajak yang tahun takwim, maka penyebutan Tahun Pajak yang
bersangkutan menggunakan tahun yang di dalamnya meliputi bersangkutan menggunakan tahun yang di dalamnya meliputi
masa 6 enam bulan pertama atau lebih. masa 6 enam bulan pertama atau lebih.
Contoh : Contoh :
Pembukuan 1 Juli 2003 sampai 30 Juni 2004, tahun pajaknya Pembukuan 1 Juli 2003 sampai 30 Juni 2004, tahun pajaknya
adalah tahun 2003. adalah tahun 2003.
Perubahan Metode Pembukuan Perubahan Metode Pembukuan
Pada dasarnya metode Pada dasarnya metode--metode pencatatan
metode pencatatan pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu
pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama dengan tahun
harus sama dengan tahun--tahun sebelumnya. tahun sebelumnya.
Namun demikian, perubahan metode pembukuan Namun demikian, perubahan metode pembukuan
masih dimungkinkan dengan syarat telah masih dimungkinkan dengan syarat telah
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Pajak, dengan menyampaikan alasan Pajak, dengan menyampaikan alasan--alasan
alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat
yang logis dan dapat diterima serta akibat--akibat akibat
yang mungkin timbul dari perubahan tersebut. yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.
Misalnya dalam metode pengakuan biaya yang berkenaan Misalnya dalam metode pengakuan biaya yang berkenaan
dengan penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan dengan penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan
metode penyusutan tertentu. metode penyusutan tertentu.
Contoh : Contoh :
WP dalam tahun 2006 menggunakan metode WP dalam tahun 2006 menggunakan metode
penyusutan garis lurus atau penyusutan garis lurus atau straight line method
straight line method. Dalam . Dalam
tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode
tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode
penyusutan aktiva dengan menggunakan metode penyusutan aktiva dengan menggunakan metode
penyusutan saldo menurun atau penyusutan saldo menurun atau declining balance
declining balance method
method..
Perubahan periode tahun buku juga berakibat Perubahan periode tahun buku juga berakibat
berubahnya jumlah penghasilan atau kerugian WP, oleh berubahnya jumlah penghasilan atau kerugian WP, oleh
karena itu perubahan tersebut juga harus mendapat karena itu perubahan tersebut juga harus mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Pajak. persetujuan Direktur Jenderal Pajak.
PENDAHULUAN
HUBUNGAN
AKUNTANSI KOMERSIAL VS
AKUNTANSI PAJAK
HUBUNGAN AKUNTANSI KOMERSIAL
DENGAN AKUNTANSI PAJAK
Akuntansi Komersial: Menyediakan informasi yang
menyangkut : a. Posisi keuangan
Akuntansi Pajak: Digunakan untuk menyusun
SPT Syarat SPT:
a. Posisi keuangan b. Kinerja
c. Perubahan posisi keuangan Disusun berdasarkan SAK
Laporan Keuangan : BS, IS, Cash Flow dll
Syarat SPT: - Pembukuanpencatatan
- Lampiran LK : BS,ISCash Flow
Akun-akun dalam Akuntansi Pajak:
NERACA
ASET • Pajak dibayar dimuka
~ PPh 22, PPh23, PPh24, dan PPh25 ~ PPh 22, PPh23, PPh24, dan PPh25
~PPh atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan
~PPN Masukan
• Aset Pajak Tangguhan Deffered Tax Asset
KEWAJIBAN
• Utang Pajak Tax Payable
~ PPh 21, PPh23, PPh26, PPh 29
~ PPN Keluaran ~ PPN Keluaran
• Deffered Tax Liability
RUGI LABA
• Beban PPh Income Tax Expense • Penghasilan Pajak Tangguhan Deffered tax
income
• Beban pajak tangguhan deffered tax expense • PBB, PPN Masukan yang tidak dapat
dikreditkan, dan Bea Meterai dicatat sebagai beban operasional operational expense RUGI
LABA
NERACA ASSET- kas dan bank
• Kas adalah aset paling likuid sehingga ditempatkan posisi atas dalam laporan posisi
aset.
• Yang termasuk kas: • Yang termasuk kas:
- Uang
- Saldo rekening bank
Untuk keperluan penyusunan neraca komersial dan neraca fiskal, kas dan bank dilaporkan
sebesar nilai nominal.
