Latar Belakang Hubungan antara aktivitas olahraga dengan sindrom premenstruasi pada anggota perempuan ukm inkai uns arantika

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap bulan secara periodik, seorang wanita normal akan mengalami peristiwa reproduksi yang disebut menstruasi. Menstruasi yang terjadi terkadang diikuti dengan gangguan-gangguan seperti gangguan siklus, dysmenorrhea, dan sindrom premenstruasi Premenstrual Syndrome, PMS. Sindrom premenstruasi merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan perilaku yang terjadi selama akhir fase luteal dalam siklus menstruasi dan berakhir saat menstruasi datang atau bisa berlangsung terus sampai menstruasi berhenti. Saryono dan Sejati W 2009 menyebutkan bahwa sindrom premenstruasi terjadi pada 70-90 wanita pada usia subur. Disamping itu, Bayer Schering Pharma juga memprakarsai studi yang dilakukan lembaga penelitian independen, Juli 2008, dengan jumlah responden 1.602 orang di Australia, Hongkong, Pakistan, dan Thailand. Hasilnya 22 dari wanita di Asia Pasifik mengalami PMS. Sindrom premenstruasi sedang diderita 3,9 wanita dan 1,1 mengalami sindrom premenstruasi berat Emilia, 2008. Kebanyakan wanita menganggap bahwa PMS bukan suatu kondisi yang serius, sehingga tidak melakukan upaya pencegahan ataupun pengobatan. Padahal sindrom premenstruasi ini dapat juga berubah menjadi kondisi yang serius seperti depresi. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala PMS adalah dengan melakukan perubahan gaya hidup. Hal-hal seperti 1 commit to user 2 membatasi konsumsi kafein dan olahraga teratur dapat mengurangi PMS pada wanita Smith M dan Shimp L, 2008. Olahraga seperti yoga, aerobik, ataupun peregangan sederhana bisa mengurangi gangguan-gangguan PMS seperti kram, sakit punggung, nyeri dan ketegangan otot,dan stress Kelly T, 2007. Masih banyak lagi manfaat dari olahraga yang bisa kita dapatkan, namun kini kebiasaan berolahraga sudah jarang sekali dimiliki oleh masyarakat terutama perempuan. Berdasarkan penelitian, sekitar 28 kematian akibat penyakit dilatarbelakangi oleh gaya hidup sedentary kurang gerak. Penduduk Amerika yang memiliki kebiasaan berolahraga aktif hanya 20 dan 60 penduduk tidak memiliki kebiasan berolahraga Cahyono SB, 2008. Penelitian hubungan aktivitas olahraga pernah dilakukan oleh Andayani 2010 dengan judul “Hubungan Aktivitas Olahraga dengan Dysmenorrhea pada Siswi Kelas X di SMK Negeri 6 Surakarta” yang menggunakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sebagai responden penelitian tersebut adalah siswi kelas X SMK Negeri 6 Surakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan aktivitas olahraga mempunyai pengaruh terhadap kejadian dismenorea. Persamaan penelitian ini terletak pada salah satu variabel penelitian yaitu aktivitas olahraga. Perbedaannya terletak pada variabel terikatnya yaitu sindrom premenstruasi. Unit Kegiatan Mahasiswa UKM Institut Karate Indonesia INKAI UNS merupakan unit kegiatan mahasiswa yang bergerak pada cabang olahraga karate di Universitas Sebelas Maret. Anggota perempuan yang aktif sekarang commit to user 3 sekitar 40 orang yang semuanya merupakan mahasiswa UNS dengan rentang usia 19-22 tahun. Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 anggota perempuan UKM INKAI UNS didapatkan hasil bahwa 90 mahasiswi berolahraga cukup dan 10 mahasisiwi berolahraga kurang. Sebanyak 80 mahasiswi mengalami PMS ringan dan 20 mahasiswi mengalami PMS sedang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Aktivitas Olahraga dengan Sindrom Premenstruasi pada Anggota Perempuan UKM INKAI UNS”.

B. Rumusan Masalah