Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat
OLEH BIDAN PRAKTEK SWASTA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SEI AGUL KECAMATAN
MEDAN BARAT
DAMAYANTI 145102171
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D- IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
(4)
PELAKSANAAN PENCEGAHAN PENYEBARAN INFEKSI PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTEK SWASTA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI AGUL KECAMATAN MEDAN BARAT TAHUN 2015
ABSTRAK
DamayantiLatar belakang: Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau kilink bersalin, dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi. Kejadian infeksi dapat dicegah dan diminimalkan dengan melaksanakan tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan asuhan pertolongan persalinan, karena semua ibu bersalin sangat mengharapkan proses persalinan yang aman, bersih dan sehat sesuai dengan pilar ketiga Safe Motherhood, yang merupakan aspek ketiga dari lima benang merah asuhan persalinan yang dikategorikan sebagai asuhan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan
Tujuan: Untuk mengetahui pelaksanaan pencegahan penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh bidan.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan populasi 10 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, dimana seluruh popolasi dijadikan sampel.
Hasil: tindakan pencegahan infeksi menunjukan rata-rata nilai 26,30 (SD: 2,21), dimana mayoritas responden (80,0%) melakukan pencegahan infeksi dan hanya kurang dari seperempat responden (20,0%) tidak melakukan pencegahan infeksi.
Kesimpulan: Tindakan pencegahan infeksi berupa cuci tangan menunjukan rata-rata nilai 4,70 (sd:0,84), tindakan pencegahan infeksi berupa pemakaian sarung tangan menunjukan rata-rata nilai 3,90 (sd: 0,99), tindakan pencegahan infeksi berupa penggunaan peralatan tajam secara aman menunjukan rata-rata nilai 3,50 (sd: 0,52), tindakan pencegahan infeksi berupa pemrosesan alat bekas pakai menunjukan rata-rata nilai 8,40 (sd: 0,69), dan tindakan pencegahan infeksi berupa pengelolaan sampah medik menunjukan rata-rata nilai 5,80 (sd: 0,63)
(5)
BY PRIVATE PRACTICE MIDWIFE WORKING IN THE HEALTH CENTER SEI AGUL SUBDISTRIC
MEDAN WEST 2015 ABSTRACT
Damayanti
Background: Infection is one of the main causes of high mortality rate of mothers and newborns. Mothers who receive medical and health services, either at the hospital or birthing kilink, exposed to the risk of infection. The incidence of infection can be prevented and minimized by implementing infection prevention measures in providing care delivery assistance, because all maternity is expecting the birth process that is safe, clean and healthy in accordance with the three pillars of Safe Motherhood, which is the third aspect of the five red yarn delivery care are categorized as care delivery assistance by health workers or midwives.
Objective: To investigate the implementation of the prevention of the spread of infection in the process of aid delivery by a midwife.
Methods: The study design used is descriptive research with cross sectional approach with a population of 10 respondents. Sampling technique is total sampling, which all popolasi sampled.
Results: infection prevention measures showed an average value of 26.30 (SD: 2.21), where the majority of respondents (80.0%) the prevention of infection and only less than a quarter of respondents (20.0%) did not perform infection prevention.
Conclusion: infection prevention measures such as hand washing indicates an average value of 4.70 (sd: 0.84), infection prevention measures such as the use of gloves showed an average value of 3.90 (sd: 0.99), infection prevention measures such as the use of sharp tools safely show the average value of 3.50 (sd: 0.52), infection prevention measures such as the processing of used equipment showed an average value of 8.40 (sd: 0.69), and infection prevention measures such as medical waste management shows the average value of 5.80 (sd: 0.63)
(6)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah KerjaPuskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015”
Adapun tujuan dari penyelesaian Karya Tulis ini, merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program D-IV Bidan pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis ini, berbagai pihak turut memberikan bantuan, atau bimbingan. Untuk itu, pada kesempatan yang berharga ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universita Sumatera Utara.
3. Ikhsanudin A.Harahap, S.Kp, MNS, CWCCA selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah, yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian Proposal ini. 4. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang telah ikut membantu dalam penyusunan proposal Proposal ini.
5. Seluruh teman mahasiswa DIV bidan pendidik yang telah menyumbangkan saran dalam menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
(7)
Penulis menyadari, bahwa Karya Tulis ini masih belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Proposal ini, agar dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Juli 2015 Penulis
(8)
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI. ... iv
DAFTAR SKEMA ... vi
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Perumusan Masalah ... 3
3. Tujuan Penelitian ... 4
4. Manfaat Penelitian ... 5
4.1 Bagi Praktek Kebidanan ... 5
4.2 Bagi penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
1. Pencegahan Infeksi ... 6
1.1 Definisi Tindakan- tindakan Pencegahan Infeksi ... 6
1.2 Tujuan Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi ... 7
1.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi ... 7
2. Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi ... 8
2.1 Cuci Tangan ... 8
2.2 Memakai Sarung Tangan ... 10
2.3 Menggunakan Teknik Aseptik ... 10
2.4 Memproses Alat Bekas Pakai ... 12
2.5 Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman ... 19
2.6 Menjaga Kebersihan dan Pengelolaan Sampah ... 20
BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 22
1. Kerangka Konsep... 22
2. Defenisi Operasional ... 23
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 24
(9)
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
3. Lokasi Penelitian... 24
4. Waktu Penelitian ... 24
5. Etika Penelitian ... 25
6. Instrumen Penelitian ... 26
7. Pengumpulan Data ... 27
8. Analisa Data ... 28
BAB V HASIL DAN EMBAHASAN ... 30
A. Hasil ... 30
B. Pembahasan ... 39
BABVI KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
A. Kesimpulan ... 40
B. Saran ... 40
(10)
v
DAFTAR SKEMA
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional...23 Tabel 5.1 Distribusi Umur Responden yang Melakukan tindakan pencegahan infeksi di
Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015...31 Tabel 5.2 Distribusi Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi oleh Bidan di Wilayah
Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015...32 Tabel 5.3 Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi Pencegahan Penyebaran Infeksi oleh Bidan
di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015... 32 Tabel 5.4 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa
Pemrosesan alat bekas pakai Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 ...33 Tabel 5.5 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa
Pengelolaan sampah medik Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 ...35 Tabel 5.6 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Berupa Cuci
Tangan oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 ...36 Tabel 5.7 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa
penggunaan sarung tangan Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015... 37 Tabel 5.8 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Berupa
Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015... 38
(12)
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Menjadi RespondenLampiran 2 Data Demografi Responden Lampiran 3 Lembar Checklist
Lampiran 5 SPSS
(13)
PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTEK SWASTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI AGUL KECAMATAN
MEDAN BARAT TAHUN 2015
ABSTRAK
Damayanti
Latar belakang: Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau kilink bersalin, dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi. Kejadian infeksi dapat dicegah dan diminimalkan dengan melaksanakan tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan asuhan pertolongan persalinan, karena semua ibu bersalin sangat mengharapkan proses persalinan yang aman, bersih dan sehat sesuai dengan pilar ketiga Safe Motherhood, yang merupakan aspek ketiga dari lima benang merah asuhan persalinan yang dikategorikan sebagai asuhan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan
Tujuan: Untuk mengetahui pelaksanaan pencegahan penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh bidan.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan populasi 10 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, dimana seluruh popolasi dijadikan sampel.