PERATURAN PAJAK TTG
BUNGA BANK
Pengenaan pajak tersebut :
• 20 PB, bersifat Final apabila WP OP atau badan
• 20 PB atau tarif P3B, sifat final apabila WP • 20 PB atau tarif P3B, sifat final apabila WP
Luar Negeri
• Dipotong langsung oleh bank, dan o bank disetor ke kas negara menggunakan SSP, dan
melapor dengan SPT Masa PPh pasal 4 ayat2
Contoh:
Tanggal 28 Februari 2009 PT.A mendapat bunga tabungan Rp.10.000.000,-
• Metode bruto gross method
Tanggal Keterangan
debit kredit
28 Februari 2009 Bank
8.000.000 PPh Pasal 4 ayat2
2.000.000 Pendapatan Bunga
10.000.000
Metode Neto Nett method
Tanggal Keterangan
debit kredit
28 Februari 2009 Bank
8.000.000
Pendapatan Bunga 8.000.000
NERACA
ASSET- Investasi Jk Pendek
PIUTANG
INVESTASI JANGKA PENDEK
• Kelebihan dana atau adannya dana menganggur Iddle Cash digunakan
perusahaan untuk ditanamkan kembali dalam bentuk surat2berharga yang dapat segera
dijual.
dijual.
• Investasi jangka pendek syarat maupun teknis pencatatan tidak diatur dalam UU pajak. Maka
cara menurut PSAK 13 dapat diberlakukan untuk kepentingan perpajakan.
PPH ATAS
KEUNTUNGAN TRANSAKSI SAHAM
Penghasilan atas transaksi penjualan saham dipotong langsung oleh penyelenggara bursa
efek pada saat transaksi jual beli saham, efek pada saat transaksi jual beli saham,
kemudian disetor dan dilaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat2
JURNAL
• Penjualan bukan saham pendiri Dr Kas
xx Dr PPh Pasal 4 ayat 2
xx Cr Investasi saham dalam PT.A
xx
• Penjualan saham pendiri Dr Kas
xx Dr PPh Pasal 4 ayat 2
xx Cr Saham
xx
SEKURITAS
• Untuk keperluan perpajakan ketentuan penilaian persediaan berlaku juga untuk sekuritas.
• Nilai berdasarkan harga perolehan. • Penghasilan saham berupa dividen hanya diakui
pada saat secara nyata terdapat pembagian • Penghasilan saham berupa dividen hanya diakui
pada saat secara nyata terdapat pembagian dividen.
• Tarif : PPh 0,1 untuk saham dijual di bursa
PPh 0,5 untuk saham pendiri
• Sifat final
21 Maret 2008 Pt.arva menjual saham PT.HUAZAN dg nilai nominal Rp.10.000.000 dijual sebear
Rp.11.000.000 dengan jasa pialang Rp.200.000. • Jika Keuntungan bersih PT.ARVA Rp.800.000.
Untuk tujuan perpajakan keuntungan dikesampingkan, PT.ARVA membayar pajak final
Rp.11.000.000 x 0,1 = Rp.11.000.
Rp.11.000.000 x 0,1 = Rp.11.000.
Jurnal : 2132008
Kas
10.789.000 PPh Pasal ayat 2
11.000 Laba penjualan saham
800.000 Investasi dalam saham PT. HUAZAN
10.000.000
• Jika kerugian PT.ARVA Rp.9.500.000 jasa pialang Rp.100.000 maka PT.ARVA tetap harus
membayar pajak final Rp.9.500.000 x 0,1 = Rp. 9.500
Jurnal:
2132008 2132008
Kas 9.390.500
PPh Pasal 4 ayat 2 9.500
Rugi Penjualan saham 600.000 Investasi dalam saham PT.HUAZAN
10.000.000
NERACA PIUTANG
Ketentuan pajak • Diskon mengurangi Penghasilan Bruto penjualan
• Penyisihan untuk potongan tunai allowance tidak diperkenankan • Tidak memperkenankan pembentukan cadangan penghapusan
piutang • Ketentuan pajak melihat realitas dan memberlakukan metode
• Ketentuan pajak melihat realitas dan memberlakukan metode penghapusan langsung write off dengan syarat:
a Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
b Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri
dan badan urusan piutang dan lelang negara BUPLN atau adanya perjanjian tertulis antara kreditor dan debitur
c Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus
d WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada DJP.
