commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan jaman, berkembang pula ilmu pengetahuan dan penggunaan tekhnologi, terutama dalam bidang perindustrian.
Penggunaan mesin-mesin kerja yang canggih dapat memberikan keuntungan yaitu pekerjaan dapat berjalan dengan cepat sehingga hasil yang diperoleh pun
lebih banyak. Akan tetapi penggunaan mesin-mesin modern dan canggih itupun juga harus diwaspadai karena banyak potensi bahaya yang jika tidak
diwaspadai dan dikendalikan dapat menimbulkan bahaya ataupun kecelakaan yang dapat merugikan tenaga kerja, perusahaan ataupun lingkungan sekitar.
Keadaan aman sepenuhnya tidak akan mungkin tercapai, hal ini dikarenakan
selalu terdapat
kemungkinan faktor-faktor
yang tidak
diperhitungkan. Oleh karena itu, di semua industri tidak cukup bila hanya melalui perencanaan untuk keadaan operasi normal, tetapi juga harus membuat
perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya tidak lain yaitu untuk meminimalisasi kerugian baik material maupun korban manusia jika terjadi
keadaan darurat di tempat kerja Syukri Sahab, 1997. Manajemen puncak perlu menyadari pentingnya perencanaan dan
persiapan keadaan darura. Untuk itu manajer keselamatan kerja perlu memberikan penjelasan, serta mengupayakan agar rencana ini mendapat
dukungan. Untuk menyusun rencana keadaan darurat, terlebih dahulu perlu
commit to user
diidentifikasi dan dievaluasi jenis dan skala keadaan darurat yang mungkin terjadi. Selanjutnya disiapkan suatu rencana kerja. Perencanaan tersebut harus
dibuat oleh perusahaan, bila perlu dengan bantuan ahli dari pihak pemerintah atau konsultan. Rencana juga bisa disusun bersama perusahaan lain bila
perusahaan berada dalam suatu kawasan zona industri Syukri Sahab, 1997. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja saat ini menuntut
sikap proaktif. Walaupun telah diambil langkah pencegahan yang memadai, kemungkinan terjadinya keadaan darurat di industri tidak dapat dihilangkan
sama sekali. Karena itu setiap industri harus mempunyai rencana dan persiapan keadaan darurat, yang didasarkan atas evaluasi risiko bahaya yang ada, sesuai
dengan Permenaker No. Per-05MEN1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menyebutkan bahwa “Perusahaan
harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat kejadian yang
sebenarnya” Syukri Sahab, 1997. Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana dan
mudah dimengerti. Oleh karena, rencana darurat menyangkut soal tindakan yang perlu guna mengatasi risiko yang masih ada setelah semua tindakan
pencegahan yang sesuai dilakukan Syukri Sahab, 1997. Berapapun pengawasan yang diimplementasikan, tidak mungkin
untuk menghilangkan segala masalah atau keadaan gawat darurat sama sekali. Hal ini meliputi kecelakaan kerja, tumpahan bahan kimia, cedera akibat kerja,
dan rencana persiapan untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak dapat
commit to user
diduga ini. Prosedur gawat darurat yang terperinci harus dituliskan sebelum keadaan darurat terjadi. Rencana yang dipersiapkan untuk menangani keadaan
ini mempunyai beberapa nama, namun demikian yang paling umum digunakan adalah rencana respon gawat darurat dan rencana pemulihan bencana. Secara
ringkas, respon gawat darurat berurusan dengan pemberian pertolongan segera pada individu dan lingkungan, sedangkan rencana pemulihan memperinci
bagaimana memulihkan dan menjalankan kembali bisnis yang ada. Sertifikasi ISO 14001
Para ahli
dibidang manajemen
mengemukakan konsep
“Manajemen Pengendalian Kerugian” sebagai acuan guna meminimalisasi kerugian perusahaan. Untuk itulah organisasi internasional untuk standardisasi
ISO = International Standard Organization mengeluarkan suatu konsep ISO 14000 secara berseri. Standar Sistem Manajemen Lingkungan SML ini terdiri
dari berbagai rangkaian seri yang salah satu serinya adalah seri ISO 14001 tentang Enviromental Management System EMS atau Sistem Manajemen
Lingkungan. Salah satu elemen pendukung dalam ISO 14001 adalah Prosedur
Gawat Darurat yang tertera dalam elemen 4.4.7 dimana dalam proses operasinya, orang tersebut harus membuat prosedur kesiagaan keadaan darurat,
rencana respon keadaan darurat, serta rencana pemulihannya. Dalam ISO 14001 elemen 4.4.7 kesiagaan dan tanggap darurat
dinyatakan bahwa :
commit to user
1. Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur : a. Untuk mengidentifikasi potensi situasi darurat;
b. Untuk merespon situasi darurat tersebut. 2. Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat sebenarnya dan mencegah
atau menekan konsekuensi K3 yang ditimbulkannya. 3. Dalam merancang tanggap darurat, organisasi harus mempertimbangkan
keperluan pihak berkepentingan lainnya misalnya layanan darurat atau tetangga berdekatan.
4. Organisasi harus juga secara berkala menguji prosedurnya untuk tanggap terhadap situasi darurat, dan jika memungkinkan dengan melibatkan pihak
terkait yang relevan. 5. Organisasi harus secara berkala melakukan kajian dan bilamana mungkin
merevisi prosedur kesiapan dan tanggap darurat, khususnya setelah pengujian berkala dan setelah terjadinya situasi darurat.
Untuk itu PT Pupuk Kujang Cikampek sebagai perusahaan yang bergerak di bidang petrokimia berusaha mengimplementasikan respon tanggap
darurat sesuai dengan standar ISO 14001 : 2004 elemen 4.4.7, ISO 9001 : 2008, dan Permenaker No. Per-05MEN1996 tentang SMK3 dalam kegiatan
proses produksinya.
B. Rumusan Masalah