Hasil: tindakan pencegahan infeksi menunjukan rata-rata nilai 26,30 (SD: 2,21), dimana mayoritas responden (80,0%) melakukan pencegahan infeksi dan hanya kurang dari seperempat responden (20,0%) tidak melakukan pencegahan infeksi.
Kesimpulan: Tindakan pencegahan infeksi berupa cuci tangan menunjukan rata-rata nilai 4,70 (sd:0,84), tindakan pencegahan infeksi berupa pemakaian sarung tangan menunjukan rata-rata nilai 3,90 (sd: 0,99), tindakan pencegahan infeksi berupa penggunaan peralatan tajam secara aman menunjukan rata-rata nilai 3,50 (sd: 0,52), tindakan pencegahan infeksi berupa pemrosesan alat bekas pakai menunjukan rata-rata nilai 8,40 (sd: 0,69), dan tindakan pencegahan infeksi berupa pengelolaan sampah medik menunjukan rata-rata nilai 5,80 (sd: 0,63)
(14)
PREVENTION OF THE SPREAD OF INFECTION IN PROCESS AID DELIVERY BY PRIVATE PRACTICE MIDWIFE WORKING IN
THE HEALTH CENTER SEI AGUL SUBDISTRIC MEDAN WEST 2015
ABSTRACT Damayanti
Background: Infection is one of the main causes of high mortality rate of mothers and newborns. Mothers who receive medical and health services, either at the hospital or birthing kilink, exposed to the risk of infection. The incidence of infection can be prevented and minimized by implementing infection prevention measures in providing care delivery assistance, because all maternity is expecting the birth process that is safe, clean and healthy in accordance with the three pillars of Safe Motherhood, which is the third aspect of the five red yarn delivery care are categorized as care delivery assistance by health workers or midwives.
Objective: To investigate the implementation of the prevention of the spread of infection in the process of aid delivery by a midwife.
Methods: The study design used is descriptive research with cross sectional approach with a population of 10 respondents. Sampling technique is total sampling, which all popolasi sampled.
Results: infection prevention measures showed an average value of 26.30 (SD: 2.21), where the majority of respondents (80.0%) the prevention of infection and only less than a quarter of respondents (20.0%) did not perform infection prevention.
Conclusion: infection prevention measures such as hand washing indicates an average value of 4.70 (sd: 0.84), infection prevention measures such as the use of gloves showed an average value of 3.90 (sd: 0.99), infection prevention measures such as the use of sharp tools safely show the average value of 3.50 (sd: 0.52), infection prevention measures such as the processing of used equipment showed an average value of 8.40 (sd: 0.69), and infection prevention measures such as medical waste management shows the average value of 5.80 (sd: 0.63)
(15)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kematian maternal dan perinatal merupakan masalah besar, khususnya dinegara sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara berkembang, sedangkan dinegara maju hanya 1-2%. Sebenarnya kematian itu dapat dicegah apabila dapat diberikan pertolongan yang adekuat (Manuaba, 2010).
Word Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil dan bersalin setiap tahunnya. Di Amerika Utara 1:6 wanita diperkirakan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Negara Afrika 1:4, sedangkan di Asia Selatan 1:18. Sementara di Malasia Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 39 per 100 000 kelahiran hidup, Singapura 6 per 100. 000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Filiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup dan Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup (Zoelkifly, 2007).
Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan AKI paling tinggi di Asia. Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007-2008 kematian ibu hamil dan bersalin mencapai 265 per 100.000 kelahiran hidup. Dari beberapa kota di Indonesia seperti di Jawa dan di Bali kematian maternal mencapai 0,7% dari AKI secara nasional per tahunnya. Penyebab utama kematian ibu, disebabkan oleh perdarahan postpartum(55-70%), partus lama hingga kejadian infeksi 15-20% dan kasus eklampsia (10-15%) (Barata, 2008).
(16)
2
adalah 265 per 100. 000 kelahiran hidup (Dinkes Propsu, 2008). Penyebab tingginya angka kematian ibu di Sumatera Utara disebabkan oleh perdarahan, yang diperkirakan setiap bulan mencapai 150 kasus, kemudian komplikasi persalinan (45%), retensio plasenta (21%), robekan jalan lahir partus lama (11%), komplikasi selama nifas (5%), infeksi (4%) (Dinkes Propsu, 2008).
Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau kilink bersalin, dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi (Saifuddin, 2004). Kejadian infeksi dapat dicegah dan diminimalkan dengan melaksanakan tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan asuhan pertolongan persalinan, karena semua ibu bersalin sangat mengharapkan proses persalinan yang aman, bersih dan sehat sesuai dengan pilar ketiga Safe Motherhood, yang merupakan aspek ketiga dari lima benang merah asuhan persalinan yang dikategorikan sebagai asuhan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan (Saifudin, 2004)
Tindakan pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan yang lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir, dan harus dilaksanakan secara rutin dan komprehensif pada saat memberikan asuhan pelayanan kebidanan. Tepatnya saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal, persalinan dan paska persalinan. Tindakan ini harus diterapkan dalam aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga dan penolong persalinan (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007).
Infeksi dapat ditularkan melalui darah, sekret vagina, cairan amnion dan cairan tubuh serta ketidaksterilan peralatan yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pada saat melakukan proses pertolongan persalinan. Maka setiap petugas yang bekerja di lingkungan yang terpapar dengan hal-hal tersebut, mempunyai
(17)
resiko untuk tertular, dan menularkan, bila tidak melaksanakan tindakan pencegahan infeksi (Sarwono, 2008).
Bidan sebagai salah satu petugas kesehatan dan penolong persalinan yang profesional, dalam memberikan asuhan kebidanan, sangat berkemungkinan untuk ditulari dan menularkan kuman dari dan kepada kliennya yang dapat menimbulkan terjadinya infeksi. Oleh karena itu, prinsip pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi harus tetap dilaksanakan dan ditingkatkan, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk mencegah dan mengurangi kejadian morbiditas hingga mortalitas (Mustika, 2006).
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa ibu bersalin sangat membutuhkan pertolongan persalinan yang sehat, dan bebas dari infeksi. Maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan yang dilakukan oleh Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja uuskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat, yang meliputi prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan, penggunaan teknik aseptik, pemrosesan alat bekas pakai, penanganan peralatan tajam dengan aman, dan kebersihan lingkungan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian. Bagaimana pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi pada pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015?
(18)
4
3. Tujuan Penelitian 3.1Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
3.2Tujuan Khusus
3.2.1 Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan cuci tangan pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
3.2.2 Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pemakaian sarung tangan pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
3.2.3 Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan penggunaan peralatan tajam pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015. 3.2.4 Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pemrosesan alat bekas pada
proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
3.2.5 Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pengelolaan sampah medik pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
(19)
4. Manfaat Penelitian
4.1 Bagi Praktek Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan atau ide-ide baru dalam menerapkan ilmu pelayanan dalam praktek kebidanan, khususnya tentang pencegahan penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan.
4.2 Bagi Penelitian
Sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian-penelitian lain atau yang serupa, yang tentunya berkaitan dengan proses pencegahan penyebaran infeksi.
(20)
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi resiko infeksi karena bakteri, virus dan jamur untuk menurunkan penularan penyakit- penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan cara pengobatannya, seperti Hepatitis dan HIV/AIDS (Sarwono, 2008).
