ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN NIAGA NO: 01/ PEMBATALAN PERDAMAIAN/ 2006/ PN. NIAGA. JKT. PST. TENTANG PEMBATALAN PERDAMAIAN TERHADAP P.T. GORO BATARA SAKTI

ANIK SUPARTI NINGSIH

ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN NIAGA
NO: 01/ PEMBATALAN PERDAMAIAN/ 2006/ PN. NIAGA. JKT. PST.
TENTANG PEMBATALAN PERDAMAIAN
TERHADAP P.T. GORO BATARA SAKTI
Oleh
ANIK SUPARTI NINGSIH

Debitor berhak pada waktu PKPU atau setelah itu menawarkan suatu perdamaian
kepada kreditor. Rencana perdamaian yang telah disetujui, harus mendapat
pengesahan dari pengadilan agar berlaku secara hukum. Debitor yang lalai
memenuhi isi perjanjian perdamaian, dapat dimohonkan pembatalan perdamaian
ke Pengadilan Niaga. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
permohonan pembatalan perdamaian berdasarkan putusan Pengadilan Niaga No:
01/ Pembatalan Perdamaian/ 2006/ PN. NIAGA. Jkt. Pst. tentang Pembatalan
Perdamaian Terhadap P.T. Goro Batara Sakti.
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian deskriptif.
Pendekatan masalah yang digunakan normatif-terapan (applied law approach).
Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Analisis data secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, bahwa kreditor dapat menuntut
pembatalan suatu perdamaian, apabila debitor lalai memenuhi perjanjian. Akibat
hukum pembatalan perdamaian P.T. Goro Batara Sakti pailit dengan segala akibat
hukumnya, sehingga kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus harta
kekayaannya. Pegurusan dan pemberesan harta pailit dilakukan oleh Kurator
dibawah pengawasan Hakim Pengawas. Terhadap putusan tersebut, diajukan
upaya hukum yaitu Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung, menghasilkan
putusan bahwa P.T. Goro Batara Sakti dinyatakan pailit. Putusan tersebut
membuktikan, bahwa UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
memberikan jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak kreditor. Debitor pailit
yang telah memenuhi kewajiban kepada kreditor, harus mengajukan rehabilitasi
kepada Pengadilan Niaga, agar berwenang kembali melakukan kegiatan usaha dan
mengurus harta kekayaannya.

Kata Kunci: Pembatalan perdamaian, Kepailitan, dan Pengadilan Niaga

V. SIMPULAN

A. Simpulan


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik suatu simpulan
sebagai berikut:
1. Alasan pengajuan permohonan pembatalan perdamaian ke Pengadilan Niaga
adalah karena P.T. Goro Batara Sakti (Termohon) telah lalai memenuhi isi
perjanjian perdamaian yang telah disahkan oleh Pengadilan Niaga dengan
putusan No. 03/PKPU/2004/PN. Niaga. Jkt. Pst. jo No. 12/ Pailit 2004 PN.
Niaga. Jkt.Pst. tertanggal 28 Juni 2004. Pemohon II masih mempunyai tagihan
pada Termohon sebesar Rp. 35.607.882,- (tiga puluh lima juta enam ratus
tujuh ribu delapan rarus delapan puluh dua rupiah) yang sudah jatuh waktu.
Bahwa berdasarkan perjanjian perdamaian yang telah disahkan oleh
Pengadilan Niaga, Termohon seharusnya sudah melunasi seluruh utangnya
tersebut kepada Pemohon II pada tanggal 30 September 2004.

2. Dasar pertimbangan hukum Majelis Hakim mengabulkan permohonan
pembatalan perdamaian adalah karena alasan Pemohon II telah memenuhi
ketentuan Pasal 15 Ayat (1), Pasal 170 Ayat (1) dan (2), Pasal 286 jo Pasal
291 Ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, yaitu:
a. telah ada perjanjian perdamaian yang telah disahkan oleh pengadilan;


78

b. ada pihak berpiutang yang mengajukan permohonan pembatalan perjanjian
perdamaian yang telah disahkan;
c. ada si berutang yakni Termohon yang lalai memenuhi isi perjanjian
perdamaian yang telah disahkan tersebut;
d. kepada Termohon telah diberikan kesempatan untuk membuktikan bahwa
ia telah memenuhi isi perjanjian perdamaian yang telah disahkan tersebut.
e. berdasarkan fakta yang tidak dapat dibantah oleh Termohon dan dari bukti
T-1 sampai dengan T-25 ternyata tidak ada satu buktipun yang dapat
membuktikan bahwa debitor telah memenuhi isi perdamaian

3. Akibat hukum yang timbul dari putusan Pengadilan Niaga No. 01/ Pembatalan
Perdamaian/ 2006/ PN. Niaga. Jkt. Pst., adalah Putusan No. 03/ PKPU/ 2004/
PN. Niaga. Jkt. Pst. jo No. 12/ Pailit 2004 PN. Niaga. Jkt.Pst tidak lagi
memiliki kekuatan mengikat terhadap pihak-pihak dalam putusan tersebut dan
perdamaian tersebut tidak dapat ditawarkan kembali untuk kedua kalinya hal
tersebut sesuai dengan Pasal 175 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepaillitan
dan PKPU. P.T. Goro Batara Sakti pailit dengan segala akibat hukumnya,
sehingga P.T. Goro Batara Sakti kehilangan hak untuk menguasai dan

mengurus harta kekayaannya, hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 24
UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU. Pengurusan dan
pemberesan harta pailit dilakukan oleh Tutik Sri Suharti, S.H., M.H., sebagai
Kurator dan Binsar Siregar, S.H., M.Hum., sebagai Hakim Pengawas, hal
tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Ayat (1), dan Pasal 172 UU No. 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU. P.T. Goro Batara Sakti dihukum
untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah), hal

79

tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 181 HIR dan Pasal 192 RBG.
Terhadap putusan pembatalan perdamaian tersebut dilakukan upaya hukum
yaitu Peninjuan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung (MA) dengan putusan
bahwa P.T. Goro Batara Sakti Pailit dengan segala akibat hukumnya

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka rekomendasi yang dapat
disampaikan sebagai wacana penutup antara lain:
1. Terhadap Peninjauan Kembali (PK) yang diajukan oleh debitor kepada

Mahkamah Agung dengan putusan P.T. Goro Batara Sakti dinyatakan sebagai
debitor pailit. Jika P.T. Goro Batara Sakti telah memenuhi kewajiban kepada
seluruh kreditor, maka P.T. Goro Batara Sakti harus mengajukan rehabilitasi
kepada Pengadilan Niaga, agar berwenang kembali melakukan kegiatan usaha
dan mengurus harta kekayaannya.

2. Di era globalisasi ini, masalah perdagangan merupakan masalah yang cukup
kompleks. Sejalan dengan itu pemerintah Indonesia seharusnya segera
mendirikan Pengadilan Niaga di berbagai daerah, tidak hanya di 5 (lima) kota
yang telah ada. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para pelaku usaha untuk
menyelesaikan masalah di bidang kepailitan, PKPU dan di bidang perniagaan
lainnya.