CONTOH:
• PT. A menjual barang secara kredit Rp.5.000.000 belum termasuk PPN 10 pada tanggal 12 April 2008.
PT A telah dikukuhkan sebagai PKP 15 Maret 2000. HPP sebesar Rp.3.500.000
Jurnal: Piutang usaha
5.500.000 Piutang usaha
5.500.000 PPN K
500.000 Penjualan
5.500.000
HPP 3.500.000
Persediaan 3.500.000
Jika PT. A belum dikukuhkan sbg PKP
Jurnal:
Piutang Usaha 5.000.000
Piutang Usaha 5.000.000
Penjualan 5.000.000
NERACA
PERSEDIAAN
INVESTASI JANGKA PANJANG
SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
Dalam UU PPh sistem pencatatan persediaan tidak diatur secara jelas. Selama sisitem
menunjukkan kebenaran pencatatan dan konsisten serta taat asas maka ketentuan
konsisten serta taat asas maka ketentuan perpajakan dapat menerimanya.
• Sistem Periodik • Sistem perpetual
Contoh:
• Tanggal 3 maret 2008 PD.B PKP membeli 100 unit barang dagangan secara tunai dengan harga
Rp.5.000.000 harga belum termasuk PPN. Pembukuan dilakukan dengan sistem perpetual.
Jurnal Persediaan barang dagangan 5.000.000
PPN Masukan
500.000 Kas
5.500.000
Tanggal 31 Maret menjual 30 unit barang dagangan secara tunai harga pokok Rp.5.000.000100 =
Rp.50.000 dengan harga jualunit Rp.70.000 belum termasuk PPN.
Jurnal Kas
2.310.000 PPN Keluaran
210.000 PPN Keluaran
210.000 Penjualan
2.100.000
HPP 1.500.000
Persediaan barang dagangan 1.500.000
Persediaan yang tersisa dan tercatat
dalam pembukuan:
Tanggal Keter
anga n
Pembelian Penjualan
Saldo Qty
Harga Total
Qty Harga
Total
3 Maret Beli 100
50.000 5.000.000
5.000.000
31 Maret
Jual 30
50.000 1.500.000
3.500.000
NILAI PERSEDIAAN DALAM NERACA
Penilaian persediaan barang didasarkan pada harga perolehan. Penilaian pemakaian
persediaan untuk penghitungan HPP hanya boleh dilakukan melalui 2 cara menurut
ketentuan perpajakan UU PPh pasal 10 ayat 6
ketentuan perpajakan UU PPh pasal 10 ayat 6 yaitu:
• Metode rata-rata average • Metode mendahulukan persediaan yang
diperoleh pertama FIFO
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi jangka panjang dapat berupa:
• Penyertaan dalam bentuk saham, obligasi dll • Dana untuk melunasi utang jangka panjang
atau dana khusus atau dana khusus
• Asset lain-lain seperti pembelian tnah dengan rencana penggunaan di masa yad
Transaksi Cost Method
Pembelian saham Investasi dalam saham PT…
Xxx Kas
xxx
Pengumuman laba No entry
Pembagian dividen Kas
xxx Pembagian dividen
Kas xxx
PPh 23 dibayar dimuka xxx
Pendapatan dividen xxx
Pendapatan dividen xxx
Transaksi Equity Method kepemilikan saham 25
Pembelian saham Investasi dalam saham PT…
Xxx Kas
xxx
Pengumuman laba Investasi dalam saham PT…
Xxx Pendapatan Investasi
xxx
Pembagian dividen Kas
xxx PPh 23 dibayar dimuka
xxx Pendapatan dividen
xxx
Transaksi Equity Method kepemilikan saham =25
Pembelian saham Investasi dalam saham PT…
Xxx Kas
xxx
Pengumuman laba Investasi dalam saham PT…
Xxx Pendapatan Investasi
xxx Pendapatan Investasi
xxx
Pembagian dividen Kas
xxx
OBLIGASI
Obligasi adalah surat utang jangka panjang dengan tingkat bunga tertentu.
• Pembayaran bunga harus dinyatakan terpisah dari harga perolehannya.