1.1 Definisi Tindakan- tindakan Pencegahan Infeksi
1.1.1 Asepsis atau teknik merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan semua asuhan yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh dan berpotensi menimbulkan penyakit.
1.1.2 Antisepsis mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara menumbuhkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
1.1.3 Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah maupun cairan.
1.1.4 Mencuci dan membilas adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing (debu/ kotoran) dari kulit atau peralatan.
(21)
1.1.5 Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda- benda mati atau instrumen.
1.1.6 Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora dengan cara merebus atau kimiawi.
1.1.7 Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit) termasuk endospora bakteri dari benda- benda mati atau instumen (Hidayat, 2010).
1.2 Tujuan Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
1.2.1 Untuk meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
1.2.2 Untuk menurunkan resiko penularan penyakit yang mematikan, seperti Hepatitis dan HIV/AIDS.
Di masa lalu, tujuan utama PI adalah untuk mencegah infeksi serius pascabedah. Meskipun infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di banyak negara, munculnya HIV/AIDS dan masalah berkelanjutan yang terkait dengan hepatitis telah mengubah secara dramatis fokus pencegahan infeksi. Karena HIV dan hepatitis makin sering terjadi, resiko terinfeksi penyakit- penyakit tersebut semakin meningkat (JNPK-KR, 2007).
1.3 Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
1.3.1 Setiap orang, baik ibu, bayi baru lahir, dan penolong persalinan harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik atau tanpa gezala.
(22)
8
1.3.3 Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh seperti selaput mukosa atau darah, harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
1.3.4 Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
1.3.5 Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin kejadiannya dengan melaksanakan prosedur tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (Sarwono, 2008). 2. Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
Ada berbagai tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu yang lain yang dapat menyebarkan infeksi, yaitu pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi dengan cara melakukan tindakan-tindakan esensial sebagai berikut : Cuci tangan, memakai sarung tangan, menggunakan teknik aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah sampah secara benar) (Sarwono,2008).
2.1 Cuci Tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan timbulnya infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Prosedur cuci tangan menurut Depkes RI, 2004 meliputi : 2.1.1 Melepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan. 2.1.2 Membasahi tangan dengan air bersih dan air mengalir.
2.1.3 Menggosok dengan kuat kedua tangan dengan menggunakan sabun biasa atau yang mengandung anti mikroba selama 10 sampai 15 detik (pastikan
(23)
sudah menggosok sela-sela jari) Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
2.1.4 Membilas tangan dengan air bersih dan mengalir.
2.1.5 Membiarkan tangan kering dengan diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
2.1.6 Bila menggunakan sabun padat misalnya sabun batangan, gunakan dalam potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah yang berlubang- lubang untuk mencegah air menggenangi sabun tersebut.
2.1.7 Jangan mencuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah berisi air meskipun air tersebut sudah ditambah larutan antiseptik, karena Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam larutan tersebut.
2.1.8 Bila tidak tersedia air mengalir :
1) Menggunakan ember tertutup dengan kran yang bisa ditutup pada saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika ingin membilas.
2) Menggunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir. 3) Minta orang lain menyiramkan air ke tangan.
4) Menggunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba berbahan dasar alkohol atau campuran bahan alkohol 60-90% kira-kira 100 mL dengan 2 mL gliserin. Kemudian menggosok kedua tangan hingga kering cara ini diulangi sampai tiga kali.
(24)
10
2.1.10 Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan, kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di
kamar mandi. 2.2 Memakai Sarung Tangan
Pemakaian sarung tangan dilakukan apabila melakukan tindakan klinik, apabila memegang alat medik dan membuang sampah medik. Untuk setiap pasien harus digunakan sarung tangan yang berbeda guna mencegah kontaminasi silang dan apabila sarung tangan bekas pakai akan di gunakan lagi maka harus di dekontaminasi terlebih dahulu dengan merendam dalam larutan klori 0,5% selama 10 menit kemudian dicuci, selanjutnya sarung tangan dikeringkan dengan otoklaf atau didisinfeksi tingkat tinggi dengan menguapkan atau merebus (Safudin, 2013).
prosedur pelaksanaan tindakan yang memerlukan penggunaan sarung tangan menurut JNPK-KR, 2007diantaranya:
2.2.1 Menghisap lendir dari jalan napas bayi baru lahir 2.2.2 Menolong persalinan dan kelahiran bayi.
2.2.3 Menjahit laserasi atau episiotomi.
2.2.4 Membersihkan percikan darah atau cairan tubuh
2.2.5 Memegang dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi 2.2.6 Memegang sampah yang terkontaminasi.
2.3Memproses Alat Bekas Pakai
Pemrosesan peralatan yang telah bekas pakai, baik terbuat dari logam, maupun plastik, ataupun benda-benda lainnya, dalam upaya pencegahan infeksi. Pemrosesan alat bekas pakai diproses melalui tiga tingkatan yaitu :
(25)
2.3.1 Dekontaminasi
Dekontaminasi adalahtindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Peralatan medis, sarung tangan, dan permukaan (seperti meja pemeriksaan harus di dekontaminasikan segera setelah terpapar darah atau cairan tubuh, larutan yang digunakan adalah klorin 0,5% selama 10 menit (Sarwono, 2008).
Gambar 2.1 Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair.
Periksa kepekatan (% konsetrat) dari produk klorin yang digunakan Tentukan jumlah bagian air yang digunakan dengan menggunakan tabel 10-1 atau rumus dibawah ini:
Jumlah Bagian Air =
Diinginkan Yang Larutan % Konsentrat Larutan % - 1
Campur 1 bagian konsentrat pemutih dengan jumlah bagian air yang dibutuhkan.
Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5% Jumlah Bagian Air =
% 5 , 0 % 5
- 1 = 10 – 1 = 9
Tambahkan 9 bagian air ke dalam 1 bagian larutan klorin . Catatan : Air tidak perlu dimasak
Sumber : (saifudin,2004).
Gambar 2.2 Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% dari bubuk klorin kering.
Jumlah Bagian Air =
Konsentrat % inginkan di yang Larutan % x1000 Contoh: Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari bubuk klorin yang bisa
melepaskan klorin (seperti kalsum hipoklorida) yang mengandung 35% klorin.
(26)
12
2.3.2 Pencucian dan Pembilasan
Pencucian dan Pembilasan Pencucian adalah langkah pertama paling efektif untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan dan perlengkapan yang kotor yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya, jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah dikontaminasi. Bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci tangan dengan seksama secepat mungkin (Depkes RI, 2004).
Seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.1, sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan- bahan organik lain nya bisa dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan ganggren, pencucian ini penting karena residu bahan- bahan organik bisa menjadi tempat kolonialisasi mikroorganisme (termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi atau disinfeksi kimiawi. Sebagai contoh virus hepatitis B bisa tetap hidup pada darah yang hanya 10-8 ml (yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa) dan bisa menyebabkan infeksi jika terpercik ke mata. Jika perlengkapan untuk sterilisasi tidak tersedia, pencucian yang seksama merupakan proses fisik satu- satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora bakteri (Depkes RI, 2004).
