PENDAHULUAN T1 712011005 Full text

5 Ketiga dengan menggunakan FGD Focus Group Discussion. FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. FGD sebagai metode penelitian sekunder umumnya digunakan untuk melengkapi riset yang bersifat kualitatif dan atau sebagai salah satu teknik triangulasi. Dalam kaitan ini, baik berkedudukan sebagai metode primer atau sekunder, data yang diperoleh dari FGD adalah data kualitatif. 16 Pertimbangannya FGD ini berfokus kepada pemuda GKI Salatiga berjumlah 10 orang pemuda untuk mendapatkan informasi yang akurat dalam kelompok peribadahan dan kegiatan pemuda yang dilakukan selama ini berdasarkan hasil diskusi mereka. Agar dapat memaham dari mereka secara langsung model ibadah pemuda yang relevan dan kontekstual.

3. SUSUNAN PENULISAN

Agar penulisan ini terarah dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan maka disusunlah sistematika penulisan yang menjadi rangkaian penulisan dari bagian pertama sampai keempat yang mempunyai pokok masing –masing, tetapi menjadi satu bagian untuk saling melengkapi. Bagian pertama, penulis menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan. Bagian kedua penulis akan memaparkan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan ini yang dibagi dalam dua bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan Agama Kristen Kategorial Pemuda dari E.G. Homrighausen dan I.H Enklaar. Bagian ketiga adalah menganalisa dan mengolah data yang merupakan hasil penelitian. Bagian keempat adalah penutup yang berupa kesimpulan dan saran.