• Perbedaan antara harga perolehan dengan nilai nominal obligasi atau surat berharga semacam itu
• Perbedaan antara harga perolehan dengan nilai nominal obligasi atau surat berharga semacam itu
harus ditangguhkan dan diamortisasikan selama jangka waktu yang ada.
• Penjelasan pasal 4 ayat 1 UU PPh menganggap bagian keuntungan atas pembagian keuntukan dalam hal
penghasilan bunga, memiliki karakter seperti dividen.
CONTOH:
Pada tanggal 1 juli 2003 Budi membeli 10 lembar obligasi PT.A dengan niali nominal
Rp.10.000 dan dengan kurs sebesar 110. Bunga obligasi 12 pertahun dibayar tiap 1
Bunga obligasi 12 pertahun dibayar tiap 1 april dan 1 oktober. Komisi pialang Rp.8.000.
Obligasi akan dilunasi pada tanggal 31 Desember 2007 4,5 tahun kemudian
Pencatatan investasi obligasi oleh Budi:
1 Juli Investasi Obligasi 100.000
Premium 10.000
Penghasilan Bunga 3.000
Utang PPh Pasal 23 1.500
Kas 111.500
Pendapatan bunga yang diterima budi dipotong PPh 23 oleh PT.A 15 x 6.000 = 900
1 Oktober Kas
5.100
Pph 23 dibayar dimuka 900
Pph 23 dibayar dimuka 900
Penghasilan bunga 6.000
Premium obligasi diamortisasi Rp.1.111 untuk 6 bulan selama tahun 2003 yang dimasukkan
dalam pos pengurang penghasilan bunga
31 Des Piutang bunga
3.000
Penghasilan bunga 3.000
Penghasilan bunga 3.000
Penghasilan bunga 1.111
Premium obligasi 1.111
BIAYA DIBAYAR DIMUKA
TRANSAKSI YANG BERKENAAN DENGAN PPH PASAL 22 DAN 23
PPH 22 IMPOR
PT. QQ adalah Importir Lampu hias yang tidak memiliki API. Pada 2 Februari melakukan import
barang dari Italia dengan harga faktur US 150.000. Biaya Asuransi yang dibayar di Luar
Negeri dan Biaya Angkut dari Italia ke daerah Pabean Indonesia masing-masing sebesar Rp.
Negeri dan Biaya Angkut dari Italia ke daerah Pabean Indonesia masing-masing sebesar Rp.
3 dan 4 dari harga Faktur. Tarif Bea Masuk dan Bea Masuk Tambahan masing-masing sebesar
10 dan 20 dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh menteri Keuangan pada saat itu adalah US 1
adalah Rp. 9.700.
NILAI IMPOR, PPh 22, PPN
Harga Faktur US 150.000 x Rp. 9.700 Rp. 1. 455.000.000
Biaya Asuransi 3 x Rp. 1.455.000.000 Rp.
43.650.000 Biaya Angkut 4 x Rp. 1.455.000.000
Rp. 58.200.000
CIF Rp. 1. 556.850.000
Bea Masuk 10 x Rp. 1.556.850.000 Rp.
155.685.000 Bea Masuk 10 x Rp. 1.556.850.000
Rp. 155.685.000
Bea Msk Tamb 20 x Rp. 1.556.850.000 Rp.
311.370.000 Nilai Impor
Rp. 2. 023.905.000
PPh Pasal 22 Import : 7,5 x Rp. 2.023.905.000 = Rp. 151.792.875
PPN Masukan : 10 X Rp. 2.023.905.000 = Rp.202.390.500
JURNAL
2 Februari Persediaan lampu hias
2. 023.905.000 PPh Pasal 22 dibayar dimuka
151.792.875 PPN Masukan
202.390.500 PPN Masukan
202.390.500 KasBank
2.378.088.375
PPH 22 BENDAHARAWAN
3 Juli 2009, sesuai dengan Daftar Isian Proyek DIP, Bendaharawan Departemen P dan K
melakukan kontrak dengan CV. Maftuh untuk membeli meja kursi kantor dengan harga
membeli meja kursi kantor dengan harga sebesar Rp 605.000.000,00 termasuk PPN
10.
Pembayaran dilakukan pada tgl 10 Oktober 2009.