(27)
Tabel 2.1 Efektivitas berbagai proses eradikasimikoorganisme pada alat bekas pakai
Dekontaminasi Pencucian (hanya air)
Pencucuian (deterjen
dan pembilasan)
DTT Sterilisasi
Efektivitas menghilan gkan atau menon-aktifkan mikro organisme Membunuh virus AIDS dan Hepatitis Hingga 50% Hingga 80%
95% 100%
Waktu kerja yang diperlukan agar proses berjalan aktif Rendam selama 10 menit Cuci hingga bersih Cuci hingga terlihat bersih Rebus kukus atau secara kimia wi 20 menit Kukus : 20-30 menit 106 kPa, 1210C Panas kering : 60 menit pada suhu 1700C Sumber : (JNPK-KR, 2007).
Tahap-tahap pencucian dan pembilasan menurut Depkes RI, 2004 meliputi : 1) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.
2) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi.
3) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam.
4) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dengan tahapan sebagai berikut: 4.1) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah
(28)
14
4.3) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan pojok peralatan.
4.4) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan.
4.5) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih jika perlu dengan air dan sabun atau deterjen.
4.6) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih. 5) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
6) Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT.
7) Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi secara dengan cara dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.
8) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan menggunakan air bersih. 9) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara
diangin-anginkan.
2.3.3 Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi
Sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme, sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT adalah satu - satunya alternatif untuk situasi tersebut dan bisa dicapai dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. Perebusan sering kali merupakan metode yang paling sederhana dan efesien (Depkes RI, 2004).
(29)
Disinfeksi tingkat tinggi dengan cara merebus, mengukus dan secara kimiawi menurut Depkes RI, 2004 meliputi:
1) DTT dengan cara merebus.
1.1) Gunakan panci dengan penutup yang rapat 1.2) Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
1.3) Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam di dalam air
1.4) Mulai panaskan air
1.5) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih
1.6) Jangan tambahkan apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai.
1.7) Rebus selama 20 menit
1.8) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan.
1.9) Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi berpenutup. Peralatan bisa disimpan sampai 1 minggu asalkan penutupnya tidak dibuka
2) DTT dengan uap panas
2.1) Setelah sarung tangan dodekontaminasi dan di cuci, maka sarung tangan ini siap untuk DTT dengan uap tanpa diberi talek
2.2) Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan pengukus.
2.3) Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai sarung tangan dapat dipakai tanpa membuat terkontaminasi baru.
(30)
16
pengukus, letakkan 5-15 pasang sarung tangan bagian jarinya mengarah ke tengah nampan.
2.5) Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor. 2.6) Letakkan penutup di atas di atas nampan pengukus paling atas dan
panaskan air hingga mendidih.
2.7) Jika uap mulai keluar dari celah-celah antara panci pengukus, mulailah penghitungan waktu. Kukus sarung tangan selam 20 menit, buka tutup panci dan letakkan dalam posisi terbalik. Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar.
2.8) Biarkan sarung tangan kering dan diangin-anginkan sampai kering di dalam nampan selama 4-6 menit. Jika diperlukan segera. Biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab. 2.9) Jika sarung tangan tidak akan segera dipakai, setelah kering,
gunakan penjepit untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan tersebut pada wadah desinfeksi tingkat tinggi lalu tutup rapat. Sarung tangan tersebut bisa disimpan selama 1 minggu. 3) DTT dengan cara kimiawi
Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid. Klorin tidak bersifat korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama
(31)
20 menit maka peralatan yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang. Langkah-langkah pada DTT kimiawi:
3.1) Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi dan cuci bilas).
3.2) Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia. 3.3) Rendam peralatan selama 20 menit.
3.4) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah DTT yang berpenutup.
3.5) Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang berpenutup rapat.
Gambar 2.3 Pemrosesan alat bekas pakai
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0,5% Selama 10 menit
CUC DAN BILAS
Gunakan deterjen dan sikat
Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam
Metode yang dipilih Metode alternatif
STERILISASI DTT
Otoklaf Panas Kering Rebus / Kukus Kimiawi
DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN
(Peralatan yang sudah diproses biasa disimpan dalam wadah tertutup yang 106 kPa
1210C
30 menit jika terbungkus 20 menit jika tidak
terbungkus
1700C
60 menit
Panci tertutup 20 menit
Rendam 20 menit
(32)
18
2.4 Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman
Luka tusuk benda tajam (misalkan jarum) merupakan salah satu alur utama infeksi HIV dan Hepatitis B di antara para penolong persalinan. Oleh karena itu, perhatikan pedoman berikut:
2.4.1 Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan menggunakan “daerah aman” yang sudah ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam).
2.4.2 Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak sengaja.
2.4.3 Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba ujung jarum atau memegang jarum jahit dengan tangan.
2.4.4 Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah dua pertiga penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda tajam yang sudah disegel harus dibakar dalam insinerator.
2.4.5 Jika benda-benda tajam tidak dapat dibuang secara aman dengan cara insenerasi, bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian kuburkan. Cara melakukan teknik satu tangan menurut JNPK-KR, 2007 terdiri dari:
1) Letakkan penutup jrum pada permukaan yang keras dan rata.
2) Pegang tabung suntik dengan satu tangan dan gunakan ujung jarum untuk “mengait” penutup jarum. Jangan memegang penutup jarum
dengan tangan lainnya.
3) Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah jarum dan gunakan tangan yang lain untuk merapatkan penutupnya
(33)
2.5 Menjaga kebersihan (termasuk pengelolaan sampah sampah secara benar) Maksud dari pengelolaan sampah adalah melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan, melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan, mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitar, dan membuang bahan-bahan berbahaya dengan aman (Saifudin, 2004)
Sampah terdiri dari yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka penelitian difokuskan kepada sampah terkontaminasi (darah, nanah, urin, kotoran manusia, dan benda-benda yang tercemar oleh cairan tubuh) yang berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut, termasuk anggota masyarakat
Pengelolaan sampah terkontaminasi menurut JNPK-KR, 2007 meliputi :
2.5.1 Setelah selesai melakukan suatu tindakan dan sebelum melepaskan sarung tangan, letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dan lain-lain) ke dalam tempat sampah kedap air/kantong plastik sebelum dibuang.
2.5.2 Hindarkan terjadinya kontak sampah terkontaminasi dengan permukaan luar kantong.
2.5.3 Pembuangan benda-benda tajam yang terkontaminasi dengan menempatkannya dalam wadah tahan bocor (misalnya botol air mineral dari plastik atau botol infus), kotak karton yang tebal atau wadah yang terbuat dari logam.
2.5.4 Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya.
(34)
20
2.5.6 Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi debu.
2.5.7 Bersihkan tempat tidur, meja, dan troli dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen.
2.5.8 Seka celemek dengan klorin 0,5%.
2.5.9 Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai dengan campuran klorin 0,5% dan deterjen.
2.5.10 Gunakan sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks.
2.5.11 Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah terkumpulnya debu. Bila terpercik darah segera bersihkan dengan klorin 0,5%.
(35)
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan teoritis penelitian tentang pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat, yang diteliti yaitu pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi yang meliputi: cuci tangan, memakai sarung tangan, penggunaan peralatan tajam dengan aman, pemrosesan alat bekas pakai, dan pengelolaan sampah medik, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Skema 3.1 Kerangka Konsep proses pertolongan
persalinan
Pelaksanaan Pencegahan Penyebaran Infeksi
1. Cuci tangan 2. Memakai sarung
tangan 3. Penggunaan
peralatan tajam dengan aman 4. Pemprosesan alat 5. Kebersihan dan
pengelolaan sampah medik
(36)
22
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi operasional.