4. PEMUDA DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori pemuda dan pendidikan kristen agama kristen dari E.G Homrigausen dan I.H Ennklaar, karena teori tentang pendidikan agama kristen kategorial pemuda yang diungkapkan sesuai dengan permalasalahan dan juga digunakan sebagai 16 Irwanto. Focused Group Discussion FGD: Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia 2006, 1 –2. 6 acuan utama untuk menganalisis masalah yang diteliti khususnya dalam memahami Pendidikan Agama Kristen pemuda di GKI Salatiga dilihat dari sisi Pendidikan Agama Kristen. Pada bagian ini akan diuraikan pemahaman tentang pemuda dan Pendidikan Agama Kristen dari pemikiran beberapa tokoh untuk memperkaya penjelasan mengenai pemuda dan Pendidikan Agama Kristen menurut Homrigausen dan Enklaar. 4.1 Pemuda Istilah pemuda dalam bahasa Inggrisnya adalah adult kata ini berasal dari bentuk lampau kata kerja Latin yaitu adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. 17 Adult sama seperti adolescne –adolescere yang berarti telah tumbuh menjadi kedewasaan akan tetapi kata adult sampai adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhanya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa dini yang lainya”. 18 Pada masa ini, pemuda juga mengalami masa perkembangan, yaitu masa dimana pemuda mempunyai kecenderungan untuk mencoba berbagai pola kehidupan sesuai dengan perkembangan mereka atau dikenal dengan masa coba-coba. 19 Dengan kriteria tersebut maka dapat diklarifikasi bahwa usia pemuda berkisar 19-30 Tahun. Lebih lanjut sejalan dengan kriteria tersebut, Singgih Gunarsa mengemukakan bahwa seseorang termasuk atau disebut kaum muda yaitu apabila ia sudah berumur 19-30 tahun. Ia juga mengemukakan beberapa ciri-ciri perkembangan kaum muda dilihat dari tugas perkembangannya yaitu: 20 pertama,mampu menerima fisiknya, kedua,Memperoleh kebebasan emosional artinya, ia mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan. Ketiga,mampu bergaul artinya, kaum muda sudah mampu menempatkan diri dalam situasi apapun, baik dengan orang yang sudah tua, pemuda sebayanya, dan juga kepada anak-anak. Kata lain ia mampu menyesuaikan dalam memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dengan norma yang ada. Keempat,menemukan model atau identifikasi artinya, menjadikan seseorang tokoh sebagai contoh bagi dirinya. Apa yang 17 Gould R, Adult Life Stages: Growth Toward Self-tolerance, Psychology Today, 1975, 24. 18 Elizabeth B.Hurlcok, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga,1980, 246. 19 Ridwan Max Sijabat, Psikologi Perkembangan Jakarta: Erlangga,1980, 246. 20 Singgih Gunarsa, Psikologi Pemuda dan Keluarga Jakarta: BPK GM, 2002, 126. 7 berkenan baik bagi dirinya ataupun di hatinya tentang sikap dan tindakan tokoh tersebut akan ditiru. 21 Perkembangan yang dialami oleh pemuda dari sisi psikologi dapat dipahami dari perkembangan segi moral mereka. Oleh karenanya secara ringkas Kohlberg yang diungkapkan dalam karyanya Atmadja Hadinoto didalam bukunya dialog dan edukasi membaginya dalam tiga tahap perkembangan moral manusia; 22 a. Tahap pre-konvensional Tahap ini disebut juga dengan tahap ketaatan dan hukuman artinya, sesuatu tindakan menurut aturan dianggap baik dan tidak menimbulkan kesakitan. b. Tahap konvensional Pada tahap konvensional ini, anak akan semakin sadar akan tuntutan pihak luar seperti keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah. Kesadaran akan adanya orang lain yang mendorong mereka menyesuaikan diri dengan orang-orang disekitarnya. c. Tahap pasca-konvensional Seseorang yang telah mencapai puncak ini, mulai menghargai nilai-nilai yang ada. Pada tahap ini prinsip moral seorang berpusat pada nilai-nilai yang lebih tinggi. Dengan demikian berdasarkan 3 kategori tersebut pemuda dapat dikategorikan masuk dalam tahap pasca konvesional, yakni mulai menghargai nilai-nilai yang ada. Pada tahap ini prinsip moral seorang berpusat pada nilai-nilai yang lebih tinggi dan pemuda telah melakukan hal itu. Selain perkembangan moral yang telah dipaparkan di atas, perkembangan iman pemuda sangat penting untuk dilihat. Atmadja Hadinoto mengemukakan beberapa tahap-tahap perkembangan iman yakni: 23 a. Tahap iman umur 18-23 tahun Ciri-ciri yang tampak pada tahap ini adalah bahwa kaum muda itu sudah mampu membangun pelayanannya sendiri. b. Tahap iman 23-28 tahun Tahap ini merupakan tahap moderat, tidak emosional. Artinya individu seseorang muncul sebagai pribadi yang bertanggung-jawab. 21 Gunarsa, Psikologi Pemuda dan Keluarga , 126. 22 N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, 223. 23 Hadinoto, Dialog dan Edukasi, 234. 8 c. Tahap iman 28-35 tahun Pada tahap ini seseorang telah berpikir positif, ia tidak mau lagi berperang karena agama maupun dogma. Pada fase ini terjadi proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik, yang berlangsung terjadi secara berangsur-angsur dan teratur. Masa ini merupakan kunci penutup dari perkembangan anak. Pada periode ini, anak muda banyak melakukan introspeksi diri dan merenung diri sendiri. Akhirnya anak bisa menemukan aku-nya dalam artian dia mampu menemukan keseimbangan dan harmoni atau keselarasan baru di antara sikap kedalam diri dengan sikap keluar. 24 Menurut para ahli ilmu jiwa terdapat perbedaan karakteristik diantara tiga fase pra pubertas, yaitu pra pubertas, pubertas awal, pubertas. Berikut ini merupakan penjelasanya: 25 a. Pada masa pra pubertas masa negatif anak sering merasakan bingung, cemas takut, gelisah, gelap hati, bimbang, ragu, risau, sedih hati, minder, rasa –rasa “besar dewasa super”, dan lain- lain. Anak tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi dari macam-macam perasaan yang menimbulkan kerisauan. b. Pada masa pubertas: anak muda menginginkan sesuatu dan mencari sesuatu. Namun apa sebenarnya sesuatu yang diharpakan dan dicari itu, dia sendiri tidak tahu. Anak muda merasa sunyi hati, dan merasa tidak bisa di mengerti dan tidak mengerti. c. Pada masa akhir anak muda mulai merasa mantap stabil, dia mulai mengenal akunya dan ingin hidup dengan itikad keberanian. Dia mulai memhami arahan hidupnya, dan menyadari tujuan hidupnya. Sehingga mendapatkan pola hidup yang jelas. Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa perkembangan pemuda itu, dipengaruhi banyak faktor, yaitu psikologis, biologis, dan perkembangan moral. Faktor – faktor tersebut yang kemudian menyebabkan pendidikan agama menjadi salah satu bentuk upaya untuk mendampingi pemuda. Karena pada tahapan ini mereka mengalami perkembangan sehingga perlu mendapatkan bimbingan dan Pendidikan Agama Kristen. Untuk mendampingi dan mendidik mereka dalam perkembangan moral, iman, psikologis, dan biologis mereka. 24 Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan,Jakarta, Rineka Cipta,2005. 127. 25 Ibid, 127.