JURNAL
10 Oktober
Kas 541.750.000
PPh Pasal 22 dibayar dimuka 8.250.000
PPN Pemungut 55.000.000
Penjualan 550.000.000
PPN Keluaran 10 penjualan 55.000.000
PPH PERTAMINA
CV. ZABILLA bukan penyalur resmi PERTAMINA, pada tanggal 14 April 2009 membeli solar
sebanyak 10.000 liter dari PERTAMINA seharga Rp 4.000,00 per liter termasuk PPN.
seharga Rp 4.000,00 per liter termasuk PPN.
JURNAL
14 April Persediaan solar
40.000.000
PPh Pasal 22 dibayar dimuka 109.091
PPN Pemungut 4.000.000
KasBank 44.109.000
PPH 23
PPh Pasal 23 adalah pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalty, dan imbalan
jasa-jasa tertentu. PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak dimuka yang pada
pembayaran pajak dimuka yang pada umumnya dapat dikreditkan pada SPT
Tahunan oleh WP yang menerima penghasilan kecuali atas PPh yang bersifat final, yaitu
bunga simpanan yang dibayarkan koperasi.
CONTOH
PT. A menerima penghasilan berupa royalty dari PT.B sebesar Rp.100.000.000 pada tanggal 19 Juli
2008
Jurnal PT. A:
19 Juli Kas
95.000.000 19 Juli
Kas 95.000.000
PPh Pasal 23 dibayar dimuka 15.000.000
PPN Keluaran 10.000.000
Pendapatan royalti 100.000.000
PPH DIBAYAR DIMUKA
PPH 42
PPH 24
PPH 25
PPH PASAL 4 2
SEWA DIBAYAR DIMUKA • Sewa atas tanah danatau bangunan
Penghasilan yang diperoleh dari sewa ini dikenakan PPh pasal 4 ayat 2 dengan tarif 10 X PB. PPh dipotong penyewa, atau
disetor sendiri pemilik disetor sendiri pemilik
CONTOH: 2 Maret 2009 PT. A menyewakan ruang perkantoran pada PT.B
Rp.100.000.000 belum termasuk PPN untuk 1 tahun.
• Pembukuan PT. A
PT. A PKP
PT. B PKP PT. B Non PKP
Kas 100.000.000
Kas 100.000.0
00 PPh Pasal 4 2
10.000.000 PPh Pasal 4 2
10.000.00 PPN K
10.000.000 PPN K
10.000.0 00
Pendapatan Sewa 100.000.000
Pendapatan Sewa 100.000.
000
PT. A NON
PKP Kas
90.000.000 Kas
90.000.00 PPh Pasal 4 2
10.000.000 PPh Pasal 4 2
10.000.00 Pendapatan Sewa
100.000.000 Pendapatan Sewa
100.000. 000
Atas penghasilan sewa kendaraan ini dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15 dari perkiraan penghasilan
netto oleh pihak yang Wajib Memabayar.
Perkiraan penghasilan netto 10 PB.
CONTOH 1 April 2009 PT.C menyewa bus kepada PT.D untuk 6
bulan kedepan. Biaya sewa perbulan Rp.10.000.000. PT.C dan PT.D dalah PKP.
1 April Sewa Dibayar dimuka
60.000.000 PPN Masukan
6.000.000 Utang PPh Pasal 23
900.000 Kas
65.100.000 10 Mei
Utang PPh 23 900.000
Kas 900.000
Jurnal untuk PT.C
1 April Kas
65.100.000 PPh Pasal 23 dibayar dimuka
900.000 PPN Keluaran
6.000.000 Pendapatan sewa
60.000.000
Jurnal untuk PT.D
PPH Pasal 24
Dalam kondisi bisnis internasional semakin meningkat, WP Dalam Negeri dan WP BUT mungkin saja memperoleh penghasilan dari luar negeri, misalnya
melalui kantor cabang di luar negeri melalui anak perusahaan di luar negeri, penggunaan modal di luar negeri, dan lain-lain. Penghasilan dari luar negeri
itu tentu dikenai pajak di negeri asal dari penghasilan tersebut. Hal ini sudah pasti memberatkan WP Dalam Negeri dan WP BUT, karena di Indonesia
pasti memberatkan WP Dalam Negeri dan WP BUT, karena di Indonesia penghasilan yang sama juga dikenai PPh dengan tarif pasal 17 terjadinya
pajak berganda internasional, internasional double taxation. Untuk mengurangi beban pajak berganda tersebut, UU PPh secara sepihak
unilateral menentukan kredit pajak luar negeri di pasal 24.
