Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 5.9 Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012. No Kategori F 1 Sangat Baik 8 20 2 Cukup Baik 30 75 3 Kurang Baik 2 5 4 Sangat Tidak Baik Total 40 100

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan di BPS wilayah kota Banda Aceh tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar pelaksanaan pencegahan infeksi sudah cukup baik, bahkan sebagian pelaksanaan pencegahan infeksinya sudah sangat baik. Bila dilihat pada karakteristik pendidikan sebagian besar responden berpendidikan D-III dan D-IV kebidanan. Pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan di BPS wilayah Kota Banda Aceh sudah cukup baik mungkin dikarenakan sudah tingginya pendidikan bidan sehingga bidan lebih cepat mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pencegahan infeksi dan dampak yang ditimbulkan jika pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan tidak dilakukan. Tingkat pendidikan juga menentukan mudah tidaknya seseorang memahami pengetahuan yang diperolehnya dan akan mempengaruhi sikap dalam menerapkan tindakan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Hal ini didukung oleh teori Cherin 2009, bahwa semakin tingginya pendidikan seseorang maka semakin mudah pula orang tersebut untuk menerima 46 Universitas Sumatera Utara informasi. Notoadmojo 2005 juga menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi tindakan adalah kemudahan memperoleh informasi, umur dan pendidikan. Menurut peneliti hal lain yang membuat cukup baiknya pelaksanaan pencegahan infeksi dikaitkan dengan pelatihan APN yang mana semua responden diketahui sudah pernah mengikuti pelatihan APN. Hal ini sesuai menurut Hurlock 1999 menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan banyak mengetahui sesuatu dan mengerti manfaat dan kegunaan sesuatu hal karena akan beralih ketingkat pengetahuan dan tindakannya kearah yang lebih baik. Sesuai dengan Notoadmojo 2005, yang mengatakan bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, membentuk dan meningkatkan kemampuan manusia dalam menyerap informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Menurut Koentjaraningrat 1977 yang dikutip Nursalam 2008 bahwa tingkat pendidikan juga menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya yang dapat diaplikasikan dalam tindakan-tindakan. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung mendapatkan informasi yang lebih baik, baik dari oranglain maupun dari media informasi lainnya. Sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Hal lainnya yang menyebabkan pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan di BPS wilayah kota Banda Aceh tahun 2012 adalah lamanya bekerja. Pada tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar responden dengan masa kerja selama 10 tahun. Menurut Notoadmodjo 2005 semakin 47 Universitas Sumatera Utara lama masa bekerja seseorang maka semakin banyak pula pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang akan mempengaruhi seseorang dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Pada tabel 5.9 diketahui bahwa pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan di BPS wilayah kota Banda Aceh masih terdapat responden dengan katagori kurang baik. Dilihat dari karakteristik umur responden tersebut berumur 55 dan 57 tahun, sehingga hal ini tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nursalam 2008, bahwa semakin cukup umur seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatannya akan semakin baik dalam berfikir dan bekerja. Menurut peneliti hal ini dipengaruhi karena mereka masih belum melaksanakan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan secara benar dan konsisten. Gulardi 2008 berpendapat bahwa resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten. Tabel 5.3 untuk prosedur mencuci tangan pada pernyataan petugas melepaskan perhiasan ditangan dan pergelangan diketahui bahwa sebagian besar responden belum melakukannya dan pada pernyataan petugas mengeringkan tangan juga terdapat responden yang belum melakukannya. Menurut Tietjen 2004 bahwa flora kuman di kulit terdiri dari mikroorganisme yang menetap dan sementara. Pada beberapa mikroorganisme didapat melalui kontak langsung dengan orang lain atau peralatan selama bekerja sehari-hari. Organisme ini disebut dengan flora peralihan dan mudah dihilangkan dengan prosedur cuci tangan. Anjuran cuci tangan yang baik adalah pada air mengalir menggunakan sabun kemudian mengeringkan dengan menggunakan handuk pribadi tisue. 48 Universitas Sumatera Utara Menurut Elliot 1996, mencuci tangan merupakan cara penting untuk mengendalikan infeksi yang erat kaitannya dengan meningkatkan kesehatan yang positif. Sedangkan menurut Garner 1986, menyatakan mencuci tangan merupakan satu-satunya prosedur klinis yang paling penting dilakukan untuk menghilangkan dan meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas dari infeksi. Hal ini juga dijumpai pada penelitian yang dilakukan oleh Tambun 2010 tentang pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh BPS di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan. Tabel 5.4 untuk pemakaian sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya pada pernyataan petugas menggunakan sarung tangan yang steril pada saat menolong persalinan masih ada responden yang belum melakukannya sehingga sangat beresiko untuk terkontaminasi dengan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya. Menurut Gulardi 2008, pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya atau peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi. Ganti sarung tangan untuk menangani setiap ibu atau bayi baru lahir setelah terjadi kontak langsung untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula. Sebagai tindakan pencegahan, sarung tangan harus digunakan oleh seluruh bidan yang kontak dengan darah atau cairan tubuh. Sarung tangan hanya dipakai 1 orang klien untuk menghindarkan kontaminasi silang. Jika memungkinkan pergunakan sarung tangan