No Variabel Defenisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala Ukur 1. Pelaksanaan
pencegahan penyebaran infeksi
Seperangkat tindakan bidan pada saat
pertolongan persalinan untuk mencegahan komplikasi berupa infeksi pada ibu bersalin, bayi baru lahir, dan penolong persalinan.
Melakukan Observasi yang terdiri dari 29 item pernyataan dengan skala gutmant dikategorikan untuk jawaban melakukan: 1 tidak melakukan
: 0 Dikatakan melakukan pencegahan infeksi apabila bidan melaksanakan ≥85% dari 29 item observasi
Nominal
1. Cuci tangan, yaitu Cara-cara yang dilakukan untuk membersihkan tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
Cheklist a. Melakukan:1 b. tidak
melakukan: 0
Nominal
2. pemakaian sarung tangan, yaitu Penggunaan sarana proteksi berupa sarung tangan pada saat memberikan asuhan kebidanan
Cheklist a. Melakukan:
1 b. tidak melakukan: 0 Nominal 3. penggunaan peralatan tajam dengan aman, yaitu Penggunaan sarana peralatan tajam secara aman berupa jarum suntik pada saat memberikan asuhan kebidanan
Cheklist a. Melakukan:
1 b. tidak
melakukan: 0
(37)
4. Pemrosesan alat bekas pakai, yaitu Cara yang dilakukan untuk membersihkan dan menjaga
sterilitas instrumen medik.
Cheklist a. Melakukan:
1 b. tidak
melakukan: 0”.
Nominal
5. kebersihan dan pengelolaan sampah medik, yaitu Cara yang dilakukan untuk membersihkan dan memproses sampah
terkontaminasi
Cheklist a. Melakukan:
1 b. tidak
melakukan: 0
(38)
24 BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah kerja Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang melakukan pertolongan persalinan di wilayah kerja puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat sebanyak 10 bidan.
2.2 Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 10 bidan. 3. Lokasi Penelitian
Penelitan ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Untuk mengetahui pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh bidan pada tahun 2015.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan setelah lulus ujian proposal dan berlangsung pada bulan April 2015.
(39)
5. Etika Penelitian 5.1Manfaat
Penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal yang bisa merugikan subjek dalam bentuk apapun.
5.2Menghargai Hak Asasi Manusia ( Respect Human Dignity)
5.2.1 Hak untuk ikut/ tidak menjadi responden (right to self-determination), dimana subjek harus dipersiapkan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun.
5.2.2 Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure), dimana seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek. 5.2.3 Informed consent, yaitu subyek harus mendapatkan informasi secara
lengkap tentang tujuan enelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas perpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
5.3Keadilan (Right to Justice)
5.3.1 Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair tratment), yaitu subjek harus diperlakukan secara adil dan baik sebelum, selama, dan sesudah keikutsertaan nya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
(40)
26
5.3.2 Hak dijaga kerahasiaannya (Right to privacy), yaitu subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anonymity (tanpa nama) dan confidentiality (rahasia)
7. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi sebagai alat pengumpulan data, yaitu dengan cara mengamati setiap tindakan yang dilakukan untuk pencegahan penyebaran infeksi dengan menggunakan lembar cheklist. Item obsevasi terdiri dari 29 pernyataan, dengan pilihan jawaban yaitu melakuan dan tidak melakukan suatu tindakan, yaitu pernyataan disusun berdasarkan pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan, yang meliputi tindakan cuci tangan 5 item observasi, pemakaian sarung tangan 5 item observasi, penggunaan peralatan tajam 4 item observasi, pemrosesan alat bekas pakai 9 item observasi dan pengelolaan sampah medik (termasuk kebersihan dan kerapian) masing-masing 6 item observasi.
Pernyataan item observasi disusun berdasarkan skala Guttman yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas dan konsisten, jika tindakan dilakukan diberi skor 1 dan dan jika tindakan tidak dilakukan diberi skor 0. Dari hasil perolehan skor maka kategori penilaian dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu dilakukan dan tidak dilakukan.
8. Pengumpulan Data
8.1 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yaitu Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat.
8.2 Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti setelah mendapat surat ijin penelitian dari Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.
(41)
8.3 Mengajukan surat permohonan ijin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan.
8.4 Melakukan pendekatan kepada masing-masing responden
8.5 Menanyakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela.
8.6 Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (Informed Consent).
8.7 Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden
8.8 Peneliti mengamati setiap tindakan yang dilakukan oleh bidan dalam proses pencegahan penyebaran infeksi pada proses persalinan sesuai dengan item dan memberi penilaian.
8.9 Peneliti memeriksa kelengkapan data secara keseluruhan, sehingga data yang diperoleh terpenuhi, kemudian dianalisis.
9. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah Analisis Univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendriskipsikan karaktristik setiap variabel penelitian. Analisis ini berfungsi untuk meringkas data dari hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Setiap variabel dianalisa dengan statistik deskriptif untuk dapat mendeskripsikan pelaksaan pencegahan penyebaran infeksi yang dilakukan oleh bidan, terdiri dari 29 item observasi.
(42)
28 BAB V
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan pelaksanaan pencegahan penyebaran infeksi oleh bidan di wilayah kerja puskesmas sei agul kecamatan medan barat. Hasil penelitian disajikan sebagai berikut.
1. Karakteristik Responden Penelitian
Hasil penelitian berdasarkan usia menunjukan rata-rata usia responden adalah 31,7 tahun (SD: 11,73), dimana lebih dari setengah responden (60,0%) berusia dewasa muda (20-35 tahun). Berdasarkan lamanya bekerja, rata-rata lama bekerja responden adalah 7,2 tahun (SD: 5,63), dimana hampir setengah responden (40,0%) telah bekerja selama kurang dari 5 tahun, 5 sampai 15 tahun (30,0%) dan lebih dari 15 tahun (30,0%). Berdasarkan pendidikan terakhir, mayoritas responden (90,0%) berpendidikan Diploma DIII Kebidanan. Distribusi Frekuensi dari karakteristik responden dapat terlihat pada tabel 5.1 dibawah.
Tabel 5.1 Distribusi karakteristik Responden yang Melakukan tindakan pencegahan infeksi di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n: 10)
Karakteristik responden frekuensi %
Umur
20- 35 tahun 6 60,0
36- 45 tahun 1 10,0
46-60 tahun 3 30,0
Mean = 32,10 SD= 11,81 Min= 21 Max=50 Lama bekerja
<5 tahun 4 40,0
5-15 tahun 3 30,0
> 15 tahun 3 30,0
Mean = 7,20 SD= 5,63 Min= 1 Max=16 Pendidikan terakhir
DIII 9 90,0
(43)
2. Data Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
Hasil penelitian berdasarkan tindakan pencegahan infeksi menunjukan rata -rata nilai 26,30 (SD: 2,21), dimana mayoritas responden (80,0%) melakukan pencegahan infeksi dan hanya kurang dari seperempat responden (20,0%) tidak melakukan pencegahan infeksi.
Distribusi frekuensi dari pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi dapat terlihat pada tabel 5.2 dibawah.