Contoh Penghitungan Batas
Besarnya Kredi Pajak Luar Negeri
PT ARVA perusahaan dalam negeri bergerak di bidang industri makanan kaleng, pada tahun 2009, memperoleh Penghasilan Netto Dalam Negeri
sebesar Rp. 100.000.000,00. Selain itu perusahaan melakukan penyertaan saham pada MATHEW Ltd di Singapura, yang pada akhir tahun 2009
saham pada MATHEW Ltd di Singapura, yang pada akhir tahun 2009 memperoleh penghasilan berupa deviden sebesar Rp. 40.000.000,00. Pajak
atas perolehan deviden di Singapura adalah sebesar 25.
Total Penghasilan Kena Pajak : •
Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp.100.000.000,00 •
Penghasilan Netto Luar Negeri Rp. 40.000.000,00
Rp.140.000.000,00
Pajak terutang : 28 X 140.000.000 = 39.200.000 Pajak atas deviden di Singapura sebesar
25 X Rp.40.000.000 = Rp.10.000.000,00
Kredit pajak atas penghasilan deviden dari Singapura maksimal sebesar Rp.10.000.000,00 tapi tidak boleh lebih tinggi dari
sebesar Rp.10.000.000,00 tapi tidak boleh lebih tinggi dari Penghasilan NettoxPajak terutang =40jtx24.500.000
= 7.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak140jt Maka Kredit pajak Luar Negeri yang diperbolehkan sebesar Rp.
7.000.000
ANGSURAN PPH PASAL 25 DALAM
TAHUN BERJALAN
Sistem perpajakan kita menganut prinsip ”convenience to pay” yang berarti bahwa
wajib pajak diharapkan membayar pada saat yang paling menguntungkan dirinya. Salah
yang paling menguntungkan dirinya. Salah satu contohnya adalah membayar angsuran
pajak setiap bulan. Pajak Penghasilan Pasal 25, mengatur tentang penghitungan besarnya
angsuran bulanan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan.
Contoh:
Berdasarkan SPT Tahunan PPh, Penghasilan Kena Pajak pada tahun 2009 adalah Rp.450.000.000
Tarif pasal 17 PPh OP : 5 x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-
15 x Rp. 200.000.000,-= Rp. 30.000.000,- 25 x Rp. 200.000.000,-= Rp. 50.000.000,
Rp. 82.500.000,- Pajak penghasilan yang terutang
Rp. 82.500.000 Kredit pajak
PPh psl 22 5.000.000
Kredit pajak PPh psl 22
5.000.000 PPh psl 23
2.500.000 PPh psl 24
7.500.000 Rp. 15.000.000
Rp. 67.500.000
Besarnya angsuran PPh pasal 25 pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk tahun 2009 adalah sebesar 67.500.00012 = 5.625.000bln
JURNAL
PPh dibayar dimuka 5.625.000
Kas 5.625.000
Jurnal setiap bulan:
NERACA
ASSET TETAP
PENGERTIAN
PSAK 16
Asset tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam
operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Kecuali tanah.
PEMBELIAN ASSET TETAP
• Untuk pembelian Lokal, Kas yang dikeluarkan merupakan harga perolehan ditambah dengan
PPN Masukan
• Jika pembelian dilakukan dengan impor maka • Jika pembelian dilakukan dengan impor maka
jurnal yang dibuat sama dengan jurnal berkenaan dengan PPh Pasal 22 Impor pada
pertemuan ke 4
PENYUSUTAN ASET TETAP
CONTOH: Gedung pabrik dibeli 1 Januari 2008 dengan harga perolehan Rp.600.000.000. Masa
manfaat komersial selama 30 tahun. Menurut fiscal 20 tahun. JURNAL:
1 Jan Beban penyusutan gedung
20.000.000 Akumulasi penyusutan gedung
20.000.000 Akumulasi penyusutan gedung
20.000.000
Komersial : Rp. 600.000.00030 tahun = Rp. 20.000.000
Fiskal : Rp. 600.000.000 x 5 = Rp.30.000.000
Atas perbedaan tersebut tidak perlu membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan tersebut menimbulkan beda waktu saja.
