Keteguhan Prinsif dan Identitas

14 Guru Dane. Ke mari untuk bekerja. Itu betul. Dan setiap pekerjaan yang aku jalani mendatangkan sesutau yang baru, dan aku juga harus menerima itu sebagaimana kamu harus menerima perbedaan dirimu setelah kamu terima peti itu. Sebagaiman Guru Dane harus menerima perempuan yang merintih-rintih kenikmatan itu Memalukan. Seperti laki-laki Bengal yang tidak pernah melihat perempuan telanjang. Apa itu Guru Dane maksud pekerjaan. Bagiku tidak. Tidak, Guru Dane. Itu bernama hasi dari pekerjaan. Padahal Guru Dane sendiri mengatakan bekerja bukan karena menginginkan hasil. Apa artinya bekerja ialah pekerjaan itu sendiri, hah? GD hlm. 221. Pengarang ingin melukiskan bahwa ada banyak bentuk kekeliruan yang dipandang baik menurut perspektif diri Guru Dane sendiri, menilai apa yang dikerjakan tanpa memperdulikan bagaimana orang lain. Pada sisi inilah, tokoh sumar menggugat cara berpikir seperti itu. Sumar menjadi bagian dari perjuangan perempuan Sasak untuk menghadirkan karakter, identitas dan meninggalkan segala bentuk penindasan yang selama ini terjajah oleh kalangan penguasa. Islam sendiri tidak memberi tanggung jawab yang sama dalam masalah ini, misalnya dengan memberikan kewajiban yang sama kepada wanita dan laki-laki dalam ilmu pengetahuan, tidak ada ordinat atau subordinat dalam konteks tersebut. Tradisi berpikir juga tercermin dari sikap Nyeh saat berkomunikasi dengan Dea Rangi, sebagaimana kutipan berikut. Sebenarnya aku tersintak mendengar Dea Rangi memanggil namaku. Tidak semua orang tahu tentang diriku. Mereka yang tahu, pasti memiliki hubungan dengan masa lalu. Biarlah aku tidak mempertanyakannya. Biarkan Dea Rangi memanggilku seperti itu. Ia pasti memiliki alasan. Kamu ternyata banyak kelemahan, Nyeh. Aku tahu itu GO hlm. 186. Kutipan tersebut menggambarkan tentang tradisi berpikir dan kritis terhadap permasalahn yang ada. Dea Rangi mengingatkan Nyeh terkait pertanyaan yang dilontarkan dalam rangkaian pertemuan.

4. Keteguhan Prinsif dan Identitas

Keteguhan prinsif dan identitas menjadi karakteristik ideologi humanisme Islam Guru Dane dalam praktik kehidupannya. Pengarang dengan kegelisahan sebagai pewaris bangsa Sasak yang mewarisi sejarah tanpa bentuk dan warna. Dengan cara seperti itu generasi berikutnya akan banyak belajar. Guru Dane sebagai tokoh yang kritis pada zamannya, kritis dalam berbagai hal yang 15 menyangkut indentitas kebangasaan, keberanian bermimpi dan tidak pernah takut memperjuangkan harapan, lebih dari itu bangsa Sasak dapat hidup dan membangun peradabannya sendiri berdasarkan asas harga-menghargai toleransi tasammuh dalam kemajemukan penduduknya. Sikap itu misalnya, tercermin pada cara-cara Guru Dane mendudukkan tiap permasalahn yang menyangkut harga diri, kebangsaan, dan tujuan kemanusian. Katakan kepada mereka dan kepada seluruh orang Sasak yang memiliki mental yang sama, orang Sasak miskin, menderita, mati dalam kelaparan dam mereka menjadi gila bukan semata-mata karena orang Bali. Tapi karena mereka sendiri. Kalau orang Sasak itu kuat, mereka akan mandiri di tengah kekuatan mana pun. Tidak ada penajajah yang memberikan kemakmuran GD hlm. 228. Keteguhan dan kemantapan hari ditujukkan Nyeh untuk terus menyusuri tanah Lombok, untuk melihat tatanan kehidupan masyarkat Sasak yang hidup dalam kemiskinan. Keteguhan prinsif untuk menyadarkan orang Sasak terus menjadi sumber kekuatan dirinya. Kesadaran akan dirinya menjadi semangat dalam menyadarkan orang-orang Sasak. Nyeh sadarkan akan dirinya, sadar pada keterbatasn yang dimilikinya. Tetapi keterbatasan itu tidak membuatnya hina dan rendah diri. Hal itu terlihat pada kutipan berikut. Aku mengutuk kebodohan. Tetapi tidak hanya kebodohan orang lain, melainkan kebodohanku juga. Aku benci pada ketakutanku. Aku muak pada kesendirianku. Tetapi aku tidak mau kehilangan penghormatan dan penghargaan GO hlm. 246 Dari novel GD dan GO , terlihat jelas bahwa tentang keteguhan prinsif dan identitas pada tokoh-tokoh cerita. Pada novel GD , tokoh Guru Dane mengingat orang Sasak tentang keadaan masyarakat yang mereka ditimpa kemiskinan.

5. Menentang Monopoli Ekonomi dan Sistem Kapitalis