untuk sekali pakai. Jika menggunakan sarung tangan pakai ulang, maka sarung tangan harus melalui proses dekontaminasi setelah dipakai, kemudian dicuci selanjutnya sarung tangan 49 Universitas Sumatera Utara disterilisasi atau di DTT. Untuk sarung tangan pakai ulang sebaiknya tidak lebih dari 3 kali pakai ulang karena memungkinkan terjadi kebocoran kecil yang tidak tampak dengan mata telanjang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gisca 2009 di Rumah Sakit ethanol Palembang, tentang pengetahuan dan tindakan bidan untuk mengendalikan kejadian infeksi, mendapati bahwa sebagian besar bidan mempunyai pengetahuan yang baik tentang pengendalian infeksi yang diaplikasikan melalui tindakan dengan baik pula dalam melaksanakan pemakaian sarung tangan untuk mengendalikan kejadian infeksi di Rumah sakit Ethanol Palembang. Tenosis 2001, juga menyatakan bahwa menggunakan sarung tangan dalam melakukan tindakan terbukti sangat efektif untuk mencegah kontaminasi pada tangan petugas yang menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Tabel 5.5 untuk penggunaan teknik asepsis atau aseptik dengan pernyataan petugas menggunakan tindakan antisepsis dengan menggunakan larutan antiseptik diketahui sebagian besar bidan belum melakukannya. Menurut Tietjen 2004, petugas atau bidan harus melakukan tindakan antisepsis dengan menggunakan larutan antiseptik yang dirancang untuk menyingkirkan sebanyak mungkin mikroorganisme tanpa merusak atau mengiritasi kulit atau lapisan mukosa dimana zat tersebut digunakan. Karena kulit tidak mungkin disterilisasi, menyiapkan kulit dengan larutan antiseptik meminimalkan jumlah mikroorganisme yang mungkin akan mengkontaminasi luka pembedahan dan menyebabkan terjadinya infeksi. Semua jenis antiseptik dapat tercemar. Mikroorganisme yang mencemari antiseptik diantaranya stafilokokus, basil gram negatif dan beberapa indospora. 50 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6 untuk pemprosesan alat bekas pakai pada pernyataan benda-benda yang terbuat dari plastik karet dicuci terpisah dengan peralatan dari logam, berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden tidak melakukannya. Hal ini sangat beresiko untuk rusaknya peralatan yang terbuat dari karet karena tergesek dengan peralatan yang terbuat dari logam sehingga peralatan dari karet tersebut tidak layak digunakan untuk pertolongan persalinan. Menurut Rutala 1993 pemprosesan alat bekas pakai dengan upaya pencegahan infeksi direkomendasikan melalui tiga langkah pokok yaitu : 1. Dekontaminasi 2. Pencucian dan pembilasan 3. Sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi. Tabel 5.7 untuk penanganan benda tajam, pada pernyataan jika benda- benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insinerasi, bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5 , tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian dikuburkan, berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden belum melakukannya. Hal ini sangat beresiko untuk terjadinya kontaminasi sampah medis terhadap lingkungan. Tabel 5.8 untuk pengelolaan sampah medik, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan. Pada pernyataan petugas menyediakan tempat sampah medis dan tempat sampah kering yang kedap air dan pernyataan petugas memisahkan antara sampah medis dengan sampah kering, sebagian besar responden belum melakukannya. Menurut Mujeeb 2003, setelah selesai melakukan suatu tindakan dalam asuhan persalinan dan sebelum melepaskan sarung tangan letakkan sampah terkontaminasi kasa, gulungan kapas, perban, dan lain-lain ke dalam tempat 51 Universitas Sumatera Utara sampah kedap air kantung plastik, sebelum dibuang. Hindarkan terjadinya sampah terkontaminasi dengan permukaan luar kantung. Pembuangan secara benar untuk benda-benda tajam terkontaminasi adalah dengan menempatkannya dalam wadah tahan bocor misalkan botol air mineral dari plastik atau botol infus, kotak karton yang tebal atau wadah yang terbuat dari logam. 52 Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan di BPS wilayah Kota Banda Aceh tahun 2012, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan dalam hal : a. Prosedur cuci tangan menunjukkan bahwa semua responden sudah melakukan 3 dari 5 pernyataan yaitu membasahi tangan dengan air bersih dan mengalir, menggosok kedua tangan dengan kuat dan menggunakan sabun selama 10 – 15 detik dan membilas tangan dengan air bersih. b. Pemakaian sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya menunjukkan bahwa semua responden sudah melakukan 2 dari 4 pernyataan yaitu menggunakan sarung tangan yang steril pada saat melakukan pemeriksaan dalam vagina tuse dan menggunakan sarung tangan pada saat membersihkan percikan darah cairan tubuh. c. Penggunaan teknik asepsis dan aseptik sebagian besar responden belum melakukannya. d. Pemprosesan alat bekas pakai semua responden sudah melakukan 7 dari 14 pernyataan yaitu menggunakan sarung tangan karet yang tebalsarung tangan rumah tangga dari lateks, menggunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran dari instrument, mencuci setiap benda sedikitnya 3 kali dengan air dan sabun, membilas benda yang telah dicuci dengan bersih, selagi masih memakai sarung tangan mencuci sarung tangan dengan air dan sabun kemudian dibilas 53 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

1 35 78

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 31 64

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 1

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 12

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 2

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 5

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pencegahan Infeksi - Pelaksanaan Pencegahan Infeksi pada Saat Pertolongan Persalinan di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012

0 0 23

PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA SAAT PERTOLONGAN PERSALINAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA WILAYAH KOTA BANDA ACEH

0 1 10