Pada saat mengisi SPT Tahunan diperlukan koreksi fiscal saja. Rp.10.000.000
PENJUALAN ASSET
Contoh: Mobil operasional perusahaan yang diperoleh tanggal 12
Juli 2005 dengan harga Rp.48.000.000 dijual dengan harga Rp.40.000.000. Menurut akuntansi masa
manfaat mobil 4 tahun, menurut pajak 8 tahun.
Keterangan Akuntansi
Pajak
Harga perolehan 48.000.000
48.000.000 Akum. Penyusutan
12.000.000 9.000.000
Nilai Buku 36.000.000
39.000.000 Harga pasar
40.000.000 40.000.000
Laba Penjualan 4.000.000
1.000.000
JURNAL
31 Des
Kas 44.000.000
Akum Penyusutan kendaraan 12.000.000
Kendaraan 48.000.000
PPN Keluaran Psl 16D 4.000.000
Laba penjualan kendaraan 4.000.000
Perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan asset yang terjadi antara akuntansi dan pajak, perusahaan tidak perlu membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan tersebut
dikoreksi pada saat mengisi SPT tahunan sebesar Rp.4.000.000 – Rp.1.000.000 = Rp.3.000.000
REVALUASI AKTIVA TETAP
• Revaluasi asset tetap adalah suatu penilaian kemabali atas asset tetap yang dimiliki perusahaan sehingga dapat sesuai dengan harga
pasar saat dilakukannya revaluasi tersebut.
• Menurut perpajakan, revaluasi aktiva tetap merupakan penyesuaian cost asset tetap dengan harga pasar. Revaluasi asset
menguntungkan karena pemerintah dapat melakukan pemajakan menguntungkan karena pemerintah dapat melakukan pemajakan
atas selisih dari cost asset tetap dengan harga pasar.
• Penilaian kembali aktiva tetap harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap tsb yang berlaku pada saat
penilaian kembali yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai yang mendapat izin pemerintah.
CONTOH
31 Desember 2009 PT.Betul benar berencana melakukan revaluasi aktiva tetap yang dimiliki:
• Tanah yang diperoleh Desember 2004 dengan harga perolehan
Rp.500.000.000 dan harga revaluasi Rp.1.000.000.000 • Bangunan permanen diperoleh Januari 2007 dengan harga
perolehan Rp.600.000.000 dan harga revaluasi Rp.850.000.000 Mesin termasuk kelompok 2 diperoleh Juli 2007 dengan harga
• Mesin termasuk kelompok 2 diperoleh Juli 2007 dengan harga perolehan Rp.100.000.000 dan harga revaluasi Rp.200.000.000
Metode penyusutan asset tetap menggunakan metode garis lurus.
JAWAB
Harga perolehan tanah: Rp.
500.000.000 Harga perolehan bangunan:
Rp.600.000.000 Akum peny: 600.000.00020 th x 3
Rp.90.000.000 Rp.
510.000.000 Harga perolehan mesin:
Rp.100.000.000 Akum peny: 100.000.000 x 3012 x8
Rp.31.250.000 Akum peny: 100.000.000 x 3012 x8
Rp.31.250.000 Rp.
68.750.000 Nilai Buku
Rp.1.138.750.000
Harga pasar 1.000.000.000+850.000.0000+200.000.000 = 2.050.000.000 Nilai buku
= 1.138.750.000 Selisih lebih penilaian kembali
= 911.250.000
JURNAL
Tanah 500.000.000
Bangunan 850.000.000-600.000.000+90.000.000 340.000.000
Mesin 200.000.000-100.000.000+31.250.000
131.250.000 Selisih penilaian kembali asset tetap
971.250.000
PPh final atas revaluasi aktiva tetap 87.100.000
KasBank 87.100.000
KasBank 87.100.000
PPh Final = 10 x 911.250.000- 40.000.000 = 10 x 871.250.000
= 87.100.000
NERACA
ASSET TETAP LEASING
ASSET TIDAK BERWUJUD
Jenis-jenis sewa menurut PSAK 30