Tabel 5. 2 Distribusi Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n:10)
Pelaksanaan PI Frekuensi %
Melakukan PI 8 80,0
Tidak melakukan PI 2 20,0
Mean= 26,30 SD= 2,214 Min= 23 Max=29
3. Pelaksanaan Pencegahan Infeksi
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi yang teringgi dilakukan yaitu pemrosesan alat bekas pakai dengan rata-rata nilai 8,40 (SD: 0,69) dan pelaksanaan pencegahan infeksi terendah yaitu penggunaan peralatan tajam secara aman dengan rata-rata nilai 3,50 (SD: 0,53).
Nilai rata-rata dan standar deviasi dari pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi dapat terlihat pada tabel 5.9 dibawah.
Tabel 5.3 Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi Pencegahan Penyebaran Infeksi oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
NO Pencegahan Infeksi Mean SD
4. Pemrosesan alat bekas pakai 8,40 0,69
(44)
30
3.1 Pemrosesan Alat Bekas Pakai
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi berupa pemrosesan alat bekas pakai oleh bidan menunjukkan pada tahap dekontaminasi, Dalam pemrosesan alat bekas pakai petugas menggunakan sarung tangan dan benda-benda yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam larutan klorin dengan rata-rata nilai masing-masing 1,00 (SD:0,00), alat-alat instrumen bekas pakai direndam di larutan klorin selama 10 menit dengan rata-rata nilai 0,90 (SD:0,31). Pada tahap pencucian dan pembilasan, bidan melakukan pencucian alat bekas pakai selalu memakai sarung tangan, alat-alat yang yang akan dicuci sudah didekontaminasi terlebih dahulu dengan rata-rata nilai masing-masing 1,00 (SD: 0,31) , Alat instrumen bekas pakai disikat dengan air sabun untuk menghilangkan sisa darah dari instrumen dengan rata-rata nilai 0,90 (SD:0,31), setiap benda sedikitnya disikat 3X dengan air sabun memiliki rata-rata nilai 0,60 (SD: 0,51). Pada tahap sterilisasi Alat instrumen disterilkan dengan cara merebus hingga mendidih dan alat instrumen disimpan dalam wadah tertutup rapat masing-masing memiliki rata-rata nilai 1,00 (SD:0,00)
Rata-rata nilai dan standar deviasi dari pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi berupa pemrosesan alat bekas pakai dapat terlihat pada tabel 5.4 dibawah.
(45)
Tabel 5.4 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa Pemrosesan alat bekas pakai Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
N
O Pernyataan
Hasil
a.
Dekontaminasi F % Mean SD
1.
Dalam pemrosesan alat bekas pakai petugas menggunakan sarung tangan
10 100 1,00 0,00
2. Benda-benda yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam larutan klorin.
10 100 1,00 0,00
3. Alat-alat instrumen bekas pakai direndam di larutan klorin selama 10 menit.
9 90 0,90 0,31
b. Pencucian dan Pembilasan
4. Melakukan pencucian alat bekas pakai, selalu memakai sarung tangan.
10 100 1,00 0,00
5. Alat-alat yang yang akan dicuci, sudah didekontaminasi terlebih dahulu.
10 100 1,00 0,00
6. Alat instrumen bekas pakai disikat dengan air sabun untuk menghilangkan sisa darah dari instrumen.
9 90 0,90 0,31
7. Setiap benda sedikitnya disikat 3X dengan air sabun.
6 60 0,60 0,51
c. Sterilisasi
8.
Alat instrumen disterilkan dengan cara merebus hingga mendidih lalu dikukus.
10 100 1,00 0,00
9.
Alat instrumen disimpan dalam wadah tertutup rapat.
10 100 1,00 0,00
3.2 Kebersihan dan pengelolaan Sampah Medik
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi berupa pengelolaan sampah medik oleh bidan menunjukkan bahwa benda-benda tajam yang terkontaminasi ditempatkan pada tempat sampah yang tahan bocor, Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya, percikan darah yang di tempat tidur dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan klorin kemudian air dtt, Bersihkan dinding, gorden, dan tirai
(46)
32
0,00), sampah yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam tempat sampah atau kantong plastik kemudian di buang, bidan mencegah terjadinya kontak antara sampah yang terkontaminasi dengan permukaan luar kantong masing- masing memiliki rata-rata nilai 0,90 (SD: 0,316)
Rata-rata nilai dan standar deviasi dari pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi berupa pengelolaan sampah medik dapat terlihat pada tabel 5.5 dibawah. Tabel 5.5 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi
berupa Pengelolaan sampah medik Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
NO. Pernyataan Hasil
f % Mean SD
2. Benda-benda tajam yang terkontaminasi, ditempatkan pada tempat sampah yang tahan bocor.
10 100 1,00 0,00
4. Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya.
10 100 1,00 0,00
5. percikan darah yang di tempat tidur dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan klorin kemudian air dtt.
10 100 1,00 0,00
6. Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah terkumpulnya debu. Bila terpercik darah segera bersihkan dengan klorin 0,5%.
10 100 1,00 0,00
1. Sampah yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam tempat sampah atau kantong plastik yang berbeda dengan sampah kering.
9 90 0,90 0,31
3. Bidan mencegah terjadinya kontak antara sampah yang terkontaminasi dengan permukaan luar kantong
(47)
3.3 Cuci Tangan
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi berupa cuci tangan oleh bidan menunjukkan bahwa bidan melepaskan seluruh perhiasan di jari dan tangan sebelum melakukan prosedur cuci tangan, membasahi tangan dengan air bersih dan mengalir sampai ke siku tangan, menggunakan sabun untuk mencuci tangan, dan mengeringkan tangan dengan cara diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering masing- masing memiliki rata-rata nilai 1,00 (SD: 0,00), Bidan mencuci tangan dengan prosedur 7 langkah dengan rata-rata nilai 0,70 (SD:0,43).
Rata-rata nilai dan standar deviasi dari pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi berupa cuci tangan dapat terlihat pada tabel 5.6 dibawah.
Tabel 5.6 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Berupa Cuci Tangan oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
N o
Aspek yang dinilai Hasil
f % Mean SD
1. Bidan melepaskan seluruh perhiasan di jari dan tangan sebelum melakukan prosedur cuci tangan
10 100 1,00 0,00
2. Bidan membasahi tangan dengan air bersih dan mengalir sampai ke siku tangan
10 100 1,00 0,00
3. Bidan menggunakan sabun cair untuk mencuci tangan
10 100 1,00 0,00
5 Bidan mengeringkan tangan dengan cara diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
10 100 1,00 0,00
4. Bidan mencuci tangan dengan prosedur 7 langkah
(48)
34
3.4 Pemakaian Sarung Tangan
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi berupa penggunaan sarung tangan oleh bidan menunjukkan bahwa bidan memakai sarung tangan yang sesuai dengan ukuran tangan, memakai sarung tangan dengan benar,dengan memperhatikan ibu jari tangan dari sarung tangan.Ibu jari dari sarung tangan menandakan sarung tangan itu untuk tangan kiri dan sebaliknya masing- masing memiliki rata-rata nilai 1,00 (SD: 0,000), dengan satu tangan sarung tangan diambil dengan cara memegang sebelah dalam yang dilipat keluar memiliki rata-rata nilai 0,90 (SD: 0,316), Setelah sarung tangan terpasang lipatan tadi dibiarkan dan dengan tangan yang telah mengenakan sarung tangan bidan mengambil sarung tangan yang sebelahnya dengan cara menyelinapkan tangan ke celah lipatan sarung tangan memiliki rata-rata nilai 0,60 (SD: 0,516), bidan mengenakan sarung tangan dengan benar, kemudian merapikan lipatan memiliki rata-rata nilai 0,40 (SD: 0,516).
Rata-rata nilai dan standar deviasi dari pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi berupa penggunaan sarung tangan dapat terlihat pada tabel 5.7 dibawah.
(49)
Tabel 5.7 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa penggunaan sarung tangan Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
No Aspek yang dinilai Hasil
f % Mean SD
1. Bidan memakai sarung tangan yang sesuai dengan ukuran tangan
10 100 1,00 0,00
2. Bidan memakai sarung tangan dengan benar,dengan memperhatikan ibu jari tangan dari sarung tangan.Ibu jari dari sarung tangan menandakan sarung tangan itu untuk tangan kiri dan sebaliknya.
10 100 1,00 0,00
3. Dengan 1 tangan sarung tangan diambil dengan cara memegang sebelah dalam yang dilipat keluar
9 90 0,90 0,31
4. Setelah sarung tangan terpasang lipatan tadi dibiarkan dan dengan tangan yang telah mengenakan sarung tangan bidan mengambil sarung tangan yang sebelahnya dengan cara menyelinapkan tangan ke celah lipatan sarung tangan
6 60 0,60 0,51
5. Bidan mengenakan sarung tangan dengan benar, kemudian merapikan lipatan.
4 40 0,40 0,51
3.5 Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi berupa penggunaan peralatan tajam secara aman oleh bidan menunjukkan bahwa bidan dengan hati-hati melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak sengaja memiliki rata-rata nilai 1,00 (SD: 0,000),, dan bidan membuang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor masing – masing memiliki rata-rata nilai 0,90 (SD:0,31), Bidan meletakkan benda-benda tajam di atas baki steril memiliki rata-rata nilai 0,60 (SD:0,51
(50)
36
Tabel 5.8 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Berupa Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
NO. Pernyataan Hasil
f % Mean SD
4. Bidan membuang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor.
10 100 1,00 0,00
2. Bidan dengan hati-hati melakukan pemjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak sengaja.
10 100 1,00 0,00
3. Bidan menggunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit dan tidak memegang jarum jahit dengan tangan.
9 90 0,90 0,31
1 Bidan meletakkan benda-benda tajam di atas baki steril
6 60 0,60 0,51
B. Pembahasan
Hasil penelitian pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi oleh bidan di wilayah kerja puskesmas sei agul kecamatan medan barat menunjukkan rata-rata nilai 26,30 (SD: 2,214), dimana mayoritas responden (80,0%) telah melakukan pelaksanaan pencegahan infeksi, hanya kurang dari seperempat responden (20,0%) tidak melakukan pelaksanaan pencegahan infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan yang lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir, dan harus dilaksanakan secara rutin dan komprehensif pada saat memberikan asuhan pelayanan kebidanan. Tepatnya saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal, persalinan dan pasca persalinan. Tindakan ini harus diterapkan dalam aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga dan penolong persalinan (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pencegahan penyebaran infeksi yang teringgi dilakukan yaitu pemrosesan alat bekas pakai dengan rata-rata nilai 8,40
(51)
(SD:0,69) dan pelaksanaan pencegahan infeksi terendah yaitu penggunaan peralatan tajam secara aman dengan rata-rata nilai 3,50 (SD: 0,52).
hasil penelitian ini sejalan dngan penelitian yang dilakukan Pryana (2008) tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi dalam menangani persalinan di Klinik bersalin Griya Medika di Banjar Tulang Bawang Jawa tengah, mendapati hasil bahwa tindakan responden dalam hal pemrosesan alat bekas pakai menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan kompeten yaitu 21 orang (61,8%). Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai pemrosesan alat bekas pakai, tindakan responden dalam hal menyikat alat instrumen dilakukan dengan benar.
Sarwono (2008) mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang maka, dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh.
Pendidikan dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia melalui pendidikan. Manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuan manusia akan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Implikasinya semakin tinggi tingkat pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas, dimana semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan semakin mudah untuk menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan hal-hal baru tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa pendidikan rendah punya pengetahuan dan sikap yang lebih baik. (Machfoedz, 2003)
Pengalamam adalah guru yang paling baik mengajarkan kita tentang apa yang telah kita lakukan, baik itu pengalaman baik maupun buruk, sehingga kita dapat memetik hasil
(52)
38
penyelesaikan pekerjaan. Lama bekerja dapat diartikan dengan pengalaman seseorang selama memberikan pelayanan kebidanan baik di instansi pemerintah atau swasta. (Mangkuprawira, 2004).
Hal ini menunjukan bahwa umur, tingkat pendidikan dan pengalaman (lama bekerja) mempunyai pengaruh terhadap terlaksananya pencegahan penyebaran infeksi.
(53)
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tindakan pencegahan infeksi berupa cuci tangan menunjukan rata-rata nilai 4,70 (SD:0,84)
2. Tindakan pencegahan infeksi berupa Pemakaian sarung tangan menunjukan rata -rata nilai 3,90 (SD: 0,99)
3. Tindakan pencegahan infeksi berupa Penggunaan peralatan tajam secara aman menunjukan rata-rata nilai 3,50 (SD: 0,52)
4. Tindakan pencegahan infeksi berupa Pemrosesan alat bekas pakai menunjukan rata-rata nilai 8,40 (SD: 0,69)
5. Tindakan pencegahan infeksi berupa Pengelolaan sampah medik menunjukan rata -rata nilai 5,80 (SD: 0,63)
B. Saran
1. Kepada Bidan Praktek Swasta
Diharapkan kepada Bidan Praktek Swasta sebagai tenaga kesehatan lebih meningkatkan pengalaman, pengetahuan, kualitas pelayanan dalam pencegahan infeksi.
2. Kepada organisasi profesi
Diharapkan kepada organisasi profesi untuk lebih memfasilitasi Bidan Praktek Swasta dalam melakukan pertolongan persalinan, sehingga Bidan Praktek Swasta dapat meningkatkan pelayanan kebidanan. Misalnya mengadakan pelatihan atau
(54)
40
3. Kepada peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menyempurnakan penelitian ini, merincikan penelitian ini, dan memperdalam masalah – masalah yang berkaitan dengan pencegahan infeksi. Misalnya dengan melakukan penelitian yang berhubungan dengan pencegahan infeksi di lokasi penelitian yang berbeda.
(55)
DAFTAR PUSTAKA
Barata, D. ( 2008 ). Selamatkan Ibu dan Anak Indonesia. Http:// www.dinkes.com. Depkes RI. (2004). Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: Departemen kesehatan.
Dinkes, Provsu. ( 2008 ). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Medan: Dinkes Provinsi Sumatera Utara.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Asri. (2010). Asuhan kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Mulia Medika
JNPK-KR. (2008). Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.
Manuaba, Ida Bagus Gde. ( 2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan . Jakarta : EGC
Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nurasiah, Ai. (2012). Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung : Refika Aditama Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
skripsi, tesis, dan intrumen penelitian keperawatan. Edisi 1, Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman skripsi, tesis, dan intrumen penelitian keperawatan. Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. (2004). Panduan Pencegahan Infeksi untuk fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. (2013). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : EGC
Sofyan Mustika. (2006). Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: EGC
(56)
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Saya mahasiswa program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015. Saya sangat mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana saya tidak akan memberikan dampak yang negatif pada profesi saudara dari hasil penelitian ini. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri kapan saja tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.
Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangani formulir ini.
Medan, April 2015 Responden Peneliti
( ) ( Damayanti)
(57)
Lampiran 2
No.Responden : ……… Tanggal :
Karakteristik Responden
1. Umur :
2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja: 3. Pendidikan Bidan :
DI
DIII
DIV
4. Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Ya
(58)
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENYEBARAN INFEKSI PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI AGUL KECAMATAN MEDAN BARAT
TAHUN 2015
A. Cuci tangan
Pernyataan SKOR
0 1
1. Bidan melepaskan seluruh perhiasan di jari dan tangan sebelum melakukan prosedur cuci tangan
2. Bidan membasahi tangan dengan air bersih dan mengalir sampai ke siku tangan
3. Bidan menggunakan sabun cair untuk mencuci tangan 4. Bidan mencuci tangan dengan prosedur 7 langkah 5. Bidan mengeringkan tangan dengan cara
diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
B. Pemakaian sarung tangan
Pernyataan SKOR
0 1
1. Bidan memakai sarung tangan yang sesuai dengan ukuran tangan
2. Bidan memakai sarung tangan dengan benar,dengan memperhatikan ibu jari tangan dari sarung tangan.Ibu jari dari sarung tangan menandakan sarung tangan itu untuk tangan kiri dan sebaliknya.
3. Dengan 1 tangan sarung tangan diambil dengan cara memegang sebelah dalam yang dilipat keluar
4. Setelah sarung tangan terpasang lipatan tadi dibiarkan dan dengan tangan yang telah mengenakan sarung tangan bidan mengambil sarung tangan yang sebelahnya dengan cara menyelinapkan tangan ke celah lipatan sarung tangan
5. Bidan mengenakan sarung tangan dengan benar,
(59)
C. Penggunaan peralatan tajam secara aman
NO. Pernyataan SKOR
0 1
1. Bidan meletakkan benda-benda tajam di atas baki steril. 2. Bidan dengan hati-hati melakukan pemjahitan agar
terhindar dari luka tusuk secara tidak sengaja.
3. Bidan menggunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit dan tidak memegang jarum jahit dengan tangan.
4. Bidan membuang benda-benda tajam dalam wadah
tahan bocor.
D Pemrosesan Alat Bekas Pakai
SKOR
NO Pernyataan
a. Dekontaminasi 0 1
1. Dalam pemrosesan alat bekas pakai, petugas menggunakan sarung tangan
2. Benda-benda yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam larutan klorin.
3. Alat-alat instrumen bekas pakai direndam di larutan klorin selama 10 menit.
b. Pencucian dan Pembilasan
4. Melakukan pencucian alat bekas pakai, selalu memakai sarung tangan.
5. Alat-alat yang yang akan dicuci, sudah didekontaminasi terlebih dahulu.
6. Alat instrumen bekas pakai disikat dengan air sabun untuk menghilangkan sisa darah dari instrumen. 7. Setiap benda sedikitnya disikat 3X dengan air
sabun. C. Sterilisasi
8. Alat instrumen disterilkan dengan cara merebus hingga mendidih dan dikukus.
9. Alat instrumen disimpan dalam wadah tertutup rapat.
(60)
E. Kebersihan dan pengelolaan sampah medik
NO. Pernyataan SKOR
0 1
1. Sampah yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam tempat sampah atau kantong plastik kemudian di buang.
2. Benda-benda tajam yang terkontaminasi,
Ditempatkan pada tempat sampah yang tahan bocor. 3. Bidan mencegah terjadinya kontak antara sampah yang
terkontaminasi dengan permukaan luar kantong
4. Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya.
5. percikan darah yang di tempat tidur dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan klorin kemudian air dtt.
6. Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah terkumpulnya debu. Bila terpercik darah segera bersihkan dengan klorin 0,5%.
(61)
(62)
(63)
(64)
BIODATA
Nama : Damayanti
NIM : 145102171
Tempat/Tgl. Lahir : Kampar, 24 Agustus 1992 Anak Ke : 3 dari 4 saudara
Agama : Islam
Alamat : Pasir Pangaraian, Riau
Nama Orang Tua
Ayah : M.Saniman
Ibu : Siti Jamilah
Pendidikan
1999 – 2005 : SD Negeri 039 Air Terbit 2005 – 2008 : MTs Miftahul Ulum 2008 – 2011 : SMA Negeri 1 Rambah
2011 – 2014 : Akademi Kholisatur Rahmi Binjai
(1)
C. Penggunaan peralatan tajam secara aman
NO. Pernyataan SKOR
0 1
1. Bidan meletakkan benda-benda tajam di atas baki steril. 2. Bidan dengan hati-hati melakukan pemjahitan agar
terhindar dari luka tusuk secara tidak sengaja.
3. Bidan menggunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit dan tidak memegang jarum jahit dengan tangan.
4. Bidan membuang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor.
D Pemrosesan Alat Bekas Pakai
SKOR
NO Pernyataan
a. Dekontaminasi 0 1
1. Dalam pemrosesan alat bekas pakai, petugas menggunakan sarung tangan
2. Benda-benda yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam larutan klorin.
3. Alat-alat instrumen bekas pakai direndam di larutan klorin selama 10 menit.
b. Pencucian dan Pembilasan
4. Melakukan pencucian alat bekas pakai, selalu memakai sarung tangan.
5. Alat-alat yang yang akan dicuci, sudah didekontaminasi terlebih dahulu.
6. Alat instrumen bekas pakai disikat dengan air sabun untuk menghilangkan sisa darah dari instrumen. 7. Setiap benda sedikitnya disikat 3X dengan air
sabun. C. Sterilisasi
8. Alat instrumen disterilkan dengan cara merebus hingga mendidih dan dikukus.
9. Alat instrumen disimpan dalam wadah tertutup rapat.
(2)
E. Kebersihan dan pengelolaan sampah medik
NO. Pernyataan SKOR
0 1
1. Sampah yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam tempat sampah atau kantong plastik kemudian di buang.
2. Benda-benda tajam yang terkontaminasi,
Ditempatkan pada tempat sampah yang tahan bocor. 3. Bidan mencegah terjadinya kontak antara sampah yang
terkontaminasi dengan permukaan luar kantong
4. Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya.
5. percikan darah yang di tempat tidur dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan klorin kemudian air dtt.
6. Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah terkumpulnya debu. Bila terpercik darah segera bersihkan dengan klorin 0,5%.
(3)
(4)
(5)
(6)
BIODATA
Nama : Damayanti
NIM : 145102171
Tempat/Tgl. Lahir : Kampar, 24 Agustus 1992 Anak Ke : 3 dari 4 saudara
Agama : Islam
Alamat : Pasir Pangaraian, Riau
Nama Orang Tua
Ayah : M.Saniman
Ibu : Siti Jamilah
Pendidikan
1999 – 2005 : SD Negeri 039 Air Terbit 2005 – 2008 : MTs Miftahul Ulum 2008 – 2011 : SMA Negeri 1 Rambah
2011 – 2014 : Akademi Kholisatur Rahmi Binjai
2014 – 2015 : D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU